• Tidak ada hasil yang ditemukan

penerapan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Pada Pelajaran IPS Sosiologi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "penerapan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Pada Pelajaran IPS Sosiologi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan)"

Copied!
171
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH

AKMAL MAULANA NASRULLAH NIM : 1111015000076

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

PENERAPAN METODE INKUIRI TERTIADAP HASIL BELA.IAR PADA

PELAJARAN IPS SOSIOLOGI

(PENELITIAN TINDAKAII KELAS PADA SISWA KELAS

Xl

MA AN NAJAH JAKARTA SELATAN)

Skripsi ini diajukan kepada Fakultas Ilmu ?arbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat-syarat mencapai Gelar sarjana pendidikan

Oleh:

Akmal Maulana Nasrullah

NIM:

1111015000076

Ivlurgetahui

Dosen Pembimbing

I

Dosen Pembimbing

II

:?4

Anissa Windarti, M.Sc NIP. 19820802 201101 2 00s

PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS ILMU TARBTYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYTULLAH

JAKARTA 20ts

(3)

Maulana Nasrullah dengan

Nomor Induk Mahasiswa

0\IM)

11110i5000076, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus Ujian Munaqasall pada tanggal 4 Desember 2015 dihadapan dewan penguji. Karela itu penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang pendidikan

ilmu Pengetahuan Sosial.

Jakafta, 4 Desember 201 5

Panitia Ujian Munaqasah .

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program

Studi)

Tanggal Tanda Tangan

Dr. Iwan Purwanto. M.Pd NrP. 19730424200801

I

012 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/prodi)

Drs. Syadpulloh. M.Si

NrP. 19670909 2A0701 1 033 Penguji

i

Andri Noor Andriyansyah. S.Pd. M.Si

NIP. 1 9840312 201s03 1002 Pengu.li II

Neng Sri Nuraeni. M.Pd NIP.

-L)

/

I

tt--utf

ryl

2aK

/lg/

ln

I

fuY-'

(4)

=*=

^-SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIA}I

Yang bertandatangan dibawah ini: Nama

NIM

Jurusan/Prodi

Angkatan

Akmal Maulana Nasrullah 1 1 1 1015000076

Pendidikan IPS/Sosiologi

20tt

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Penerapan Metode

Inkuiri

Terhadap Hasil

Belajar Pada Pelajaran IPS Sosiologi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas

Xl

MA

Alt

NAJAH Jakarta Selatan) adalah benar hasil karya sendiri dibawah bimbingan:

Nama

NIP dan

Nama NIP

Moc. Noviadi Nugroho, M.Pd

19761118 201101 r 006

Annisa Windarti, M.Sc 19820802 201101 2 005

Demikian surat pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bertanggungiawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

J akarta, 3 0 Novemb er 20 I 5

(5)

iii

Pendidikan IPS, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan menggunakan metode inkuiri. Penelitian ini dilaksanakan di MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang muncul pada rendahnya hasil belajar siswa pada pelajaran IPS Sosiologi. Metode yang dilakukan dengan tiga tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi. Ketiga tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan dengan langkah-langkah yang sama dan difokuskan pada pembelajaran dengan metode inkuiri. Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan di MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar pada pelajaran IPS Sosiologi dengan menggunakan metode inkuiri di dalam kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan. Hal ini dapat dibuktikan pada analisis data menunjukan bahwa nilai Postes Siklus I yaitu dengan rata-rata 54,5 atau 54,4 %, dengan kategori tidak berhasil dan berhasil pada siklus II yaitu dengan rata-rata 87,5 atau 87,5% dengan kategori sangat berhasil. Dengan demikian, berarti nilai tersebut memenuhi nilai standar KKM yang telah ditetapkan yaitu 75, dibandingkan dengan nilai pretes yaitu 60,5 atau 60,5%. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar dengan metode inkuiri.

(6)

iv ABSTRACT

Akmal Maulana Nasrullah, “Application Method Inquiry concerning result Study to Lesson IPS Sociology (Classroom Action Research to Student X1 Class

MA AN NAJAH PETUKANGAN SOUTH JAKARTA), Social Science

Education Study Program, Sociology Department, Tarbiyah & Teaching Faculty, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

The objectives of this study were increased IPS result learning used inquiry method. The method used in this research is a classroom action research (CAR). CAR conducted to overcome set of problem low result learning IPS Sosiology lesson. This method is implemented in three stages: planning, exercising, and reflection. The third step is carried out repeatedly and made with the same steps and focused on learning by inquiry methoed. Based on the results obtained in the MA AN NAJAH PETUKANGAN SOUTH JAKARTA, it can be concluded thet is an increase in learning IPS Sociology to class X1 MA AN NAJAH PETUKANGAN SOUTH JAKARTA. This is evident inthe analysis of the data showed thet the postest cycle 1 is the medium of 54,5 or 54,5%, with categories and cycle 2 is succesful with an average of 87,9 or 87,9 with very succesful category. Thus, the mean value meets the standards of KKM values set to 75. Based on this; it can be said that there is an increase in result learning with the inquiry method.

(7)

v

dapat menyelesaikan skripsi ini berjudul Penerapan Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Pada Pelajaran IPS (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan) ditulis guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini terutama kepada :

1. Bapak Prof. DR. Dede Rosyada, sebagai Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak DR. Iwan Purwanto M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial

4. Bapak Syaripullah M.Si, selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Iilmu Pengetahuan Sosial

5. Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

6. Ibu Annisa Windarti, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II Skripsi Iniversitas Islam Negri Syarif Hidayatullah

7. Bapak/Ibu Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, terima kasih atas ilmu yang sangat bermanfaat yang telah diberikan

(8)

vi

9. Kedua orang tua penulis tercinta, Ayahanda H. Nasan dan Ibunda Hj. Amah, yang selalu mengusahakan anak-anaknya untuk sukses dan tiada hentinya mencurahkan kasih sayang dan do’a yang selalu terucap untuk keberhasilan penulis.

