• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum tentang Putusan Hakim a. Kajian Umum tentang Hakim

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 23-29)

Hakim adalah pejabat yang melakukan kekuasaan keHakiman yang diatur dalam Undang-Undang. Hakim adalah Hakim pada Mahkamah Agung dan pada badan peradilan yang berada dibawahnya

commit to user

dalam lingkungan Peradilan Umum, lingkungan Peradilan Agama, lingkungan Peradilan Militer, lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara, dan Hakim pada peradilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut. Hakim merupakan pejabat peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili. Megadili disini diartikan sebagai serangkaian tindakan Hakim untuk menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan tidak memihak di sidang pengadilan dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam Undang-Undang (Fence M. Wantu, 2011: 20).

b. Peranan Hakim di Pengadilan

Soerjono Soekanto menyatakan peranan mempunyai arti perbuatan seseorang bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Kedudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial atau kedudukan berarti juga tempat seseorang dalam suatu pola tertentu (Fence M. Wantu, 2011: 24).

Peranan Hakim dalam melaksanakan kekuasaan keHakiman diperlukan untuk mengimplementasikan tugas yang diemban sebagaimana diatur dalam perundang-undangan. Peranan Hakim memiliki keistimewaan dalam masyarakat, hal ini karena Hakim diberi kewenangan istimewa dalam peradilan yang tidak diberikan kepada jabatan manapun.

Athur L. Corbin mengemukakan sebagai berikut, “A judge who is ready to decide what is justice and for the public weal without any knowledge of history and precedent is an egoist and an ignoranmus”.

Artinya seorang Hakim yang siap memutus atas nama keadilan kesejahteraan umum tanpa memiliki pengetahuan tentang sejarah yurisprudensi adalah egois dan bersikap masa bodoh (Fence M. Wantu, 2011: 40).

commit to user c. Proses Penjatuhan Putusan Hakim

Putusan Hakim merupakan mahkota dan puncak dari suatu perkara yang sedang diperiksa dan diadili oleh Hakim tersebut. Proses penjatuhan putusan Hakim merupakan suatu proses yang kompleks dan sulit, sehingga memerlukan pelatihan, pengalaman dan kebijaksanaan.

Dalam proses penjatuhan putusan tersebut, seorang Hakim harus meyakini apakah seseorang Terdakwa melakukan tindak pidana ataukah tidak (Ahmad Rifai, 2010: 94-95).

Proses atau tahapan penjatuhan putusan oleh Hakim dalam perkara pidana menurut Moelyatno dilakukan dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1) Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana

Perbuatan pidana dapat diberi arti perbuatan yang dilarang dan diancam pidana, barang siapa melanggar larangan tersebut. Pada saat Hakim menganalisis apakah Terdakwa melakukan perbuatan pidana atau tidak, yang dipandang primer adalah segi masyarakat yaitu perbuatan segi tersebut dalam rumusan suatu aturan pidana.

2) Tahap Menganalisis Tanggung Jawab Pidana

Apabila seorang Terdakwa dinyatakan terbukti melakukan perbuatan pidana melanggar suatu pasal tertentu, Hakim menganalisis apakah Terdakwa dapat dinyatakan bertanggung jawab atas perbuatan pidana yang dilakukannya. Menurut Moelyatno, unsur-unsur pertanggung jawaban pidana untuk membuktikan pidana untuk membuktikan adanya kesalahan pidana yang dilakukan oleh Terdakwa harus dipenuhi hal-hal sebagai berikut (Ahmad Rifai, 2010: 96-100):

a) Melakukan perbuatan pidana (bersifat melawan hukum);

b) Diatas umur tertentu dan mampu bertanggung jawab;

c) Mempunyai suatu bentuk kesalahan yang berupa kesengajaan atau kealpaan;

d) Tidak adanya alasan pemaaf;

commit to user 3) Tahap Penentuan Pemidanaan

Hakim berkeyakinan bahwa pelaku telah melakukan perbuatan yang melawan hukum, sehingga ia dinyatakan bersalah atas perbuatannya, dan kemudian perbuatannya itu dapat dipertanggung jawabkan oleh si pelaku. Besarnya pemidanaan yang dijatuhkan oleh Hakim akan menjatuhkan pidana terhadap pelaku tersebut, dengan melihat pasal-pasal Undang-Undang yang dilanggar oleh si pelaku. Besarnya pemidanaan yang dijatuhkan oleh Hakim telah diatur dalam KUHP, dimana KUHP telah mengatur mengenai pemidanaan maksimal yang dapat dijatuhkan Hakim dalam perbuatan pidana tertentu.

d. Teori Penjatuhan Putusan

Mackenzia berpendapat bahwa ada beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh Hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:

1) Teori Keseimbangan

Teori ini menjelaskan mengenai keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh Undang-Undang dan kepentingan pihak-pihak yang bersangkutan atau berkaitan dengan kepentingan masyarakat, kepentingan Terdakwa dan kepentingan korban, atau kepentingan pihak penggugat dan pihak tergugat (Ahmad Rifai, 2010:102-103)

2) Teori Pendekatan Seni dan Intuisi

Teori ini menjelaskan bahwa penjatuhan putusan oleh Hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari Hakim.

