• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

a. Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat 1. Pembangunan Desa

Berdirinya BUMDES dilandasi dengan undang-undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat mendirikan badan usaha sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa dan tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 tahun 2005 tentang desa.

Undang-undang nomor 32 tahun 2004 mengamanakan pemerintah untuk menerapkan otonomi daerah dengan menganut asas desentralisasi. Otonomi yang memberikan kewenangan sepenuhnya kepada daerah untuk menjalankan pemerintah yang mandiri dan kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan di daerah. Era otonomi telah banyak mendukung daerah untuk lebih memperhatikan nilai-nilai yang berguna untuk mencapai kesejahteraan masyarakat serta menciptakan kemandirian daerah guna meningkatkan pendapatan asli desa dan peningkatan kehidupan yang lebih baik dalam cangkupan pembangunan ekonomi daerah yaitu dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelolah sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilaya tersebut.

Akar dari seluru proses pembangunan adalah Desa, sehingga desain pembangunan harus mengakomodir seluru aspek yang berkembang dinamis dan berorientasi membangun desa beserta masyarakatnya. Pembangunan desa memang peranan penting yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinegri pada pembangungan daerah Nasional.

Wujud pembangunan desa adalah adanya berbagai program dan proyek pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa.

Sasaran pembangunan desa meliputi perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat Desa, serta penumbuhan kemampuan untuk berkembang secara mandiri yang mengandung makna kemampuan masyarakat (empowerment) untuk dapat mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi serta dapat menuyusun perencanaan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah, sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.

Makna pembangunan desa adalah partisipasi dan pemberdayaan masyarakat. Partisipasi itu diartikan tidak saja sebagai keikutsertaan dalam pembangunan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak luar Desa (outsider stakeholder) atau keterlibatan dalam upaya menyukseskan program pembangunan yang masuk kedesanya, akan tetapi lebih dari sekedar itu. Dalam partisipasi yang terpenting adalah bagaimana pembangunan Desa itu berjalan atas inisiatif dan prakarsa dari warga setempat (lokal) sehingga dalam pelaksanaannya dapat menggunakan kekuatan sumber daya dan pengetahuan yang mereka miliki. Sejalan dengan itu, segala potensi loaksl walaupun kecil tetap

tidak dapat diabaikan karana itu akan menjadi sumber sebuah pembangunan.

Pembangunan pedesaan harus di lihat sebagai upaya mempercepat pembangunan pedesaan melalaui penyediaan sarana dan prasarana serta upaya mempercepat pembangunan perekonomian daerah yang efektif dan kokoh. Tujuan pembangunan yaitu untuk mempercepat terwujudnya masyarakat adil dan makmur yang menjadi alasan utama diproklamasikan kemerdrkaan indonesia.

Konsep pembangunan desa telah menepatkan perlakuan terhadap masyarakat dalam pembangunan pada posisi yang begitu berarti dan sentral. Sehingga keterlibatanya dalam proses pembangunan menjadi titik penentu apakah proses pembangunan berjalan dengan baik, pembangunan desa terdapat dua aspek penting yang menjadi objek pembangunan. Secara umum, pembangunan Desa meliputi dua aspek utama yaitu:

a. Pembangunan desa dalam aspek fisik, yaitu pembangunan uang objek utama dalam aspek fisik (sarana, prasarana dan manusia) dipedesaan seperti jalan desa, banguna rumah, pemukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah, pendidikan dan lain sebagainya.

b. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insan, yaitu pembangunan yang objek utamanya aspek pembangunan dan peningkatan kemampuan, skill dan memberdayakan masyarakat di daerah pedesaan seperti warga Negara, seperti pendidikan dan pelatihan, pembinaan usaha ekonomi, kesehatan, spiritual dan

sebagainya. Pembangunan dalam aspek pemberdayaan insani ini selanjutnya disebut sebagai pemberdayaan masyarakat Desa.

