• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Tinjauan Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.23

Menurut Kemmis “ Action research as a form of self-reflective inquiry undertasken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationality and justice of (a) their on social or educational practices, (b) their understanding of these practice, and (c) the situation in which practices are carried out.24 Jadi menurut Kemmis penelitian tindakan merupakan tindakan mengevaluasi diri dengan cara mengembangkan rasionalitas dengan cara melatih memposisikan diri seperti pada posisi tersebut.

22

Sumadi Suryabrata, Psikokologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010) hal 131-134

23

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas : Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Kedua h. 11

24

Didik Komaidi dan Wahyu Wijayati, Panduan Lengkap PTK Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Sabda Media,2011), Cet Pertama h. 1

24

Pengertian lain Menurut Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama dalam bukunya mengatakan “ Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan bertujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar meningkat”.25

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yang melatih rasionalitas yang benar ddan dilakukan oleh guru didalam keras dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan bertujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar meningkat”.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) dan membedakannya dengan jenis penelitian lain dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut:26

1) Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada suatu yang perlu dipernaiki dalam pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang luar. 2) Self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain seperti responden, maka PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data praktiknya sendiri melalui refleksi diri.

25

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 9

26

Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012), Cet Keempat belas h. 1.5

3) Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga focus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar

4) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan

5) Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK di terapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atas refleksi.27

6) Partisipatory (collaborative) dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperto teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini deperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannyam, seperti antara guru dengan teman sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan dosen dan guru dengan pengawas.

7) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara terus menerus, selama kegiatan dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (Perencanaan ulang).28

c. Model Penelitian Tindakan Kelas

Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action

Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat

di dalam kelas. Terdapat beberapa model atau desain yang dapat diterapkan,

27

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas : sebagai pengemban prifesi guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 59-60 28

Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012), Cet Keempat belas h. 1.7

26

diantaranya : 1. model Kurt Lewin, 2. model Kemmis dan Mc Taggart, 3. model John Elliot, 4. model Hopkins, dan 5. model Mc Keman.29

Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan perkembangan dari konsep dasar yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen action

dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai alat satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi action dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilaksanakan.

d. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa penelitian yang relevan. Penelitian relevan yang pertama yaitu penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darussaman Kedoya Utara Jakarta Barat ”, yang ditulis oleh Alfiyah metode inkuiri sebagai salah satu metode pembelajaran dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai pengalaman. metode inkuiri menekankan pada proses belajar dan hasil belajar. Dalam pembelajaran keterlibatan siswa siswa secara langsung pada mampu memberikan pengalaman pada siswa. Dalam pembelajaran yang lebih mengedepankan siswa aktif mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencapai ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 80%. 30

29

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 19

30

Alfiyah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darussaman Kedoya Utara Jakarta Barat ”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, 2013)

Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa MTs. Al-Ittihadiyah Ciseeng pada Materi Pokok Perubahan Materi” dari penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar kelompok kontrol dan proses berpikir siswa akan semakin bertambah kreatif, karena metode inkuiri menuntut siswa membentuk sendiri pengetahuan yang diperoleh dari hasil percobaannya, dan diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata.31

Relevansi ketiga yaitu penelitian Mustatiroh berjudul “Peningkatan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Dalam Artikel Surat Kabar Dengan Metode Inkuiri Siswa Kelas IX SMPN 225 Jakarta Barat” dalam penelitian ini mustatiroh ingin meningkatkan hasil belajar bahsa indonesia dengan menggunakan metode inkuiri. Metode ini membedakan kalimat fakta dan opini secara kritis dengan pengamatan dan menyimpulkan dengan kalmat sendiri. Penelitian ini sukses mengalami ketuntasan belajar siswa mencapai 100%.32

e. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap susatu masalah sampai terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulkan dari lapangan.33 Berdasarkan kajian teoritis maka hipotersis penelitian ini adalah “Penerapan Metode Inkuiri Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPS Sosiologi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X1

MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan)”.

31

Ita Puspita Dewi, “Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia”,Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, 2009), h. 66

32Mustatiroh berjudul “Peningkatan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Dalam

Artikel Surat Kabar Dengan Metode Inkuiri Siswa Kelas IX SMPN 225 Jakarta Barat”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, 2012)

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), h. 71

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Februari – 31 Juni 2015 terhadap kelas X semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang bertempat di MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan.

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian

NO Tahap Penelitian

Waktu Penelitian

Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Perencanaan Penelitian Penyusunan dan pengajuan proposal Pengajuan izin penelitian Penyusunan instrumen dan perangkat penelitian 2 Pelaksanaan Penelitian Proses penelitian 3 Penyelesaian

Penelitian

Proses analisis data

Penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru, sehingga belajar siswa dapat meningkat.1 Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang study IPS Sosiologi di sekolah. Dalam penelitian ini terdiri empat fase, yaitu perencanaan, tindakan dan pengamatan, refleksi. Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Tahapannya sebagai berikut :2

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pembelajaran sebagai acuan pelaksana proses pembelajaran

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

c. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru d. Menyusunlembar wawancara siswa dan guru

e. Menyusun tes akhir siklus

1

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 9

2

30

2. Tindakan (action) dan Pengamatan (observation)

a. Tindakan (action)

Tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut :

1) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5-6 siswa

2) Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan memberikan

penjelasan mengenai materi yang akan dibahas dan menyuruh siswa melakukan eksperimen.

3) Peneliti menyuruh siswa mengerjakan soal LKS setelah siswa melakukan eksperimen

4) Secara acak peneliti menunjuk perwakilan kelompok tiap-tiap kelompok untuk eksperimennya didepan kelas.

5) Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengethui perkembangan siswa dalam bentuk essai. Hasil tes pada akhir siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan berikutnya.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan kolaborasi, guru sebagai obsrver untuk mengisi lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.3

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil pengamatan yang dapat dari hasil belajar, lembar observasi aktivitas guru (peneliti), dan hasil wawancara dengan guru dan siswa dianalisis dengan guru pamong sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II.

3

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung, Alfabeta : 2008) h. 172

C. Subyek/Partisipan yang Terlibat dalam penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah Kelas X1 yang berjumlah 34 orang semester genap di MA AN NAJAH PETUKANGAN JAKARTA SELATAN tahun ajaran 2014-2015.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengajar. Guru bidang studi IPS Sosiologi MA AN NAJAH PETUKANGAN JAKARTA SELATAN berperan sebagai observer.

Dokumen terkait