• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Pengertian persalinan

Persalinanan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (36-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni,2013; hal : 185 ).

Adapun bentuk persalinan sebagai berikut :

a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.

b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.

c. Persalinan anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010; hal : 164).

2. Etiologi persalinan

Penyebab terjadinya persalinan karena beberapa teori diantaranya adalah:

a. Teori penurunan hormone:1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul His bila kadar progesterone turun

b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekjangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahi,

c. Teori distensi rahim: Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter

d. Teori iritasi mekanik,dibelakang serviks terletak ganglion servikale.bila ganglion ini digeser dan ditekkan, misalnya ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus (Prawirodiharjo,2007;hal.181).

3. Proses terjadi persalinan

Dalam proses terjadinya persalinan ada dua hormone yang dominan saat hamil, yaitu :

a. Estrogen yang meningkatkan sensitivitas otot rahim, memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.

b. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot plos relaksasi (Manuaba, 2010; hal : 167).

Permualaan terjadinya persalinan dari penurunan hormone progesterone menjelang persalinan dapat menimbulkan kontraksi otot rahim menyebabkan:

a) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bwah, di atas simfisi pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing karena kandung kemh tertekan kepala.

b) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun

c) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar serviks(tanda persalinan palsu).

d) Terjadi perlunakan serviks karena terdapatkontraksi otot rahim e) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan

(Manuaba, 2010; hal : 167-169). 4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1) Power / tenaga yang mendorong anak

Power atau tenaga yang mendorong anak adalah : a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan

1. His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks Terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri.

2. His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks. 3. Tenaga mengejan .

4. Kontraksi otot-otot dinding perut.

5. Kepala di dasar panggul merangsang mengejan. 6. Paling efektif saat kontraksi/ his.

2) Passage / panggul

a. Bagian-bagian tulang panggul 1. Dua Os Coxae (a) Os ischium (b) Os pubis (c) Os sacrum (d) Os illium 2. Os Cossygis

Pelvis mayor disebelah atas pelvis mino, superior dari linea terminalis. Fungsi obstetriknya menyangga uterus yang membesar waktu hamil (Sukarni,2013; hal : 186-187).

3) Passanger / Fetus

a. Akhir minggu ke-8 janin mulai Nampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas pada minggu akhir minggu ke-12. b. Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah sapat dikenali. c. Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi usia

kehamilan 16-20 minggu.

d. Detak jantung janin mulai terdengar minggu 18/10. e. Panjang rata-rata jnain cukup bulan 50 cm.

f. Berat rata-rata janin laki 3400 gr/ perempuan 3150 gr. g. Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama.

Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari factor passanger adalah :

a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir, seperti :

a. Presentasi kepala (verteks, muka, dahi)

b. Presentasi bokong (bokong murni/ frank breech), bokong kaki (complete breech), letak lutut atau leatk kaki (incomplete breech)

c. Presentasi bahu (letak lintang) b) Sikap janin

Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi dan defleksi.

Hubungan bagian / point pnentu dari bagian teendah janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur:

a. Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melenting

b. Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu, dan scapula

c. Bagian panggul ibu : depan, belakang

d) Bentuk / ukuran kepala janin menetukan kemampuan kepala untuk melewati jalan lahir

(Sukarni,2013; hal : 194-195). 5. Tahapan dalam persalinan

a. Persalinan kala I 1. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol (0 cm ) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan multigravida sekitar 8 jam (Manuaba, 2010; hal : 173).

Persalinan kala I di bagi 2 fase, yaitu :

1) Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam.

a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

b. Fase dilatai maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. (Sukarni,2013; hal : 213).

Selama fase laten kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara seksama, yaitu : denyut jantung janin setiap 30 menit, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit , nadi setiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah dan temperature setiap 4 jam, produksi urine, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam.

Perubahan-perubahan fisiologis kala I adalah :

a. Perubahan hormone

b. Perubahan pada vagina dan dasar panggul : 1) Kala I : ketuban meregang vagina bagian atas

2) Setelah ketuban pecah : perubahan vagina dan dasar panggul karena bagian depan anak

c. Perubahan serviks 1) Pendataran 2) Pembukaan

d. Perubahan uterus

Segemen atas dan bawah rahim

1) Segmen atas rahim : aktif, berkontraksi, dinding bertambah tebal

2) Segmen bawah rahim/SBR : pasif, makin tipis 3) Sifat khas kontraksi rahim :

a. Setelah kontraksi tidak relaksasi kembali (retraksi)

b. Kekuatan kontraksi tidak sama kuat : paling kuat di fundus

4) Karena segmen atas makin tebal dan bawah makin tipis Bentuk rahim

5) Kontraksi : sumbu panjang bertambah ukuran melintang dan muka belakang berkurang