2. Otonomi Desa

Gagasan utama desentralisasi pembangunan adalah menempatkan Desa sebagai entitas yang otonom dalam pegelolaan pembangunan. Dengan demikian, perencanaan Desa dari bawah keatas,(bottom up) jugaharus diwujudkan menjadi village self planning, sesuai dengan batas-batas kwenangan yang dimiliki oleh Desa. Kemudian peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain, sebagai lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam menyelenggarakan pemerintahan Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan Desa. BPD inilah yang harus menjadi roda penggerak otonomi Desa.

Otonomi desa atau disebut dengan nama lain berdasarkan amanat pasal 18B ayat (2) Undang-undang dasar 1945 setidaknya harus melingkupi pada titik hak asal usul yaitu pengakuan terhadap susunan asli, pengakuan terdahap basis- basis material yakni ases kekayaan desa ( property right). Dengan demikian otonomi desa ini bisa di implementasikan dengan baik dalam kerangka desa adat, bukan desa administratif. Tujuan dari otonomi desa salasatunya adalah memperkuat posisi desa sebagai objek pembangunan menggerakan ekonomi lokal dan meransang partisipasi masyarakat.

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang desa pasal 18 di sebutkan bahwa “ Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan pemerintah Desa, pelaksanaan pembangunan

Desa pembidaan kemasyarakatan Desa dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, asal usul, dan adat istiadat Desa.

Dalam UU No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah disinggung pula perihal pemerintah desa, yang kemudian secara spesifis diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 72 tahun 2005 tentang Desa sebagai slah satu aturan pelaksana dari UU No 32 tahun 2004.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Secara umum pemberdayaan dalam pembangunan meliputi proses pemberian kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial, ekonomi, budan dan politik dari masyarakat yang bersifat lokal, sehingga masyarakat mampu memainkan peranan yang signifikan dalam pembangunan.

Dari pemahaman tentang pentingnya mengedepankan proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat, maka partisipasi masyarakat menjadi penting guna kelangsungan proses pembangunan itu sendiri, sebagaimana Uphoff (dalam Cernea) menyatakan:

Bahwa penting menyesuaikan perencanaan dan pelaksanaan program dengan kebutuhan dan kemampuan penduduk yang diharapkan untuk meraih manfaat darrinya, sehingga mereka tidak lagi harus diidentifikasikan sebagai “kelompok sasaran”. Harus memandang mereka sebagai “pemanfaat yang diharapkan”.

Merekalah yang akan diuntungkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.

Pembederdayaan sebagai proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan memunculkan keberanian pada individu ataupun kelompok. Sebagai sesuatu yang baru dalam pembangunan, pemberdayaan masyarakat tidak luput dari berbagai akibat, seperti:

a. Bahawa pemberdayaan masyarakat banyak dilakukan ditingkat bahwa yang lebih memerlukan bantuan internal daripada keterampilan teknis dan manajerial.

b. Anggapan bahwa teknologi yang diperlukan jauh lebih ampu daripada teknologi masyarakat itu sendiri.

Terkait dengan bentuk-bentuk kegiatan produktif untuk meningkatkan pendapatan masyarakat miskin, ada tiga hal pokok yang menjadi sasaran kegiatan pemberdayaan masyarakat yang oleh Sumadoyo disebut sebagai Tri Bina, yaitu bina manusia, bina usaha dan bina lingkungan sementara itu Mardikanto menambahkan satu lagi yaitu bina kelembagaan.

a. Bina Manusia

Bina Manusia merupakan upaya yang pertama dan paling utama untuk dilakukan dalam pemberdayaan masyarakat.

b. Bina Usaha

Bina Usaha merupakan upaya penting dalam setiap pemberdayaan masyarakat yang berkaitan tentang usaha.

c. Bina Lingkungan

Setiap berkembangnya model pembangunan berkelanjutan malah lingkungan dipandang sangat penting dalam pembangunan.

