• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PERKEM

M

U

KEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH

KOTA MEDAN

SKRIPSI

OLEH

MUHAMMAD ARIF KURNIAWAN 100406092

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

STUDI PERKEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH TOKO DI

KOTA MEDAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Dalam Departemen Arsitektur

Pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD ARIF KURNIAWAN 100406092

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PERNYATAAN

STUDI PERKEMBANGAN TIPOLOGI RUMAH TOKO DI KOTA

MEDAN

SKRIPSI

Dengan ini Saya Menyatakan bahwa dalam Skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Januari 2015

(4)

Judul Skripsi : Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota

Medan

Nama Mahasiswa : Muhammad Arif Kurniawan

Nomor Pokok : 100406092 Departemen : Arsitektur

Menyetujui

Dosen Pembimbing

Wahyuni Zahrah, S.T., M.S.

Koordinator Skripsi, Ketua Program Studi,

Ir. Dwira Nirfalini Aulia, M.Sc., Ph.D. Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

(5)

Telah diuji Pada

Tanggal : 17 Januari 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D.

Anggota Komisi Penguji : 1. Benny O.Y. Marpaung S.T., M.T., Ph.D.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penelitian ini dapat terselesaikan pada waktunya. Tulisan ini merupakan Skripsi perorangan yang dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Arsitektur di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan alur Non-Profesi. Shalawat beriringkan salam juga senantiasa penulis limpahkan kepada Nabi kita Muhammad S.A.W., yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita hingga alam yang terang benderang seperti saat ini.

Penyelesaian tulisan ini tentunya tidak terlepas oleh bantuan berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Wahyuni Zahrah, S.T., M.S., selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu memberikan petunjuk, arahan, tenaga, pikiran dan waktunya dalam penulisan Skripsi ini.

2. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc., Ph.D selaku Dosen Penguji I, Ibu Benny O.Y. Marpaung S.T., M.T., Ph.D., selaku Dosen Penguji II dan Ibu Hilma Tamiami Fachrudin, S.T., M.Sc., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, M.T, selaku Ketua Departemen Arsitektur dan Bapak Ir. Rudolf Sitorus, M.LA, selaku Sekretaris Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

5. Untuk rekan Riyal Hadi dan Bapak / Ibu penghuni ruko yang Saya survey yang telah meluangkan waktunya kepada Saya dalam memberikan Informasi dan data mengenai ruko yang dihuni tersebut untuk menyelesaikan penelitian ini.

(7)

Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

7. Untuk rekan-rekan seperjuangan kelompok KBK Kota, Doni, Aldo, Fikar, Agung, Yunanda dan rekan-rekan seperjuangan lainnya yang telah sama-sama berjuang untuk menyelesaikan skripsi bersama-sama-sama-sama.

8. Untuk rekan-rekan Arsitektur angkatan 2010 atas kebersamaannya dan membuat suasana Kelas menjadi riang selama ini dalam melaksanakan Program Studi Strata Satu di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara (USU) Medan.

9. Untuk sahabat kecil Saya Nabila Paramitha yang telah memberikan do’a, semangat dan membantu Saya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

10. Untuk adik Farida Nur Aini dan saudara-saudara Saya yang lainnya di Komunitas Fatinistic yang telah memberikan do’a dan semangatnya dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi masih jauh dari sempurna. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sebagai bahan penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi semua pihak.

Medan, Januari 2015 Penulis,

(8)

ABSTRAK

Pola ruang bangunan ruko mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Perbandingan pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara interior maupun eksterior pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan serta fungsi dan aktifitas. Kawasan Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi Medan digunakan sebagai sampel untuk memilihi perwakilan ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum Kemerdekaan, periode Orde Baru dan periode Setelah Reformasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder melalui pengamatan dan wawancara dengan penghuni ruko tersebut. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti menganalisa perkembangan tipologi ruko yang terjadi di 3 periode. Penelitian ini menemukan bahwa tipologi ruko tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, baik itu dimensinya, fungsi dan pembangunan ruko yang masih terlihat berdiri di blok kota seperti bangunan pada zaman kolonial. Oleh karena itu, temuan penelitian ini dapat merekomendasikan bahwa perlu mempertimbangan tipikal ruko berdasarkan lingkungan dan gaya arsitektur yang digunakan.

Kata kunci: perkembangan, tipologi, ruang, fasad, ruko

ABSTRACT

Design the building shophouse space have changed because of demand needs space for activity. Proportion of utilization space for place of business or trade with residential areas occurred which not balance resulting in degradation process for type and function the shophouse space. Changing function the shophouse space was impacted for design both interior and exterior of function and activity in urban areas. Purpose of this study was to identified shophouse space typology such as aspects of spatial outside and inside, mass and appearance, function and activity. Kesawan areas, Brigjen Katamso road and Setia Budi road were in Medan used as sample and selected shophouse space for three period, they were shophouse space before independence, shophouse space in Orde Baru and shophouse space after Reformation. Type of research was descriptive qualitative. Researcher collected primary data and secondary data through observation and interview occupant of each the shophouse space. Then researcher conducted analyze on typology of the shophouse space in three periods. Researcher found that the shophouse space typology did not have significant changing in dimension, function, and erection of shophouse space still visible stand on city block such as building in colonial times. Therefore, the finding of research got recommendation that needs consideration type the shophouse space was based on environment and architectural was used.

(9)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Kerangka Berpikir ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Tinjauan Ruko ... 5

2.1.1. Definisi Ruko ... 5

2.1.2. Sejarah Ruko ... 6

2.1.3. Perkembangan Ruko di Indonesia ... 7

2.1.4. Perkembangan Ruko di Kota Medan ... 8

2.1.5. Tipologi Ruko ... 9

2.2. Tinjauan Tipologi ... 11

2.2.1. Definisi Tipologi ... 11

2.2.2. Ruang, Bentuk dan Sirkulasi ... 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 18

3.1. Jenis Penelitian ... 18

3.2. Variabel Penelitian ... 19

3.3. Populasi / Sampel ... 20

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 21

3.5. Kriteria Kawasan Penelitian ... 22

3.6. Kawasan Penelitian ... 23

(10)

BAB IV GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN ... 25

4.1. Deskripsi Kawasan Penelitian ... 25

4.1.1. Pasar Lama Kesawan ... 26

4.1.2. Jalan Brigjend Katamso ... 29

4.1.3. Jalan Setiabudi ... 30

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Analisis Perkembangan Tipologi ... 32

5.1.1. Analisis Perkembangan Bentuk ... 33

5.1.1.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 29

5.1.1.2. Ruko Periode Orde Baru ... 40

5.1.1.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 46

5.1.2. Analisis Perkembangan Ruang ... 50

5.1.2.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 50

5.1.2.2. Ruko Periode Orde Baru ... 57

5.1.2.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 65

5.1.2. Analisis Perkembangan Sirkulasi ... 71

5.1.3.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan ... 71

5.1.3.2. Ruko Periode Orde Baru ... 72

5.1.3.3. Ruko Periode Setelah Reformasi ... 74

5.2. Temuan Analisis Perkembangan Tipologi ... 75

BAB VI PENUTUP ... 79

6.1. Kesimpulan ... 79

6.2. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82

(11)

DAFTAR TABEL

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Diagram Kerangka Berfikir ... 4

Gambar 2.1 Ruko-ruko di Kota Medan pada Tahun 1920-an... 9

Gambar 2.2 Tipologi Ruko (Wicaksono, 2007) ... 10

Gambar 2.3 Sirkulasi Melewati Ruang ... 16

Gambar 2.4 Sirkulasi Menembusi Ruang ... 17

Gambar 2.5 Sirkulasi Menghilang di dalam Ruang ... 17

Gambar 3.1 Peta Kecamatan Kota Medan ... 23

Gambar 4.1 Peta Kota Medan ... 25

Gambar 4.2 Peta Lokasi Penelitian ... 26

Gambar 4.3 Peta Lokasi dan Batasan Wilayah Penelitian ... 27

Gambar 4.4 Peta Oude Markt Tahun 1895 ... 28

Gambar 4.5 Peta Jalan Mayjend Sutoyo ... 29

Gambar 4.6 Peta Jalan Brigjend Katamso ... 30

Gambar 4.7 Peta Jalan Setiabudi ... 31

Gambar 5.1 Perwakilan Bentuk Ruko Berdasarkan Periode ... 32

Gambar 5.2 Bentuk Ruko Tahun 1910-an ... 33

Gambar 5.3 Detail Bentuk Ruko Tahun 1910-an ... 34

Gambar 5.4 Pintu Panel Lipat Berbahan Kayu ... 34

Gambar 5.5 Detail Jendela dan Fanlight ... 31

Gambar 5.6 Detail Dinding Bata Plasteran ... 35

Gambar 5.7 Detail Ornamen Lengkungan ... 36

Gambar 5.8 Detail Atap Ngang Shan ... 36

Gambar 5.9 Bentuk Ruko Tahun 1940 ... 37

Gambar 5.10 Detail Bentuk Ruko Tahun 1940-an ... 38

Gambar 5.11 Pintu Ganda Berbahan Kayu ... 38

Gambar 5.12 Detail Jendela dan Fanlight ... 39

Gambar 5.13 Detail Ornamen Lengkungan ... 39

Gambar 5.14 Bentuk Ruko Tahun 1980-an ... 41

(13)

