BAB II KAJIAN PUSTAKA
2. Tinjauan Tentang Program Pendidikan Kesetaraan Paket B
Pendidikan kesetaraan merupakan salah satu program pendidikan nonformal, sedangkan pengertian pendidikan kesetaraan menurut Mustofa Kamil, (2011:96):
”pendidikan kesetaraan merupakan program yang sangat vital dalam menjawab permasalahan mutu sumber daya manusia, terutama dalam masalah pendidikan. Pendidikan kesetaraan sangat dibutuhkan oleh masyarakat dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan, keterampilan fungsional, mengembangkan sikap, dan kepribadian profesional peserta didik”.
Menurut Sudjana (2004:145), pendidikan kesetaraan adalah program pendidikan nonformal yang menyelenggarakan pendidikan umum setara SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan mungkin pula PT yang mencakup satuan kelompok belajar dalam bentuk program paket A, paket B, paket C, dan mungkin paket D.
Program paket A setara SD atau MI dan paket B setara SMP atau MTs berfungsi untuk menuntaskan wajib belajar Sembilan tahun terutama pada kelompok usia 3 tahun di atas usia sekolah dan bagi siapapun yang terkendala memasuki jalur pendidikan formal karena
berbagai hal serta bagi individu yang menentukan pendidikan kesetaraan atas pilihan sendiri. Program paket C setara SMA atau MA memberikan pelayanan pendidikan bagi siapapun yang kebutuhan pendidikannya tidak dapat dipenuhi oleh jalur pendidikan formal.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesetaraan merupakan program pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan nonformal meliputi program paket A setara SD, paket B setara SMP, dan paket C setara SMA. Program pendidikan kesetaraan memberikan layanan kepada masyarakat yang membutuhkan dan kurang beruntung mengenyam pendidikan formal.
b. Pengertian Program Paket B
Menurut Mustofa Kamil (2011:97), “program paket B merupakan program pendidikan luar sekolah yang setara dengan pendidikan formal SMP/MTs”. Menurut Umberto Sihombing (2001:38), “program paket B adalah program pendidikan dasar pada jalur pendidikan nonformal setara SMP atau MTs bagi siapapun yang terkendala ke pendidikan formal atau berminat dan memilih pendidikan kesetaraan untuk ketuntasan pendidikan dasar”. Pemegang ijazah program paket B memiliki hak eligibilitas yang sama dengan pemegang ijazah SMP atau MTs.
Menurut Saleh Marzuki (2010:98), “program paket B setara SMP adalah bentuk-bentuk pelayanan pendidikan melalui jalur pendidikan nonformal yang diharapkan dapat membantu mereka yang kurang
beruntung dan tidak terserap pada pendidikan persekolahan atau formal”.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa program paket B merupakan salah satu program pendidikan kesetaraan SMP/MTs yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan nonformal untuk menuntaskan pendidikan dasar dan membantu masyarakat yang tidak terserap dalam pendidikan formal.
c. Tujuan Program Paket B
Menurut Mustofa Kamil (2011:98), “program paket B bertujuan untuk memperluas akses pendidikan dasar sembilan tahun melalui pendidikan nonformal yang menekankan pada keterampilan fungsional dan kepribadian professional, meningkatkan mutu dan daya saing lulusan serta relevansi program pendidikan kesetaraan, dan menguatkan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap penyelenggaraan dan penilaian program pendidikan kesetaraan”.
Menurut Saleh Marzuki (2010:67), tujuan paket B yaitu: 1) membentuk warga negara yang beriman, berkarakter, dan bermartabat, 2) meningkatkan kemampuan literacy dan numeracy, 3) meningkatkan pengalaman belajar mandiri, kreatif, dan produktif, 4) mengikuti pendidikan lanjutan.
Pada dasarnya program paket B bertujuan untuk memberikan layanan kepada masyarakat untuk mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan fungsional serta memperluas akses layanan bagi masyarakat yang belum tuntas pendidikan dasar.
d. Metode Pembelajaran Paket B
Menurut Ace Suryadi (2006:34-45), proses pendidikan kesetaraan dilakukan melalui metode pembelajaran tertentu yaitu:
1) metode kooperatif
Mengembangkan peserta didik yang mempunyai berbagai keunggulan berinteraksi dan bekerja sama untuk menguasai suatu konsep atau keterampilan yang digunakan bukan untuk diri sendiri tetapi untuk memotivasi semua peserta didik.