10.Kakak dan Adik, Lia Nadia Khoirunnisa dan M. Afga Klhoirul Faqqi yang selalu menghibur dan memberikan semangat sehingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

11.Teman-teman seperjuangan dalam dosen pembimbing skripsi, Sri Maya, Ida F.M dan Dedy F. Prasetyo, terima kasih karena telah berbagi pikiran dan membantu meringankan kesulitan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-teman BDS, Saddam Husein Syaifullah, Emil Dwi Febrian, Muhammad Rizky, Khoirul Fahrudin, Firdaus, Imam Wahyudi, Dedi Firman Prasetyo, Fari Agung Setiadi, Delvi Andrizal, Ibnu Ardhani, Antoni Widodo, Dendy Harmadi, Jonathan Alfrendi, Asif Nazri, Sigit Rahmadinur, Aprian Hidayat dan Muhammad Nurul Huda yang selalu memberikan kata-kata semangat dan menghibur penulis dalam suka maupun duka sehingga penulis dapat segera menyelesaikan skripsi ini, semoga persahabatan ini selalu menjadi baik dan semakin baik.

13.Teman-teman kelas Sosiologi Pendidikan IPS angkatan 2011 yang telah berjuang bersama dalam setiap perkuliahan yang ada dan saling bantu dalam kebersamaan, semoga kita disukseskan dan selalu diberikan yang terbaik.

14.Kepada semua pihak yang namanya belum disebutkan yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

(9)

vii

(10)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... i

SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah... 6

D.Rumusan Masalah ... 7

E.Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Metode Inkuiri ... 8

a. Pengertian Metode Inkuiri ... 8

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 10

c. Langkah-langkah Melaksanakan Metode Inkuiri ... 11

d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Inkuiri... 13

B. Tinjaun Tentang Belajar dan Hasil Belajar ... 14

a. Pengertian Belajar... 14

b. Tujuan Belajar ... 15

c. Jenis-jenis Belajar ... 16

d. Faktor-faktor Belajar ... 19

e. Hasil Belajar ... 20

f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 21

C. Tinjauan Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 23

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ... 24

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ... 25

c. Model Penelitian Tindakan Kelas ... 25

d. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 26

(11)

ix

E.Tahapan Intervensi Tindakan ... 31

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 32

G.Data dan Sumber Data ... 32

H.Instrumen Pengumpulan Data ... 33

I. Teknik Pengumpulan Data ... 34

J. Teknik Keabsahan Data ... 34

K.Teknik Analisis Data ... 37

L.Tindak Lanjut Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Data ... 39

1. Sejarah Sekolah ... 39

2. Profil Sekolah ... 40

3. Tenaga Kependidikan ... 41

4. Siswa ... 43

5. Sarana dan Prasarana ... 44

B.Hasil Uji Instrumen ... 46

1. Uji Instrumen Siklus I ... 46

2. Uji Instrumen Siklus II ... 51

C.Analisis Tindakan Siklus I dan II ... 55

1. Tindakan Pembelajaran Siklus I ... 55

2. Tindakan Pembelajaran Siklus II ... 58

D.Hasil Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 67

B.Saran ... 67

(12)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan Siklus

Tabel 3.3 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Tabel 3.4 Kriteria Reliabelitas

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks Kesukaran Soal

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Tabel 3.7 Kriteria Konsep Siswa Berdasarkan Kriteria N Gain

Tabel 4.1 Nama-nama Kepala Sekolah

Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik dan Kependidikan Berdasarkan Jenjang Pendidikan

Tabel 4.3 Jumlah Siswa-siswi Dari Tahun 2011-2013

Tabel 4.4 Tamatan Siswa-siswi Sekolah MA AN NAJAH

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana Sekolah

Tabel 4.6 Peralatan Penunjang Pembelajaran

Tabel 4.7 Rekapitulasi Soal yang Valid Tabel 4.8 Rekaptulasi reliabelitas Instrumen

Tabel 4.9 Rekapitulasi Daya Pembeda

Tabel 4.10 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tabel 4.11 Rekapitulasi Soal yang Valid

Tabel 4.12 Rekapitulasi Reliabilitas uji Instrumen

Tabel 4.13 Rekapitulasi Daya Pembeda

Tabel 4.14 Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tabel 4.15 Hasil Statistik Siklus I

Tabel 4.16 Rekapitulasi N- Gain Sklus I Tabel 4.17 Hasil Statistik Siklus II

(13)
[image:13.595.123.508.206.631.2]
(14)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Soal Uji Validitas Siklus I

Lampiran 2 Uji Validitas Exel Siklus I

Lampiran 3 RPP Siklus I

Lampiran 4 Instrumen Kisi-kisi Soal Siklus I

Lampiran 5 Soal Siklus I

Lampiran 6 Kunci Jawaban Soal Siklus I

Lampiran 7 Perhitungan N Gain Siklus I

Lampiran 8 Hasil Anates Siklus I

Lampiran 9 Lembar Observasi Siklus I

Lampiran 10 Instrumen Soal Uji Validitas Siklus II

Lampiran 11 Uji Validitas Exel Siklus II

Lampiran 12 RPP Siklus II

Lampiran 13 Kisi-kisi Instrumen Siklus II

Lampiran 14 Instrumen Soal Siklus II

Lampiran 15 Kunci Jawaban Soal Siklus II

Lampiran 16 Hasil Anates Siklus II

Lampiran 17 Perhitungan N Gain Siklus II

Lampiran 18 Lembar Observasi Siklus II

Lampiran 19 Dokumentasi Siklus I dan Siklus II

Lampiran 20 Wawancara

Lampiran 21 Obsevasi Awal

Lampiran 22 Surat Izin Melakukan Penelitian (dari UIN)

Lampiran 23 Surat Izin Melakukan Penelitian (dari Sekolah)

Lampiran 24 Biodata

(15)

1

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Sekolah tempat siswa memperoleh pengetahuan yang bermacam-macam mulai dari pengetahuan spiritual dan sosial. Sekolah juga tempat siswa belajar menjadi anggota masyarakat dalam lingkupan yang lebih kecil sebelum siswa turun ke masyarakat yang cakupannya lebih luas lagi. Karena itu pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat dijadikan tuntutan dalam kehidupan. Sehingga, peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan, berilmu, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menjadi warga negara yang demokratis.2

Observasi awal yang peneliti yang dilakukan pada tanggal 26 Maret 2015 dengan guru pamong IPS yaitu Bapak Hamid S.Pd bahwa siswa kelas X1 MA AN NAJAH memiliki nilai IPS yang rendah. Hal itu dikarenakan awalnya mereka memang kelas IPA yang semester sebelumnya tidak belajar IPS Sosiologi. Hasil belajar IPS Sosiologi yang rendah juga bisa dilihat pada hasil UTS semester dua kelas X1 MA AN NAJAH yang terlampir pada lampiran 23. Walaupun ada siswa yang mendapatkan nilai tinggi 85 namun secara keseluruhan masih banyak siswa yang mendapat nilai dibawah KKM 75.

