• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

2. Tinjauan tentang Pembelajaran Tematik

Kata pembelajaran identik dengan kata mengajar berasal dari kata dasar ajar yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui, ditambah dengan awalan pe dan akhiran an menjadi pembelajaran yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar/ mengajarkan sehingga peserta didik mau belajar. Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan yang terjadi disepanjang waktu.

Syaiful Sagala (2003: 1) mengemukakan bahwa:

Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi, melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar (directing and facilitating the

learning) agar proses belajar lebih memadai. Pembelajaran menunjuk pada proses belajar yang menempatkan siswa sebagai center stage

perfomance. Pembelajaran lebih menekankan bahwa peserta didik

sebagai makhluk berkesadaran memahami arti penting interaksi dirinya dengan lingkungan yang menghasilkan pengalaman adalah suatu kebutuhan.

Proses pembelajaran pada awalnya meminta guru untuk mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa meliputi kemampuan dasarnya, motivasinya, latar belakang akademisnya, latar belakang sosial ekonominya. Kesiapan guru untuk mengenal karakteristik siswa dalam pembelajaran merupakan modal utama penyampaian bahan ajar dan menjadi indikator suksesnya pelaksanaan pembelajaran. Proses pembelajaran dialami oleh seorang manusia sepanjang hayat serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Menurut Radno Harsanto (2007: 16) Proses pembelajaran dirancang oleh siswa dan untuk siswa (student centered). Proses pembelajaran dirancang, dikonstruksi dan dikondisikan untuk siswa. Konstruksi proses pembelajaran dapat dimulai dengan adanya perubahan paradigma pendekatan dalam proses belajar mengajar.

Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.

Menurut Nabisi Lapono (2008: 3-97) menyatakan bahwa:

Pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Maka diharapkan guru selalu ingat bahwa tugasnya adalah membuat siswa dapat belajar secara optimal sesuai dengan perkembangan mental dan fisiknya.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan pengembangan pengetahuan, keterampilan

yang dirancang untuk siswa dengan perencanaan yang matang yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna.

b. Hakikat Pembelajaran Tematik

1) Latar Belakang Pembelajaran Tematik

Munculnya pembelajaran tematik dilatarbelakangi oleh pemikiran tentang pentingnya pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata dan perkembangan anak yang memandang sesuatu secara keseluruhan. Teori yang mendasari pengembangan pembelajaran tematik adalah teori psikologi Gestalt.

Teori belajar Gestalt memandang kejiwaan manusia terikat pada pengamatan yang berwujud pada bentuk menyeluruh. Menurut teori belajar ini seorang belajar jika ia mendapat insight. Dalam belajar yang penting adalah peyesuaian pertama yaitu memperoleh response yang tepat untuk memecahkan masalah yang dihadapi. (Slameto, 2003:9).

Belajar yang penting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Maka dapat digunakan untuk menghadapi situasi-situasi yang baru. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI (2006:93) dikemukakan sebagai berikut:

Peserta didik yang duduk di sekolah dasar kelas I, II, dan III berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti Inteligen Quality (IQ), Emotional

Quality (EQ), dan Social Quality (SQ) tumbuh berkembang sangat

luar biasa.

Pada umumnya tingkat perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu kesatuan (holistik) serta mampu memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih sangat bergantung pada benda-benda konkret dan pengalaman yang dialami siswa secara langsung.

Peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan anak yang tidak masuk taman kanak-kanak. Selain itu perbedaan pendekatan, model dan prinsip pembelajaran antara kelas I-III dengan pendidikan prasekolah dapat

menyebabkan peserta didik mengulang kelas. Atas dasar pemikiran itulah dalam rangka implementasi standar isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran kelas I-III lebih sesuai dijalankan dalam pembelajaran yang melalui pendekatan pembelajaran tematik.