Gambar 5.16 Detail Pintu Lipat Besi ... 42

Gambar 5.17 Detail Dinding Bata Plasteran Kasar ... 42

Gambar 5.18 Detail Ornamen Silang ... 43

Gambar 5.19 Bentuk Ruko Tahun 1990-an ... 44

Gambar 5.20 Detail Bentuk Ruko Tahun 1990-an ... 44

Gambar 5.21 Detail Pintu Lipat Alumunium ... 45

Gambar 5.22 Detail Jendela dan Fanlight ... 45

Gambar 5.23 Detail Ornamen Bata ... 46

Gambar 5.24 Bentuk Ruko Tahun 2000-an ... 47

Gambar 5.25 Detail Bentuk Ruko Tahun 2000-an ... 47

Gambar 5.26 Detail Pintu Lipat Kayu ... 48

Gambar 5.27 Detail Pintu dan Kaca Berbahan Alumunium ... 48

Gambar 5.28 Detail Dinding ... 49

Gambar 5.29 Detail Ornamen ... 49

Gambar 5.30 Detail Atap Beton ... 49

Gambar 5.31 Skema Ruang Ruko Tahun 1910-an ... 50

Gambar 5.32 Aktifitas di Ruang Konsultasi dan Ruang Kontraktor ... 51

Gambar 5.33 Denah Lantai 1 dan 2 Ruko Tahun 1910-an ... 51

Gambar 5.34 Detail Lantai di Ruang Kerja Ruko ... 52

Gambar 5.35 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 53

Gambar 5.36 Detail Atap Ngang Shan ... 54

Gambar 5.37 Skema Ruang Ruko Tahun 1940-an ... 54

Gambar 5.38 Aktifitas di dalam Ruko ... 55

Gambar 5.39 Denah Lantai 1 Ruko Tahun 1940-an ... 55

Gambar 5.40 Detail Dinding Ruang Tipe 2 ... 56

Gambar 5.41 Skema Ruang Ruko Tahun 1980-an ... 57

Gambar 5.42 Aktifitas di Ruang Notaris ... 57

Gambar 5.43 Cafe(Lantai 1) ... 58

Gambar 5.44 Denah Lantai 1 dan 2 Ruko Tipe 1 ... 58

Gambar 5.45 Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1 ... 59

(14)

Gambar 5.47 Detail Atap Ruko Tipe 1 ... 61

Gambar 5.48 Skema Ruang Ruko Tahun 1990-an ... 61

Gambar 5.49 Suasana Ruang di Lantai 1 ... 62

Gambar 5.50 Suasana Ruang di Lantai 2 ... 62

Gambar 5.51 Denah Lantai 1-3 Ruko Tahun 1990-an ... 62

Gambar 5.52 Detail Lantai di Koridor Dapur Ruko Tipe 2 ... 63

Gambar 5.53 Detail Lantai di Koridor Lantai 3 Ruko Tipe 2 ... 63

Gambar 5.54 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 64

Gambar 5.55 Detail Atap Ruko Tipe 2 ... 65

Gambar 5.56 Skema Ruang Ruko Tahun 2000-an ... 65

Gambar 5.57 Suasana Ruang di Lantai 1 dan Mezanine ... 66

Gambar 5.58 Suasana Ruang di Lantai 2 ... 66

Gambar 5.59 Denah Lantai 1-3 Ruko Tahun 2000-an ... 67

Gambar 5.60 Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1 ... 68

Gambar 5.61 Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1 ... 69

Gambar 5.62 Detail Atap Ruko Tipe 1 ... 70

Gambar 5.63 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1910-an ... 71

Gambar 5.64 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1940-an ... 72

Gambar 5.65 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1980-an ... 72

Gambar 5.66 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 1990-an ... 73

Gambar 5.67 Alur Sirkulasi Ruko Tahun 2000-an ... 74

Gambar 5.68 Perwakilan Bentuk Ruko Berdasarkan Periode ... 76

Gambar 5.69 Perwakilan Denah Ruko Berdasarkan Periode ... 77

(15)

ABSTRAK

Pola ruang bangunan ruko mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Perbandingan pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara interior maupun eksterior pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan serta fungsi dan aktifitas. Kawasan Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi Medan digunakan sebagai sampel untuk memilihi perwakilan ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum Kemerdekaan, periode Orde Baru dan periode Setelah Reformasi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Peneliti mengumpulkan data primer dan data sekunder melalui pengamatan dan wawancara dengan penghuni ruko tersebut. Setelah peneliti melakukan pengumpulan data dilapangan, peneliti menganalisa perkembangan tipologi ruko yang terjadi di 3 periode. Penelitian ini menemukan bahwa tipologi ruko tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan, baik itu dimensinya, fungsi dan pembangunan ruko yang masih terlihat berdiri di blok kota seperti bangunan pada zaman kolonial. Oleh karena itu, temuan penelitian ini dapat merekomendasikan bahwa perlu mempertimbangan tipikal ruko berdasarkan lingkungan dan gaya arsitektur yang digunakan.

Kata kunci: perkembangan, tipologi, ruang, fasad, ruko

ABSTRACT

Design the building shophouse space have changed because of demand needs space for activity. Proportion of utilization space for place of business or trade with residential areas occurred which not balance resulting in degradation process for type and function the shophouse space. Changing function the shophouse space was impacted for design both interior and exterior of function and activity in urban areas. Purpose of this study was to identified shophouse space typology such as aspects of spatial outside and inside, mass and appearance, function and activity. Kesawan areas, Brigjen Katamso road and Setia Budi road were in Medan used as sample and selected shophouse space for three period, they were shophouse space before independence, shophouse space in Orde Baru and shophouse space after Reformation. Type of research was descriptive qualitative. Researcher collected primary data and secondary data through observation and interview occupant of each the shophouse space. Then researcher conducted analyze on typology of the shophouse space in three periods. Researcher found that the shophouse space typology did not have significant changing in dimension, function, and erection of shophouse space still visible stand on city block such as building in colonial times. Therefore, the finding of research got recommendation that needs consideration type the shophouse space was based on environment and architectural was used.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20 terjadi suatu gelombang migrasi besar ke kota Medan (Sinar, 1996). Orang Tionghoa dan Jawa

didatangkansebagai kuli kontrak dikarenakan kurangnya tenaga kerja di perkebunan. Kuli-kuli asal Cina ini awalnya didatangkan oleh Jacob Nienhuys

dengan cara mengontrak langsung kuli Cina di Penang pada tahun 1870. Setelah tahun 1880, Belanda berhenti mendatangkan kuli perkebunan dari Cina. Akibatnya, perusahaan perkebunan kemudian mendatangkan orang Jawa sebagai

kuli perkebunan. Lingkungan perkebunan yang buruk mengakibatkan kuli dari Cina kabur dan mengakhiri kontrak kerjanya (Sinar, 1996). Setelah itu, sebagian dari kuli-kuli Cina ini pulang kembali ke negaranya dan sebagian lagi menetap di

Medan. Orang-orang Tionghoa yang menetap kemudian diberi hak istimewa dan dipercaya untuk mengembangkan perdagangan di Medan.

Medan merupakan suatu kota yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia dengan populasi penduduk yang berjumlah 2.135.516 jiwa (Badan Pusat Statistik, 2013). Perkembangan pembangunan di

kota Medan cukup pesat, sehingga dengan perkembangan pembangunan yang terjadi di kota Medan mengakibatkan banyak permasalahan yang terjadi di kota

(17)

disebut juga dengan ruko adalah sebutan bagi bangunan-bangunan di Indonesia

yang pada umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai (Wicaksono, 2007). Lantai bawahnya digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan

lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Pola ruang bangunan ruko kemudian mengalami perubahan karena tuntutan kebutuhan ruang akibat aktifitas yang dilakukan. Pada awalnya, perubahan yang

terjadi hanyalah pada sebagian kecil ruang yang digunakan untuk etalase, tapi kemudian berkembang semakin luas, sehingga pada model berikutnya seluruh

ruang-ruang di lantai satu di fungsikan sebagai aktifitas dagang, sedangkan ruang dengan fungsi hunian berpindah ke lantai dua.