1

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional h. 5

2

Aziz Safa, Restorasi Pendidikan Indonesia: Menuju Masyarakat Terdidik Berbasis

(16)

2

Pada tahun 2014 mulai dengan kurikulum baru yaitu menggunakan kurikulum 2013 tidak lagi menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Walaupun memakai kurikulum 2013 sistem

pembelajarannya lebih mengedepankan siswa untuk aktif belajar namun umur guru yang sudah relatif tidak muda lagi membuat proses pembelajaran metode ceramah. Guru yang sudah relatif tidak muda lagi beranggapan bahwa sulit untuk diterapkan terlebih masalah penilaiannya yang begitu banyak aspek penilaiannya tak terkecuali guru IPS Sosiologi. Dan pada semester dua sekolah yang tidak cocok dengan kurikulum 2013 dikembalikan ke kurikulum 2006.

Dalam proses pembelajaran dikelas X1 MA AN NAJAH sebenarnya sama saja menggunakan kurikulum KTSP ataupun Kurikulum 2013 guru lebih banyak menggunakan metode ceramah di dalam kelas. Terlebih lagi pada kelas X1 pada semester pada semester awal menggunakan Kurikulum 2013 pelajaran IPS belum ada dan pada semester yang kembali ke kurikulum KTSP pelajaran IPS ada kembali. Siswa-siswinya banyak yang mengeluh untuk belajar yang belum belajar yang di semester sebelumnya tidak ada pelajaran IPS dan di semester dua ada pelajaran IPS. Oleh sebab itu pembelajaran menekankan pada proses pembelajaran dan hasil belajar seperti yang ada pada metode inkuiri meskipun mereka baru belajar IPS akan dituntut untuk aktif dalam proses kegiatan belajar yang berdampak pada hasil belajar.

Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk

(17)

memahami informasi yang diinginkan itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.3

Pada hakekatnya belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. sejak dilahirkan hingga manusia meninggal. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi anatara seseorang dan lingkungan sekitarnya. Belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja. Tanda sesorang yang yang telah belajar adalah dengan adanya perubahan tingkah laku karena bertambahnya pengetahuan pada dirinya serta bertambahnya keterampilan dan sikap yang semakin dewasa.

Pengertian IPS pada tingkat SMA paling tidak ada dua arti: pertama, IPS bisa berarti salah satu Jenis program study (A3).4 Kedua Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berhubungan tentang mencari fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. Jadi IPS mengkaji semua yang terjadi dimasyarakat yang selalu berkembang dengan kejadian-kejadian yang tidak terduga setiap harinya. Karena sosial itu selalu mengalami perubahan setiap harinya yang membuat manusia harus memahaminya kenapa itu bisa terjadi.

Proses pembelajaran IPS menekankan pada pengembangan proses berpikir untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami kehidupan bermasyarakat secara langsung. Pendidikan IPS diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang kehidupan bermasyarakat. IPS sangat diperlukan untuk kehidupan sehari-hari untuk kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPS dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Proses pembelajaran IPS yang dilakukan secara inkuiri agar menumbuhkan kemampuan berfikir siswa, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya. Memiliki kemampuan dasar berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam

3

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta :

Kencana Prenada Media Group, 2006), cet pertama h. 1

4

(18)

4

kehidupan sosial.5 Sehingga dalam proses pembelajaran siswa di tuntut untuk berpikir bukan hanya terdiam dan mendengarkan penjelasan guru. Ini juga memicu siswa untuk lebih paham materi pelajaran dalam proses pembelajaran berlangsung. Dan apabila siswa turut serta dalam pembelajaran memberikan dia pengalaman yang tidak terlupakan.

Metode inkuiri merupakan metode pembelajaran penyelidikan yang melibatkan proses mental dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : (1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang fenomena (2) merumuskan masalah yang ditemukan. (3) merumuskan hipotesis, (4) merancang dan melakukan eksperimen. (5) mengumulkan dan menganalisa data, (6) menarik kesimpulan mengembangkan sikap ilmiah, yakni : objektif, jujur, hasrat ingin tau, terbuka, berkemauan, dan tanggung jawab.6

Hasil belajar dapat diartikan sebagai segala perilaku yang dimiliki seorang sebagai akibat proses belajar yang telah ditempuhnya. Belajar diarahkan pada pencapaian ssasaran atau tujuan belajar, baik yang berjangka panjang (tujuan institusional, kurikuler) maupun tujuan jangka pendek (tujuan pembelajaran). Keberhasilan pengajaran tidak hanya dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa, tetapi juga dari segi prosesnya.

Hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar. Hal ini berarti bahwa optimalnya hasil belajar siswa bergantung pula pada proses belajar siswa dan proses mengajar guru.7 Untuk itu sudah selayaknya pendidik tidak lagi berpandangan bahwa guru adalah seseorang yang dapat memberikan ilmu pengetahuan yang pasif, namun guru harus beranggapan bahwa siswa sebagai agen pembelajar yang aktif, dan guru hanya sebagai fasilitator sekaligus mediator yang kreatif.

Guru yang biasanya mengajar dengan metode konvensional berupa ceramah, siswa menjadi pasif, guru melakukan pembelajaran yang tidak

5

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sebuah Panduan Praktis, (Bandung :

PT. Remaja Rosda Karya, 2011), cet Kedelapan, h.126

6

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), cet

11, h. 109

7

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya,

(19)

mengarah pada pembentukan konsep diri siswa. contohnya menyuruh mengerjakan rangkuman materi yang ada pada buku pelajaran. lalu guru tidak menyuruh siswa untuk mengamati fenomena-fenomena sosial yang terjadi dan melakukan analisis terjadinya fenomena-fenomena sosial tersebut. Kurangnya guru memberikan contoh-contoh masalah sosial membuat siswa kurang memahami pelajaran, dan proses belajar tidak seperti yang diharapkan.