2) Pengertian Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik yang diharapkan berkembang di SD saat ini mengarah pada penggabungan Berdasarkan webbed model (model jaring laba-laba) dan integrated model (model terpadu). Penggabungan kedua model yang dimaksud adalah penggunaan tema untuk menggabungkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas Berdasarkan kurikulum untuk menemukan keterkaitan antar mata pelajaran. Sehingga peserta didik akan memperoleh pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan Berdasarkan ilmu yang berbeda-beda. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian pembelajaran tematik, diantaranya:

Sukayati dan Sri Wulandari (2009: 13) mengemukakan bahwa:

Pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan atau memadukan beberapa Kompetensi Dasar dan Indikator dari kurikulum atau St ndar Isi dari beberapa mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema.

Di dalam buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI (2006: 97), Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.

Menurut M.Solehuddin, dkk (2006: 6.11), Pembelajaran tematik merupakan model pembelajaran yang dirancang dan diorganisasikan seputar tema atau topik tertentu yang sesuai dengan dunia nyata dan perkembangan anak.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan beberapa mata pelajaran dengan menetapkan prioritas berdasarkan kurikulum untuk

menemukan keterkaitan antar mata pelajaran menjadi satu kesatuan untuk dikemas dalam satu tema. Dengan adanya kaitan tersebut maka peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran lebih bermakna.

3) Karakteristik Pembelajaran Tematik

Sebagai suatu proses, pembelajaran tematik mempunyai beberapa karakteristik. Dengan mengetahui karakteristiknya maka pembelajaran akan lebih efektif. Di dalam buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI (2006: 98), pembelajaran tematik memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Berpusat pada Siswa

Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

b) Memberikan Pengalaman Langsung

Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung siswa dihadapkan pada suatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

c) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas

Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan pada pembahasan tema-tema yang paling dekat dan berkaitan dengan kehidupan siswa.

d) Menyajikan konsep Berdasarkan berbagai mata pelajaran

Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep Berdasarkan berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e) Bersifat Fleksibel

Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dalam mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain. Bahkan mengaitkanya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

f) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa

Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

g) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.

Dalam pembelajaran siswa diajak bermain sambil belajar melalui permainan yang menarik sehingga siswa tidak merasa bosan. Permainan dirancang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran tematik adalah berpusat pada siswa serta memberikan pengalaman langsung sesuai dunia nyata. Pemisahan mata pelajaran yang tidak begitu jelas dan penyajian beberapa mata pelajaran membuat siswa optimal dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4) Keuntungan Pembelajaran Tematik

Pembelajaran tematik memiliki beberapa keuntungan bagi peserta didik. Sehingga pemerintah menekankan penggunaan pembelajaran tematik untuk mengajar siswa kelas rendah.

M.Solehuddin (2006: 6.6) menjelaskan bahwa ada beberapa keuntungan menggunakan pembelajaran tematik bagi anak, diantaranya adalah:

(1)Meningkatkan perkembangan konsep pada anak,(2) Mengintegrasikan belajar isi dan proses, (3) Mengakomodasi kebutuhan dan gaya belajar anak yang beragam, (4) Memungkinkan anak untuk mendalami suatu materi pembelajaran secara intensif, (5) Meningkatkan keterikatan kelompok, (6) Mengakomodasi minat-minat anak yang berubah dan mengandung munculnya niat baru.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keuntungan pembelajaran tematik adalah meningkatkan perkembangan konsep anak sehingga memungkinkan anak untuk mendalami suatu pembelajaran secara intensif. Minat anak terhadap pembelajaran juga akan terus muncul.

5) Landasan Pembelajaran Tematik

Untuk memperkuat manfaat penggunaan pembelajaran tematik maka ada beberapa landasan yang mendasari pembelajaran tersebut. Di dalam buku Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI (2006: 97) dijelaskan bahwa landasan pembelajaran tematik mencakup:

a) Landasan Filosofis

Dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi tiga aliran filsafat, yaitu:

(1) Progresivisme

Memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, dan memperhatikan pengalaman siswa.

(2) Konstruktivisme

Melihat pengalaman langsung yang dialami siswa dalam membangun pengetahuanya sendiri sebagai kunci dalam pembelajaran.

(3) Humanisme

Melihat siswa Berdasarkan segi kekhasan/ keunikan, potensi dan motivasi yang dimiliki.

b) Landasan Psikologis

Dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi atau materi pembelajaran tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat kedalaman materi sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

c) Landasan yuridis

Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasanya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuanya (Bab V Pasal 1-b).