Seiring dengan perkembangan jaman, Fenomena perubahan fungsi ruko

sekarang ini berlangsung secara kontinu pada desain bangunannya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa desain ruko di kota Medan ini memperlihatkan adanya perubahan fungsi dan tipologi ruko. Perbandingan

pemanfaatan ruang antara tempat bisnis atau dagang dengan area hunian yang terjadi tidaklah seimbang, sehingga terjadi proses degradasi terhadap tipe dan

fungsi ruko tersebut. Perubahan fungsi ruko sangatlah berpengaruh terhadap desain, baik secara internal maupun eksternal pada fungsi dan aktifitas kawasan perkotaan secara keseluruhan.

Bagaimana perkembangan ruko di Medan dari jaman ruko awal hingga sekarang? Dan bagaimanakah perkembangan tipologi bangunan ruko di Medan,

(18)

dilakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dengan cara mengidentifikasi perkembangan tipologi ruko di kota Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang yang ada, maka rumusan permasalahan pada

penelitian ini dapat dijawab dengan pertanyaan “bagaimana perkembangan tipologi ruko di kota Medan pada jaman sebelum kemerdekaan, orde baru dan

sekarang?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan utama dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi tipologi ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

1.4. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan literatur terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dunia arsitektur dan perencanaan kota secara teoritis, sehingga dapat digunakan sebagai media informasi dan menjadi

(19)

1.5. Kerangka Berfikir

Gambar 1.1Diagram Kerangka Berfikir

Keluaran

Menjadi salah satu bahan literatur terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, dunia arsitektur dan perencanaan kota secara teoritis.

sebagai media informasi dan menjadi bahan

masukan kepada

masyarakat mengenai perkembangan tipologi ruko pada jaman belanda sampai dengan jaman modern sekarang ini ruko, antara lain yaitu aspek-aspek tata ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

Studi Perkembangan Tipologi Rumah Toko di Kota Medan

LATAR BELAKANG

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan membahas mengenai tinjauan pustaka yang mendukung pembahasan penelitan ini, antara lain: mengenai ruko dan tipologi yang nantinya akan menjadi landasan dalam studi kasus penelitian ini sendiri.

2.1. Tinjauan Ruko 2.1.1. Defenisi Ruko

Menurut Wicaksono (2007), Rumah toko atau biasa sering disebut juga dengan Ruko adalah sebutan bagi bangunan-bangunan di Indonesia yang pada

umumnya dibuat bertingkat antara dua hingga lima lantai. Lantai bawahnya biasa digunakan sebagai tempat usaha atau kantor, sedangkan lantai atasnya dimanfaatkan sebagai tempat tinggal.

Istilah ruko diperkirakan berasal dari bahasa Hokkiantiam chu yang berarti “rumah” dan “toko”. Etnis Hokkian mendominasi populasi Cina perantauan di

kota-kota asia tenggara sehingga kebiasaan menetap dan berusaha di ruko sering dikaitkan dengan budaya mereka (Kompas, 2004). Dalam bahasa Melayu digunakan istilah kedai yang berarti sembarang ruangan tempat barang dagangan

ditumpuk tanpa aturan jelas, tempat dimana sang pemilik atau penjaga toko melewati harinya sebelum etalase atau meja pajang diperkirakan, oleh Lombard

(21)

Kehidupan di dalam ruko secara khas mencerminkan manajemen bertahan

hidup di tengah kepadatan dan hiruk pikuk perkotaan tanpa teknologi yang rumit. Ruko tidak jarang dihuni oleh suatu keluarga besar yang semua anggotanya turut

terlibat peran dalam bisnis keluarga tersebut. Lazimnya, sebuah ruko juga memiliki sebuah altar leluhur yang merupakan simbol kehadiran anggota keluarga yang telah tiada. dengan demikian, ruko juga memiliki arti penting sebagai simbol

status keluarga yang terus dipelihara dan diturunkan ke generasi berikutnya. kadang juga ruko berfungsi sebagai rumah klan/abu keluarga atau mengemban

fungsi sosial sebagai rumah perkumpulan atau organisasi, Sopandi dalam (Kompas, 2004).

2.1.2. Sejarah Ruko

Pada Umumnya masyarakat Tionghoa dikenal sebagai kaum pedagang, begitu juga dengan masyarakat Tionghoa yang berada di Indonesia. Masyarakat

Tionghoa di Indonesia menjalin hubungan yang baik dengan bangsa Eropa, oleh karena itu mereka dipercaya untuk memegang kendali perdagangan. Pada masa

kolonial, masyarakat Tionghoa diberi wilayah permukiman yang terpisah dari penguasa dan masyarakat pribumi. Saat itu masyarakat Tionghoa harus menyesuaikan diri dengan regulasi tata kota. Bentrokan antara aturan tata kota

dengan konsep rumah yang dibawa oleh masyarakat Tionghoa yang berasal dari Cina Selatan membentuk konsep rumah baru yang telah beradaptasi. Hunian

(22)

Alain Viaro dalam (Kurniawan, 2010) menyatakan bahwa ruko tidak

berasal dari Cina. Ia menyatakan bahwa kemunculan ruko merupakan percampuran arsitektur yang timbul akibat perdagangan disepanjang kota-kota

pantai antara Cina dan Asia Tenggara oleh orang Eropa, Cina, serta penduduk setempat. Oleh karena itu ruko tersebar pada hampir semua kota-kota pantai di daerah Cina Selatan sampai Asia Tenggara.

Menurut Wicaksono (2007) ruko telah dikenal di berbagai belahan dunia sejak zaman dulu. Di Yunani, terdapat pasar-pasar tradisional tempat melakukan

transaksi perdagangan yang juga digunakaan sebagai tempat tinggal dan letaknya berdekatan dengan pelabuhan karena Yunani merupakan negara kepulauan. Demikian juga di Timur Tengah, telah dikenal bangunan yang berfungsi ganda,

sebagai hunian dan tempat usaha. Namun, hunian di Timur Tengah terkesan lebih privat dan memisahkan aktivitas laki-laki dan perempuan.

2.1.3. Perkembangan Ruko di Indonesia

Sebagai sosok arsitektur di Indonesia, ruko memiliki sejarah panjang dan

berperan penting dalam memberi bentuk dan warna terhadap perkembangan kota-kota di Indonesia. Perkembangan ruko di Indonesia dimulai di kota-kota-kota-kota besar. Pada umumnya, ruko-ruko di Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang

sama dengan ruko Singapura.

Menurut Lombard dalam Kurniawan (2010) ruko diperkenalkan di Jawa

(23)

dindingnya dari bata, atapnya terbuat dari genting. Setiap unit memiliki lebar 3

sampai 6 meter, dengan panjang 6 sampai 8 kali lebarnya. Satu deret ruko biasanya terdiri dari belasan unit yang digandeng menjadi satu.

Kemudian pada akhir abad ke 20, corak ruko semakin bervariasi, namun bentuk dasarnya tidak mengalami banyak perubahan, begitu juga dengan denah ruko. Kini, ruko bisa bertingkat hingga 3 atau 4 lantai memberi kesempatan bagi

penghuninya untuk mengembangkan usahanya.

Semakin berkembangnya suatu kawasan ruko, menyebabkan nilai ekonomis

kawasan semakin meningkat. Pembangunan ruko menjadi tidak terkendali, kurang memperhatikan syarat hunian dan non hunian yang bercampur dalam kawasan tersebut yang menyebabkan terbentuknya bangunan yang tidak manusiawi dan

menghilangkan identitas lingkungnannya (Harisdani dan Lubis, 2004).