Mengenai masalah tersebut, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk menerapkan satu sistem yang berorientasi pada pengalaman. Adapun sistem yang berorientasi pada pengalaman tersebut salah satunya dapat

dilakukan dengan menerapkan metode inkuiri (belajar melalui

pengalaman/proses menemukan). konsep yang mendasari dari metode ini adalah bahwa pengetahuan itu diberikan langsung dari pikiran guru kepikiran siswa secara utuh, melainkan pengetahuan tersebut dibangun oleh siswa. Melihat permasalahan di atas, peneliti berpendapat dengan menggunakan metode inkuiri yang tepat, maka akan tecapai suatu proses pembelajaran yang efektif dan hasil belajar yang baik. Strategi belajar mengajar yang efektif untuk mencapai tujuan tertentu tergantung pada kondisi masing-masing unsur yang terlibat dalam proses belajar mengajar secara faktual, baik itu kemampuan siswa, kemapuan guru dalam mensiasati pembelajaran, sifat materi, sumber belajar, maupun hal-hal yang menyangkut masalah belajar mengajar.

(20)

6

akan akan muncul kemampuan berpikir yang kritis, karena selama proses pembelajaran berlangsung, guru terus menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada sisa yang dapat membangkitkan pemikiran siswa secara alamiyah, dengan demikian pikiran siswa akan termotivasi untuk selalu berpikir. Selain itu untuk mendukung metode inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Karena PTK hanya berfokus pada satu kelas saja. Disamping itu PTK juga mampu memperbaiki proses pembelajaran yang membantu guru untuk membuat refleksi kegiatan belajar yang lebih baik. Pada tiap siklusnya guru bisa memperbaiki apa kekurangan yang harus diperbaiki untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Tidak hanya itu dalam metode inkuiri setiap pertanyaan yang akan diberikan guru menuntut siswa akan aktif mencari serta meneliti sendiri pemecahan dari masalah yang dihadapinya.

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari uraian yang telah penulis kemukakan pada latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam hal ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Rendahnya hasil belajar siswa kelas X1 dalam pembelajaran IPS Sosiologi.

2. Guru sulit dalam memilih metode mengajar yang tepat dan sesuai dengan tujuan, jenis, dan sifat materi yang diajarkan.

3. Kurangnya penguasaan guru dalam menggunakan berbagai metode yang

bervariasi

C. Pembatasan Masalah

(21)

Siswa Kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan dengan menggunakan metode inkuiri.

D. Perumusan Masalah

Agar tidak terjadinya perbedaan interpretasi pada pembahasan ini, maka diperlukan suatu perumusan yang konkrit, yaitu :”Apakah penerapan metode inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar pada pelajaran IPS Sosiologi pada siswa kelas X1 MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan?”.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar IPS Sosiologi siswa melalui metode inkuiri.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan dalam menggunakan metode pembelajaran yang telah baik dan praktis dalam mata pelajaran IPS Sosiologi.

2. Manfaat Praktis 1. Bagi guru:

Dengan dilaksanakan penelitian ini, guru dapat mengetahui metode pembelajaran yang lebih baik, lebih praktis, dan kreatif sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.

2. Bagi siswa

1) Memberi suasana belajar yang menyenangkan 2) Siswa kreatif dalam pembelajaran

3. Bagi peneliti lain:

(22)

8

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A.Tinjauan Tentang Metode Inkuiri a. Pengertian Metode Inkuiri

Metode secara harfiah berarti “cara”. Sedangkan menurut Nana Sudjana

dalam bukunya mengatakan “ Metode dan alat adalah cara atau teknik yang

digunakan dalam mencapai tujuan”.1 Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode eksperimen, dan sebagainya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku puntuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa.

Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris, ini merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas.2 Carin dan Sund, menggunakan bahwa “inkuiri adalah the process of investigating a problem”, yaitu proses menemukan masalah”. Adapun Piaget

mengemukanan bahwa “inkuiri merupakan suatu metode yang

mempersiapkan peserta didik untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi ingin melakukan suatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawaban sendiri, serta menghubungkan

1

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009) h. 22

2

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002), cet.

(23)

penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang

ditemukan dengan penemuan peserta didik lain”.3

Metode Inkuiri ini menerangkan tentang bagaimana siswa untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi sehingga menemukan suatu penemuan. Siswa akan mendapat pengetahuan baru hasil dari mereka berdiskusi tentang masalah yang diberikan guru.

Strategi pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristis, yang berasal dari Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.4

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan, dapat kita simpulkan bahwa inkuiri merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat memicu keinginan peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan, serta memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya dengan melibatkan seluruh kemampuan yang mereka miliki, sehingga mereka dapat menemukan sendiri jawaban-jawaban dari pengalaman serta percobaan yang telah mereka lakukan.

Dalam proses belajar siswa memerlukan waktu untuk menggunakan daya otak untuk berpikir dan memperoleh konsep, prinsip, dan teknik menyelidiki masalah. Untuk meningkatkan teknik inkuiri dapat ditimbulkan dengan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :5

a. Membimbing kegiatan laboratorium

Guru menyediakan petunjuk yang cukup luas kepada siswa, dan sebagian besar perencanaannya dibuat oleh guru. Dimana siswa melakukan kegiatan percobaan/penyelidikan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ditetapkan guru.

3

E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2010), cet

11 h. 108

4

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta:Kencana,2006) h. 196

5

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002), cet.

(24)

10

b. Modifikasi Inkuiri

Dalam hal ini guru hanya menyediakan masalah-masalah, dan menyediakan bahan/alat yang diperlukan untuk memecahkan masalah secara perseorangan maupun kelompok.

c. Kebebasan Inkuiri

Setelah siswa mempelajari dan mengerti tentang bagaimana memecahkan suatu problema dan memperoleh pengetahuan cukup tentang mata pelajaran tertentu, serta telah melakukan modofikasi inkuiri, maka siswa telah siap untuk melakukan kebebasan inkuiri. d. Inkuiri Pendekatan Peranan

Siswa dilibatkan dalam proses pemecahan masalah yang cara-caranya serupa dengan cara-cara yang biasa dilakukan oleh ilmiawan. e. Mengundang ke dalam Inkuiri

Merupakan kegiatan proses belajar yang melibatkan siswa dalam tim-tim yang masing-masing terdiri dari 4 anggota untuk memecahkan masalah, masing-masing anggota diberi tugas suatu peranan yang berbeda seperti penasihat teknis, merekam data, dan proses penilaian. f. Teka-teki bergambar

Salah satu teknik untuk mengembangkan motivasi dan perhatian siswa di dalam diskusi kelompok kecil/besar.

g. Kejelasan Nilai-nilai

Pendekatan ini untuk menstimulir bakat-bakat kreatif siswa. Misalnya science dan ilmu-ilmu sastra lebih lanjut dikatakan emosi, efektif dan komponen-komponen rasional pada pikiran.

b. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial

(25)

Menurut Bruce Joyce dalam buku Wina Sanjaya mengakatakan “inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family)

subkelompok konsep masyarakat (concept of society).6Karena kajian ilmu-ilmu sosial mengenai fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat serta masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi juga hasil menemukan sendiri.7 Oleh sebab itu pembelajaran inkuiri sosial merupakan dari pembaruan pendidikan yang awalnya digunakan hanya untuk pembelajaran IPA namun sekarang bisa di gunakan untuk pembelajaran IPS. Adapun karakteristik pembelajaran inkuiri sosial yaitu :8

1. Aspek masalah

Aspek ini sangat penting untuk terciptanya diskusi antara anggota kelompok agar saling membantu dan bekerja sama. Permasalahan ini bisa berupa berita fenomena sosial dari koran, surat kabar, atau artikel dari internet.

