• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Bank

Dalam dokumen PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKI (Halaman 23-42)

BAB I PENDAHULUAN

1.5. Tinjauan Pustaka

1.5.1. Tinjauan Umum Tentang Bank

Bank berasal dari kata Italia (banco) yang artinya bangku. Bangku inilah yang dipergunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasionalnya kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer menjadi bank. Bank termasuk perusahaan industri jasa karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya apakah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.4

Menurut Sentosa Sembiring, bank adalah suatu badan usaha yang berbadan hukum yang bergerak di bidang jasa keuangan, yang dapat menghimpun dana dari masyarakat secara langsung dan menyalurkannya kembali ke masyarakat melalui pranata hukum perkreditan. Perlu pengaturan khusus agar bank dalam menjalankan aktivitasnya harus selalu mengacu kepada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bank sebagai jasa

4

24

24

keuangan. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang perbankan inilah yang menjadi objek studi hukum perbankan.5 1.5.1.2. Fungsi dan Peran Bank.

Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat, memiliki peran dan posisi yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai lembaga perantara keuangan masyarakat (financial intermediary), bank menjadi media perantara pihak-pihak memiliki kelebihan dana (surplus of funds) dengan pihak-pihak yang kekurangan/ memerlukan dana (lack of funds). Di Indonesia, lembaga perbankan memiliki misi dan fungsi sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.6

Perbankan nasional berfungi sebagai sarana pemberdayaan masyarakat dan seluruh kekuatan ekonomi nasional, terutama pengusaha kecil, menengah dan koperasi. Untuk mencapainya perbankan Indonesia harus memiliki komitmen. Komitmen itu oleh Nyoman Moena diterjemahkan ke dalam bahasa perbankan, yaitu perbankan Indonesia berfungsi sebagai lembaga

5 Sentosa Sembiring, Hukum Perbankan, PT. Mandar Maju, Bandung, 2012, Hal. 2

6 Neni Sri Imaniyati, Pengantar Hukum Perba nkan Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2010, Hal. 14

25

25

kepercayaan, lembaga pendorong pertumbuhan ekonomi, dan lembaga pemerataan.

Jika diterjemahkan ke dalam bentuk-bentuk tanggung jawab, maka bentuk-bentuk tanggung jawab perbankan, adalah: a. Tanggung jawab prudential (bank harus sehat);

b. Tanggung jawab komersial (bank harus untung); c. Tanggung jawab financial (bank harus transparan);

d. Tanggung jawab sosial (kemampuan mengakomodir harapan pemegang kekuasaan secara adil).7

Dalam hal penghimpunan dana masyarakat, kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank merupakan modal utama bank. Jika dilihat dari presentase dana yang dikelola oleh bank, dana titipan masyarakat pada bank memiliki prosentasi yang sangat besar, yaitu sekitar 60-70% dibanding dari modal bank itu sendiri yang berkisar 30-40%. Melihat besarnya dana yang dikelola oleh bank, maka betapa bank sangat memerlukan dana masyarakat untuk bisa beroperasi dengan semestinya.

Dari uraian diatas, tampak bahwa dana masyarakat pada bank memiliki peranan yang sangat besar dalam operasi bank khususnya dan dalam pembangunan nasional umumnya, yaitu sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu dapat dibayangkan apa jadinya dan bagaimana keadaanya jika masyarakat tidak memiliki kepercayaan pada bank sehingga enggan menyimpan dananya pada

7

26

26

bank,bagaimnana jika masyarakat lebih suka menyimpan dananya di balik bantal atau pada celengan kayu yang disimpan di rumahnya.