2.1.4. Perkembangan Ruko di Kota Medan

Di kota Medan, kemunculan ruko timbul akibat perkembangan di bidang perdagangan di awal abad ke-20, khusunya di area pecinan. Ruko pada pecinan ini

didesain dengan sistem grid dan terlihat mirip dengan ruko-ruko di wilayah koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Ciri-cirinya antara lain, ukiran di atas pintu, dan berbagai jenis jendela di lantai dua. Fasade lantai duanya menjorok ke

arah jalan dan memberikan perlindungan bagi pejalan kaki di selasar bawahnya yang juga berfungsi sebagai elemen penyatu ruko satu dengan lainnya. Gaya

(24)

Gambar 2.1 Ruko-Ruko di Kota Medan pada tahun 1920-an (Sumber : tropenmuseum)

2.1.5. Tipologi Ruko

Ruko sebagai sebuah tipologi arsitektur perkotaan di indonesia sebenarnya memiliki sejarah panjang dan peran yang penting dalam memberi bentuk dan

kehidupan kota-kota di indonesia. namun pada perjalanannya, khususnya dalam beberapa dasawarsa terakhir, tipologi ruko tampil dengan citra yang serampangan.

Bahkan, ruko juga dikambinghitamkan sebagai salah satu penyebab kesemrawutan kota-kota di Indonesia, Sopandi dalam (Kompas, 2004).

Di pecinan pada kota-kota kolonial , ruko biasanya dibangun di blok kota

yang padat dengan gang di belakang dan gang buntu di dua sisi blok (Widodo, 2009). Ruko memiliki bentuk yang sempit dan memanjang. Terkadang teras ruko

terhubung dengan teras tetangganya sehingga menciptakan jalan beratap menerus. Jalan ini mengikuti tipologi jalan berukuran lima kaki (five foot way) yang terkadang disebut sebagai "kaki lima". Jalan seperti ini dapat ditemukan di

kota-kota permukiman selat yang dikembangkan Inggris contohnya di Penang, Malaka dan Singapura.

Tipikal ruko adalah unit modul hunian berlantai dua yang dibangun di atas

(25)

2009). Ruko dapat terdiri atas satu atau lebih tipikal modul asal maupun dasar.

Selain sebagai hunian, fungsi lain ruko adalah sebagai toko, bengkel, industri rumahan, gudang, hotel, bahkan kuil. Ruko merupakan penyusunan spasial dan

memiliki fungsi yang sangat serbaguna dan berkelanjutan.

Menurut Sopandi dalam (Kompas, 2004), Sejalan dengan perkembangan waktu, tipologi ruko juga mengalami perubahan akibat berubahnya nilai-nilai,

teknologi, situasi ekonomi, dan budaya bermukim penghuninya. makna ruang-ruang di dalamnya pun turut berubah seiring berubahnya kebiasaan penghuni,

misalnya hadirnya pesawat televisi dan barang-barang elektronik, “simplifikasi” altar leluhur (yang makin lama makin ditinggalkan seiring kelunturan tradisi ritual cina), perubahan fungsi komersial (perubahan layout toko, perubahan bentuk

usaha, dan lain-lain). pergeseran makna chimchay juga diakibatkan karena berubahnya standar higienitas terhadap area basah atau kotor (dapur, cuci, dan kakus) sehingga bergeser ke bagian belakang rumah. dengan ini modernitas pun

(26)

Gambar 2.2Tipologi Ruko (Wicaksono, 2007)

2.2. Tinjauan Tipologi 2.2.1. Definisi Tipologi

Tipologi berasal dari bahasa Yunani yaitu “typos” yang berarti kesan atau

karakter. Secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang tipe. Menurut Loughlin (1969), tipologi adalah kumpulan dari beberapa bentuk

bangunan, ruang atau penggabungan dari keduanya, dalam arti bahwa bagaimana cara membangun suatu hubungan diantara sejumlah objek yang sebanding. Hal inilah yang dapat dikategorikan menjadi sebuah model atau ciri khas. Adanya

(27)

proses desain karena berada di antara ide-ide abstrak dan bentuk yang konkret.

Tipologi dalam hal ini lebih menitikberatkan sesuatu yang tradisional daripada yang modern.

Tipologi adalah studi tentang tipe. Tipe adalah kelompok dari objek yang memiliki ciri khas formal yang sama. Dalam hal ini tipologi merupakan sebuah bidang studi yang mengklasifikasikan, mengkelaskan, mengelompokkan objek

dengan persamaan ciri khas dan sifat dasar ke dalam tipe-tipe tertentu dengan cara memilah bentuk keragaman dan kesamaan jenis (Sulistijowati, 1991).

Berdasarkan teori tersebut, maka beberapa bangunan dalam suatu lingkungan yang memiliki keunikan yang sama tentunya dapat diidentifikasi memiliki tipologi yang sama.

Muratory (1910-1973) membedakan tipologi tersebut menjadi 4 tingkatan skala yaitu bangunan, kabupaten, kota dan wilayah. Perincian dan kompleksitas tipe tersebut dapat dibedakan dengan tingkatan. Ada beberapa hal yang dapat

diidentifikasi sebagai tipologi, di antaranya:

a) Unsur-unsur atau bagian dari desainnya. Misalnya bagian-bagian bangunan,

ruang dan lain-lain

b) Struktur internal dari unsur-unsur tersebut. Misalnya bagaimana disposisi bangunan dan ruang di lingkungan tersebut

c) Hubungan antara bentuk dan fungsi

d) Material yang terdapat di dalam bangunan tersebut

(28)

maksud eksplisit bahwa metodenya dalam analisa dapat digunakan sebagai dasar

untuk desain arsitektur dan perkotaan. Hal ini tercermin dalam kenyataan bahwa ia menggunakan kata “storia operante” (sejarah operasi). Sejarah tidak untuk

memuaskan rasa ingin tahu, tetapi juga berguna dalam proses desain.

Berdasarkan pandangan Muratori, tipologi tidak hanya membahas tentang bangunan tetapi juga tentang dinding, jalan, kebun, pembangunan kota dan segala

sesuatu yang menentukan bentuk kota dalam jangka waktu tertentu. Dalam karyanya dan karya-karya yang datang setelah itu, lebih ditekankan pada waktu

tertentu dan tempat tertentu. Hal ini dilakukan dengan studi yang cermat dari pengembangan jenis bangunan dalam jaringan perkotaan. Berdasarkan studi ini seseorang mencoba untuk merumuskan pola dasar dari semua jenis, kemudian

mencoba untuk merekonstruksi garis perkembangan dari pola dasar ini untuk selanjutnya.

2.2.2. Bentuk, Ruang dan Sirkulasi a. Bentuk

Menurut Bacon dalam D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa bentuk arsitektural adalah titik sentuh antara massa dan ruang. Bentuk-bentuk arsitektural tekstur, material, madulasi cahaya dan bayangan, warna, semua

berkombinasi untuk menghadirkan suatu kualitas atau roh yang mengartikulasikan ruang. Kualitas arsitektur akan akan ditentukan oleh

(29)

Bentuk adalah sebuah istilah inklusif yang memiliki beberapa makna.

Bentuk bisa merujuk pada sebuah penampilan eksternal yang dapat dikenali, seperti kursi atau tubuh manusia yang mendudukinya. Bentuk juga

menawarkan rujukan baik pada struktur interior maupun eksterior serta prinsip yang memberikan kesatuan pada keseluruhan. Jika bentuk seringkali menyertakan sebuah massa atau volume yang tiga dimensi, maka

bentuk-bentuk dasar lebih terujuk secara khusus pada aspek bentuk-bentuk yang sangat penting yang mengendalikan penampilannya, konfigurasi atau disposisi

relatif garis atau kontur yang menentukan batas sebuah figur atau bentuk (D.K. Ching, 2008).

b. Ruang

Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan teraba, menjadi teraba karena memiliki karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato (2007) mengatakan bahwa kini, segala sesuatunya harus berwadah, kasat

mata, dan teraba, namun tidak ada sesuatupun yang dapat kasat mata tanpa adanya api, tak ada sesuatupun yang dapat teraba bila tak bermassa dan tak

ada sesuatupun yang dapat bermassa tanpa adanya unsur tanah. Ruang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik secara psikologis emosional (persepsi), maupun dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak

serta menghayati, berfikir dan juga menciptakan ruang untuk menyatakan bentuk dunianya. Secara umum, ruang dibentuk oleh beberapa elemen

(30)

dan awet. Lantai juga merupakan unsur yang penting didalam sebuah ruang,

bentuk, warna, pola dan teksturnya akan menentukan sejauh mana bidang tersebut akan menentukan batas-batas ruang dan berfungsi sebagai dasar

dimana secara visual unsur-unsur lain di dalam ruang dapat dilihat. Tekstur dan kepadatan material dibawah kaki juga akan mempengaruhi cara kita berjalan di atas permukaannya. 2). Bidang dinding atau pembatas, yaitu

unsur perancangan bidang dinding yang dapat menyatu dengan bidang lantai atau dibuat sebagai bidang yang terpisah. Bidang tersebut bisa sebagai latar

belakang yang netral untuk unsur-unsur lain di dalam ruang atau sebagai unsur visual yang aktif didalamnya. Bidang dinding ini dapat juga transparan seperti halnya sebuah sumber cahaya atau suatu pemandangan.

