• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan Bahasa Indonesia, istilah constitutional complaint memiliki arti sebagai “pengaduan konstitusional”. Pengistilahan dari pengaduan konstitusional tersebut sebenarnya belum mempunyai istilah yang baku secara resmi, oleh karena itu penting kiranya untuk meresmikan istilah dari pengaduan konstitusional di Indonesia sehingga kiranya akan menjadi angin segar untuk dapat menyebarluaskan istilah pengaduan konstitusi kepada masyarakat, demi pembangunan hukum di Indonesia. Dan istilah dari pengaduan konstitusional dalam Bahasa inggris mempunyai istilah constitutional complaint, sedangkan dalam Bahasa Jerman dikenal dengan istilah Verfassungsbeshwerde yang mana

59 ibid., hlm 39.

60 M. Luthfi Chakim, Loc. Cit.

36 kedua negara tersebut telah secara resmi mengakui serta mengatur tentang istilah dari pengaduan konstitusional.61

Menurut para ahli, constitutional complaint itu sendiri merupakan suatu pengaduan atau gugatan yang diajukan oleh individu atau warga negara ke mahkamah konstitusi, perihal suatu perbuatan pejabat publik atau Lembaga negara yang mengakibatkan terlanggarnya hak konstitusional warga negara yang bersangkutan.62 Constitutional complaint juga mempunyai arti dalam pengajuan perkara-perkara ke mahkamah konstitusi atas pelanggaran konstitusional yang dilakukan oleh pejabat publik kepadanya karena tidak ada lagi suatu upaya hukum untuk menyelesaikan masalah yang dialami tersebut.

Constitutional complaint sejatinya merupakan salah satu dari bagian constitutional review yang dilakukan oleh mahkamah konstitusi untuk menguji suatu Tindakan pejabat publik yang bertentangan dengan konstitusi. Da pada umumnya di negara-negara lain seperti Jerman dan Korea Selatan.

Constitutional complaint baru dapat diterima apabila sudah tidak ada upaya hukum yang dapat ditempuh lagi.63 Tugas atau fungsi utama dalam pengujian konstitusional sejatinya baru akan terlaksana secara maksimal manakala hak konstitusional warga negara dapat terlindungi secara maksimal pula.

Perlindungan maksimal tersebut mengacu terhadap hak konstitusional yang akan tercapai, apabila setiap warga negara yang merasa hak konstitusionalnya dilanggar oleh lembaga-lembaga negara di ketiga cabang kekuasaan tersebut tersedia upaya hukum (legal remedy) untuk mengadukan

61 Asmaeni aziz dan izlindawati, 2018, Contitutional complaint dan constitutional question dalam negara hukum. Jakarta : kencana, hlm 95.

62 I Dewa Gede Palguna, Op.Cit, hlm 35.

63 Ibid.

37 pelanggaran tersebut melalui suatu pengadilan.64 Di Indonesia sendiri, constitutional complaint, belum diatur, baik dalam hukum maupun dalam sistem ketatanegaraan. Padahal dalam praktik constitutional complaint tersebut sangatlah diperlukan, karena akan menjadi suatu mekanisme dalam melindungi dan menjamin hak konstitusional warga negara. Yang mana hal tersebut selaras dengan rumusan tujuan negara dalam alinea keempat pembukaan UUD NRI 1945 yaitu “untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

Terkait dengan perlindungan hak konstitusional warga negara yang dilanggar oleh perbuatan pejabat publik tidak diatur secara tegas di Indonesia, baik dalam peraturan perundang-undangan, maupun dalam UUD NRI 1945. Hal tersebut sesuai dengan konsep yang pernah dikemukakan oleh Lord Acton yang menyatakan “the power thens to corrupt, absolutely powers corrupt absolutely”.

yang dengan sederhana dapat diartikan bahwa kekuasaan cenderung menyimpang dan kekuasaan yang absolut pasti menyimpang dalam hal ini lembaga publik sebagai suatu kekuasaan yang memiliki kewenangan yang berbeda-beda dengan lembaga lainnya.65

Konsep yang dikemukakan oleh Lord Acton tersebut dapat diprediksikan dan mungkin sudah terjadi manakala tidak ada suatu Batasan terhadap kewenangan pejabat publik yang melanggar hak konstitusional warga negara.

Oleh karena itu potensi pelanggaran hak konstitusional warga negara oleh Lembaga negara atau pejabat publik akan semakin besar apabila, tidak

64 Ibid,. hlm 274

65 Heru Setiawan. “Mempertimbangkan Constitutional Complaint Sebagai Kewenangan Mahkamah Konstitusi”. dalam Lex Jurnalica Vol. 14 No. 1 April 2017, hlm 16.