2. Rumusasn hipotesis

Rumusan hipotesis ini merupakan dari fokus inkuiri karena penekanan fokus berpikir dari permasalahan, kenapa masalah itu bisa terjadi.

3. Penggunaan fakta sebagai pengujian hipotesis

Disini menekankan pada fakta yang ada dari permasalahan sosial dari untuk mendukung hipotesis tersebut apakah benar ada atau tidak.

c. Langkah-Langkah Melaksanakan Metode Inkuiri

Menurut Roestiyah dalam bukunya proses belajar melalui inkuiri melalui (1) Otonomi siswa, (2) Kebebasan dan dukungan pada siswa, (3) Sikap keterbukaan, (4) Percaya pada diri sendiri, (5) Self-consept, (6)

6

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(Jakarta:Kencana,2006) h. 205

7

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 89

8

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(26)

12

Pengalaman inkuiri yaitu terlibat dalam masalah.9 Sedangkan menurut

Syaiful Sagala dalam bukunya mengatakan “langkah-langkahnya (1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi, (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, (4) Mengkomunikasikan pada teman sekelas, Guru.10 Dan Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Sistm Pembelajaran Inkuiri (SPI) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :11

a) Orientasi

Langkah Oorientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelakjaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

b) Merumuskan Masalah

Langkah membawa siswa pada susatu persoalan yang mengandung teka-teki. Proses mencari jawaban dari teka-teki itulah yang sangat penting dalam strategi inkuiri, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman sangat berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c) Merumuskan Hipotesis

Langkah ini manakala ingin membuktikan tebakannya, maka ia akan sampai pada posisi yang bisa mendorong untuk berpikir lebih lanjut. Oleh sebab itu potensi untuk mengembangkan kemampuan menebak pada setiap individu harus selalu dibina.

9

Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta, PT Rineka Cipta, 2002), cet.

kedelapan h. 80

10

Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Alfabeta, 2013) h. 89

11

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

[image:26.595.117.511.154.623.2]
(27)

d) Mengumpulkan Data

Dalam pembelajaran Inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk mencari informasi yang dibutuhkan.

e) Menguji Hipotesis

Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan.

f) Merumuskan Kesimpulan

Kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. merumuskan kesimpulan merupakan proses akhir dalam proses pembelajaran. Hasil dari tugas kelompok yang diberikan guru diakhiri dengan merumuskan kesimpulan.

d. Keunggulan dan Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)

Dalam pembelajaran Inkuiri mempunyai keunggulan dan kelemahan berikut ini:

1. Keunggulan Strategi Pembelajan Inkuiri

Metode Inkuiri merupakan pembelajaran yang banyak dianjurkan oleh karena metode ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya :12

a. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-consept” pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide baik.

b. Membantu menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru..

12

(28)

14

c. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap obyektif, jujur dan terbuka.

d. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

e. Memberikan kepuasan yang bersifat intrinsik. f. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. g. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. h. Memberikan kebebasan siswa untuk belajar sendiri. i. Siswa dapat menghindari cara-cara yang tradisional.

j. Dapat memberikan waktu pada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi. 2. Kelemahan Strategi Pembelajaran Inkuiri

Disamping memiliki keunggulan, Metode Inkuiri juga mempunyai kelemahan, diantaranya :13

a. Jika SPI digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan

waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan.

d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka SPI akan sulit di implementasikan oleh setiap guru.

B.Tinjauan Tentang Belajar dan Hasil Belajar a. Pengertian Belajar

Banyak orang mengatakan belajar hanya menghapal pelajaran di Sekolah dan mendengarkan guru ceramah. Menurut Witherington dalam

13

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan

(29)

buku Nana syaodah mengatakan “ Belajar merupakan perubahan dalam

kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang

berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.14 Menurut Howard L. Kingskey mengatakan bahwa “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed

through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.”15 Berdasarkan dari beberapa definisi di atas tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang dengan pengalaman yang didapatkan serta bertambahnya pengetahuan (kognitif) dan pengembangan psikomotoriknya ke arah yang lebih baik. dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan membuat seseorang secara sadar untuk mengubah perilakunya berdasarkan norma dan nilai yang berlaku disekitarnya serta mampu hidup ditengah masyarakat dengan baik.

b. Tujuan Belajar

Belajar dilakukan secara terencana, sehingga belajar pasti memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai setelah proses belajar terjadi. Tujuan belajar ini juga menjadi bahasan tersendiri bagi para pakar pendidikan sehingga menghasilkan beragam pandangan.

Menurut Prof. Pupuh Faturrahman dalam bukunya mengatakan “ Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, maka sangat dibutuhkan peran pendidik yang profesional”.16 Oleh sebab itu, pendidikan akan berfaedah besar, apabila dapat menumbuhkembangkan kepribadian manusia, maka tujuan dari pembelajaran adalah mengembangkan strategi dan teknologi yang lebih manusiawi dalam rangka menciptakan ketahanan

14

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT

Remaja Rosdakarya, 2009) Cet kelima , h. 155

15

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2011), Cet ketiga

h. 13

16

Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT Refliks Aditama,

(30)

16

dan keterampilan manusia guna menghadapi kehidupan yang secara terus-menerus berubah. Oleh sebab itu, pembelajaran harus mampu menjawab kebutuhan peserta didik, untuk merencanakan tujuan hidup, bagaimana membangun identitas diri, bagaimana membentuk ketangguhan diri, dan bagaimana mengupayakan relasi dan komunikasi pribadi yang efektif dengan sesama lingkungannya. Dengan demikian secara umum ada tiga tujuan pembelajaran yaitu :

1. Untuk mendapatkan pengetahuan.

2. Untuk menanamkan konsep dari pengetahuan, dan 3. Untuk membentuk sikap atau kepribadian.

c. Jenis-jenis Belajar

Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia juga bermacam-macam. Berikut macam-macam jenis belajar :17

1. Belajar Abstrak

Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berfikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang kuat di samping penguasaan atas prinsip, konsep dan generalisasi, termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, astronomi, filsafat, dan materi bidang studi agama seperti tauhid.