d. Bina Kelembagaan

Menurut Hayani dan Khikuchi mengatakan kelembagaan dapat diartikan sebagai suatu perangkat umum yang ditaati oleh anggota suatu komunitas (masyarakat).

b. Badan Usaha Milik Desa 1. Pengertian BUMDES

Pengertian BUMDES atau Badan Usaha Milik Desa menurut pemendagri No. 39 tahun 2010 tentang BUMDES adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah Desa dengan kepentingan modal dan pengelolaan dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah lembaga usaha desa yang dikelolah oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam upaya memeperkuat perekonomian Desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhana dan potensi Desa.

BUMDES lahir sebagai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Pengelolaan BUMDES sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat Desa, oleh Desa, dan untu Desa.

Hal tersebut berarti pembentukan BUMDES didasarkan pada kebutuhan, potensi, dan kapasitas Desa, sebagai upaya peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Permendagri juga mengandung substansi yang inivatif diantaranya yaitu :

a. Pembentukan BUMDES bersifat kondisional, yang membutuhkan sejumlah prasyarat, yang menjadi dasar khalayak pembentukan.

b. BUMDES merupakan usaha Desa yang bercirikan kepemilikan kolektif , bukan hanya dimiliki oleh pemerintah Desa, bukan hanya dimiliki masyarakat, bukan juga hanya dimiliki oleh individu Melainkam menjadi milik pemerintah Desa dan masyarakat.

Berbeda dengan koperasi yang dimiliki dan bermanfaat hanya untuk anggotanya, BUMDES dimiliki dan dimanfaatkan baik oleh pemerintah Desa dan masyarakat secera keseluruhan.

c. Mekanisme pembentukan BUMDES beesifat inklusif, deliberatif dan partisipation. Artinya BUMDES tidak cukup dibentuk oleh pemerintah Desa, tetapi dibentuk melalui musyawara Desa yang melibatkan berbagai komponen masyarakat. Secara organisasional musyawarah Desa juga dilembagakan sebagai institusi tertinggi dalam BUMDES, seperti halnya rapat anggota dalam koperasi.

d. Pengelolaan BUMDES bersifat demokratis BUMDES adalah sebuah lembaga perekonomian yang berperan dalam kehiatan ekonomi masyarakat Desa. Peran kelembagaan sangat penting dalam mengatus sumber daya dan distribusi manfaat, untuk itu unsur kelembagaan perlu diperhatikan dalam upaya meningkatkan potensi Desa guna menunjang pembangunan Desa. dengan adanya kelembagaan petani dan eonomi Desa sangat terbantu dalam hal mengatur hilang hubungan antar pemilik input dalam

menghasilkan output ekonomi Desa dan dalam mengatur distribusi dari output tersebut.

2. Landasan Hukum BUMDES

Dasar pembentukan BUMDES adalah UU No. 32 tahun 2004 pasal 213 yaitu berbunyi :

a. Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa.

b. Badan Usaha Milik Desa sebegaiman dimaksud pada ayat (1) berpedoman pada peraturan perudang-undangan.

c. Badan Usaha Milik Desa sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) itu dapat melakukan pinjaman sesuai peraturan Perundang-Undangan.

Selanjutnya dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2015 tentang Desa Pemerintah bahkan membuat satu bab khusus mengenai BUMDES yaitu pada BAB X BADAN USAHA MILIK DESA dalam pasal 87 yang berbunyi.

a. Desa dapat mendirikan Badah Usaha Milik Desa yang disebut b. BUMDES dikelolah dengan semangat kekeluargaan dan kegotong

royongan.

c. BUMDES dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005, dan diatur lebih rinci melalui Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang BUMDES.

3. Tujuan BUMDES

Tujuan utama dari pendirian BUMDES yaitu : a. Mendorong perkembangan perekonomian Desa b. Meningkatkan pendapatan asli Desa.

c. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat Desa yang berpenghasilan rendah.

d. Mendorong berkembangnya usaha mikro sektor informal.

