• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Tema

Dalam dokumen BAB II: TINJAUAN UMUM (Halaman 59-64)

6. Struktur Bawah

2.4 Tinjauan Tema

2.4.1 Green building

Menurut Nugroho (2011) dan Pambudi dan Handayani (2014) Konsep Green Building bermula sejak datangnya isu tentang pemanasan global. Faktor pemicu pemanasan global ini yaitu semakin menurunnya daya dukung lingkungan akibat pencemaran atau poluasi dan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Menurut Sudarwani (2012) Green Architecture ialah sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal.

Menurut GBCI (Green Building Council Indonesia, 2011), Secara definisi Green Building adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan, pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan aspek – aspek dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam, menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang berkesinambungan.

Menurut Rachmayanti dan Roesli (2014) dan Putri, dkk (2012) Konsep Green Buiding merupakan salah satu upaya penghematan energi yang dapat diterapkan pada suatu gedung dan juga bertujuan untuk melindungi sumber daya alam yang ada serta meminimalisir kerusakan yang ada.Konsep ini diterapkan mulai dari saat perencaanan, pelaksanaan pembangunan hingga pengoperasionalan pada bangunan itu sendiri.

Rachmayanti dan Roesli (2014) menjelaskan penerapan Green Architecture dalam arsitektur bangunan dapat dikenali dengan penggunaan beberapa konsep seperti:

1. Memiliki Konsep High Perfomance Building dan Earth Friendly

Dilihat dari dinding bangunan, terdapat kaca di beberapa bagiannya, yang berfungsi untuk menghemat penggunaan daya listrik pada bangunan (penggunaan pencahayaan lampu). Menggunakan energi alam seperti matahari ataupun angin. Pemanfaatan bahan-bahan bangunan yang cenderung ramah lingkungan seperti keramik dan sebagainya.

2. Memiliki Konsep Sustainable

Bila lahan lingkungan wilayah yang digunakan sangat terbatas, dengan konsep alamiah dan natural, dipadukan dengan konsep teknologi tinggi, bangunan ini memungkinkan dapat terus bertahan dalam jangka panjang karena tidak merusak lingkungan sekitar yang ada.

3. Memiliki Konsep Future Healthly

Dapat dilihat dari penggunaaan tanaman baik dalam interior maupun eksterior bangunan. Tanaman yang rindang membuat iklim udara yang sejuk dan sehat bagi kehidupan sekitar, lingkungan tampak tenang.

4. Memiliki Konsep Climate Supportly

Konsep penghijauan sangat cocok untuk iklim yang masih tergolong tropis (khatulistiwa). Pada saat penghujan, dapat sebagai resapan air, dan pada saat kemarau, dapat sebagai penyejuk udara.

5. Memiliki Konsep Esthetic Usefully

Penggunaan green roof pada bangunan yang dapat memberi keindahan serta menyatu dengan alam, juga dapat digunakan sebagai penadah air, untuk proses pendingin ruangan alami karena sinar matahari tidak diserap beton secara langsung, sehingga dapat menurunkan suhu panas di siang hari dan terasa sejuk di malam hari. Bangunan hijau (Green Building) mengacu pada struktur dan menggunakan proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya yang efisien di seluruh siklus hidup bangunan: dari penentuan tapak sampai desain, konstruksi, operasi, pemeliharaan, renovasi pembongkaran, dan. Praktik ini memperluas dan melengkapi desain bangunan klasik keprihatinan ekonomi, daya tahan utilitas dan kenyamanan.

2.4.2 Prinsip Green Architecture

Menurut Brenda dan Robert Vale dalam buku “Green Architecture: Design for A Sustainable Future”, ada 6 prinsip dasar dalam perencanaan Green Architecture:

1. Conserving energy (Hemat Energi)

Sebuah bangunan seharusnya didesain / dibangun dengan pertimbangan operasi bangunan yang meminimalisir penggunaan bahan bakar dari fosil.

2. Working with climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Bangunan seharusnya didesain untuk bekerja dengan baik dengan iklim dan sumber daya energi alam.

3. Minimizing new resources (Meminimalkan sumber daya baru)

Bangunan seharusnya didesain untuk meminimalisir penggunaan sumber daya dan pada akhir penggunaannya bisa digunakan untuk hal (arsitektur) lainnya. 4. Respect for users (Memperhatikan pengguna bangunan)

Green architecture mempertimbangkan kepentingan manusia didalamnya. 5. Respect for site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Bangunan didesain dengan sesedikit mungkin merusak alam. 6. Holism

Semua prinsip diatas harus secara menyeluruh dijadikan sebagai pendekatan dalam membangun sebuah lingkungan.