2. Belajar Keterampilan

Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/neuro muscular. Tujuannya untuk memperoleh

17

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2011), Cet ketiga

(31)

dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, dan memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama seperti ibadah shalat dan haji.

3. Belajar Sosial

Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah-masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah sosial seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah yang lain yang bersifat kemasyarakatan.

Selain itu, belajar juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran sosial antara lain pelajaran agama dan PPKn.

4. Belajar Berpikir

Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan. Belajar berpikir pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta

insight (tilikan akal) amat diperlukan.

Dalam hal ini hampir semua bidang dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah untuk keperluan ini, guru.

5. Belajar Rasional

(32)

18

Tujuannya ialah untuk memperoleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasioanl.

Problem Solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis dan sistematis.

Bidang-bidang studi yang dapat digunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberikan tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta. Artinya bidang-bidang studi non eksakta pun dapat memberi efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.

6. Belajar Kebiasaan

(33)

7. Belajar Apresiasi

Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu obyek. Tujuannya agar siswa memperoleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills) yang dalam hal ini kemampuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.

Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian, dan menggambar. Selain bidang-bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengimbangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.

d. Faktor-faktor Belajar

Dalam penyusuan kurikulum perlu diperhatikan beberapa faktor belajar. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :18

1. Kegiatan belajar

Belajar memerlukan banyak kegiatan, agar anak memperoleh pengalaman guna mengembangkan pengetahuan dan pemahaman, sikap dan nilai, serta pengembangan keterampilan. Pengajaran dianggap efektif jika anak bersifat aktif, sedangkan guru bertindak selaku pembimbing. Kurikulum harus disusun sedemikian rupa agar memberikan kesempatan yang luas pada siswa untuk melakukan berbagai kegiatan belajar seperti melihat, berpikir, kegiatan motorik, pemecahan masalah, dan sebagainya.

Hasil belajar akan menjadi lebih mantap jika para siswa sering diberikan ulangan dan latihan secara kontinyu, sistematis, dan terbimbing. Kurikulum perlu menyediakan alokasi waktu yang memadai dengan sistem penyampaian yang tepat, sehingga

18

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar,(Jakarta:PT. Rineka Cipta, 2011), Cet ketiga

(34)

20

memungkinkan dilakukannya ulangan, latihan dan penggunaan hasil belajar. Dengan demikian efisiensi dan efektivitas kurikulum harus direncnakan sedemikian rupa sehingga mutu pendidikan meningkat. 2. Kepuasan dan Kesenangan

Dorongan belajar akan bertambah besar jika belajar tersebut memberikan kepuasan kepada siswa. Karena kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan para siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Kepuasan juga akan tumbuh jika siswa mengetahui kemajuan belajarnya, sedangkan kegagalan justru memunculkan rasa frustasi yang tidak diharapkan.

3. Asosiasi dan Transfer

Berbagai pengalaman yang diperoleh, yaitu pengalaman lama dan baru, harus diasosiasikan dengan pengalaman dari situasi lain, sehingga memudahkan transfer hasil belajar. Berkaitan dengan transfer ini sering dibahas tiga toeri berikut :

a) Teori disiplin formal. Pembentukan berbagai daya pada manusia dapat diperkuat melalui latihan akademis.

b) Teori unsur-unsur yang identik. Transfer terjadi jika diantara dua situasi atau kegiatan terdapat unsur-unsur yang bersamaan.

4. Pengalaman Masa Lampau dan Pengertian

Berbagai pengalaman dan pengertian yang telah dimiliki sesuai akan memudahkannya menerima pengalaman baru. Pengalaman dan pengertian masa lampau tersebut menjadi dasar serta pengalaman apersepsi.

e. Hasil Belajar

(35)

Oleh sebab itu, dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan penilaian.19

f. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar

Dalam proses pembelajaran ada beberapa faktor yang

mempengaruhinya seperti faktor internal yaitu faktor psikologis dan fisiologis. adapun proses psikologis yaitu :20

a) Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif, kemampuan menggunakan konsep abstrak secara efektif, dan kemampuan pertralian-pertalian dan belajar dengan cepat sekali

b) Perhatian

Perhatian adalah keaktifan jiwa dipertinggi, jiwa semata-mata tertuju pada suatu obyek ataupun sekumpulan obyek.

c) Minat dan bakat

Minat dan bakat diartikan sebagai kecendrungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

d) Motif dan Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Sedangkan Menurut Hamzah B. Uno dalam bukunya mengatakan “motivasi itu perlu dalam belajar, ada beberapa peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :21

1. Peran Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar

19

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2012) h. 3

20

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran, (Jakarta: Referensi (GP Pres Group, 2013) h. 26

21

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis Di Bidang Pendidikan,

(36)

22

Motivasi dapat berperran dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat hal-hal yang pernah dilaluinya. Contohnya seorang anak akan memecahkan permasalahan berita pembegalan dari koran yang diberikan oleh gurunya, kemudian anak itu menggunakan internet sebagai alat bantu pemecahan masalah tersebut. Si anak menggunakan internet untuk mencari solusi dari berita tersebut 2. Peran Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaat bagi anak. Sebagai contoh seorang anak belajar menghitung dalam sekolah, setelah pulang sekolah ia pergi kewarung membeli makanan, dan ia menghitung sendiri apa yang ia beli. Dengan begitu ia semakin termotivasi belajar menghitung karena merasakan sendiri manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.

3. Motivasi Menentukan Ketekunan Belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar. sebaliknya apabila seseorang kurang atau tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak akan lama tahan belajar. e. Kognitifdan daya nalar

(37)

Menurut ahli yang lain seperti Toni fakor yang berasal dari fisiologis meliputi :22

1). Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya.

2). Beberapa penyakit yang kronis sangat mengganggu belajar tu. Misalnya : Pilek, Influenza, sakit gigi, batuk, dan sebagainya.