Bank sangat penting dan berperan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena bank adalah:

a.Pengumpul dana dari SSU dan penyalur kredit kepada DSU; b.Tempat menabung yang efektif dan produktif bagi masyarakat; c.Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan

aman, praktis, dan ekonomis;

d.Penjamin penyelesaian perdagangan dengan menerbitkan L/C; e.Penjamin penyelesaian proyek dengan menerbitkan bank

garansi. 8

1.5.1.3. Asas dan Prinsip Perbankan Nasional.

Asas perbankan Indonesia dalam melaksanakan kegiatan usahanya berdasarkan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Dalam hukum perbankan dikenal beberapa prinsip perbankan, yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Relation Principle), adalah suatu asas yang melandasi hubungan antara bank dan nasabah bank. Bank berusaha dari dana masyarakat yang disimpan berdasarkan kepercayaan, sehingga setiap bank perlu menjaga kesehatan banknya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat, prinsip kepercayaan diatur dalam Pasal 29 ayat (4) UU No. 10 Tahun 1998.

b. Prinsip kehati-hatian (Prudential Principle), adalah suatu prinsip yang menegaskan bahwa bank dalam menjalankan kegiatan usaha baik dalam penghimpunan terutama daam penyaluran dana kepada masyarakat harus sangat berhati-hati. Tujuan dilakukan prinsip kehati-hatian ini agar bank selalu dalam keadaan sehat menjalankan usahanya dengan baik dan mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku di dunia perbankan. Prinsip kehati-hatian tertera dalam Pasal 2 dan Pasal 29 ayat (2) UU No. 10 tahun 1998.

8

27

27

c. Prinsip Kerahasiaan (Secrecy Principle), diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 47 A UU No. 10 Tahun 1998. Menurut Pasal 40, bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpanan dan simpanannya. Namun dalam ketentuan tersebut kewajiban merahasiakan itu bukan tanpa pengecualian. Kewajiban merahasiakan itu dikecualikan untuk dalam hal-hal untuk kepentingan pajak, penyelesaian utang piutang bank yang sudah diserahkan kepada badan Urusan Piutang dan Lelang / Panitia Urusan Piutang Negara (UPL / PUPN), untuk kepentingan pengadilan perkara pidana, dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah, dan dalam rangka tukar-menukar informasi antar bank.

d. Prinsip Mengenal Nasabah (Know How Costumer Principle), adalah prinsip yang diterapkan oleh bank untuk mengenal dan mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk melaporkan setiap transaksi yang mencurigakan. Prinsip ini diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No.3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Tujuan prinsip ini adalah meningkatkan peran lembaga keuangan dengan berbagai kebijakan dalam menunjang praktik lembaga keuangan, menghindari berbagai kemungkinan lembaga keuangan dijadikan ajang tindak kejahatan dan aktivitas ilegal yang dilakukan nasabah, dan melindungi nama baik dan reputasi lembaga keuangan. 9

1.5.1.4. Landasan Yuridis Hukum Perbankan.

Adapun landasan yuridis hukum perbankan di Indonesia yang diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain:

a. UU No. 7 tahun 1992, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 21 tahun 1992 tentang Perbankan yang diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, Lembaran Negara Republik Indonesia No. 182 Tahun 1998 (UUP).

b. UU RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. Undang-undang ini kemudian diubah dengan UU No. 3 tahun 2004. Selanjutnya undang-undang ini pun mengalami perubahan pada tahun 2009 yakni melalui Penetapan Peraturan Pemerintah Penggati Undang-undang (Perpu) No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No. 23 tahun 1999

9

28

28

tentang Bank Indonesia menjadi Undang-undang yakni UU No. 6 tahun 2009. Selanjutnya disebut UUBI.

c. UU RI No. 24 tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Undang-undang ini kemudian diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Republik Indonesia No. 3 tahun 2008 Tanggal 13 Oktober 2008 tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 24 tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, disahkan menjadi Undang-undang berdasarkan UU RI No. 7 tahun 2009 tanggal 13 Januari 2009.

d. UU RI No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (UUPS) tanggal 16 Juli 2008 LNRI tahun 2008 No. 94 TLN Nomor 4867.

e. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1999 tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank.

f. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/26/PBI/2006, tanggal 8 November 2006, tentang Bank Perkreditan Rakyat.

g. Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/1/PBI/2009, tanggal 27 Januari 2009 tentang Bank Umum. 10

1.5.1.5. Jenis Bank.

Ada beberapa jenis-jenis bank yang antara lain sebagai berikut: a. Dilihat dari Bidang Usahanya :

1). Bank Umum. Menurut Pasal 1 angka 2 UU No. 10 Tahun 1998 adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.11