Didalam Pasal 3 Permen Desa PDTT Nomor 4 Tahun 2015 BUMDES didirikan dengan tujuan meningkatkan pendapatan Desa, meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan potensi Desa serta dapat mensejahterakan masyarakat.

4. Pendirian BUMDES

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) adalah merupakan perwujutan dari pengelolaan ekonomi produktif Desa yang dilakukan dengan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan. BUMDES didirikan berdasarkan kebutuhan dan potensi Desa yang merupakan prakarsa masyarakat desa. Artinya usaha yang kelak akan diwujudkan adalah digali dari keinginan dan hasrat untuk menciptakan sebuah kemajuan di dalam masyarakat Desa. berkaitan dengan alasan ini maka seharusnya BUMDES mampu untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

5. Pengurusan dan Pengelolaan BUMDES

Organisasi pengelolaan BUMDES hendaklah dilakukan terpisah dari organisasi pemerintahan Desa. Susunan kepengurusan organisasi pengelolaan BUMDES terdiri dari:

a. Penasihat

b. Pelaksana Operasional; dan c. Pengawas

Susunan kepengurusan BUMDES dipilih oleh masyarakat Desa melalui musyawarah Desa sesuai dengan ketentuan dalam peraturan menteri tentang Pedoman tata tertib dan mekanisme pengambilan keputusan musyawarah Desa.

Prinsip-prinsip pengawalan bumdes penting untuk diuraikan agar paham dan dipersiapkan dengan cara yang sama oleh pemerintah Desa. Dalam buku panduan pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa terdapat enam prinsip dalam pengelolaan BUMDES yaitu:

a. Koperatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi mengemban dan kelangsungan hidup usahanya. BUMDES Buntu Pema memiliki beberapa komponen yang terlibat yaitu pemerintah Desa, pengelolaan BUMDES, BPD, dan pemerintah kabupaten melalui kecamatan yang harus saling berkoordinasi dan bekerja sama untuk meningkatkan perkembangan dari pengelolaan BUMDES

b. Parsitifatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDES.

c. Transparan

Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapaisan masyarakat dengan muda dan terbuka.

d. Kesetaraan

Semua pihak yang terlibat dalam BUMDES harus diperlakukan sama tampa memandang golongan, suku, dan agama mempunyai hak dan kedudukan yang sama.

e. Akuntabel

Seluru kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif.

f. Berkelanjutan (sutinable)

Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyrakat dalam wadah BUMDES. Untuk dapat bertahan dalam persaingan usaha, BUMDES harus terus berinovasi dan mempertahankan kualitas usahanya yang dibantu oleh seluruh komponen BUMDES.

6. Keuangan BUMDES

Masalah keuangan dalam BUMDES secara umum diatur dalam Permendagri nomor 39 tahun 2010 dan PP Nomor 72 Tahun 2005 titik berikut ini adalah sumber-sumber permodalan BUMDES yaitu

pemerintah Desa, tabungan masyarakat, bantuan pemerintah, Pemerintah provinsi dan Pemerintah Kabupaten/kota, pinjaman, penyertaan modal pihak lain atau kerjasama bagi hasil atas dasar saling menguntungkan.

Modal BUMDES yang berasal dari Pemerintah Desa adalah merupakan kekayaan Desa yang dipisahkan titik dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah,, Pemkab atau Pemkot dapat berupa dana untuk tugas pembantuan kerja sama usaha dapat dilakukan BUMDES dengan pihak swasta dan masyarakat. Dapat melakukan pinjaman keuangan yang sah atau kepada pemerintah daerah. Persentase modal BUMDES 51% adalah berasal dari Desa, sementara sisanya berasal dari penyertaan modal dari pihak lain.

