• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti taat dan disiplin, sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, patuh adalah suka menurut perintah,taat pada perintah, sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kepatuhan juga berarti bahwa sikap yang suka taat, tunduk , disiplin dalam melakukan segala peraturan yang telah dibuat. Sedangkan teori kepatuhan adalah teori yang membahas tentang ketaatan dan kepatuhan mengikuti aturan yang dibuat.

Teori kepatuhan telah banyak diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Perspektif dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum ada 2 yaitu instrumental dan normatif.Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan- perubahan yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality)

berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative

commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena otoritas

penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk mendikte perilaku.

Teori kepatuhan dapat mendorong seseorang untuk lebih mematuhi peraturan yang berlaku. Sama halnya dengan perusahaan yang berusaha untuk menyampaikan laporan keuangan secara tepat waktu. Dalam hal ini tuntutan akan kepatuhan yang dibahas terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian pelaporan keuangan perusahaan publik di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dan Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-36/PM/2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Hal ini menandakan bahwa kepatuhan suatu perusahaan dalam melaporkan laporan keuangan merupakan suatu hal yang mutlak dalam memenuhi prinsip pengungkapan informasi yang tepat waktu.

2.1.2 Laporan Keuangan

2.1.2.1. Pengertian Dan Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu hal yang penting bagi perusahaan publik khususnya karena laporan keuangan menjadi sumber informasi untuk pertimbangan yang digunakan para investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut yang akan dilaporkan secara berkala. Adapun beberapa pengertian laporan keuangan adalah sebagai berikut :

1. Menurut Munawir (2004) laporan keuangan adalah “hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas dari perusahaan tersebut”.

2. Menurut Harahap (2002) laporan keuangan merupakan “pokok atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat menggambarkan indikator kesuksesan suatu

perusahaan mencapai tujuannya”.

3. Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 1 (IAI:2004) laporan keuangan merupakan “laporan periodik yang disusun menurut prinsip- prinsip akuntansi yang diterima secara umum tentang status keuangan dari individu, sosiasi atau organisasi bisnis yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan”.

4. Menurut Hanafi dan Abdul Halim, (2002), laporan Keuangan adalah

“laporan yang diharapkan bisa memberi informasi mengenai perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai prospek

dan risiko perusahaan”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan seluruh ringkasan informasi dari semua kegiatan perusahaan yang menggambarkan kondisi keuangannya yang disusun sesuai standar akuntansi yang

berlaku umum dan akan menjadi alat untuk pengambilan keputusan serta terdiri atas laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Tujuan Pelaporan Keuangan menurut konsepsi FASB sebagai berikut.

1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor dan kreditur untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian keputusan .

2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal kekayaan tersebut (siapa pihak yang mempunyai hak atas atas kekayaan tersebut)

3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (earning power) 4. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam melunasi hutang-hutangnya.

5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber- sumber pembiayaan perusahaan.

6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran kas masuk ke perusahaan.

Adapun beberapa karakteristik kualitas laporan keuangan menurut PSAK adalah sebagai berikut.

1. Dapat dipahami

Laporan keuangan memiliki kualitas tinggi apabila dapat dengan mudah dipahami oleh penggunanya dan yang akan menjadi sumber informasi bagi pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini berarti bahwa para pengguna haruslah memiliki pemahaman akan aktivitas ekonomi dan bisnis serta akuntansi.

2. Relevan

Laporan keuangan dikatakan relevan jika informasi itu memiliki kualitas relevan apabila dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna, dengan membantu mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini dan masa depan.

3. Keandalan

Laporan keuangan dikatakan handal jika memiliki daya uji , ketepatan penyajian dan netraliti atau tidak memihak pada pihak lain.

4. Dapat dibandingkan

Laporan keuangan dapat dibandingkan apabila informasi tersebut dapat bermanfaat untuk mengidentifikasikan kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan dengan membandingkannya secara horizontal dan vertikal.

2.1.2.2. Ketepatan Waktu Pelaporan

Setiap perusahaan publik diwajibkan menyampaikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit secara berkala. Peraturan tersebut terkandung dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal selanjutnya diatur juga dalam Surat Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-80/PM/1996, yang mewajibkan setiap emiten dan perusahaan publik untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independennya kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan keempat (120 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan. Namun, sejak tanggal 30 September 2003, Bapepam memperketat peraturan dengan dikeluarkannya Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36/PM/2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan berkala. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 ini menyatakan bahwa laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat lazim dan

disampaikan kepada Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan.

Apabila perusahaan publik tidak mematuhi peraturan tersebut maka BEI akan mengeluarkan sanksi berupa : jika emiten telat menyampaikan laporan keuangan sampai 30 hari kalender terhitung sejak batas akhir seharusnya, maka BEI akan menjatuhkan sanksi tertulis I. Kemudian, jika pada hari kalender ke-31 hingga ke-60 belum juga menyampaikan, maka sanksi tertulis II akan melayang. Sanksi ini disertai dengan denda sebesar Rp 50 juta. Jika pada hari kalender ke-61 hingga ke-90, perusahaan masih tetap tidak melaporkan laporan keuangan maka bursa akan memberi peringatan tertulis III plus denda Rp 150 juta.