3). Bidang langit-langit atau atap, adalah unsur pelindung utama dari suatu bangunan dan berfungsi untuk melindungi bagian dalam dari pengaruh iklim. Bentuknya ditentukan oleh geometris dan jenis material yang

digunakan pada strukturnya serta cara meletakannya dan cara melintasi ruang diatas penyangganya. Secara visual bidang atap merupakan „topi‟

dari suatu bangunan dan memiliki pengaruh yang kuat terhadap bentuk bangunan dan pembayangan.

Jadi, Ruang merupakan bagian ruang di dalam sebuah bangunan dan

(31)

c. Sirkulasi

Menurut D.K. Ching (2008), mengatakan bahwa sirkulasi merupakan pergerakan manusia yang dianggap sebagai elemen penyambung inderawi

yang menghubungkan ruang-ruang sebuah bangunan atau serangkaian ruang eksterior atau interior maupun secara bersama-sama. Sebelum benar-benar berjalan memasuki interior suatu bangunan, seseorang mencapai pintu

masuknya melalui sebuah jalur. Ini adalah tahap pertama sistem sirkulasi yang ketika tengah menempuh pencapaian tersebut seseorang disiapkan

untuk melihat, mengalami dan memanfaatkan ruang-ruang di dalam sebuah bangunan. Proses memasuki sebuah bangunan, ruang di dalam bangunan ataupun area ruang eksterior tertentu akan melibatkan aksi menembus suatu

bidang vertikal yang membedakan suatu ruang dari ruang lainnya, serta memisahkan makna “di sini” dan “di sana”. Jalur dapat dikaitkan dengan ruang-ruang yang dihubungkannya melalui beberapa cara berikut :

1) Melewati Ruang, yaitu Integritas setiap ruang dipertahankan, konfigurasi jalurnya fleksibel dan ruang ruang yang menjadi perantara

dapat digunakan untuk menghubungkan jalur dengan ruang-ruangnya.

(32)

2) Lewat Menembusi Ruang, yaitu jalur dapat melalui sebuah ruang secara

aksial, miring atau di sepanjang tepinya dan ketika menembusi ruang, jalur menciptakan pola-pola peristirahatan dan pergerakan di dalamnya.

Gambar 2.4 Sirkulasi Menembusi Ruang

3) Menghilang di dalam Ruang, yaitu lokasi ruangnya menghasilkan jalurnya dan hubungan jalur jalur ruang ini digunakan untuk mencapai

atau memasuki ruang-ruang penting baik secara fungsional maupun simbolis.

(33)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini akan di bahas metodologi yang akan diaplikasikan dalam penelitian ini sesuai dengan tujuan dan rumusan masalah yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Tujuan utama dari bab ini adalah untuk menjelaskan

pemakaian berbagai jenis metode dan alat yang digunakan dalam mengumpulkan, menganalisa dan membuktikan data dalam penelitian ini.

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif mengenai

perkembangan tipologi rumah toko di kawasan jalan Pasar Lama Kesawan, jalan Brigjend Katamso dan jalan Setiabudi. Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena pada

subjek penelitian yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan fenomena tersebut ke dalam bentuk kata dan menggunakan berbagai metode alamiah (Moleong,

2005). Pada umumnya, penelitian yang biasa menunjang penggunaan pengumpulan data dengan metode kualitatif adalah penelitian deskriptif. Menurut Sinulingga (2011), yang di maksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian

yang tujuannya untuk mendeskripsikan suatu objek atau populasi secara sistematis, faktual dan akurat.

(34)

kemerdekaan, orde baru dan sekarang antara lain yaitu dengan aspek-aspek tata

ruang luar, tata ruang dalam, massa dan perwajahan, fungsi dan aktifitas. Melalui metode kualitatif deskriptif ini, peneliti akan mendeskripsikan perkembangan

tipologi ruko yang terjadi secara detail sesuai dengan periodenya.

3.2. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang mempunyai dan mengambil nilai yang beragam, Sekaran dalam (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini yang akan

dilakukan adalah meneliti perkembangan tipologi ruko di kota Medan, antara lain yaitu aspek-aspek dari tata ruang luar, tata ruang dalam, massa, dan perwajahan, fungsi dan aktifitas.

Tabel 3.1Tabel Variabel Penelitian

No. Variabel Indikator Metode Penelitian

(35)

Fungsi dan Aktifitas

Sampling dalam penelitian kualitatif ini dimaksudkan untuk memilih

sebanyak mungkin informasi dari penghuni ruko tersebut yang memahami awal berdirinya ruko, fungsinya maupun perubahan yang terjadi. Hal ini ditujukan untuk merinci ciri khas yang ada. Oleh karena itu, dalam penelitian ini tidak ada

sampel yang random, yang ada hanyalah sampel yang bertujuan (purposive sampling) (Moleong, 2005).

Dalam penelitian sampel ini dipilih dengan melalui metode purposive sampling. Adapun yang dimaksud dengan purpossive sampling adalah metode pengambilan sampel yang disengaja atau ditentukan karena sampel tersebut

memenuhi kriteria tertentu yang sebelumnya telah ditentukan (Sinulingga, 2011). Kriteria yang dimaksud dalam penelitian yang dimaksud antara lain bangunan

ruko yang mewakili era pembangunan ruko pada zaman sebelum kemerdekaan, orde baru dan ruko sekarang. Dalam memilih ruko kolonial atau periode sebelum kemerdekaan, dipilihlah ruko-ruko yang memiliki cirri-ciri arsitektur kolonial dan

(36)

baru (tahun 90-an) dipilih berdasarkan fungsinya, yaitu rumah tinggal sekaligus

tempat usaha dan bangunan ruko yang disewakan oleh orang lain sebagai kantor yang terdapat dikawasan jalan Brigjend Katamso. Kemudian untuk ruko periode

setelah reformasi dipilihlah ruko yang memiliki cirri-ciri arsitektur modern yang terdapat dikawasan jalan Setiabudi.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Pada metode ini, metode pengumpulan data terbagai atas 2 macam yaitu

data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara mencari langsung di lapangan dan narasumber. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain sehingga tidak perlu mencari sendiri

oleh peneliti. Berdasarkan 2 jenis penelitian tersebut, data-data yang ingin dikumpulkan adalah sebagai berikut :

a. Data Fisik

Pada data fisik, variabel-variabel yang ingin diperoleh mengenai tipologi pada rumah toko di kota Medan yaitu :

1. Data tipologi ruko, berupa bentuk, ruang, dan fasad

2. Data fungsi dan aktifitas ruko, berupa denah dan wawancara

3. Data kepemilikan, berupa social background pemilik, usia bangunan dan

perubahan yang terjadi. b. Data Fungsi dan Aktifitas

(37)

ruko dan melakukan wawancara langsung oleh narasumber. Adapun tujuan dari

metode pengumpulan data ini yaitu untuk mengambil gambaran umum mengenai fungsi dan aktifitas masyarakat terhadap tipologi ruko di lokasi

penelitian. Data-data tersebut dapat diperoleh disaat terjadinya aktifitas di lingkungan maupun di dalam ruko itu sendiri.

c. Latar Belakang Sosial

Pada data ini, yang diambil yaitu berupa data-data latar belakang sosial pelaku, seperti jenis kelamin, usia, alamat dan sebagainya. Data ini dapat dilakukan

dengan cara mewawancarai langsung responden atau mengisi kuisioner yang diberikan yang menjadi sampel pada saat pemetaan perilaku berdasarkan pelaku.

3.5. Kriteria Kawasan Penelitian

Kriteria kawasan penelitian yang akan diteliti merupakan kawasan rumah

toko yang berada di kota Medan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Bangunan ruko dari usia sebelum kemerdekaan

(38)

3.6. Kawasan Penel

Gambar 3.1Peta Kecamatan Kota Medan

kriteria kawasan penelitian tersebut, maka bebe

(39)

2. Rumah toko Katamso, yang berada di Jl. Brigjend Katamso.

3. Rumah toko Setiabudi yang berada di Jl. Setiabudi.

Alasan mengapa peneliti memilih ketiga kawasan ini karena bangunan ruko

itu sendiri memiliki nilai-nilai yang berbeda bila dilihat dari segi fasad, periodesasi, gaya arsitektur dan fungsinya, sehinggga berpengaruh pada tipologi rumah tokonya.