7. Klasifikasi Jenis Usaha BUMDES a. BUMDES Banking

BUMDES yang bertype Banking atau semacam lembaga keuangan mikro sebenarnya hadir paling awal sebelum hadir BUMDES tipe-tipe lain, bahkan sebelum istilah BUMDES itu sendiri lahir.

b. BUMDES Serving

BUMDES serving mulai tumbuh secara inkremental di banyak Desa. Keterbatasan air bersih dan ketidakmampuan sebagian besar warga mengakses air bersih mendorong banyak Desa mengelola dan melayani air bersih dengan wadah BUMDES atau Pandes.

c. BUMDES Brokering dan Renting

Sebelum ada BUMDES sebenarnya sudah ada banyak Desa yang menjalankan usaha Desa dalam bentuk jasa pelayanan atau jasa perantara seperti pelayanan pembayaran traktor, dan juga pasar Desa. Ini adalah bisnis sederhana, bahkan bisa melakukan monopoli komat dengan captive market yang jelas meskipun hanya beroperasi di dalam Desa sendiri. Namun dalam banyak kasus penyewaan traktor juga menjadi bentuk proteksi Desa terhadap petani. Dikala musim tanam, permintaan akan traktor pasti tinggi dengan harga sewa tinggi yang dimainkan oleh swasta. Dalam kondisi ini Desa hadir menyewakan traktor kepada petani dengan harga yang yang sangat terjangkau, bahkan bisa dibayar setelah panen.

d. BUMDES Trading

BUMDES yanga berdagang kebutuhan pokok dan saran produksi pertanian mulai tumbuh di banyak Desa. Ini adalah bisnis sederhana, berskala lokal dan berlingkup internal Desa.

Yakni melelui kebutuhan warga setempat. Sejauh ini belum ada contoh terkemuka BUMDES trading yang besar dan sukses. BUMDES berjenis treding ini tidak mampu mengimbangai capaiian bisnis yang digerakan oleh borjius lokal yang memberi ciri khas satu Desa nsatu produk. Dalam kalimat ini tampaknya belum ada BUMDES yang secara Gemilang tampil sebagai penanda suatu Desa satu produk.

8. Peran BUMDES

Peran berasal dari kata peran, peran memiliki makna yaitu seperangkat tingkat diharapkan yang dimiliki oleh yang berkedudukan dimasyarakat. Sedangkan peranan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Makna dari kata peran adalah suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu posisi dalam struktur sosial. Sedangkan pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto adalah : Peran (Role ) merupakan aspek dinamis kedudukan (status) , apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan.

BUMDES sebagai lembaga berbentuk badan hukum yang menaungi berbagai unit usaha dalam Desa dan juga memiliki peranan penting dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Adapun peran BUMDES terhadap peningkatan perekonomian Desa, menurut seyadii yaitu :

a. Pembangunan dan pengembangan potesi dan kemampuan ekonomi masyarakat Desa pada umumnya untuk meningkatkan kesejateraan ekonomi dan sosialnya.

b. Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan BUMDES sebagai pondasinya.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakaat Desa.

e. Membantu para masyarakat untuk meningkatkan penghasilan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa peran merupakan tindakan dan perilaku oleh seseorang yang menempati suatu posisi didalam status sosial, sedangkan peran Bumdes dalam sebuah desa berperan secara aktif dalam upaya mewujudkan dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa serta meningkatkan penghasilan sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

9. Tahapan-Tahapan Dalam Membangun BUMDES

Ketika desa memiliki Bumdes banyak hal yang bisa dibangun guna meningkatkan perekonomian Desa. Keberadaan usaha-usaha dalam wadah BUMDES akan menyerap tenaga kerja, terserapnya tenaga kerja akan memberikan pendapatan yang meningkat dimasyarakat. Guna mencapai hal tersebut, berikut adalah tahapan tahapan yang dapat dilakukan dalam membangun BUMDES.

1) Tahap Perencanaan.