2.4.3 Strategi Desain

Berdasarkan Alison G.Kwok, AIA dan Walter T. Grondzik, PE dalam buku “The Green Studio Handbook, Environmental strategies for schematic design”) Ada 6 strategi utama yang bisa diterapkan dalam desain green architecture yaitu:

a. Envelope : berkaitan dengan pelingkup ruang b. Lighting : berkaitan dengan pencahayaan c. Heating : berkaitan dengan pemanasan d. Cooling : berkaitan dengan pendinginan

e. Energy production : berkaitan dengan produksi energy f. Water and waste : berkaitan dengan air dan sampah 1. Envelope

Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan envelope (pelingkup) adalah: a. Insulation Material adalah material tambahan yang berfungsi menghambat transfer

energi panas melalui pelingkup ruang

b. Structural Insulated Panels (SIPs) adalah panel struktur yang telah dilengkapi dengan material insulasi sehingga dapat menghambat transfer energi panas

c. Double envelopes adalah penggunaan pelingkup ganda. Biasanya digunakan pada pelingkup transparan. Terdiri dari 3 bagian yaitu:

Outer facade: berfungsi sebagai pelindung dari cuaca dan isolasi akustik awal

Intermediate space: berfungsi sebagai buffer thermal

Inner facade: berfungsi sebagai optimum thermal barrier Dengan pengunaan double envelope ini, transfer energi panas dapat dihambat

d. Green Roof adalah penggunaan atap bertanaman. Dengan menggunakan atap bertanaman bisa menurunkan suhu pada bagian atap dan ruangan dibawahnya beberapa derajat.

2. Lighting

Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan lighting (pencahayaan) adalah: a. Daylight Factor (DF) adalah perbandingan intensitas di dalam ruangan dengan di

luar ruangan

Faktor yang mempengaruhi DF antara lain:

1. Ukuran lubang pemasuk cahaya (seperti jendela, skylight dan lain-lain). 2. Lokasi lubang pemasuk cahaya (seperti sidelighting, toplighting dan lain-lain).

3. Akses untuk cahaya matahari (seperti pertimbangan site, bangunan, Furnitur dan lain-lain).

4. Geometri ruang ( seperti tinggi, lebar dan kedalaman). 5. Lokasi daerah yang menarik dari lubang pemasuk cahaya. 6. Pantulan permukaan ruang dan isinya.

7. Pantulan benda-benda diluar ruang yang mempengaruhi pada cahaya

matahari

yang masuk melalui lubang pemasuk cahaya.

8.

Daylight zoning adalah pengelompokan ruangan dengan kebutuhan penerangan yang sama. Efeknya adalah pada penempatan posisi ruang terhadap sumber cahaya.

9. Toplighting adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di atas / atap.

10. Sidelighting adalah strategi pencahayaan alami dengan lubang masuk cahaya berada di samping. Efek dalam desain adalah penentuan ukuran jendela.

11. Light shelves adalah permukaan yang digunakan untuk mendistribusikan dan mengurangi penerangan berlebih cahaya matahari yang masuk dari sidelighting.

12. Internal reflectances adalah permukaan yang digunakan untuk memantulkan cahaya yang ada / masuk dalam ruang.permukaan ini akan mempengaruhi kualitas pencahayaan dalam ruang.

13. Shading devices adalah permukaan yang digunakan untuk menghalangi cahaya matahari.

Ada 2 macam:

Shading devices tetap.

Shading devices bergerak. Efek penggunaan:

 Mengurangi beban pendinginan.

Solar access when desired.

 Mengurangi silau.

Electric lighting adalah pencahayaan tambahan menggunakan energi listrik. 3. Cooling

Aplikasi yang bisa dilakukan yang berkaitan dengan cooling (pendinginan) adalah:

a. Cross ventilation adalah airan udara dingin dari luar ruangan ke dalam ruang dan membawa udara panas keluar ruangan.

b. Stack ventilation adalah sistem ventilasi yang bekerja berdasarkan sifat udara terhadap temperatur.

Prinsip dasar

a. Udara panas punya kerapatan rendah, bersifat ringan dan bergerak ke atas.

b. Udara lain yang lebih dingin akan mengisi ruang kosong yang ditinggalkan udara panas yang bergerak ke atas.

c. Earth cooling tubes adalah pendinginan ruangan menggunakan udara yang dilewatkan dibawah tanah. Selama perjalanan dibawah tanah udara didinginkan sesuai suhu tanah.

d. Earth sheltering adalah pendinginan ruangan menggunakan suhu tanah karena sebagian pelingkup ruang langsung berbatasan dengan tanah.

Dalam dokumen BAB II: TINJAUAN UMUM (Halaman 59-64)

Dokumen terkait