3.7. Metode Analisis Data

Adapun tahapan-tahapan menganalisis data yang akan dilakukan dalam penelitian ini dengan penelitian data-data sekunder adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tipologi rumah toko :

- Pola ruang, organisasi ruang dan sistem sirkulasi - Kualitas ruang

- Bentuk / pola fasad

2. Mengidentifikasi fungsi dan aktifitas pada ruko

Pada tahap pelaksanaan dilakukannya observasi di lokasi penelitian yang di

perkuat dengan foto untuk validasi data, pembuatan sketsa atau diagram pemetaan perilaku pada sampel terhadap setting, melakukan gambaran mengenai ruko lama dan ruko baru dan melakukan wawancara kepada sampel penelitian. Jika seluruh

(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM KAWASAN PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas hal-hal yang berkaitan dengan kawasan yang menjadi lokasi dalam penelitian ini. Adapaun yang menjadi bahasan dalam penelitian ini antara lain: deskripsi kawasan Kesawan, Jl. Brigjend Katamso dan

Jl. Setiabudi yang menjadi objek dalam penelitian ini.

4.1. Deskripsi Kawasan Penelitian

Studi kasus yang akan diteliti dalam penelitian ini merupakan kawasan yang memiliki usia bangunan ruko yang berbeda di Kota Medan. Berdasarkan kriteria

pemilihan kawasan penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka tipologi rumah toko yang akan diteliti adalah tipologi rumah toko di kawasan Kesawan, Jalan Brigjend Katamso dan Jalan Setiabudi.

(41)

Gambar 4.2Peta Lokasi Penelitian(Sumber: google maps)

4.1.1. Pasar Lama Kesawan

Pasar Lama, Kelurahan Kesawan, Kecamatan Medan Barat, Sumatera Utara.

Kecamatan Medan Barat luas wilayahnya sebesar 5,40 km2. Kecamatan Medan Barat adalah salah satu daerah jasa dan perniagaan di Kota Medan, dengan

(42)

Gambar 4.3Peta Lokasi dan Batasan Wilayah Penelitian(Sumber: google earth)

Pasar Lama atau dalam bahasa Belanda disebut dengan Oude Markt

merupakan pasar pertama yang berada di Kelurahan Kesawan, Medan yang mulai berdiri sejak tahun 1886. Pasar ini mewadahi kebutuhan masyarakat di sekitarnya

sebelum kemunculan Pasar Ikan Lama di Jalan Stasiun dan di Jalan Perniagaan (1906). Hingga saat ini, etnis Tionghoa masih menyebut pasar tersebut sebagai 老巴杀 (Hanyu Pinyin: Lǎ o Bāshā, Hokkian Peh-ōe-jī: Lāu Pa-sat). Hal ini terjadi karena etnis Tionghoa generasi 1900-an biasanya menyebut nama suatu

(43)

Gambar 4.4 satu bangunannya ya

lenyap dan di eks laha

4.4Peta Oude Markt Tahun 1895(Sumber : KI

peta tahun 1895 di atas dapat diketahui bahw utoyo) belum sepanjang seperti saat ini, Pada t

mencapai persimpangan Jalan Hindu. Selain it ngun jembatan yang dapat menghubungkan j

ol dan Jalan Kejaksaan (Kawasan Lapangan dibangun jembatan yang menghubungkan Jala dengan Jalan Imam Bonjol. Seiring dengan ber

ulailah berdirinya blok massa bangunan di kaw yaitu Deli Bioscoop, namun bangunan itu

ahannya berdiri deretan ruko.

KITLV)

bahwa Jalan Oude da tahun 1895 jalan

(44)

Gambar 4.5Pet

Kini pada kawa pasar ini tidak terletak terletak di Jalan Hindu. O

Koridor jalan dibangun pada zama

beberapa tipe ruko y

Peta Jalan Mayjend Sutoyo(Sumber: CAD Kot

wasan Oude Markt ini masih terdapat suatu tak di sepanjang Jalan Mayjend Sutoyo seperti ndu. Oleh karena itu pasar ini disebut sebagai Pa

n Mayjend Sutoyo didominasi oleh banguna man kolonial. Berdasarkan observasi lapanga

uko yang dibangun dalam periode yang berbeda uko-ruko dikoridor Jalan Brigjend Katamso ini uko yang dibangun sejak zaman sebelum kemer

nd Katamso

nd Katamso, Kecamatan Medan Maimun terle an merupakan kawasan yang cukup terkenal de

(45)

bangunan bersejarahn

1980-an. Kawasan ini Koridor jalan

terdapat bangunan Ist ditemukan beberapa Berdasarkan perioden

diambil dengan krite sampai dengan tahun 90

sangat ramai dilalui.

hnya seperti Istana Maimoon dan bangunan r

n ini mulai berkembang pesat sejak tahun 1891. n Brigjend Katamso didominasi oleh banguna

n Istana Maimoon Medan. Berdasarkan obse pa tipe ruko yang dibangun dalam periode odenya, maka ruko-ruko dikoridor Jalan Brigje

iteria bangunan ruko yang dibangun sejak za hun 90-an.

Peta Jalan Brigjend Katamso(Sumber: Googl

udi

budi, Kelurahan Tanjung Sari, Kecamatan Me inasi oleh bangunan-bangunan ruko sebagai la dengan area kampus universitas sumatera, sehingg

ui. Dilihat dari segi desain, gaya arsitektur ma gjend Katamso ini

(46)

bangunan-bangunan ruko dikawasan ini pun cukup beragam. Namun, bangunan

ruko dikawasan ini banyak yang lebih memilih dengan fasad atau wajah bangunan minimalis mengikuti perkembangan zaman.

(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil dan pembahasan terkait dengan studi kasus pada penelitian ini. Kemudian akan dilakukan analisa perkembangan tipologi ruko dengan cara menarpkan variable pada objek penelitian. Dengan demikian akan

ditemukan hal-hal yang melatarbelakangi perkembangan tipologi ruko berdasarkan 3 periode, yaitu ruko periode sebelum kemerdekaan, ruko periode

orde baru dan ruko periode setelah reformasi.

5.1. Analisis Perkembangan Tipologi

Berikut ini adalah analisis perkembangan tipologi ruko pada perwakilan ruko di 3 kawasan penelitian dengan kriteria ruko periode sebelum kemerdekaan, ruko periode orde baru dan ruko periode setelah reformasi.

(48)

5.1.1. Analisis Perkembangan Bentuk

5.1.1.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1910-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.2), di desain dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang mendominasi pada bangunan jaman koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement).

Ciri-cirinya antara lain, terdapat ukiran atau ornamen yang bergaya eropa pada tiang, dinding dan ukiran diatas jendela. Pewarnaan yang digunakan pun

hanyalah warna putih, tidak ada perpaduan dengan warna yang lain. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penghuni ruko ini kerap sekali mengubah warna bangunan sesuai keinginannya (Gambar 5.2).

(49)

Kemudian, material yang digunakan juga masih menggunakan bahan

bangunan koloni asli peninggalan jaman penjajahan di kota Medan. Adapun material yang digunakan pada bangunan ruko ini, yaitu :

Gambar 5.3Detail Bentuk Ruko Tahun 1910-an

a. Pintu

Elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu

panel lipat berbahan kayu (Gambar 5.4).

Gambar 5.4Pintu Panel Lipat berbahan kayu

Pintu Fanlight

Kisi-kisi kaca Nako Ornamen

(50)

b. Jendela

enggunakan jendela bermodel 1 daun jendela de dan pada atas jendela terdapat fanlight. Model

sedang menjadi tren dan dapat ditemui pada ruko 20. Ruko yang dihuni oleh etnis Tionghoa pada sa

nggunakan jendela berbahan kayu. Penggunaan

n ruko masih sangat minim. Material banguna us diimpor untuk memenuhi permintaan mereka (Ga

Gambar 5.5Detail Jendela dan Fanlight

nding pada ruko ini digunakan dinding bata de

kstur halus (Gambar 5.6).

Dinding Bata Plaste Gambar 5.6Detail Dinding Bata Plasteran

si kaca ko

la dengan kisi-kisi Model jendela dengan

ruko-ruko di awal saat itu umumnya unaan material kaca

unan seperti kaca (Gambar 5.5).

ght

dengan plasteran

asteran

ran

(51)

d. Ornamen

Ornamen dalam arsitektur berperan sebagai dekorasi yang berfungsi untuk memperindah suatu bangunan. Gaya ornamen biasanya ditentukan oleh

suatu budaya. Setiap kelompok budaya biasanya memiliki ornamen yang mencerminkan mereka. Pada ruko ini ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen lengkungan yang berada pada sekeliling jendela, ornament

tersebut merupakan ornament bergaya eropa. Umumnya ornamen bergaya eropa ini lazim digunakan pada ruko yang saat itu ditempati oleh etnis

Cina (Gambar 5.7).

Ornamen Lengkungan Gambar 5.7Detail Ornamen Lengkungan

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang

terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap

(52)

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1940-an)

Pada bangunan ruko tipe 2 ini (Gambar 5.9), tidak jauh beda dengan desain bangunan ruko pada tipe 1 diatas (Gambar 5.2), karena ruko ini juga di

desain dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang mendominasi pada bangunan jaman koloni Inggris di Asia Tenggara (Strait Settlement). Cirri-cirinya antara lain, terdapat ukiran atau ornamen yang

bergaya eropa pada tiang, dinding dan ukiran diatas jendela. Pewarnaan yang digunakan pun hanyalah warna putih, tidak ada perpaduan dengan warna

yang lain dan perubahan warna bangunan ini.

(53)

Untuk material yang digunakan juga masih menggunakan bahan

bangunan koloni asli peninggalan jaman penjajahan di kota Medan. Adapun material yang digunakan pada bangunan ruko ini, yaitu :

Gambar 5.10Detail Bentuk Ruko Tahun 1940-an

a. Pintu

Elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu

buka 2 atau ganda berbahan kayu yang merupakan peninggalan jaman belanda di Medan (Gambar 5.11).

Pintu fanlight

Kisi-kisi kaca Nako Ornamen

(54)

b. Jendela

Ruko ini menggunakan jendela bermodel 1 daun jendela dengan kisi-kisi kaca nako dan pada atas jendela terdapat fanlight (Gambar 5.12).

Gambar 5.12Detail Jendela dan Fanlight

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini menggunakan jenis material dinding beton dengan plasteran polos bertekstur halus.

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen lengkungan juga yang berada pada sekeliling jendela (Gambar 5.13).

Ornamen Lengkungan Gambar 5.13Detail Ornamen Lengkungan

Fanlight Kisi-kisi kaca

(55)

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini bukanlah atap asli pada

ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atap

Ngang Shanseperti atap pada ruko tipe 1 diatas (Gambar 5.8).

5.1.1.2. Ruko Periode Orde Baru 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1980-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.14), masih memperlihatkan desain bangunan dengan menggunakan tekstur yang merupakan tekstur yang

mendominasi pada bangunan jaman koloni Belanda, namun jika diperhatikan ada sedikit perpaduan dengan tekstur bangunan Hindia. Cirri-cirinya antara lain, terdapat tekstur dinding yang kasar dan motif yang digunakan.

(56)

Gambar 5.14Bentuk Ruko Tahun 1980-an

Material bangunan yang digunakan pada bangunan ruko ini bisa

dilihat dibawah ini, yaitu :

Gambar 5.15Detail Bentuk Ruko Tahun 1980-an

Ornamen Silang

Pintu Lipat Besi fanlight

2 daun jendela / jendela gendong

(57)

a. Pintu

ntu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. berbahan kayu dan dilengkapi dengan pintu

5.16).

Gambar 5.16Detail Pintu Lipat Besi

enggunakan jendela bermodel 2 daun jendela un pintu dan terdapat fanlight diatasnya. Untuk

ggunakan model jendela mati.

nding pada ruko ini digunakan dinding bata de kstur kasar (Gambar 5.17).

Dinding bertekstur K

bar 5.17Detail Dinding Bata Plasteran Kasar

Pint

1 ruko. Model pintu ntu atau jeruji besi

ndela yang menyatu ntuk bagian depan

dengan plasteran

ur Kasar

asar

(58)

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen silang yang biasa digunakan sebagai sirkulasi udara diatas jendela Gambar 5.18).

Gambar 5.18Detail Ornamen Silang

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan material

penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini juga bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang

terbuat dari tanah liat.

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1990-an)

Pada bangunan ruko tipe 2 ini (Gambar 5.19) menggambarkan desain bangunan yang biasa saja, tidak ada tekstur khusus yang digunakan. Namun

desain ruko seperti ini banyak dijumpai pada bangunan ruko yang berdiri pada tahun 90-an. Pada era tahun 90-an tersebut, desain bangunan seperti ini adalah khasnya dengan cirri-ciri bangunan berlantai 3, fasad lantai 2 condong

(59)

digunakan adalah warna putih menyerupai warna bangunan ruko di

sebelahnya.

Gambar 5.19Bentuk Ruko Tahun 1990-an

Material pintu berbahan alumunium pada bangunan ruko tahun 90-an

ini adalah material yang banyak digunakan hingga bangunan ruko zaman sekarang ini. Material yang digunakan tersebut, antara lain :

Gambar 5.20Detail Bentuk Ruko Tahun 1990-an

Fanlight Atap

Kisi-kisi

kaca Nako Ornamen

(60)

a. Pintu

Pada ruko ini, elemen pintu pada ruko ini mendominasi fasad lantai 1 ruko. Model pintu panel lipat berbahan besi, namun pada bagian dalam pintu

terdapat pintu lipat berbahan alumunium (Gambar 5.21).

Gambar 5.21Detail Pintu Lipat Alumunium

b. Jendela

Ruko ini menggunakan jendela bermodel 2 sampai 5 daun jendela dengan kisi-kisi kaca nako dan pada atas jendela terdapat fanlight (Gambar 5.22).

Gambar 5.22Detail Jendela dan Fanlight

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini menggunakan jenis material dinding bata

dengan plasteran polos bertekstur halus. Pintu Lipat

Alumunium

Fanlight

(61)

d. Ornamen

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen susunan bata yang tidak di plester. Namun, ornamen disini tidaklah memiliki makna budaya

atau gaya dalam arsitekur (Gambar 5.23).

Gambar 5.23Detail Ornamen Bata

e. Atap

Bentuk atap pada ruko ini juga merupakan atap pelana menyamping dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap yang digunakan pada ruko ini adalah atap pelana. Atap ini masih memiliki keaslian

beberapa saja, selebihnya masih baru atau sebagai pengganti atap yang sudah tidak layak pakai.

5.1.1.3. Ruko Periode Setelah Reformasi 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 2000-an)

Pada bangunan ruko tipe 1 ini (Gambar 5.24), merupakan desain dengan tekstur minimalis dan batu alam yang pada saat ini telah menjadi tren

(62)

lainnya. Warna yang digunakan pun adalah warna-warna yang cerah dengan

paduan warna gelap seperti warna merah, abu-abu, hitam, kuning, putih dan sebagainya.

Gambar 5.24Bentuk Ruko Tahun 2000-an

Material yang digunakan pada bangunan ruko ini merupakan jenis material modern yang saat ini telah berkembang sesuai dengan konsep minimalisnya. Adapun material yang digunakan adalah sebagai berikut :

Gambar 5.25Deatail Bentuk Ruko Tahun 2000-an

Pintu Lipat Kayu

Atap Seng Ornamen

Modern Atap Beton

Pintu Lipat Besi

(63)

a. Pintu

Model pintu pada lantai 1 ruko ini menggunakan pintu panel lipat berbahan kayu dan jarak 2.5 m dari pintu ruko dipasang pintu panel lipat

berbahan besi. Kemudian pada lantai 2 terdapat pintu kaca berbahan alumunium yang menyatu dengan jendela (Gambar 5.26).

Gambar 5.26Detail Pintu Lipat Kayu

b. Jendela

Pada lantai 1 ruko ini, tidak terdapat jendela tapi terdapat beberapa lubang angin atau fanlight saja. Dan pada lantai 2 barulah ditemukan jendela kaca

yang menyatu dengan pintu kaca berbahan alumunium (Gambar 5.27).

(64)

c. Dinding

Untuk dinding pada ruko ini digunakan dinding bata dengan plasteran polos bertekstur halus. Namun beberapa bagian dinding yang di lapisi

dengan tekstur batu alam (Gambar 5.28).

Gambar 5.28Detail Dinding

d. Ornamen :

Ornamen yang terdapat pada ruko ini adalah ornamen modern yang biasa

digunakan sebagai sirkulasi udara diatas jendela, tidak ada ornamen khusus yg lain (Gambar 5.29).

Gambar 5.29Detail Ornamen

e. Atap :

Ruko ini menggunakan atap beton atau digunakan sebagai rooftop. Kemudian pada lantai satu terdapat atap berbahan seng (Gambar 5.30).

Gambar 5.30Detail Atap Beton

Dinding bertekstur

(65)

Temuan

Berdasarkan hasil penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa terdapat corak atau tekstur yang bervariasi pada bangunan ruko seiring dengan perkembangan

zaman. Begitu juga dengan material maupun warna yang digunakan. Bentuk dasar ruko rata-rata material yang digunakan adalah dinding dari bata, atapnya terbuat dari genting atau seng. Satu deret ruko biasanya terdiri dari belasan unit yang

digandeng menjadi satu. Namun dengan demikian, perubahan tekstur, material maupun warna yang bervariasi, tidaklah berpengaruh terhadap bentuk dasar ruko

tersebut (Lombard dalam Kurniawan, 2010).

5.1.2. Analisis Perkembangan Ruang

5.1.2.1. Ruko Periode Sebelum Kemerdekaan 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1910-an)

(66)

Ruko tipe ini dibangun pada tahun 1910-an yang berlantai 2 dan

dihuni oleh 4 orang bahkan lebih. Ruko ini tidaklah digunakan oleh pemiliknya lagi, tetapi ruko ini di sewakan kepada orang lain dan pemilik

ruko tersebut lebih memilih untuk tinggal di tempat tinggal yang lain yang jauh dari ruko tersebut. Fungsi ruko ini pun beragam di setiap lantainya, diantaranya pada lantai satu digunakan sebagai ruang konsultasi/percetakan

dan pada lantai duanya digunakan sebagai ruang kontraktor (Gambar 5.33).

Gambar 5.32Aktifitas di Ruang Konsultasi dan Ruang Kontraktor

(67)

Keterangan (Gambar 5.33):

a. Lantai 1 :

- Ruang Konsultasi

- Ruang Kerja - Dapur - KM / WC

- Mushollah

b. Lantai 2 :

- Ruang Kontraktor

- Ruang Istirahat - Ruang Kantor - KM / WC

- Dapur

Gambar 5.34Detail Lantai di Ruang Kerja Ruko

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini merupakan lantai keramik bertekstur kasar dan merupakan tipe keramik keluaran lama

(68)

Gambar 5.35Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1

Berdasarkan gambar 5.35, setiap pembatas ruangan tidak

menggunakan dinding bata seperti layaknya rumah biasa, tetapi menggunakan dinding partisi yang terbuat dari kayu dan papan. Hanya pada beberapa bagian ruangan saja yang menggunakan pembatas dinding bata. Keaslian dari

bangunan ruko yang dibangun sebelum kemerdekaan ini masih terbilang diatas 50%, karena tidak banyak perubahan atau renovasi yang dilakukan.

Renovasi yang dilakukan tersebut adalah renovasi pada dinding-dinding praktisi dengan waktu 1 tahun sekali renovasi, penambahan ruang belakang untuk mushollah, tangga beton dan perubahan warna bangunan.

(69)

asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng

yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan atapNgang Shan(Gambar 5.36).

Gambar 5.36Detail Atap Ngang Shan

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1940-an)

Gambar 5.37Skema Ruang Ruko Tahun 1940-an

Ruko ini dibangun pada tahun 1940-an dan terdiri dari 2 lantai. Ada

hal yang unik pada ruko ini, yaitu pada fungsinya yang hanya digunakan 1 lantai saja (lantai bawah) tidak ada ruangan lain lagi dan pada lantai 2 ruko

(70)

Penghuni ruko ini ada 4 orang. Status kepemilikan ruko ini sama dengan ruko

diatas yaitu dengan menyewa ruko tersebut sebagai tempat usaha.

Gambar 5.38Aktifitas di dalam ruko

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini tidak menggunakan lantai keramik, tetapi menggunakan lantai semen bertekstur

kasar.

(71)

Keterangan (Gambar 5.39)

a. Lantai 1 :

- Digunakan sebagai tempat percetakan bon, faktur, dan lain-lain

b. Lantai 2 :

Tidak difungsikan lagi

Gambar 5.40Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 2

Berdasarkan gambar 5.40, dinding yang digunakan adalah dinding bata bertekstur halus dan dilapisi dinding partisi berbahan tripleks. Tidak

banyak renovasi yang dilakukan terhadap ruko ini, hanya saja ada penambahan plafon yang digunakan sebagai tempat penyimpanan barang-barang atau disebut dengan mezanine dan tangga yang digunakan menuju ke

plafon tersebut terpasang merekat pada dinding ruko yang terbuat dari kayu. Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana menyamping dan

(72)

yang terbuat dari tanah liat dan bentuk atapnya diperkirakan menggunakan

atapNgang Shanseperti atap pada ruko tipe 1 diatas (Gambar 5.36).

5.1.2.2. Ruko Periode Orde Baru 1. Ruko Tipe 1 (Tahun 1980-an)

Gambar 5.41Skema Ruang Ruko Tahun 1980-an

Ruko ini merupakan ruko yang dibangun pada tahun 1980-an dan

memiliki 3 lantai. Ruko ini tidak lagi dihuni pemilik aslinya, melainkan disewakan oleh orang lain sebagai cafe yang terdapat pada lantai 1 dan pada

lantai 2 digunakan sebagai kantor notaris.

(73)

Gambar 5.43Cafe (Lantai 1)

(74)

Keterangan (Gambar 5.44) :

a. Lantai 1 : - Cafe

- Dapur - KM / WC b. Lantai 2 :

- Ruang Kerja

- Ruang Konsultasi - Ruang Pengacara

- KM / WC - Dapur c. Lantai 3 :

Tidak difungsikan

Gambar 5.45Detail Lantai di Koridor Ruko Tipe 1

Bidang alas atau lantai yang digunakan pada ruko ini juga merupakan

(75)

Gambar 5.46Detail Dinding Ruang Ruko Tipe 1

Berdasarkan gambar 5.46, bangunan ruko ini hanya memiliki 1 ruangan tertutup saja, selebihnya adalah ruangan yang tergabung menjadi satu atau ruangan terbuka yang saling berhubungan dengan ruangan lain. Setiap

pembatas ruangan tidak menggunakan dinding bata seperti layaknya rumah biasa, tetapi menggunakan dinding partisi yang terbuat dari kayu dan papan, kecuali kamar mandi yang menggunakan pembatas dinding bata. Untuk

(76)

dengan ruko tua dikawasan Kesawan tersebut, hanya melakukan perawatan

dinding partisi maupun perubahan warna bangunannya.

Gambar 5.47Detail Atap Ruko Tipe 1

Bentuk atap pada ruko ini adalah atap pelana memanjang ke belakang

dan material penutup atap yang digunakan adalah seng. Atap ini juga bukanlah atap asli pada ruko ini. Atap aslinya yaitu menggunakan penutup atap genteng yang terbuat dari tanah liat (Gambar 5.47).

2. Ruko Tipe 2 (Tahun 1990-an)

Gambar 5.48Skema Ruang Ruko Tahun 1990-an

(77)

tempat usaha yang terdapat pada lantai 1 dan tempat tinggal terdapat pada

lantai atasnya (Gambar 5.49 dan 5.50).

Gambar 5.49Suasana Ruang di Lantai 1

Gambar

Gambar 2.3 Sirkulasi Melewati Ruang
Tabel 3.1 Tabel Variabel Penelitian
Gambar 3.1 Peta Kecamatan Kota Medandan
Gambar 4.1 Peta Kota Medan (Sumber: google maps)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian penyusutan menunjukan bahwa cetakan logam mempunyai nilai penyusutan tinggi dan terendah yaitu RCS (Resin Coated Sand) dan cetakan pasir basah diantara

Jika diamati mulai dari variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong, polong bernas, berat 100 biji, jumlah biji dan berat biji perbedeng, genotipe

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti bermaksud untuk melakukan analisis untuk memperoleh bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan anggaran

Perubahan saldo akumulasi penyusutan hanya disebabkan oleh pencatatan pengakuan beban penyusutan tahun

Nyeri punggung merupakan sutu masalah yang mengganggu aktifitas serta kenyamanan sehari-hari, sebagian beasar pekerja berat (petani) mengalami masalah nyeri pada punggung

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan berbagai konsentrasi sorbitol berpengaruh nyata terhadap penampakan

“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf mereka itulah orang- orang yang beruntung”. Berdasarkan ayat di atas

İç Kontrol ve Ön Mali Kontrole İlişkin Usul ve Esaslar. tarih ve sayılı. mükerrer Resmi Gazete. Strateji Geliştirme Birimlerinin Çalışma Usul ve Esasları