• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Tinjauan Tentang Kesulitan Menulis / Disgrafia

a. Pengertian Kesulitan Menulis / Disgrafia (Dysgraphia)

Beberapa anak usia sekolah yang berada di SLB atau di sekolah reguler yang memiliki intelegensi normal atau di atas rata-rata, tidak menutup kemungkinan bahwa mereka mengalami gangguan dalam belajar dalam mata pelajaran tertentu, salah satunya adalah ketidakmampuan dalam menulis.

Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia) (Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kafman, & Lloyd, 1985: 237). Mulyono

Abdurrahman, (1999: 227) menyatakan bahwa ”Kesulitan belajar menulis yang

berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunujuk pada adanya ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika”.

commit to user

13

Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan disgrafia sebagai ketidakmampuan untuk menulis secara tepat; mungkin merupakan bagian dari kelainan bahasa yang disebabkan oleh gangguan pada lobus parietalis atau sistem motorik. Disebut juga dengan status dysgraphycus (Tim Penerjemah EGC, 1994: 579).

Disgrafia adalah masalah pembelajaran spesifik yang berdampak terhadap kesulitan dalam menyampaikan hal yang ada dalam pikiran dalam bentuk tulisan, yang akhirnya malah menyebabkan tulisannya menjadi buruk (Jamila K. A. Muhammad, 2008: 137).

Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan menulis / disgrafia (dysgraphia) adalah ketidakmampuan individu dalam proses belajar menulis huruf.

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Menulis/Disgrafia (Dysgraphia)

Anak yang mengalami gangguan dalam belajar sering kali mendapatkan kesulitan dalam belajar menulis. Mereka sering kali menulis dengan lambat dan kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan huruf dengan bunyinya. Berikut ini beberapa penjelasannya.

Jamila K. A. Muhammad (2008: 138) menyebutkan bahwa tanda-tanda masalah disgrafia adalah sebagai berikut :

1. Anak-anak dapat berkomunikasi dengan baik tetapi menghadapi masalah dalam kemampuan menulis.

2. Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah, mengulang kalimat atau perkataan yang sama.

3. Salah dalam mengartikan pertanyaan yang diberikan. 4. Sulit menulis nomor menurut urutannya.

5. Tidak konsisten dalam membuat tuisan yang bervariasi dalam kemiringan huruf dan ukuran tulisan.

6. Kalimat atau kata tidak ditulis lengkap, sering terdapat huruf atau kata yang terlewat.

7. Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman dan halaman yang lain.

8. Jarak antar-kata tidak konsisten.

9. Menggenggam alat tulis sangat erat, biasanya mereka menulis dengan bertumpu pada pangkal lengan dan memegang pensil hingga menempel kertas.

commit to user

10. Sering berbicara sendiri saat menulis.

11. Selalu memerhatikan tangan yang sedang menulis. 12. Lambat dalam menulis.

Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison dalam bukunya yang berjudul Edu-K for Kids (2004: 39) mengilustrasikan anak yang mengalami kesulitan menulis atau disgrafia sebagai berikut :

Gambar 1. Ilustrasi tentang anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia). Dalam ilustrasi tersebut di atas menggambarkan seorang anak yang sedang

menyalin tulisan yang tertulis pada papan tulis. Tulisan yang berbunyi ”Ada beda badak dengan kuda nil” pada papan tulis, disalin oleh anak pada bukunya dengan tulisan ”Aba deba dabak bengan kuba nil”. Hal itu menunjukkan bahwa

anak tersebut tidak dapat membedakan antara huruf ”b” dan ”d” yang mempunyai

bentuk hampir serupa. Tulisan tidak ditulis atau disalin pada buku tidak sesuai dengan tulisan yang sudah tertera pada papan tulis. Selain itu, anak juga mengalami kesalahan saat membaca tulisan tersebut ketika akan ditulis pada buku,

commit to user

15

hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis dan membaca saling terkait satu dengan yang lainnya.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang mengalami kesulitan memiliki karakteristik dapat berkomunikasi dengan baik tetapi mengalami kesulitan menulis yang diantaranya dalam penggunaan tanda baca, ejaan, kata atau kalimat yang ditulis tidak lengkap sebagaimana mestinya dengan terdapatnya huruf atau kata yang terlewat.

3. Tinjauan Tentang Kesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

a. Pengertian Kesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).