2) metode interaktif
Suatu kaidah melibatkan interaksi antara pendidik dan peserta didik, antara peserta didik dengan media, dan lingkungannya.
3) peta konsep
Membangun pengetahuan peserta didik dengan cara menghubungkan konsep-konsep yang sedang dipelajari.
4) penugasan
Metode ini hakikatnya hampir sama dengan pembelajaran berbasis masalah. Peserta didik diberi masalah dan ditugaskan atau membuat hasil karya baik secara mandiri atau kelompok.
5) eksperimen
Metode eksperimen merupakan salah satu pembelajaran yang biasa digunakan dalam pendidikan, dengan melakukan kajian tentang suatu fenomena yang terjadi di alam sekitar.
6) diskusi
Suatu kegiatan yang memberi peluang kepada peserta didik untuk berperan aktif secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.
7) simulasi
Proses belajar dengan bermain peran atau menggunakan alat peraga. Metode ini membawa suasana menjadi hidup karena peserta didik memerankan sesuatu.
8) kajian lapangan
Kajian lapangan dapat membantu peserta didik untuk hidup mandiri, misalnya dengan perkemahan, bakti, sosial, dan studi banding. 9) modul
Salah satu pendekatan pembelajaran mandiri yang difokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. e. Komponen-komponen Penyelenggaraan Program Paket B
Di dalam penyelenggaran program paket B tentunya memerlukan komponen-komponen yang saling berkaitan. Berikut ini adalah komponen-komponen yang terdapat dalam penyelenggaraan program paket B, yaitu:
1) peserta didik
Menurut Oemar Hamalik (1994:7), “peserta didik merupakan suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional”. Menurut Sisdiknas (2006:3), “peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu”. Pendapat lain mengatakan peserta didik adalah orang yang mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan harapan masa depan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan pengertian peserta didik paket B adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan yang ingin mengembangkan potensi dan ingin menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita yang diharapkan.
Dalam buku Acuan Kurikulum Pendidikan Kesetaraan program Paket A, B, C (Depdiknas 2004:3), peserta didik program paket B adalah warga msyarakat yang:
(a) lulus paket A/SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah), (b) putus SMP/Mts (Madrasah Tsanawiyah),
(c) tidak dapat bersekolah karena tidak ada sekolah atau letak sekolah yang tidak terjangkau, karena sudah tejun ke masyarakat, bekerja atau hal lain.
2) pendidik/tutor
Tenaga Pendidik adalah warga masyarakat yang memiliki kelebihan baik dibidang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu serta mau mengalihkan apa yang dimilikinya pada peserta didik melalui proses pembelajaran, orang yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Umar Tirtaraharja dan La Sulo dalam Dwi Siswoyo dkk, (2007:126).
Pengertian tenaga pendidik atau tutor berdasarkan Buku Petunjuk Teknis Program kejar paket B disebutkan bahwa tenaga pendidik atau tutor adalah guru dan tenaga kependidikan lainnya yang menguasai mata pelajaran sesuai mai teri yang diajarkan dalam kejar Paket B. Fungsi tutor adalah sebagai pendidik dalam program kejar paket B. Tanggung jawab tutor adalah mengajarkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap terhadap warga belajar sehingga mampu menguasai pelajaran yang diajarkan.
Dalam buku Acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan program Paket A, B, C (Depdiknas 2004:37), disebutkan bahwa tutor atau nara sumber teknis untuk anak jalanan terdiri dari Lembaga swadaya masyarakat (LSM), Organisasi sosial masyarakat (Orsosmas), Organisasi Masyarakat (ormas), Pamong Belajar, Petugas sosial, Anggota masyarakat yang berkompetensi dalam pembinaan anak jalanan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa seorang tutor dapat berasal dari LSM, Orsosmas, ataupun Ormas
yang memiliki penguasaan materi pelajaran yang sesuai dengan yang diajarkan.