2). Bank Perkreditan Rakyat. Menurut Pasal 1 angka 4 UU No. 10 tahun 1998, Pengertian BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

10 Sentosa Sembiring, Op.cit., Hal. 3

11

29

29

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

3). Bank Khusus. Dalam Pasal 5 ayat (2) UUP dikemukakan, Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tententu. Yang dimaksud “mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu” adalah antara lain melaksanakan kegiatan pembiayaan jangka panjang, pembiayaan untuk mengengbangkan koperasi, pengembangan pengusaha golongan ekonomi lemah/ pengusaha kecil, pengembangan ekspor non migas, dan pengembangan pembangunan perumahan.

b. Dilihat Dari Segi Kepemilikannya :

Terkait dengan kepemilikan bank, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 Tentang Kepemilikan Tunggal Pada Perbankan Indonesia. Kemudian jika dilihat dari segi kepemilikan, bank dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:

1). Bank Milik Negara. Bank dapat dimiliki oleh negara yang artinya modal bank yang bersangkutan berasal dari pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Bank milik negara disebut juga Bank Milik Pemerintah.

2). Bank Milik Swasta. Bank Milik Swasta dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yakni:

30

30

a). Swasta Nasional, artinya modal bank yang bersangkutan dimiliki oleh Warga Negara Indonesia secara individual dan/atau Badan Hukum Indonesia. b). Swasta Asing, artinya modal bank tersebut dimiliki

oleh Warga Negara Asing dan/atau Badan Hukum Asing. Dalam hal ini ada kemungkinan bank ini merupakan kantor cabang dari negara asal bank yang bersangkutan.

c). Bank Campuran, artinya Bank Umum yang didirikan bersama oleh satu atau lebih Bank Umum yang berkedudukan di Indonesia dan didirikan oleh Warga Negara Indonesia dan/atau Badan Hukum Indonesia yang dimiliki sepenuhnya oleh Warga Negara Indonesia, dengan satu atau lebih bank yang berkedudukan di luar negeri.

c. Dilihat Dari Segi Operasionalnya :

1). Bank Devisa, adalah bank yang memperoleh surat keputusan dari Bank Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan valuta asing.

2). Bank Non Devisa, adalah bank yang tidak dapat melakukan transaksi pembayaran dengan menggunakan valuta asing. 12

Terkait dengan lalu lintas devisa, telah diatur dalam undang-undang tersendiri yakni UU No. 24 Tahun 1999 Tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Dalam pasal 1 angka 2 disebutkan bahwa devisa adalah kewajiban finansial yang digunakan dalam transaksi internasional. Pasal 1 angka 4, Sistem Nilai Tukar adalah sistem yang digunakan untuk pembentukan harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing.

12

31

31

1.5.2. Tinjauan Umum Tentang Bank Garansi. 1.5.2.1. Pengertian Bank Garansi.

Jasa perbankan menjamin terlaksananya transaksi yang terjadi antara pihak luar bank dari kemungkinan risiko yang timbul dikemudian hari semakin diminati kalangan bisnis. Hal ini sejalan dengan perkembangan bisnis yang menuntut adanya integritas antara pihak-pihak yang melakukan transaksi. Bank sebagai pihak yang dilibatkan, berada diantara kedua belah pihak dalam memberikan jaminan berupa bank garansi.

Bank Garansi adalah jaminan pembayaran dari bank yang diberikan kepada pihak penerima jaminan (bisa perorangan maupun perusahaan dan biasa disebut Beneficiary) apabila pihak yang dijamin (biasanya nasabah bank penerbit dan disebut Applicant) tidak dapat memenuhi kewajiban atau cidera janji (wanprestasi).13

Bank garansi memberikan jaminan terhadap kelancaran suatu transaksi atau usaha yang sedang dilakukan. Bagi pihak yang memegang bank garansi akan mendapatkan keyakinan atau rasa aman dari kemungkinan tindakan pihak lain yang merugikan. Pada dasarnya bank garansi merupakan perjanjian penanggungan yang diatur dalam Pasal 1820 KUH Perdata.

