• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Tipologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Tinjauan Tipologi

Tipologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “typos” yang berarti kesan atau karakter. Secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Menurut Loughlin (1969), tipologi adalah kumpulan dari beberapa bentuk bangunan, ruang atau penggabungan dari keduanya, dalam arti bahwa bagaimana cara membangun suatu hubungan diantara sejumlah objek yang sebanding. Hal inilah yang dapat dikategorikan menjadi sebuah model atau ciri khas. Adanya beberapa karakteristik yang harus diinterpretasi. Sangat cocok digunakan dalam

proses desain karena berada di antara ide-ide abstrak dan bentuk yang konkret. Tipologi dalam hal ini lebih menitikberatkan sesuatu yang tradisional daripada yang modern.

Tipologi adalah studi tentang tipe. Tipe adalah kelompok dari objek yang memiliki ciri khas formal yang sama. Dalam hal ini tipologi merupakan sebuah bidang studi yang mengklasifikasikan, mengkelaskan, mengelompokkan objek dengan persamaan ciri khas dan sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan jenis (Sulistijowati, 1991). Berdasarkan teori tersebut, maka beberapa bangunan dalam suatu lingkungan yang memiliki keunikan yang sama tentunya dapat diidentifikasi memiliki tipologi yang sama.

Muratory (1910-1973) membedakan tipologi tersebut menjadi 4 tingkatan skala yaitu bangunan, kabupaten, kota dan wilayah. Perincian dan kompleksitas tipe tersebut dapat dibedakan dengan tingkatan. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai tipologi, di antaranya:

a) Unsur-unsur atau bagian dari desainnya. Misalnya bagian-bagian bangunan, ruang dan lain-lain

b) Struktur internal dari unsur-unsur tersebut. Misalnya bagaimana disposisi bangunan dan ruang di lingkungan tersebut

c) Hubungan antara bentuk dan fungsi

d) Material yang terdapat di dalam bangunan tersebut

Tipologi adalah ilmu yang mempelajari sesuatu dengan cermat dengan pendekatan dangkal dan bentuk abstrak dalam modernisme. Muratori memiliki

maksud eksplisit bahwa metodenya dalam analisa dapat digunakan sebagai dasar untuk desain arsitektur dan perkotaan. Hal ini tercermin dalam kenyataan bahwa ia menggunakan kata “storia operante” (sejarah operasi). Sejarah tidak untuk memuaskan rasa ingin tahu, tetapi juga berguna dalam proses desain.

Berdasarkan pandangan Muratori, tipologi tidak hanya membahas tentang bangunan tetapi juga tentang dinding, jalan, kebun, pembangunan kota dan segala sesuatu yang menentukan bentuk kota dalam jangka waktu tertentu. Dalam karyanya dan karya-karya yang datang setelah itu, lebih ditekankan pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Hal ini dilakukan dengan studi yang cermat dari pengembangan jenis bangunan dalam jaringan perkotaan. Berdasarkan studi ini seseorang mencoba untuk merumuskan pola dasar dari semua jenis, kemudian mencoba untuk merekonstruksi garis perkembangan dari pola dasar ini untuk selanjutnya.

2.2.2. Bentuk, Ruang dan Sirkulasi a. Bentuk

Menurut Bacon dalam D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa bentuk arsitektural adalah titik sentuh antara massa dan ruang. Bentuk-bentuk arsitektural tekstur, material, madulasi cahaya dan bayangan, warna, semua berkombinasi untuk menghadirkan suatu kualitas atau roh yang mengartikulasikan ruang. Kualitas arsitektur akan akan ditentukan oleh keahlian sang desainer dalam menggunakan dan menghubungkan elemen-elemen ini, baik itu interior maupun eksterior atau di sekeliling bangunan.

Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna. Bentuk bisa merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Bentuk juga menawarkan rujukan baik pada struktur interior maupun eksterior serta prinsip yang memberikan kesatuan pada keseluruhan. Jika bentuk seringkali menyertakan sebuah massa atau volume yang tiga dimensi, maka bentuk-bentuk dasar lebih terujuk secara khusus pada aspek bentuk-bentuk yang sangat penting yang mengendalikan penampilannya, konfigurasi atau disposisi relatif garis atau kontur yang menentukan batas sebuah figur atau bentuk (D.K. Ching, 2008).

b. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato (2007) mengatakan bahwa kini, segala sesuatunya harus berwadah, kasat mata, dan teraba, namun tidak ada sesuatupun yang dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatupun yang dapat teraba bila tak bermassa dan tak ada sesuatupun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional (persepsi), maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak serta menghayati, berfikir dan juga menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya. Secara umum, ruang dibentuk oleh beberapa elemen pembentuk ruang yaitu : 1). Bidang alas atau lantai, merupakan pendukung kegiatan manusia dalam suatu bangunan dan secara struktural harus kuat

dan awet. Lantai juga merupakan unsur yang penting didalam sebuah ruang, bentuk, warna, pola dan teksturnya akan menentukan sejauh mana bidang tersebut akan menentukan batas-batas ruang dan berfungsi sebagai dasar dimana secara visual unsur-unsur lain di dalam ruang dapat dilihat. Tekstur dan kepadatan material dibawah kaki juga akan mempengaruhi cara kita berjalan di atas permukaannya. 2). Bidang dinding atau pembatas, yaitu unsur perancangan bidang dinding yang dapat menyatu dengan bidang lantai atau dibuat sebagai bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar belakang yang netral untuk unsur-unsur lain di dalam ruang atau sebagai unsur visual yang aktif didalamnya. Bidang dinding ini dapat juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau suatu pemandangan. 3). Bidang langit-langit atau atap, adalah unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari pengaruh iklim. Bentuknya ditentukan oleh geometris dan jenis material yang digunakan pada strukturnya serta cara meletakannya dan cara melintasi ruang diatas penyangganya. Secara visual bidang atap merupakan „topi‟ dari suatu bangunan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap bentuk bangunan dan pembayangan.

Jadi, Ruang merupakan bagian ruang di dalam sebuah bangunan dan dipisahkan oleh dinding atau partisi dari ruang-ruang serupa (D.K. Ching, 2008)

c. Sirkulasi

Menurut D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa sirkulasi merupakan pergerakan manusia yang dianggap sebagai elemen penyambung inderawi yang menghubungkan ruang-ruang sebuah bangunan atau serangkaian ruang eksterior atau interior maupun secara bersama-sama. Sebelum benar-benar berjalan memasuki interior suatu bangunan, seseorang mencapai pintu masuknya melalui sebuah jalur. Ini adalah tahap pertama sistem sirkulasi yang ketika tengah menempuh pencapaian tersebut seseorang disiapkan untuk melihat, mengalami dan memanfaatkan ruang-ruang di dalam sebuah bangunan. Proses memasuki sebuah bangunan, ruang di dalam bangunan ataupun area ruang eksterior tertentu akan melibatkan aksi menembus suatu bidang vertikal yang membedakan suatu ruang dari ruang lainnya, serta memisahkan makna “di sini” dan “di sana”. Jalur dapat dikaitkan dengan ruang-ruang yang dihubungkannya melalui beberapa cara berikut :

1) Melewati Ruang, yaitu Integritas setiap ruang dipertahankan, konfigurasi jalurnya fleksibel dan ruang ruang yang menjadi perantara dapat digunakan untuk menghubungkan jalur dengan ruang-ruangnya.

2) Lewat Menembusi Ruang, yaitu jalur dapat melalui sebuah ruang secara aksial, miring atau di sepanjang tepinya dan ketika menembusi ruang, jalur menciptakan pola-pola peristirahatan dan pergerakan di dalamnya.

Gambar 2.4 Sirkulasi Menembusi Ruang

3) Menghilang di dalam Ruang, yaitu lokasi ruangnya menghasilkan jalurnya dan hubungan jalur jalur ruang ini digunakan untuk mencapai atau memasuki ruang-ruang penting baik secara fungsional maupun simbolis.

Dokumen terkait