2.1.3 Auditing

Sebelum laporan keuangan yang akan dilaporkan kepada BAPEPAM, perusahaan diharuskan untuk memberikan tugas kepada Kantor Akuntan Publik untuk melakukan kegiatan audit terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Audit memberikan nilai tambah bagi laporan keuangan karena akuntan publik sebagai pihak independen akan memberikan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan agar laporan tersebut dapat dipercaya oleh seluruh pengguna.

2.1.3.1 Pengertian

Adapun beberapa pengertian dari auditing adalah sebagai berikut : 1. Menurut Agoes (2006), menyatakan bahwa :

auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk

dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan tersebut”.

2. Menurut Arens (2006), menyatakan bahwa :

auditing sebagai suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

3. Menurut Mulyadi (2002), menyatakan bahwa :

auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan- pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

2.1.3.2 Standar Auditing

Standar auditing menurut Arens (2006) merupakan “pedoman umum untuk membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam audit

atas laporan keuangan historis”. Adapun Standar auditing yang ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), adalah sebagai berikut.

1. Standar umum

 Keahlian dan kompetensi teknis

 Sikap independensi

 Kemahiran professional 2. Standar pekerjaan lapangan

 Perencanaan dan supervisi

 Pemahaman pengendalian internal

 Bukti audit kompeten 3. Standar pelaporan

 Laporan auditor

 Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi

 Pengungkapan informatif

Sejak tanggal 1 Januari 2013 IAPI memutuskan untuk mengadopsi secara penuh International Standar on Auditing (ISA) untuk menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berisi tiga standar audit. Standar audit di dalam ISA terdiri dari prinsip-prinsip umum, risk assesment dan risk response, bukti audit,menggunakan pekerjaan pihak lain, laporan auditor dan spesifik area.

2.1.4 Pengertian Audit Delay

Audit delay menurut Halim (dalam Dewi 2012) didefinisikan sebagai

“lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan audit”. Sepaham dengan pernyataan Halim, menurut Aryati (dalam Dewi 2012) menyebutkan audit delay sebagai

“rentang waktu penyelesaian laporan audit laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan keuangan auditor independen atas audit laporan keuangan perusahaan sejak tanggal tutup buku perusahaan, yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan

auditor independen”.Jadi dapat disimpulkan bahwa Audit Delay adalah adanya jarak waktu yang lewat dari batas yang telah ditentukan atau berbeda dari tanggal tutup buku sampai ke tanggal laporan auditor independen dikeluarkan.

Keterlambatan yang terjadi berakibat pada kualitas dari laporan keuangan tersebut. Salah satu karakteristik laporan keuangan terdapat keandalan yang berarti laporan keuangan dapat diandalkan bila memiliki ketepatan penyajian.

Menurut PSAK No.1, perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 bulan setelah tenggal neraca Kadang kala faktor-faktor seperti kompleksitas operasi perusahaan tidak cukup menjadi pembenaran atas ketidakmampuan perusahaan menyediakan laporan keuangan tepat waktu.

2.1.5 Faktor yang mempengaruhi Audit Delay 2.1.5.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba selama satu priode tertentu pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu. Profitabilitas menunjukkan keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Menurut Kartika (2009), perusahaan yang memiliki profitabilitas yang tinggi tidak akan menunda penyampaian informasi yang merupakan berita baik. Oleh karena itu, perusahaan yang mampu menghasilkan profit akan cenderung mengalami audit delay yang lebih pendek, sehingga kabar baik tersebut dapat segera disampaikan kepada para investor dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Tingkat keuntungan dipakai sebagai salah satu cara untuk menilai keberhasilan efektivitas perusahaan, tentu saja berkaitan dengan hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode berjalan. Perusahaan yang profitable memiliki insentif untuk menginformasikan ke publik kinerja unggul mereka dengan mengeluarkan laporan tahunan secara cepat.

2.1.5.2 Solvabilitas

Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya baik jangka pendek maupun

jangka panjang apabila sekiranya perusahaan akan dilikuidasi. Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan yang insolvable.

Menurut Dewi (2012) “apabila rasio debt to equity yang tinggi

mencerminkan bahwa resiko keuangan semakin tinggi, karena kemungkinan perusahaan tidak dapat melunasi kewajiban atau hutangnya baik berupa pokok

maupun bunga”. Resiko yang dialami perusahaan mengindikasikan bahwa

perusahaan mengalami kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan merupakan berita buruk yang akan mempengaruhi kondisi perusahaan di mata masyarakat. Maka pihak manajemen cenderung akan menunda penyampaian laporan keuangan berisi berita buruk. Sebaliknya jika perusahaan mampu melunasi hutangnya maka keadaan ini merupakan kabar gembira bagi masyarakat dan perusahaan akan mempercepat penyampaian laporan keuangannya.