Perkataan disleksia berasal dari Yunani yang artinya “kesulitan membaca.” Ada nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective readers (Hallahan, Kaufman, & Lloyd, 1985 : 202); sedangkan kesulitan belajar membaca yang berat sering disebut aleksia (alexia) (Lerner : 1981 : 295).

Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan disleksia sebagai ketidakmampuan untuk membaca secara mengerti oleh karena lesi sentral (Tim Penerjemah EGC, 1994 : 580).

Istilah lain yang digunakan untuk merujuk pada disleksia adalah buta huruf ataualexia. Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” dan “lexia”. “dys” berarti kesulitan sedangkan “lexia” berarti kata. Disleksia

didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh pengetahuan dari proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan kalimat (Jamila K. A. Muhammad, 2008 : 140).

Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer (1979 : 200) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 204) mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Hornsby (1984 : 9) dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 204) mendefinisikan disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis. Definisi Hornsby tersebut dapat

commit to user

dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dengan menulis. Anak yang berkesulitan membaca umumnya juga kesulitan menulis.

Jovita maria ferliana dalam Lisa Weinstein (2007 : xxiv) mengemukakan beahwa disleksia sering kita kenal dengan ketidakmampuan mengenal huruf dan suku kata dalam bentuk tertulis. Atau dengan kata lain, ketidakmampuan dalam membaca.

Ketidakmampuan dalam membaca juga berkaitan erat dengan kesulitan menulis, hal senada dikemukakan oleh Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa Weinstein (2007 : xxiv) :

Penderita disleksia sebenarnya mangalami kesulitan membedakan bunyi fonetik yang menyusun sebuah kata. Mereka bisa menangkap kata-kata tersebut dengan indera pendengarnya. Namun, ketika harus menuliskannya pada selembar kertas, mereka mengalami kesulitan harus menuliskannya dengan huruf-huruf yang mana saja. Dengan demikian, dia juga kesulitan menuliskan apa yang ia inginkan ke dalam kalimat-kalimat panjang secara akurat.

Anak-anak penderita disleksia adalah anak-anak yang menghadapi kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja. Tetapi tidak banyak anak-anak yang tidak menyadari hal ini dan yang dirugikan adalah mereka sendiri karena dianggap sebagai anak yang malas, bodoh, dan lamban (Jamila K. A. Muhammad, 2008 : 140).

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak berkesulitan membaca atau disleksia adalah anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, menulis dan mengeja serta kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa.

b. Karakteristik Anak Berkesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

Kebanyakan anak-anak disleksia tidak dapat mengimbangi daya ingat akan huruf dengan perkataan dan menghadapi masalah dalam mnegingat bentuk huruf, bunyi huruf, dan gabungan kata. Beberapa huruf yang sering emnjadi masalah

commit to user

17

bagi mereka adalah huruf b dan d, dan kata-kata lain yang hamper sama ejaannya (Jamila K. A. Muhammad, 2008 : 142).

Ott (1997) dalam Jamila K. A. Muhammad (2008 : 142) menguraikan ciri-ciri anak-anak disleksia sebagai berikut :

1. Umum

Secara umum, anak yang mengalami kesulitan membaca dapat digambarkan bahwa perkembangan penuturan dan bahasa lambat, kemampuan mengeja lemah, kemampuan membaca lemah, keliru membedakan kata yang hampir sama, sulit mengikuti arahan, sulit dalam menyalin tulisan, sulit melewati jalan yang memiliki banyak belokan.

2. Pengamatan dan tingkah laku

Ciri-ciri yang terlihat pada anak berkesulitan menulis juga dapat diamati dari tingkah laku yang ada, seperti halnya salah jika menentukan arah, bingung untuk menentukan waktu, sering merasa tertekan, sering salah dalam memakaikan sepatu pada kaki yang benar, kemampuan untuk mandiri yang rendah.

3. Koordinasi antara pandangan dengan penglihatan

Secara fisik, karakteristik yang muncul pada anak berkesulitan mumbaca dapat diamati berdasarkan koordinasi antara pandangan dengan penglihatan diantaranya sulit mengeja dengan benar, sering melupakan huruf yang ada pada awal kata, sering menambah huruf pada akhir kata, bermasalah dalam penyusunan huruf, sulit dalam memahami perkataan, daya ingat lemah, sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata.