38 diimplementasikannya constitutional complaint oleh Mahkamah Konstitusi dalam hukum ketatanegaraan.66

Sepanjang sejarah berdirinya Mahkamah Konstitusi RI, dalam menjalankan tugas dan fungsinya, banyak sekali permohonan yang diajukan diluar dari lingkup kewenangannya. Yang mana meskipun permohonan tersebut memiliki kaitannya dengan hak konstitusional, namun mahkamah konstitusi tidak dapat menerima, bahkan menyelesaikan permasalahan tersebut, karena permohonan tersebut secara substansial merupakan constitutional complaint, yang tidak diatur dalam UUD NRI 1945. Sehingga permohonan tersebut oleh mahkamah konstitusi RI dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklard).67

Oleh karena itu, salah satu cara untuk dapat mengajukan perkara yang secara substansial adalah perkara constitutional complaint saat ini adalah dengan cara judicial review, meskipun cara tersebut tidak selalu berjalan dengan mudah.68 Meski permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan mengakalinya melalui jalur judicial review, namun yang menjadi pokok permasalahannya adalah banyak perkara yang ditolak oleh Mahkamah Konstitusi RI karena pokok permohonannya bukan terkait dengan pengujian undang-undang terhadap undang-undang dasar, akan tetapi pelaksanaan dari undang-undang tersebut yang menyebabkan terlanggarnya hak konstitusional warga negara.69

Dengan tidak adanya mekanisme atau upaya hukum dalam menguji serta mengadili perkara constitutional complain, serta banyaknya perkara yang

66 Ibid.

67 Asmaeni Aziz dan Izlindawati, Op.Cit, hlm 97.

68 Ibid.

69 Heru Setiawan, Op.Cit, hlm 15

39 dimohonkan adalah perkara constitutional complaint, maka tujuan dari diadopsinya gagasan dari constitutional complaint menjadi salah satu kewenangan dari Mahkamah Konstitusi RI diharapkan akan menjadi tujuan dari wujud konkret dalam upaya penghormatan dan perlindungan maksimal terhadap hak-hak konstitusional warga negara.70

Perbandingan Praktik Constitutional Complaint Di Negara Lain

Model constitutional complaint pada beberapa negara memiliki bentuknya masing-masing. Masing-masing negara memperoleh kewenangan untuk pengaduan konstitusional berdasarkan amanat Konstitusi. Tujuan pengaduan konstitusional rata-rata sama yaitu untuk menjamin hak-hak konstitusional rakyatnya. Dan berikut beberapa model dari constitutional complaint dibeberapa negara lain :

a. Spanyol

Di negara Spanyol, kewenangan pengujian pengaduan konstitusional (constitutional complaint) mengenal upaya perlindungan konstitusional bagi para warganya, yang lazim dikenal dengan penamaan Recurso de Amparo.

Recurso de Amparo tidak termasuk kewenangan mahkamah yang dimuat secara expressis verbis dalam konstitusi, namun tatkala peradilan biasa tidak mampu menyelesaikan hal perlindungan hak asasi yang diadukan para warga, maka the Spanish Constitutional Court berwenang menangani kasus demikian.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi Spanyol tersebut diberikan oleh Konstitusi Spanyol pada Section 53 (2) dan Section 161 (1) b):71

70 Ibid.

71 Spanish Constitution, diakses dari

http://www.congreso.es/portal/page/portal/Congreso/Congreso/Hist_Normas/Norm/const_espa_te xto_ingles_0.pdf hlm. 28 dan 79. pada 2 januari 2020.

40 Section 53 (2) Any citizen may assert a claim to protect the freedoms and rights recognised in section 14 and in division 1 of Chapter 2, by means of a preferential and summary procedure before the ordinary courts and, when appropriate, by lodging an individual appeal for protection (recurso de amparo) to the Constitutional Court. This latter procedure shall be applicable to conscientious objection as recognised in section 30.

Section 161 (1) b) The Constitutional Court has jurisdiction over the whole Spanish territory and is entitled to hear: b) Individual appeals for protection (recursos de amparo) against violation of the rights and freedoms contained in section 53(2) of the Constitution, in the circumstances and manner to be laid down by law.

Berdasarkan ketentuan tersebut, Mahkamah Konstitusi Spanyol memiliki kewenangan untuk melakukan pengujian atas perkara pengaduan konstitusional oleh individu yang dilanggar hak dan kebebasannya sebagaimana diatur oleh hukum.

b. Bavaria

Di negara Bavaria, hak untuk melakukan pengaduan konstitusional juga di akomodasi oleh Konstitusi Bavaria. Beberapa pasal dalam Constitution of The State of Bavaria yang berhubungan satu sama lain dalam memberikan memberikan kewenangan constitutional complaint kepada Mahkamah Konstitusi Bavaria yaitu:72

Article 66 Complaints of infringement of Constitutional rights The Constitutional Court shall rule on complaints of infringement of Constitutional rights by an Administrative Body (Article 48 section 3, Article 120)

Article 120 Constitutional complaints Every resident of Bavaria who feels that his constitutional rights have been violated by an Administrative Body is entitled to call upon the protection of the Bavarian Constitutional Court.