3). Keadaan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca indra.

C. Tinjauan Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) a. Pengertian Tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.23

Menurut Kemmis “ Action research as a form of self-reflective inquiry undertasken by participants in a social (including education) situation in

order to improve the rationality and justice of (a) their on social or

educational practices, (b) their understanding of these practice, and (c) the

situation in which practices are carried out.24 Jadi menurut Kemmis penelitian tindakan merupakan tindakan mengevaluasi diri dengan cara mengembangkan rasionalitas dengan cara melatih memposisikan diri seperti pada posisi tersebut.

22

Sumadi Suryabrata, Psikokologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT

Remaja Rosdakarya, 2010) hal 131-134

23

Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas : Untuk Meningkatkan

Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet Kedua h. 11

24

(38)

24

Pengertian lain Menurut Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama dalam

bukunya mengatakan “ Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan bertujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar meningkat”.25

Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif yang melatih rasionalitas yang benar ddan dilakukan oleh guru didalam keras dengan cara merencanakan, melaksanakan, merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan bertujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil

belajar meningkat”.

b. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Karakteristik penelitian tindakan kelas (PTK) dan membedakannya dengan jenis penelitian lain dapat dilihat pada ciri-ciri sebagai berikut:26

1) Masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan perkataan lain, guru merasa bahwa ada suatu yang perlu dipernaiki dalam pembelajaran yang dilakukannya selama ini, dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam guru sendiri (an inquiry of practice from within), bukan oleh orang luar. 2) Self-reflective inquiry atau penelitian melalui refleksi diri merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari lapangan atau objek atau tempat lain seperti responden, maka PTK mensyaratkan guru mengumpulkan data praktiknya sendiri melalui refleksi diri.

25

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

PT Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 9

26

Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan:

(39)

3) Penelitian tindakan kelas dapat dilakukan di dalam kelas, sehingga focus penelitian ini adalah kegiatan pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar

4) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara bertahap dan terus menerus, selama kegiatan penelitian dilakukan

5) Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK di terapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

Siklus dalam PTK terdiri dari empat tahapan, yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atas refleksi.27

6) Partisipatory (collaborative) dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperto teman sejawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini deperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK. Kolaborasi dalam pelaksanaannyam, seperti antara guru dengan teman sejawat, guru dengan kepala sekolah, guru dengan dosen dan guru dengan pengawas.

7) Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara terus menerus, selama kegiatan dilakukan. Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus pelaksanaan berupa pola: perencanaan-pelaksanaan-observasi-refleksi-revisi (Perencanaan ulang).28

c. Model Penelitian Tindakan Kelas

Pada prinsipnya diterapkan PTK atau CAR (Classroom Action Research) dimaksudkan untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Terdapat beberapa model atau desain yang dapat diterapkan,

27

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas : sebagai pengemban prifesi guru,

(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008) h. 59-60

28

Igak Wardhani dan Kuswaya Wihardit, Penelitian Tindakan Kelas (Tangerang Selatan:

(40)

26

diantaranya : 1. model Kurt Lewin, 2. model Kemmis dan Mc Taggart, 3. model John Elliot, 4. model Hopkins, dan 5. model Mc Keman.29

Dalam penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan perkembangan dari konsep dasar yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Hanya saja, komponen action

dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai alat satu kesatuan. Disatukannya kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara implementasi action dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan. Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu kesatuan waktu, begitu berlangsungnya suatu tindakan begitu pula observasi juga dilaksanakan.

d. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan beberapa penelitian yang relevan. Penelitian relevan yang pertama yaitu penelitian yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darussaman Kedoya Utara Jakarta Barat ”, yang ditulis oleh Alfiyah metode inkuiri sebagai salah satu metode pembelajaran dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan mempunyai pengalaman. metode inkuiri menekankan pada proses belajar dan hasil belajar. Dalam pembelajaran keterlibatan siswa siswa secara langsung pada mampu memberikan pengalaman pada siswa. Dalam pembelajaran yang lebih mengedepankan siswa aktif mampu memberikan pemahaman yang lebih mendalam yang berdampak pada hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa pada penelitian ini mencapai ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 80%. 30

29

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta:

PT Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 19

30

Alfiyah, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Penerapan Metode Inkuiri Pada Mata Pelajaran IPA Di Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Darussaman Kedoya Utara Jakarta Barat ”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan

(41)

Penelitian relevan yang kedua yaitu penelitian dengan judul “Pengaruh Metode Pembelajaran Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa MTs.

Al-Ittihadiyah Ciseeng pada Materi Pokok Perubahan Materi” dari penelitian

ini dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar kelompok kontrol dan proses berpikir siswa akan semakin bertambah kreatif, karena metode inkuiri menuntut siswa membentuk sendiri pengetahuan yang diperoleh dari hasil percobaannya, dan diharapkan mampu menerapkannya dalam kehidupan nyata.31

Relevansi ketiga yaitu penelitian Mustatiroh berjudul “Peningkatan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Dalam Artikel Surat Kabar

Dengan Metode Inkuiri Siswa Kelas IX SMPN 225 Jakarta Barat” dalam

penelitian ini mustatiroh ingin meningkatkan hasil belajar bahsa indonesia dengan menggunakan metode inkuiri. Metode ini membedakan kalimat fakta dan opini secara kritis dengan pengamatan dan menyimpulkan dengan kalmat sendiri. Penelitian ini sukses mengalami ketuntasan belajar siswa mencapai 100%.32

e. Hipotesis Tindakan

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara terhadap susatu masalah sampai terbukti kebenarannya oleh data atau fakta yang dikumpulkan dari lapangan.33 Berdasarkan kajian teoritis maka hipotersis penelitian ini adalah

“Penerapan Metode Inkuiri Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran IPS Sosiologi (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas X1

MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan)”.

31

Ita Puspita Dewi, “Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar Kimia”,Skripsi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Jurusan Tarbiyah dan

Keguruan, 2009), h. 66

32Mustatiroh berjudul “

Peningkatan Kemampuan Membedakan Fakta dan Opini Dalam Artikel Surat Kabar Dengan Metode Inkuiri Siswa Kelas IX SMPN 225 Jakarta Barat”, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, (Jakarta: Perpustakaan Jurusan Tarbiyah dan Keguruan, 2012)

33

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT.