3) metode
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 41- 52), “Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh pendidik dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pembelajaran berakhir. Pendidik tidak akan dapat melaksanakan tugasnya apabila tidak menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan atau direncanakan.
4) media
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010: 41:52), “media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, minat, dan perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar, serta dapat mencapai tujuan”. Sedangkan menurut Daryanto (2011:4), “media merupakan sarana perantara yang digunakan dalam proses pembelajaran”.
5) kurikulum
Kurikulum tingkat satuan program pendidikan kesetaraan Paket B dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut::
berpusat pada kehidupan, beragam dan terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, menyeluruh dan berkesinambungan, dan prinsip belajar sepanjang hayat.
Dalam buku acuan Pelaksanaan Pendidikan Kesetaraan Program Paket A,B,C (Depdiknas 2004:11-12) disebutkan bahwa: kurikulum untuk program paket B sekurang-kurangnya memuat (a) Mata pelajaran yang berorientasi akademik yang setara dengan kompetensi minimal pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran ini mencakup teori dan praktek sesuai dengan kondisi dan keperluan masing-masing kelompok peserta didik, yang terdiri atas Pkn, IPS, bahasa indonesia, bahasa inggris dan matematika; (b) Mata pelajaran yang berorientasi kecakapan hidup termasuk kemampuan bekerja, kewirausahaan, berusaha mandiri, membuka lapangan kerja, kerumahtanggan, ekonomi lokal, keterampilan, kesenian dan olahraga.
Ketentuan pembelajaran untuk program paket B adalah sebagai berikut:
(a) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (2 semester) minimal 34 minggu.
(b) Jumlah jam per minggu adalah 1620 menit (27 jam). Jumlah jam per tahun adalah 918 jam.
(c) Mata pelajaran bahasa indonesia menekankan aspek kmampuan membaca, menulis, berkomunikasi secara logis dan komunikatif.
(d) Mata pelajaran matematika menekankan aspek berhitung komunikasi dengan angka secara logis dan sistematis. (e) Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam terdiri atas
Fisiska, Biologi, dan Kimia yang disajikan secara terpadu dengan potensi daerah setempat seperti pertanian, kelautan, perikanan, dan perkotaan.
(f) Tema-tema kewarganegaraan, Ekonomi, serta Geografi digunakan dalam mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan dan Ilmu Pengetahuan Sosial
(g) Jenis Mata pelajaran yang berorientasi kecakapan hidup merupakan pilihan disesuaikan dengan potensi, kebutuhan, dan sumber daya setempat setempat seperti pertanian, perikanan, jasa dan industri (Depdiknas, 2004:14-15).
6) Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu strategi dalam mengelola secara sistematis kegiatan pembelajaran sehingga sasaran didik dapat mencapai isi pelajaran atau mencapai tujuan seperti yang diharapkan dalam kegiatan pembelajaran tutor dituntut memiliki kemampuan memilih strategi pembelajaran yang tepat. Untuk memilih strategi pembelajaran hendaknya berangkat dari perumusan tujuan yang jelas. Setelah tujuan pembelajaran ditentukan, kemudian memilih strategi pembelajaran yang efektif dan efisen. Suatu strategi pembelajaran dikatakan efektif dan efisien apabila metode tersebut dapat mencapai tujuan degan waktu lebih singkat dan strategi yang ain. Kriteria lain yang perlu diperhatikan dalam memilih strategi pembelajaran adalah tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Dalam pengelolaan pembelajaran seorang tutor perlu menyiapkan materi, metode,media, dan semua fasilitas yang dapat mendukung dan memperlancar terjadinya proses pembelajaran. 7) materi
Menurut Wina Sanjaya (2011:60), “materi merupakan inti dalam proses pembelajaran, artinya merupakan proses pembelajaran dan diartikan sebagai proses penyampaian materi”. Materi pembelajaran biasanya tergambarkan dalam buku pelajaran. Penyampaian materi pembelajaran biasanya berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran.