6) Lengkung punggung anak berkurang : kutub atas anak ditekan oleh fundus, kutub bawah ditekan masuk PAP 7) Bentuk rahim bertambah panjang : otot-otot

memanjang diregang, menarik SBR dan serviks : pembukaan

e. Penurunan janin

2. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I

Pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi: a. Rasa takut

b. Stress

c. Ketidaknyamanan d. Cemas

e. Marah-marah

3. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I Kebutuhan ibu selama kala I :

a. Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman b. Nutrisi

c. Kebutuhan privasi

d. Kebutuhan dukungan emosional, social, dan spiritual b. Persalinan kala II

Persalinan kala II (kala pegeluaran ) di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum ynag terjadi pada persalinan kala II :

a. His menjadi lebih kuat dan lebuh sering b. Timbul tenaga untuk meneran

c. Perubahan dalam dasar panggul

d. Lahirnya fetus. (Sukarni, 2013; hal : 217)

Tanda dan gejala persalinan kala II :

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Ibu merasakan ada perbandingan tekanan pada rectum/ vagina c) Perineum menonjol

d) Vulva vagina, spinter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Sukarni, 2013; hal : 219-220).

Persiapan persalinan : a) Persiapan ruangan :

(a) Ruangan hangat dan bersih (b) Sumber air bersih dan mengalir (c) Air DTT

(d) Air bersih dengan jumlah yang cukup dan tersedia alat-alat unruk kebersihan

(e) Kamar mandi yang bersih dan jangan lupa di DTT (f) Tempat cukup luas, ibu mendapatkan privasi (g) Penerangan ynag cukup baik

(h) Tempat tidur bersih (i) Tempat yang bersih (j) Meja yang bersih b) Persiapan penolong

(a) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan (b) Pakai sarung tangan

(c) Perlengkapan perlindungan pribadi c) Persiapan perlengkapan persalinan

(a) Partus set, hecting set (b) Tempat sampah

(c) Tempat pakaian kotor (d) Alat pemeriksaan vital sign (e) Obat-obatan

(f) Alat suntik

(g) Bahan habis pakai (h) Pakaian bayi

d) Persiapan runagan untuk kelahiran bayi

Ruangan harus nersih dan hangat (bebas dari tiupan angin, sediakan lampu, slimut)

e) Persiapan ibu dan keluarga (a) Pendampingan oleh keluarga

(b) Libatkan keluarga dalam asuhan ibu (c) Support ibu dna keluarga

(d) Tentramkan hati ibu selama kala II

(e) Bantu ibu memilih posisi yang nyamann saat bersalin (f) Ajarkan ibu teknik meneran yang benar

(g) Anjurkan minum ibu sela kala II (h) Membersihkan perineum ibu (i) Pegosongan kandung kemih

(j) Amniotomi (Sukarni,2013; hal : 223-225).

Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena akan :

a. Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan hematoma b. Lebih sering menjadi rupture derajat III atau IV

c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan d. Meningkatnya resiko infeksi

E. Persalinan kala III (kala uri) a) His pelepasan uri

b) Tanda pelepasan plasenta : a. Uterus menjadi bundar

b. Perdarahan sekonyong-konyong c. Tali pusat yang lahir memanjang d. Fundus uteri naik

e. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500 cc. c) Terdiri dari :

a. Pelepasan plasenta b. Pegeluaran plasenta

d) Sebab-sebab pelepasan plasenta :

a. Pengecilan rahim ynag sekonyong-konyong akibat retraksi dan kontraksi otot-otot rahim : perlekatan plasenta sangat mengecil

b. Di tempat plasenta lepas hematoma : plasenta terangkat dari dasarnya (Sukarni,2013; hal : 233).

E. Fisiologi kala IV

Pesalinan kala IVdimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus

kembali kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan ranngsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut (Sumarah,2009; hal:166).

6. Persiapan di kamar bersalin

1) Pastikan tempatnya aman, tenang,dan menyenangkan 2) Penerangan secukupnya

3) Tersedian alat pertolongan pertama ibu dan bayi 4) Mempunyai persiapan untuk melakukan rujukan 5) Persiapan alat bersalin, terdiri dari :

a. 2 klem untuk mengklem tali pusat b. 1 gunting episiotomy

c. Gunting tali pusat

d. ½ koher untuk memecahkan ketuban e. Beberapa pasangan sarung tangan steril f. Penjepit benang pengikat tali pusat g. Duk steril

h. Beberapa lembar gas steril

i. Lidi kapas untuk disenfektan tai pusat

k. Duk pembungkus bayi 7. Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal

a. Handuk pembungkus bayi

b. Bak mandi untuk membersihkan lendir dan darah c. Gas untuk pembungkus tali pusat