4. Kemampuan motorik

Karakteristik anak berkesulitan belajar, secara motorik dapat diamati dengan adanya koordinasi yang lemah, selalu menggerakkan tangan dengan terlampau cepat, lambat dalam menulis, tulisan buruk dan sulit dibaca, sulit memegang pensil dengan benar, kesulitan dalam menggunakan gunting, sulit menjaga keseimbangan badan, sulit untuk menendang dengan benar, sulit untuk menaiki tangga dengan benar.

Menurut Mercer C (1983: 309) ada empat kelompok karakteristik kesulitan belajar membaca, yaitu berkenaan dengan :

1. Kebiasaan membaca 2. Kekeliruan mengenal kata 3. Kekeliruan pemahaman 4. Gejala-gejala serbaneka.

Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa Weinstein (2007: xxvi) mengemukakan bahwa kekurangan anak disleksia dalam membaca adalah sebagai berikut :

commit to user

1. Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang ia ucapkan.

2. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjak dari satu teks ke teks berikutnya.

3. Melewatkan beberapa suku kata, kata, fraa, bahkan baris-baris dalam teks yang dibaca.

4. Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yang dibaca.

5. Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf lain.

6. Salah melafalkan kata-kata yang sedang ia baca walalupun kata-kata tersebut sudah akrab.

7. Mengganti suku kata dengan kata lainnya sekalipun kata yang diganti tidak memiliki arti penting dalam teks yang dibaca.

8. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti. 9. Mengabaikan tanda-tanda baca.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1999: 205) anak berkesulitan membaca sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini mencakup penglihatan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap, pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak.

Pendapat Vernon yang juga dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984: 164) dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 206) mengemukakan perilaku anak berkesulitan belajar membaca sebagai berikut :

1. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan 2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf 3. Memiliki kekurangan dalam memori visual

4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris 5. Tidak mampu memahami simbol bunyi

6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran

7. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol ireguler (khusus yang berbahasa inggris)

8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf 9. Membaca kata demi kata

10. Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.

Perilaku lain yang biasa dilakukan oleh anak yang mengalami disleksia muncul ketika belajar menulis (Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa Weinstein, 2007: xxvi-xxvii) adalah sebagai berikut :

1. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata. 2. Tidak menuliskan sejumlah huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis.

commit to user

19

3. Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis.

4. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf tersebut tidak sama.

5. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan bunyi kata-kata yang ingin di atuliskan.

6. Mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang ia baca.

Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa perilaku atau karakteristik anak yang mengalami disleksia dapat diamati secara fisik yang terlihat pada motoriknya, koordinasi penglihatan dan pengamatan tingkah laku dalam kemampuan menulis mengalami hambatan dalam proses menulis yang sedang dilakukannya.

c. Jenis-Jenis Anak Berkesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, beberapa diantaranya mengalami gangguan dalam penglihatannya atau pendengarannya, hal ini bukan karena mereka mengalami gangguan pada mata yang mengharuskan mereka menggunakan bantuan kacamata untuk membaca atau gangguan pada telinga yang mengharuskan mereka menggunakan bantuan alat bantu dengar, melainkan gangguan berupa koordinasi penglihatan atau pendengaran yang berhubungan dengan kemampuan akademis dalam mengingat hal yang dilihatnya atau mengenal bunyi dalam kata.

Menurut Jamila K. A. Muhammad (2008: 141) disleksia dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1. Disleksia visual

Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indera penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat melihat dengan baik, ia tidak dapat membedakan, menginterpretasi, dan mengingat hal yang dilihatnya.

2. Disleksia auditoris

Disleksia auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan indera pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat mendengar, ia mengalami kesulitan dalam membedakan bunyi,

commit to user

menyimpulkan kesamaan dan perbedaannya, mengenal dengan baik bunyi perkataan, dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam kelompok suku kata.

3. Disleksia visual-auditoris

Anak-anak dalam kategori ini berada pada tahap yang agak serius karena kedua inderanya, yaitu penglihatan dan pendengaran, tidak dapat membantunya menginterpretasikan apa yang dilihat dan didengarnya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, jenis anak berkesulitan membaca dapat dibedakan antara lain disleksia visual yang berkaitan dengan kemampuan penglihatan dalam proses menulis, disleksia auditoris yang berkaitan dengan kemampuan pendengaran dalam proses menulis, dan disleksia visual-auditoris yang berkaitan dengan kemampuan penglihatan dan pendengaran dalam proses menulis.

Dokumen terkait