8) kegiatan pembelajaran
Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2010:41- 52), kegiatan pembelajaran adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang akan diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran akan melibatkan semua komponen pembelajaran, kegiatan ini akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai.
9) bahan ajar
Menurut Wina Sanjaya (2011:61), “bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktur dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas”. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan yang tertulis maupun tidak tertulis. Pandangan dari ahli lainnya mengatakan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis, baik tertulis maupun tidak tertulis, sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar.
10) sarana dan prasarana
Menurut Anwar (2004:151), “sarana adalah segala jenis fasilitas yang dapat menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Sarana dan prasarana pembelajaran meliputi:
(a) Tempat Belajar
Pembelajaran dapat dilakukan diberbagai lokasi dan tempat yang sudah ada baik milik pemerintah, masyarakat atau pribadi seperti gedung sekolah, rumah penduduk, serambi masjid, balai desa atau tempat-tempat yang layak digunakan untuk pembelajaran.
(b) Administrasi
Untuk menunjang kelancaran pengelola kelompok belajar diperlukan sarana adiministrasi meliputi: Papan nama kelompok belajar, Papan struktur organisasi, Kelengkapan administrasi yaitu: buku induk tutor, buku induk peserta didik, buku kas, buku inventaris, buku daftar hadir, buku agenda pembelajaran, buku laporan bulanan, buku daftar nilai, dan lain-lain
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana pembelajaran merupakan salah satu komponenprogram Paket B yang harus ada guna menunjang kelancaran kegiatan pembelajaran.
11) evaluasi belajar
Evalusi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Di dalam pelaksanaan evaluasi atau penilaian, pendidik perlu menentukan kriteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian dengan kompetensi dalam
kurikulum. Penilaian hasil belajar berorientasi pada acuan atau patokan indikator hasil belajar, ketuntasan belajar, multi alat, dan cara penilaian. Evaluasi dapat dilakukan sebelum pembelajaran, selama pembelajaran, dan sesudah pembelajaran.
12) sumber pendanaan
Pendanaan penyelenggaraan program paket B dari Anggaran dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), swadaya masyarakat, dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat.
f. Langkah-Langkah Pembelajaran Program Paket B
Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan, dalam proses pembelajaran ada tiga langkah pembelajaran, yaitu:
1) perencanaan
Menurut Umberto Sihombing (2000:58), tahap perencanaan adalah menentukan rumusan pembelajaran berupa tujuan yang akan dicapai, media, sumber belajar, materi, metode pembelajaran, evaluasi yang akan diterapkan, dan alokasi waktu yang diperlukan dalam pembelajaran.
2) pelaksanaan
Menurut Umberto Sihombing (2000:65), “tahap pelaksanaan merupakan aktivitas pembelajaran bukan hanya proses penyampaian dan penerimaan informasi tetapi juga memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik”. Pengalaman ini harus
memberikan dorongan untuk merubah tingkah laku peserta didik seperti yang diinginkan.
Di dalam tahap pelaksanaan pembelajaran, di dahului dengan persiapan pembelajaran yaitu penyusunan rencana pembelajaran. Menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang sudah dirumuskan. Pendidik memberikan materi pembelajaran.
3) evaluasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010:3), “evaluasi merupakan proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai”. Definisi lain dikatakan oleh Cronbach dan Stufflebeam yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2010:3), menjelaskan bahwa “proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauhmana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat suatu keputusan”. Tahap evaluasi pembelajaran melibatkan pendidik dan peserta didik. Evaluasi yang bisa dilakukan sebelum proses pembelajaran, dalam proses pembelajaran, dan setelah pembelajaran selesai. Penilaian hasil yang bertujuan untuk mengukur tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran.
Evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Di dalam pelaksanaan evaluasi atau penilaian, pendidik perlu menentukan kriteria
keberhasilan, cara, dan jenis penilaian dengan kompetensi dalam kurikulum. Penilaian hasil belajar berorientasi pada acuan atau patokan indikator hasil belajar, ketuntasan belajar, multi alat, dan cara penilaian.
Di dalam proses pembelajaran harus melalui langkah-langkah yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Ketiga langkah ini merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran.