• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI DEPENALISASI SEBAGAI

2.2 Tinjauan Umum Tentang Narkotika

Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari bahasa Inggris narcose atau

narcosis, yang berarti menidurkandan pembiusan. Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu

narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa–apa. Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimulkan efek stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius.8

Secara terminologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, narkoba atau narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulakan rasa mengantuk atau merangsang.9 Sarjono, dalam patologi sosial, merumuskan definisi narkotika sebagai berikut :narkotika adalah bahan–bahan yang terutama mempunyai efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran.10 Smith Kline dan French Clinical memberikan definisi narkotika sebagai berikut :

Narcotics are drugs which produce insensibility or stupor due to their depressant effect on the central system. Included in this definition are opium, opium derivatives (morphine, codien, heroin) and synthetic opiates (meperidin, methadone).

7 Amanda Jesicha Nadia Putri, 2015, Kebijakan Depenalisasi tentang Penanganan Pecandu dan Korban

Penyalhgunaan Narkotika Oleh Hakim Melalui Lembaga Rehabilitasi, http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/, diakses pada 2 November 2015.

8 Mardani, 2008, Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, h. 78

9Ibid

Narkotika adalah zat–zat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja memengaruhi sususan pusat saraf. Dalam definisi narkotika ini sudah termasuk jenis candu, seperti morpin, cocain dan heroin atau zat-zat yang dibuat dari candu, seperti (merpidin dan methadone).11

Narkotika dalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bahan tanaman baik yang sintesis maupun semi sintesisnya yang dapat menyebabkan penutunan atau penambahan kesadaran, hilannya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Pada pemberitaan di media massa, seringkali terdengar bagaimana orang yang menggunakan narkotika ditemukan sudah meregang nyawa dalam penggunaan dosisnya yang berlebihan/over dosis. Terdengar pula baimana seorang anak tega menghabisi nya orang tuanya hanya karena tidak diberi uang padahal sang orangtua mungkin tidak menyadari kalau si anak adalah pecandu narkotika. Sungguh sebuah pengaruh luar biasa dari bahaya penggunaan narkotika yang perlu ditanggulangi lebih komprehensif. Tidak bisa dipungkiri memang bahwa ternyata narkotika sudah dikenal manusia sejak abad prasejarah.kata narkotika pada dasarnya berasal dari bahasa Yunani “Narkoun” yang berarti membuat lumpuh atau mati rasa. Kurang lebih tahun 2000 SM di Samarinda ditemukan sari bunga Opion atau kemudian lebih dikenal dengan sebutan opium (candu = papavor somniferitum). Bnga ini tumbuh subur di daerah tinggi

diatas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah kedaerah India, Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya. 12

Sampai saat sekarang ini secara aktual, penyebaran narkotika dan obat-obat terlarang mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan. Bayangkan saja, hampir seluruh penduduk dunia dapat dengan mudah mendapat narkotika dan obat-obat terlarang, misalnya dari Bandar/pengedar terhitung banyaknya upaya pemberantasan narkoba yang sudah dilakukan oleh pemerintah, namun masih susah untuk menghindarkan narkotika dan obat–obat terlarang dari kalangan remaja maupun dewasa.13 Menjadi bayangan yang telah terewajantahkan dalam bentuk yang mengerikan dimana anak-anak pada usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama sudah banyak yang menggunakan bahkan membantu mengedarkan atau memang mengedarkan/menjual narkotika dan obat –obat terlarang.14

2.2.2 Jenis–Jenis Narkotika

Zat/obat yang dikatagorikan sebagai narkotika dalam UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu sebagai sebagai berikut.15

a. Narkotika Golongan I (narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkat ketergantungan), yang menurut lampiran UU. No 35 Tahun 2009 terdiri dari :

1. Tanaman Papavar Someniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya;

12 AR.Sujono, Bony Daniel, 2013, Komentar & Pembahasan Undang –Undnag Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika,Jakarta, h. 3 13Ibid

14 Ibid h. 4 15 Ibid h. 49

2. Opium mentah, yaitu getah yag membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman

Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk

pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya; 3. Opium masak terdiri dari :

I. Candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan–bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan;

II. Jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain;

III. Jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman yang dari semua genus Erythroxylon dari keluarga

Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya;

5. Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae yang menhasilkan kokain secara langsung atau melalui oerubahan kimia;

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina;

7. Kokaina, metal ester-1-bensoil ekgoniba; dan lainnya.16

b. Narkotika golongan II (narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai poyensi tinggi mengakibatkan ketergantungan), yang menurut lampiran UU No.35 Tahun 2009 terdiri dari17: alfasetilmetadol, alfameprodina,

alfaprodina, alfentanil, allilprodina, anileridina, asetilmetadol, benzetidin,

benzilmorfina, betameprodina, betaprodina, betasetilmetadol, bezitramida,

dekstromoramida, diampromida, dietilitiambutena, difenoksilat, difeknoksin,

dihidromorfina, dimefheptanol, dimenoksadol, dimetiltiambutena, dioksafetil butirat,

dipipanona, dan lainnya.18

c. Narkotika Golongan III (narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan), yang menurut lampiran UU No. 35 Tahun 2009 terdiri dari19: asetilidihidrokodeina, dekstropropoksifena, dihidrokedeina, etilmorfina, codeína, norkodeina, polkodina, propiram, buprenorfina, garam-garam dari narkotika dalam golongan terssebut diatas, campuran atau cedían difeknosin dengan bahan lain bukan narkotika, campuran atau cedían difeknoksilat dengan bahan lain

bukan narkotika.20

Dokumen terkait