Bank garansi dikategorikan sebagai kredit tidak langsung (non-cash loan), yaitu fasilitas yang akan menjadi kredit apabila nasabah wanprestasi, dimana bank memiliki kewajiban kepada pemberi jaminan (beneficiary). Karena bersifat kredit tidak langsung (non-cash loan), maka pemberian bank garansi memerlukan analisis kekayaan (melalui penilaian melalui Credit

13 Aniek Maschudah, Modul Klasikal Laboratorium Operasional Bank STIE Perbanas Surabaya, STIE Perbanas, Surabaya, 2016, Hal. 106.

32

32

Memorandum) terhadap nasabah seperti halnya nasabah yang mengajukan kredit.14

Dalam suatu pemberian bank garansi terdapat tiga pihak yang terkait, yaitu :

1. Penjamin, bank sebagai pihak yang memberikan jaminan. 2. Terjamin, pihak yang diberikan jaminan oleh bank.

3. Penerima jaminan, pihak yang menerima jaminan dari bank. 15 Menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/88/KEP/DIR tentang pemberian bank garansi tanggal 18 Maret 1991, bank garansi berbentuk :

1. Garansi dalam bentuk warkat yang diterbitkan oleh bank yang mengakibatkan kewajiban membayar terhadap yang menerima garansi apabila pihak yang dijamin cedera janji (wanprestasi). 2. Garansi dalam bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya

atas surat berharga seperti aval dan endosemen dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila yang dijamin cedera janji (wanprestasi).

3. Garansi lainnya yang terjadi karena perjanjian bersyarat sehingga dapat menimbulkan kewajiban finansial bagi bank. 16

Dalam kegiatan pelayanan jasa berupa penerbitan garansi, maka bank penerbit akan menerima imbalan jasa dari si terjamin berupa provisi.17

Disamping pembebanan provisi, semua biaya yang timbul akibat pemberian bank garansi menjadi beban pihak yang diberi

14

Ibid.,

15 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Prenada Media Group, Jakarta, 2005, Hal. 87.

16 Ibid., Hal. 88.

17

33

33

jaminan sebagaimana juga yang berlaku dalam pemberian kredit.18

Di dalam kegiatan pemberian jasa-jasa perbankan kepada nasabah, bank dapat memberikan jasa-jasa pemberian bank garansi, sepanjang tidak bertentangan atau melanggar peraturan perundang-undangan termasuk peraturan Bank Indonesia. Oleh bank pemberian bank garansi ini sudah merupakan produk atau jasa yang ditawarkan dalam rangka mendapatkan pendapatan (fee). Munir Fuady menjelaskan bahwa pemberian garansi oleh bank sudah merupakan bisnis rutin dari bank, dimana bank akan mendapatkan provisi karenanya, provisi mana dihitung dari persentase tertentu dari jumlah yang digaransikan itu. Bagi pihak bank, pemberian bank garansi merupakan salah satu sumber pendapatan masuk (income) yang bersifat pendapatan non bunga (fee based).

Sebagaimana kita ketahui bahwa bisnis bank sangatlah konservatif. Dalam arti bank tidak boleh melakukan bisnis yang mengandung unsur spekulatifnya tinggi, sehingga dipenuhi prinsip kehati-hatian bank (prudental banking).

Untuk melaksanakan pembangunan proyek diadakan perjanjian antara pemborong dan pemberi pekerjaan pembangunan proyek. Pihak pemberi pekerjaan menginginkan adanya bank garansi untuk menutupi pekerjaan pembangunan

18

34

34

proyek. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya resiko, yang terjadi akibat pemborong melakukan wanprestasi sebelum pembangunan proyek diselesaikan.

Bank menerbitkan bank garansi setelah ada transaksi sebelumnya, dalam arti untuk menerbitkan bank garansi harus ada kegiatan pokok yang dijamin melalui bank garansi. Kegiatan pokok tersebut misalnya adanya suatu pemenangan tender proyek tertentu, adanya transaksi yang menimbulkan kewajiban membayar pada waktu tertentu dikemudian hari.