(42)

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

[image:42.595.101.526.194.758.2]

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Februari – 31 Juni 2015 terhadap kelas X semester 2 tahun ajaran 2014/2015 yang bertempat di MA AN NAJAH Petukangan Jakarta Selatan.

Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian

NO Tahap Penelitian

Waktu Penelitian

Januari Februari Maret April Mei 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Perencanaan Penelitian

Penyusunan dan pengajuan proposal

Pengajuan izin penelitian

Penyusunan instrumen dan perangkat penelitian

2 Pelaksanaan Penelitian

Proses penelitian

(43)

Penelitian

Proses analisis data

Penyusunan laporan penelitian

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja guru, sehingga belajar siswa dapat meningkat.1 Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif dengan guru bidang study IPS Sosiologi di sekolah. Dalam penelitian ini terdiri empat fase, yaitu perencanaan, tindakan dan pengamatan, refleksi. Model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan adalah model Kemmis dan Mc Taggart. Tahapannya sebagai berikut :2

1. Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pembelajaran sebagai acuan pelaksana proses pembelajaran

b. Menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS)

c. Menyusun lembar observasi aktivitas siswa dan guru d. Menyusunlembar wawancara siswa dan guru

e. Menyusun tes akhir siklus

1

Wijaya Kusuma dan Dedy Dwitagama, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT

Indeks, 2010) Cetakan kedua h. 9

2

(44)

30

2. Tindakan (action) dan Pengamatan (observation) a. Tindakan (action)

Tindakan dilaksanakan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya dengan rincian sebagai berikut :

1) Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 5-6 siswa

2) Peneliti melaksanakan pembelajaran dengan memberikan

penjelasan mengenai materi yang akan dibahas dan menyuruh siswa melakukan eksperimen.

3) Peneliti menyuruh siswa mengerjakan soal LKS setelah siswa melakukan eksperimen

4) Secara acak peneliti menunjuk perwakilan kelompok tiap-tiap kelompok untuk eksperimennya didepan kelas.

5) Pada akhir siklus dilakukan tes akhir untuk mengethui perkembangan siswa dalam bentuk essai. Hasil tes pada akhir siklus ini nantinya dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk tindakan berikutnya.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini dilakukan kolaborasi, guru sebagai obsrver untuk mengisi lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru. Observasi digunakan bila obyek penelitian bersifat perilaku manusia, proses kerja, gejala alam, responden kecil.3

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap ini, hasil pengamatan yang dapat dari hasil belajar, lembar observasi aktivitas guru (peneliti), dan hasil wawancara dengan guru dan siswa dianalisis dengan guru pamong sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II.

3

Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D),

(45)

C. Subyek/Partisipan yang Terlibat dalam penelitian

Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah Kelas X1 yang berjumlah 34 orang semester genap di MA AN NAJAH PETUKANGAN JAKARTA SELATAN tahun ajaran 2014-2015.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti berperan sebagai pengajar. Guru bidang studi IPS Sosiologi MA AN NAJAH PETUKANGAN JAKARTA SELATAN berperan sebagai observer.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

[image:45.595.118.517.251.753.2]

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana hasil belajar siswa pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada siklus I terdapat kekurangan maka penelitian pada siklus II lebih diarahkan pada perbaikan dan jika pada siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada pengembangan.

Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan Siklus I

Tahap Kegiatan

Perencanaan 1. Mengurus surat izin penelitian

2. Membuat rencana pembelajaran

3. Membuat LKS, Lembar Observasi guru dan

siswa, dan Pedoman Wawancara 4. Membuat Instrumen penelitian

5. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.

6. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Pelaksanaan 1. Melakukan kegiatan belajar mengajar dengan

(46)

32

2. Penyampaian tujuan pembelajaran khusus

3. Melaksanakan langkah pembelajaran dengan

metode Inkuiri

Observasi 1. Observasi dilakukan saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dievaluasi adalah pada ranah kognitif. Kegiatan belajar diakhiri postes

Refleksi 1. Hasil evaluasi dijadikan dasar tahap refleksi

dalam rangka perbaikan, pelaksanaan tindakan selanjutnya. (siklus II dan seterusnya).

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Proses pembelajaran melalui metode inkuiri diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep Penyimpangan sosial. Indikator untuk mengetahui keberhasilan penelitian ini ditetapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa pada konsep Penyimpangan Sosial yang dilihat dari ketercapaian KKM 75. Indikator keberhasilan ketuntasan belajar pada konsep Penyimpangan Sosial 100%. Peningkatan hasil belajar siswa dapat tercermin dalam hasil belajar yang mencapai ketuntasan dengan nilai >75.

G. Data dan Sumber Data

(47)

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar observasi, pedoman wawancara, tes hasil belajar. Berikut penjelasan masing-masing.

1. Lembar Observasi

Lembar observasi terdiri dari dua macam yaitu lembar observasi guru dan lembar

Gambar

Gambar 4.1
gambar, laporan, bagan, (4) Mengkomunikasikan pada teman sekelas,
Tabel 3.1 Perencanaan Waktu Penelitian
Tabel 3.2 Tahapan Intervensi Tindakan Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Promjer svrdla također je jedan od bitnih faktora koji utječe na temperaturu kosti tijekom bušenja.. Porastom promjera povećava se i kontaktna površina između svrdla i

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang dilakukan oleh penulis , penulis menemukan penelitian yang sama mengenai tanah wedi kenser yang pernah dilakukan oleh

Aedes Berdasarkan hasil penelitian diketahui bah- wa jumlah penghuni yang banyak atau termasuk dalam kategori keluarga besar berpengaruh ter- hadap jumlah TPA

[r]

Berdasarkan penjelasan yang telah disampaikan oleh peneliti tentang penelitian yang akan dilaksanakan sesuai dengan judul tersebut diatas, saya mengetahui bahwa tujuan penelitian

Aplikasi ini dapat melakukan pendeteksian plagiarisme pada program hasil assessment dan tugas mata kuliah Pemrograman Berorientasi Objek dengan menggunakan fitur Check

BAHASA INGGRIS BAHASA INGGRIS SMP/MTs SMP/MTs KURIKULUM 2006 KURIKULUM 2006 SMP/MTs DKI JAKARTA SMP/MTs DKI JAKARTA TAHUN PELAJARAN 2018-2019 TAHUN PELAJARAN 2018-2019... PANDUAN

Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain kasus kontrol dimana variabel independen ( status imunisasi, status vitamin A, riwayat pemberian ASI, riwayat