72 Constitution of the Free State of Bavaria, diakses dari

https://www.bayern.landtag.de/fileadmin/scripts/get_file/Bavarian_Const_2003_BF.pdf hlm. 8 dan 15. pada 3 januari 2020.

41 Berdasarkan ketentuan tersebut orang-orang yang merasa hak-hak konstitusional miliknya dilanggar oleh badan administratif dapat meminta perlindungan kepada Mahkamah Konstitusi Bavaria alias melakukan pengaduan konstitusional.

c. Jerman

Di negara Jerman, kewenangan Mahkamah Konstitusi Federal Jerman untuk menguji pengaduan konstitusional diberikan berdasarkan Konstitusi Federal Jerman atau Basic Law for the Federal Republic of Germany, Article 93 [Jurisdiction of the Federal Constitutional Court] yaitu:73

(1) The Federal Constitutional Court shall rule:

4a. on constitutional complaints, which may be filed by any person alleging that one of his basic rights or one of his rights under paragraph (4) of Article 20 or under Article 33, 38, 101, 103 or 104 has been infringed by public authority;

4b. on constitutional complaints filed by municipalities or associations of municipalities on the ground that their right to self-government under Article 28 has been infringed by a law; in the case of infringement by a Land law, however, only if the law cannot be challenged in the constitutional court of the Land;

4c. on constitutional complaints filed by associations concerning their non-recognition as political parties for an election to the Bundestag;

Berdasarkan ketentuan pasal tersebut, Mahkamah Konstitusi Federal Jerman dapat menguji pengaduan konstitusional yang berkaitan dengan pelanggaran hak-hak konstitusional yang dilanggar oleh pejabat publik, dilanggar oleh produk hukum tertentu, dan tidak adanya pengakuan atas partai politik yang mengikuti pemilihan Bundestag.

73 Basic Law for the Federal Republic of Germany, diakses dari

https://www.btgbestellservice.de/pdf/80201000.pdf hlm. 84-85. pada 3 januari 2020.

42 d. Korea Selatan

Kewenangan yang dimiliki Mahkamah Konstitusi Korea Selatan sangat mirip dengan dengan Mahkamah Konstitusi RI, namun Mahkamah Konstitusi Korea Selatan memiliki kewenangan mengadili constitutional complaint sedangkan Mahkamah Konstitusi RI tidak. Kewenangan Mahkamah Konstitusi Korea Selatan untuk mengadili perkara constitutional complaint diatur dalam Pasal 68 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Mahkamah Konstitusi Korea (The Constitutional Court Act of Korea).74

Pasal 68 ayat (1) The Constitutional Court Act of Korea menegaskan bahwa “ any person who claims that his basic rights which is guarantee by the constitution has been violated by an exercise or non-exercise of governmental right power may file a constitutional complaint, except the judgements of the ordinary courts, with the constitutional court : provided, that if any relief process is provided by othr laws, no one may file a constitutional complaint without having exhausted all such processes.”

Sementara pasal 68 ayat (2) The Constitutional Court Act of Korea menegaskan bahwa “If the motion made under article 41 (1) for adjudication on constitutionality of statutes rejected, the party may file a constitutional complaint with the constitutional court.”

Berkenaan dengan kewenangan untuk menguji konstitusionalitas undang-undang, MK Korea Selatan hanya dapat melaksanakan kewenangan itu melalui perkara atau kasus konkret dan satu-satunya pihak yang mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukannya adalah Pengadilan. Pengadilan dapat mengajukan permohonan melalui putusan atau mosi atau permintaan yang diajukan oleh pihak dalam perkara yang sedang diadili berdasarkan undangundang yang hendak diuji konstitusionalitasnya itu. Namun pihak yang mosinya ditolak itu dapat mengajukan undang-undang yang bersangkutan

74 H.M. Arsyad Sanusi, Op.Cit., hlm 840.

43 sebagai perkara constitutional complaint, sebagaimana diatur dalam Pasal 68 ayat (2) UU MK Korea Selatan.75

Mahkamah Konstitusi Korea juga hanya dapat menerima constitutional complaint ini setelah menempuh upaya hukum biasa guna memperoleh hak-haknya (remedies).

75 I Dewa Gede Palguna, Op.Cit., hlm 463-464.

Dokumen terkait