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa landasan pembelajaran tematik adalah landasan filosofis, landasan psikologis dan landasan yuridis. Ketiga landasan tersebut saling terkait satu sama lain sehingga akan memperkuat kedudukan pembelajaran tematik.

6) Rambu-rambu Pembelajaran Tematik

Dalam penggunaan pembelajaran tematik ada rambu-rambu yang harus diperhatikan oleh guru. Agar dalam pelaksanaanya tidak menyimpang jauh dari karakteristiknya. Menurut Sukayati & Sri Wulandari (2009: 16), ada beberapa rambu-rambu yang harus diperhatikan dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:

(1) Tidak semua mata pelajaran dipadukan atau dikaitkan, (2) Kompetensi Dasar yang tidak dapat dipadukan atau diintegrasikan jangan dipaksakan untuk dipadukan, (3) Kompetensi Dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan baik melalui tema lain atau disajikan secara mandiri, (4) Untuk peserta didik kelas I dan II kegiatan ditekankan pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung serta penanaman nilai moral, (5) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, minat, lingkungan, daerah setempat, dan cukup populer.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa rambu-rambu pembelajaran tematik yaitu tidak semua mata pelajaran dapat dipadukan. Sehingga guru harus bisa memilih materi yang bisa dipadukan antar pelajaran satu dengan yang lain.

7) Implikasi Pembelajaran Tematik

Implikasi pembelajaran tematik ditujukan bagi guru dan peserta didik, sarana prasarana, sumber dan media pembelajaran, serta pengaturan ruang.

Menurut Sukayanti & Sri Wulandari (2009: 17) ada beberapa implikasi dalam pembelajaran tematik yaitu sebagai berikut:

a) Implikasi bagi guru dan peserta didik (1) Bagi Guru

Pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif, baik dalam menyiapkan kegiatan/ pengalaman belajar yang bermanfaat bagi peserta didik, juga dalam memilih kompetensi dasar dari berbagai mata pelajaran serta mengaturnya agar pembelajaran lebih bermakna, menarik dan menyenangkan.

(2) Bagi peserta didik

(a) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang dalam pelaksanaanya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individu maupun kelompok.

(b) Peserta didik harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran yang bervariasi secara aktif, misalnya melakukan diskusi kelompok, mengadakan penelitian sederhana, dan pemecahan masalah. b) Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber dan media pembelajaran.

(1) Pembelajaran tematik dalam pelaksanaanya memerlukan sarana prasarana belajar.

(2) Perlu memanfaatkan sumber belajar baik yang sifatnya didesain khusus untuk keperluan pembelajaran, maupun sumber belajar yang tersedia di lingkungan sekitar.

(3) Perlu mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi, sehingga membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang abstrak.

(4) Dapat menggunakan buku ajar yang sudah ada saat ini untuk masing-masing mata pelajaran dan dimungkinkan menggunakan buku suplemen khusus yang memuat bahan ajar yang terintegrasi. c) Implikasi terhadap pengaturan ruang

(1) Ruang dapat ditata, disesuaikan dengan tema yang sedang dilaksanakan.

(2) Susunan bangku peserta didik dapat diubah-ubah disesuaikan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung.

(3) Peserta didik tidak selalu duduk di kursi, tetapi dapat duduk di tikar atau karpet.

(4) Kegiatan pembelajaran hendaknya bervariasi dan dapat dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kelas.

(5) Dinding kelas dapat dimanfaatkan untuk menunjang hasil karya peserta didik dan dimanfaatkan sebagai sumber belajar.

(6) Alat, sarana, dan sumber belajar hendaknya dikelola sehingga memudahkan peserta didik untuk menggunakan dan merapikan kembali.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Implikasi pembelajaran tematik mencakup tiga hal, yaitu implikasi bagi guru dan peserta didik, implikasi terhadap sarana prasarana, sumber dan media pembelajaran dan implikasi terhadap pengaturan ruang.

Dokumen terkait