Kegiatan pokok tersebut memerlukan waktu dan setelah kurun waktu tersebut pihak tertentu harus memenuhi kewajibannya. Untuk menjamin pemenuhan kewajiban dikemudian hari maka diperlukan jaminan bank yaitu bank garansi.

Bila bank yang dijamin melakukan wanprestasi atau cidera janji, maka pemegang bank garansi dapat melakukan klaim kepada bank penerbit atas bank garansi tersebut. Bank-bank memiliki ketentuan yang berbeda dalam memberikan waktu penyampaian klaim. Namun umumnya waktu yang diberikan hanya dua minggu sejak berakhirnya bank garansi.

Jika dijabarkan ke dalam hal terjadinya atau diterbitkannya suatu bank garansi oleh bank, secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:

35

35

Pertama, seseorang atau badan usaha memperoleh kesempatan untuk mengerjakan suatu proyek yang diberikan oleh suatu lembaga atau instansi pemerintah atau swasta (bouwheer), baik dengan penunjukkan langsung ataupun dengan tender yang dimenangkan olehnya. Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh pelaksana kerja tersebut adalah adanya garansi dari bank atau perusahaan asuransi tertentu.

Kedua, seseorang atau badan usaha (pelaksana kerja) tersebut mengajukan permohonan bank garansi kepada salah satu bank (biasanya yang selama ini terjadi adalah kepada bank yang telah menjadi krediturnya).

Ketiga, setelah melalui berbagai proses (prosesnya seperti pemberian kredit pada umumnya) bank setuju untuk memberikan atau menerbitkan bank garansi.

Keempat, oleh karena fasilitas bank garansi ini sewaktu-waktu dapat saja diklaim dan bank harus membayar ganti rugi kepada bouwheer, maka dibuatkanlah suatu perjanjian pemberian bank garansi dan pemberian jaminan oleh nasabah yang bersangkutan.

Apabila di kemudian hari ternyata pihak yang dijamin melakukan wanprestasi (cidera janji), sedangkan kontra garansi tidak mencukupi untuk membayar klaim/ tuntutan dari penerima jaminan, hubungan antara penjamin (bank) dan dijamin (nasabah bank) berubah menjadi hubungan kredit. Dengan demikian, dapat

36

36

dikatakan bank garansi tidak lain adalah bentuk kredit yang wujudnya bergantung pada suatu keadaan tertentu di waktu mendatang.

1.5.2.2. Jenis - Jenis Bank Garansi.

Jenis bank garansi pada dasarnya sesuai dengan tipe perjanjian dan fungsi penjaminan dalam perjanjian, beberapa jenis bank garansi yang ada antara lain :

1. Bank Garansi untuk tender (Bid Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor yang akan mengikuti tender atas suatu proyek (sering disebut juga Bank Referensi).

2. Bank Garansi untuk penerimaan uang muka (Advance Payment Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor atas uang muka yang diterima kontraktor.

3. Bank Garansi untuk pelaksanaan (Performance Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor guna menjamin pelaksanaan proyek oleh kontraktor.

4. Bank Garansi untuk pemeliharaan (Retention Bond), yaitu bank garansi yang diberikan kepada pemilik proyek untuk kepentingan kontraktor guna menjamin pemeliharaan proyek yang telah diselesaikan oleh kontraktor tersebut.

5. Bank Garansi untuk pita cukai tembakau, yaitu bank garansi yang diberikan kepada bea cukai sebagai jaminan pembayaran pita cukai tembakau atas rokok yang dijual oleh pabrik rokok. 6. Bank Garansi untuk penangguhan kredit masuk, yaitu bank

garansi yang diberikan kepada bea cukai sebagai jaminan pembayaran bea masuk atas barang yang dikeluarkan dari pelabuahan.19

Terdapat juga bank garansi guna penangguhan bea masuk, yaitu yang diterbitkan oleh bank untuk pihak bea cukai, guna menjamin pembayaran bea masuk atas barang-barang impor yang dimohonkan penangguhan pembayarannya. Untuk garansi dalam

19

37

37

bentuk penandatanganan kedua dan seterusnya atas surat-surat berharga seperti jaminan dalam pembayaran surat wesel (aval) dan pengalihan hak tagih atas wesel kepada pengganti (endosemen) dengan hak regres yang dapat menimbulkan kewajiban membayar bagi bank apabila pihak yang dijamin cidera janji (wanprestasi). Hak regres merupakan hak untuk menuntut pembayaran wesel oleh pemegang wesel oleh pemegang yang ditolak akseptasi pembayaran weselnya.