d. Pakaian bayi yang bersih e. Tempat tidur bayi

8. Persiapan obat untuk pertolongan pertama a. Untuk bayi :

1. Natrium bikarbonat

2. Tabung oksigen dan maskernya 3. Pengisap lendir

4. Set infus dan cairannya b. Untuk parturien:

1. Uterotonika: sintosinan 9. Asuhan persalinan normal

58 langkah asuhan persalinan normal 1) Memastikan adanya tanda kala II

a. Ibu memepunyai keinginan untuk meneran

b. Ibu merasa ada tekanan yang meningkat pada rectum dan vagina

c. Perineum menonjol

2) Memastikan kelengkapan partus set dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dengan tambahan :

a. Menggelar kain di atas perut ibu

b. Menyiapkan oksitosin dan alat suntik steril 3) Memakai alat pelindung diri

4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir

5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan VT

6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan menggunakan tangan yang memakai sarung tangan

7) Melakukan vulva hygiene 8) Melakukan periksa dalam (VT)

9) Mendekontaminasikan sarung tangan yang telah di pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit

10) Memeriksa denyut jantung janin

11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap

12) Meminta keluarga membantu menyiapkanposisi serta ibu dalam keaaan mengejan

13) Melaksanakan bimbingan untuk meneran ketika da kontraksi 14) Menganjurkan ibu untuk barbering miring ke kiri jika belum

ada dorongan meneran

15) Meletakkan handuk bersih si perut ibu apabila kepala bayi telah membuka dengan diameter 5-6 cm

16) Meletakkan 1/3 kain(underpad) bersih di bawah bokong ibu 17) Membuka tutup partus set dan peiksa kembali

kelengkapannya

18) Memakai sarung tangan DTT

19) Melakukan tindakan setelah kepala Nampak 5-6 cm membuka vulva, melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain (kiri) menahan kepala bayi agar mampu mengatur laju defleksi supaya tidak terlalu cepat, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.

20) Memriksa adanya lilitan tali pusat

21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar

22) Menggerakkan atau memegang secara biparietal setelah adanya putaran paksi luar dengan cara gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakan kearah atas untuk melahirkan bahu belakang.

23) Menggeser tangan bawah kearah perineum untuk menyangga kepala lengan dan siku sebelah bawah menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan serta siku sebelah atas

24) Melakukan penelusuran sebelah tubuh dan lengan bayi lahir, berlanjut ke punggung bokong, tungkai serta kaki, memegang kedua mata kaki

25) Melakukan penilaian bayi sepintas

26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi di atas perut ibu 27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan janin tunggal 28) Memberitahu pada ibu bahwa akan disuntik oksitosin

29) Menyuntikkan oksitosin dalam waktu satu menit setelah bayi lahir di 1/3 paha atas distal lateral

30) Menjepit tali pusat menggunakan klem dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir dengan jarak 3 cm dari umbilicus bayi, sisi luar klem dorong tali pusat (pijat) kea rah ibu dan lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama

31) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat 32) Melakukan IMD dengan prinsip skin to skin

33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi

34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm dari vulva

35) Meletakkan satu tangan diatas kain perut ibu di tepi atas simpisis dan tangan kanan melakukan penegangan tali pusat 36) Menegangkan tali pusat setelah uterus kea rah belakang-

atas (dorsokranial) secara hati-hati

37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta lepas

38) Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus vagina, pegang dengan kedua tangan dan putar hingga selaput ketuban terpilin

39) Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 10 detik

40) Memeriksa kelengkapan plasenta bagian fetal dan maternal serta tidak ada bagian yang tertinggal

41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum

42) Memmastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam

43) Memberi cukup waktu untuk kontak kulit ibu dengan bayi 44) Melakukan penimbangan / pengukuran bayi, memebrikan

salep mata dan suntik vitamin K

45) Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B 1 jam setelah vitamin K

46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam, yaitu :

a. 2-3x dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. 15 menit pada satu jam kedua pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua psaca

47) Mengajarjan ibu dan keluarga cara melakukan masase uteus dan menilai kontraksi

48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah perdarahan/ kehilangan darah

49) Memantau kontraksi uterus jumlah perdarahan,TFU,TD,Nadi setiap 15 menit pada jam pertama post partum serta setiap 30 menit, pada jam kedua post partum dan mengukur suhu setiap 2 jam

50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik(40-60x/menit) serta suhu normal (36,5-37,5 C)

51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi selama 10 menit cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasikan

52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai

53) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir darah, dan memastikan ibu dalam keadaan bersih dan nyaman

54) Memastikan ibu merasa nyaman, memantau ibu dalam pemberian ASI dan menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman kepada ibu dan makanan yang diinginkan

55) Mendekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

56) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% 57) Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air

mengalir

58) Melengkapi partograf (APN,2008). 10. Tanda-tanda inpartu

a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada servik.

c. Ketuban pecah dengan sendirinya

d. Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada.

11. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin :

a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.

b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran. c. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi

komplikasi.

d. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.

f. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.

12. Tanda bahaya persalinan dan penatalaksanaannya :

1) Persalinan preterm

Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu. Penyebab terjadinya persalinan preterm adalah hipertensi, perkembangan janin terhambat, solusio plasenta, plasenta previa, kelainan rhesus, diabetes, kelainan uterus, ketuban pcah dini, serviks inkompeten dan kehamilan ganda(Mansjoer, 2001, h; 274-275).

Penatalaksanaannya :

Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Sebelum di rujuk berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan menilai kontraksi berhenti atau tidak. Bila kontraksi masih berlanjut berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan ketiga. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak minum. Tidak diperbolehkan bersenggama.

Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin,perdarahan antepartum yang banyak, korioamnionitis) dan kontraindikasi relatif (gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan pembukaan serviks 4 cm). Lakukan persalinan

pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram (Mansjoer, 2001, h; 274-275).

2) Kehamilan lewat waktu

Adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Tanda dan gejala yaitu perhitungan umur kehamilan yang lebih dari atau sama dengan 42 minggu, tidak timbul his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, gerakan janin jarang (Sarwono,2008, Hal: 562).

Penatalaksanaanya :

Bila keadaan janin baik tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea atau dengan induksi persalinan (Sarwono,2008, Hal: 562).

3) Distosia

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Disebabkan karena kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Distosia karena kelainan tenaga ada 2 yaitu inersia uteri dan incoordinate uterine action. Distosia karena kelainan

letak dan bentuk janin meliputi kelainan letak posisi atau presentasi misalnya presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap, presentasi belakang kepala oksiput melintang, presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi rangkap, letak sungsang, letak lintang, presentasi ganda, dan kehamilan ganda.

Pada kelainan bentuk janin misalnya pertumbuhan janin berlebih, hidrosefalus atau anensefalus, dan tali pusat terkemuka/menumbung. Sedangkan distosia karena kelainan tulang panggul yaitu adanya kelainan bentuk panggul seperti panggul jenis naegle, rakhitis, skoliosis, kifosis robert, dll. Serta kelainan ukuran panggul.

4) Inersia Uteri

Adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri ada 2 yaitu inersia uteri primer terjadi pada awal fase laten, dari permulaan his tidak adekuat dan inersia uteri sekunder terjadi pada fase aktif atau kala I dan kala II, pada permulaan his baik tetapi pada keadaan lebih lanjut terjadi inersia uteri (Sarwono,2008,Hal :564). Penatalaksanaannya :

Inersia uteri primer : perbaiki keadaan umum pasien. Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau primipara jika pembukaan tidak maju dalam 3 jam. Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam. Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila ada kemajuan his.

Oksitosin diberikan 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infus IV dengan kecepatan 12 tetes/menit. Bila tidak ada kemajuan hentikan pemberian oksitosin, lalu berikan lagi untuk beberapa jam. Jika tetap tidak ada kemajuan lakukan tindakan seksio sesarea.

Inersia uteri sekunder : pastikan tidak ada disporposi sefalopelvik. Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau primipara atau jika pembukaan tidak maju dalam 3 jam. Pecahkan ketuban dan berikan infus pitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% dengan kecepatan 12 tetes/menit, tetesan dinaikan perlahan-lahan sampai 50 tetes/menit. Nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik, bila tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea. Pada akhir kala I atau pada kala II persalinan dapat dilakukan dengan ekstrasi vakum atau cunam bila syarat memenuhi (Sarwono,2008,Hal :564).

5) Incoordinate uterine action

Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his yaitu meningkatnya tonus otot uterus di dalam dan di luar his, serta tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan serviks (Sarwono,2008, Hal:565).

Penatalaksanaannya :

Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat untuk memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian

uterus. Kurangi tonus otot dan ketakutan penderita dengan pemberian analgesik (morfin, petidin,dll). Lakukan persalinan dengan cunam bila syarat-syarat dipenuhi. Bila terjadi lingkarang konstruksi pada kala I lakukan seksio sesarea (Sarwono,2008, Hal:565).

6) Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap

Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap yaitu ubun-ubun kecil menetap di belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar panggul (Puspita,2004 Hal:209).

Penatalaksanaannya :

Lakukan pengawasan persalinan dengan seksama. Bila kala II terlalu lama atau ada tanda gawat janin lakukan tindakan untuk

Dokumen terkait