Dalam pembentukan BUMDES tahapan pertama yang dapat dilakukan adalah perencanaan, dalam tahap perencanaan yang harus dikerjakan adalah pembentukan organisasi, menentukan jenis usaha, membuat kerangka usahaa. Ketiga hal tersebut

direnacanakan dengan matang dan detail agar bedan usaha dapat terwujud dan berkembang dengan baik.

2) Tahap Pengamatan

Pemerintah desa perlu mengamati potensi dan aset Desa yang dapat dijadikan usaha BUMDES. Dalam tahapan pengamatan inisangat penting untuk benar-benar memahami potensi perkembangan usaha yang dijalankan melalui BUMDES tersebut.

3) Tahap Penataan dan Seleksi

Selanjutnya BUMDES perlu melakukan penataan. Hal ini penting karena dalam tahap pengamatan biasanya akan banyak jenis usaha yang di usulkan oleh masyarakat pada saat rapat penetapan dan seleksi yang akan dijalankan oleh pengelolah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), maka kemudian harus dilakukan seleksi dan penataan yang tepat, sehingga dapat diperoleh usaha mana yang paling memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekaligus meningkatkan perekonomian dan dapat dijadikan sebagai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) Tahap Pemeliharaan

Usaha BUMDES yang telah berjalan harus memiliki pemeliharaan yang baik, hal ini wajib hukumnya karena dana desa yang menjadi modal penggerak harus benar-benar tersalurkan sesuai peruntukannya dan memberikan keuntungan. Pemeliharaan ini meliputi unit usaha simpn pinjam, usaha perternakan dan usaha bidang produksi.

5) Tahap Pelaporan

Dalam melakukan pelaporan harus teliti dan adanya transparansi untuk evaluasi dan pertanggung jawaban kepada masyarakat Desa untuk mengetahui pengeluaran dan keuntungan selama berjalan usaha yang sudah ditetapkan.

c. Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan

Istilah kesejateraan berasal dari kata sejahtera yang berarti aman sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat terlepas dari gangguan. Istilah kesejateraan bukanlah hal yang baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Dalam membahas analisis tingkat kesejateraan, tentu kita harus mengetahui pengertian sejahtera terlebih dahuu. Kesejahteraan ini meliputi keamanan, keselamatan, dan kemakmuran.pengertian sejahtera menurut W.J.S Poerwadarminta adalah suatu keadaan yang aman , sentosa, dan makmur. Dalam arti lainjika kebutuhan akan keamanan, keselamatan dan kemakmuran ini dapat terpenuhi, maka akan terciptalah kesejahteraan.,

2. Masyarakat

Secara umum Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu- individu yang hidup bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan bersama yang memiliki tatanan kehidupan,norma-norma, dan adat istiadat yang ditaati dalam lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu “society”

yang berarti „masyarakat”. Lalu kata society berasal berasal daru bahasa latin yaitu “societas” yang berarti “ kawan”

Pengertian masyarakat dalam arti luas adalah keseruhan hubungan hidup bersama tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa dan sebagainya. Sedangkan pengertian masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa , teritorial, dan lain sebagainya.

3. Kesejahteraan Masyarakat Secara Umum

Secara umum, istilah Kesejahteraan Sosial sering diartikan sebagai kondisi Sejahtera dalam kurung konsepsi pertama tutup kurung, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, Perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan titik berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1 Ayat 1, Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material spiritual dan sosial warga negara agar bisa hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

Upaya untuk mewujudkan suatu kesejahteraan sosial, meliputi rehabilitasi sosial, perlindungan sosial pemberdayaan sosial dan jaminan sosial. Tujuan dari kesejahteraan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Pasal 3 Tahun 2009 adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.

b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah kesejahteraan sosial.

d. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam menyelenggarakan Kesejahteraan Sosial secara melembaga dan berkelanjutan.

e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial

Ada beberapa definisi kesejahteraan sosial menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut Walter A. Friedlander, 1961 dalam Pengantar

a. Menurut Walter A. Friedlander, 1961 dalam Pengantar

Dokumen terkait