Penjelasan tentangjaminan pemeliharaan (Retention Bond), pada waktu penyerahan pertama atau pekerjaan telah mencapai 100% rekanan (Kontraktor) baru menerima pembayaran 95% dari nilai kontrak, sedangkan sisanya sebesar 5% masih ditahan pimpinan proyek dengan maksud agar rekaman dalam masa pemeliharaan wajib melaksanakan perbaikan terhadap kekurangan dari pekerjaan.

Yang dimaksud dengan pemeliharaan adalah masa penyerahan pertama sampai dengan penyerahan kedua. Apabila rekanan menginginkan 100% pembayaran harga borongan pada waktu penyerahan pertama, maka rekanan harus menyerahkan surat jaminan pemeliharaan yang besarnya 5% dari harga kontrak atau borongan.

1.5.2.3. Fungsi dan Manfaat Bank Garansi.

Sebagaimana telah disebutkan diatas, dalam perjanjian bank garansi terdapat tiga pihak saling terkait, dan bagi masing-masing

38

38

pihak, bank garansi mempunyai fungsi tersendiri. Bagi pihak Bank, penerbitan bank garansi merupakan salah satu sumber pendapatan bank. Dari penerbitan bank garansi tersebut, pihak bank memperoleh pendapatan dari provisi, biaya administrasi, serta bunga yang dikenakan. Selain itu, bank juga dapat mengopersikan dana jaminan bank garansi (deposit) yang diserahkan oleh nasabah di bidang perkreditan. Bagi pihak terjamin, bank garansi berfungsi sebagai sarana untuk mendapatkan jaminan kepercayaan bahwa ia akan melaksanakan prestasi sesuai dengan yang telah diperjanjikan. Hal ini berarti bank menunjang nasabah agar bisnis atau kegiatan usahanya berjalan dengan baik dan lancar.

Bagi pihak penerima jaminan, bank garansi berfungsi sebagai suatu jaminan untuk terlaksananya suatu prestasi yang telah diperjanjikan. Bank garansi merupakan jaminan penanggungan atas resiko yang akan timbul apabila debitur melakukan wanprestasi.

Dari sisi lain, masyarakat juga dapat memetik manfaat dari transaksi bank garansi, yaitu peningkatan arus barang dan lalu lintas pembayaran, kelancaran pembangunan, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan adanya bank garansi, maka transaksi jual-beli barang dapat terjadi diantara pihak-pihak yang belum saling percaya, arus pemasukan barang dari luar negeri

39

39

atau daerah lain menjadi semakin lancar, dan pelaksanaan pembangunan proyek-proyek juga semakin lancar.

1.5.2.4. Syarat Umum Pemberian Bank Garansi.

Bentuk bank garansi yang dibuat oleh bank adalah bentuk tertulis. Ini dimaksudkan untuk memudahkan para pihak, yaitu penjamin dan yang menerima jaminan. Hal-hal yang dimuat dalam garansi bank, adalah :

a. Judul “garansi bank“ atau “Bank Garansi“ b. Nama dan alamat bank pemberi garansi c. Tanggal penerbitan bank garansi

d. Tanggal transaksi antara pihak yang dijamin dan penerima jaminan

e. Jumlah nominal uang yang dijamin oleh bank ;

f. Tanggal mulai berlaku dan berakhirnya garansi bank ; g. Penegasan batas waktu pengajuan klim ;

h. Pernyataan bahwa penjamin (bank) akan memenuhi pembayaran:

i. Dengan terlebih dahulu menyita dan menjual benda-benda si berhutang untuk melunasi hutangnya sesuai dengan ketentuan Pasal 1831 KUHPerdata, atau

ii. Pernyataan bahwa penjamin (bank) melepaskan hak istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si

Dalam dokumen PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BANK GARANSI AKI (Halaman 23-42)

Dokumen terkait