2.1.5.3 Opini Audit

Opini auditor merupakan pendapat yang dikeluarkan oleh auditor yang menyatakan pendapatnya yang berpijak pada audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing dan atas temuan-temuannya. Menurut Widyantari (2012), perusahaan yang tidak menerima jenis pendapat akuntan wajar tanpa pengecualian akan menunjukkan audit delay lebih panjang dibanding perusahaan yang menerima opini wajar tanpa pengecualian. Selain itu, perusahaan yang menerima opini selain wajar tanpa pengecualian dianggap sebagai bad news sehingga

penyampaian laporan keuangan akan diperlambat. Jenis opini audit yang dikeluarkan oleh auditor adalah sebagai berikut.

1. Wajar Tanpa Pengecualian

2. Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelas 3. Wajar Dengan Pengecualian

4. Pendapat tidak wajar (Adverse)

5. Menolak memberi pendapat (Disclaimer)

2.1.5.4 Reputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)

Reputasi adalah suatu nilai yang diberikan kepada individu, institusi , organisasi atau negara. Reputasi merupakan intangible asset yang sulit diukur dan dijelaskan keberadaannya karena reputasi bukan sebuah produk yang dapat dilihat. Meski demikian keberadaan reputasi yang baik dapat memperkuat posisi organisasi ketika berhadapan dengan pesaing. Reputasi tidak bisa diperoleh dalam waktu singkat karena harus dibangun bertahun-tahun untuk menghasilkan sesuatu yang bisa dinilai oleh publik. Reputasi juga baru bertahan apabila konsistennya perkataan dan perbuatan. Reputasi mencerminkan persepsi publik terkait mengenai tindakan-tindakan organisasi yang telah berlalu dan prospek organisasi di masa datang yang membedakannya dengan pesaing.

Perusahaan yang go public dan tercatat di BEI sebelum menyampaikan laporan keuangan tahunannya akan menggunakan jasa Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk melakukan audit terhadap laporan keuangan tahunan perusahaan tersebut. Selain itu juga untuk mendapatkan kepercayaan dari para pengguna laporan keuangan tersebut.

Menurut Verany (2015), “dalam melakukan proses audit tersebut untuk mendapatkan hasil audit yang maksimal dan tepat waktu maka perusahaan

cenderung menggunakan KAP yang mempunyai reputasi nama baik”. KAP yang

mempunyai reputasi yang baik dinilai akan lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan. Sekiranya KAP yang bereputasi baik tidak dapat melakukannya, ada kemungkinan mereka akan kehilangan pekerjaan pengauditan untuk tahun-tahun berikutnya sebab dinilai kurang kompeten. Indikator tersebut dapat dinilai dengan penggunaan jasa KAP yang berafiliasi dengan Big Four atau bukan. Berikut adalah daftar KAP big four yang berafiliasi dengan KAP besar Indonesia.

1. Pricewaterhousecoopers (PWC) berafiliasi dengan KAP Tanudiredja, Wibisana & Rekan.

2. Deloitte Tohce Tomatsu Limited berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio. 3. Ernst & Young (EY) berafiliasi dengan KAP Purwantono, Suherman & Surja

(PSS).

4. KPMG (Klijnveld, Peat, Marwick, dan Goerdeler) berafiliasi dengan KAP Sidharta Dan Widjaja.

Apabila perusahaan mengharapkan laporan auditnya tepat waktu maka perusahaan dapat memilih KAP yang berafiliasi dengan Big Four sehingga akan mendapatkan hasil laporan audit relevan yang akan menjadi sumber informasi yang relevan bagi pengguna atau perusahaan tersebut.

2.1.5.5 Size Perusahaan

Size Perusahaan menurut Verany (2015) merupakan “besar kecilnya perusahaan yang dinilai dari jumlah total aset yang dimiliki perusahaan tersebut”.

Size perusahaan juga mempengaruhi cepat dan lambatnya penyelesaian audit dan

pelaporannya karena semakin banyak sampel yang diperiksa dan semakin luasnya pemeriksaan akan menggunakan waktu yang lebih lama dari pada perusahaan kecil.

Menurut Dyer dan McHugh (dalam Dewi 2012) “perusahaan besar lebih konsisten untuk tepat waktu melaporkan dan menginformasikan laporan keuangannya dibandingkan perusahaan kecil”. Hal ini ditunjukkan dengan semakin besar nilai asset perusahaan maka semakin pendek audit delay dan sebaliknya. Perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu manajemen perusahaan yang besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay, dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Pihak-pihak ini sangat berkepentingan terhadap informasi yang termuat dalam laporan keuangan. Menurut Carslaw dan Kaplan serta Owusu-Ansah (dalam Dewi 2012) juga berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki asset yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini

memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik.

Dokumen terkait