3) Teori Pendekatan Keilmuan

Penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian, khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan-putusan Hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan

commit to user

bahwa dalam memutus suatu perkara, Hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi atau instink sesemata-mata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan Hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskan.

4) Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman dari seorang Hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapai perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, karena dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang Hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana, yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

5) Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta mempertimbangkan Hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

6) Teori Kebijaksanaan

Landasan dalam teori ini menekankan rasa cinta terhadap tanah air, nusa dan bangsa Indonesia serta kekeluargaan yang harus ditanam, dipupuk dan dibina. Selanjutnya aspek teori ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua ikut bertanggung jawab untuk membimbing, membina, mendidik, dan melindungi anak, agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bagi bangsanya (Ahmad Rifai, 2010: 105).

commit to user

e. Jenis-Jenis Putusan Hakim dalam Perkara Pidana

Putusan Hakim dalam hukum pidana yang dikenal selama ini terdapat 2 (dua) macam, yaitu putusan sela dan putusan akhir. Berikut adalah penjelasannya:

1) Putusan Sela

Masalah terpenting dalam peradilan pidana adalah mengenai surat dakwaan Penuntut Umum, sebab surat dakwaan merupakan dasar atau kerangka pemeriksaan terhadap Terdakwa di suatu persidangan. Sebagaimana ketentuan Pasal 156 ayat (1) KUHAP dapat berupa antara lain sebagai berikut:

a) Menyatakan Keberatan (eksepsi) Diterima

Apabila keberatan (eksepsi) Terdakwa atau penasihat hukum Terdakwa diterima, maka pemeriksaan terhadap pokok bergantung kepada jenis eksepsi mana yang diterima oleh Hakim. Jika eksepsi Terdakwa yang diterima mengenai kewenangan relatif, maka perkara tersebut dikembalikan kepada Penuntut Umum untuk dilimpahkan kembali ke wilayah Pengadilan Negeri yang berwenang mengadilinya.

b) Menyatakan Keberatan (eksepsi) Tidak Dapat Diterima

Apabila dalam putusan selanya Hakim menyatakan bahwa keberatan dari Terdakwa atau pensihat hukum Terdakwa dinyatakan tidak dapat diterima atau Hakim berpendapat hal tersebut baru dapat diputus setelah selesai pemeriksaan perkara a quo, maka dakwaan Penuntut Umum dinyatakan sah sebagaimana ketentuan Pasal 143 ayat (2) huruf a dan b KUHAP dan persidangan dapat dilanjutkan untuk pemeriksaan materi pokok perkara (Pasal 156 ayat (2) KUHAP).

2) Putusan Akhir

Setelah pemeriksaan perkara dinyatakan selesai oleh Hakim, maka sampailah Hakim pada tugasnya, yaitu menjatuhkan putusan, yang akan memberikan penyelesaian pada suatu perkara yang terjadi

commit to user

antara negara dengan warga negaranya. Putusan yang demikian biasanya disebut sebagai putusan akhir (Ahmad Rifai, 2010: 112).

Menurut KUHAP ada beberapa jenis putusan akhir yang dapat dijatuhkan oleh Hakim dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:

a) Putusan Bebas (vrijspraak)

Putusan yang dijatuhkan oleh Hakim yang berupa pembebasan Terdakwa dari suatu tindak pidana yang dituduhkan terhadapnya, apabila dalam dakwaan yang diajukan oleh Penuntut Umum terhadap Terdakwa dipersidangan.

b) Putusan Pelepasan dari Segala Tuntutan Hukum (onslaag van allerecht vervolging)

Putusan pelepasan Terdakwa dari segala tuntutan dijatuhkan oleh Hakim apabila dalam persidangan ternyata Terdakwa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah sebagaimana dalam dakwaan Penuntut Umum, tetapi diketahui bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan perbuatan pidana, dan oleh karena itu terhadap Terdakwa akan dinyatakan lepas dari segala tuntutan hukum (Pasal 191 ayat (2) KUHAP) (Ahmad Rifai, 2010: 113).

c) Putusan Pemidanaan

Terdakwa telah terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam dakwaan Penuntut Umum, maka terhadap Terdakwa harus dipatuhi pidana yang setimpal dengan tindak pidana yang dilakukannya.

5. Tinjauan Umum tentang Kekerasan Seksual

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 23-29)

Dokumen terkait