• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Bank sentral merupakan penamaan awal untuk Bank Negara Indonesia. Kemudian pada tahun 1946 berubah satusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Hadirnya Bank BNI tidak lain sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan nasional yang telah tertuang dalam UU No. 17 tahun 1968.

BNI berubah bentuk hukumnya menjadi perusahaan persero terbatas itu pada tahun 1992. Hal ini disesuaikan dengan PP No. 19 tahun 1992. Adapun penyesuaiannya tertera dalam akta No. 131 dihadapan Muhani Salim, S.H pada tanggal 31 Juli 1992 dan telah disebarluaskan melalui Berita NRI pada tahun yang sama.

Pada tahun 1996, yang pertama kali menanamkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan juga Surabaya adalah BNI dibawah naungan Bank BUMN. Pada tahun 1999, BNI melakukan sebuah aksi korporasi yakni proses rekapitalisasi untuk meperkuat stukrutur keuangan dan daya saing ditengah industri perbankan yang semakin pesat.

2. Visi dan Misi Bank BNI a. Visi

Menjadi Lembaga Keuangan yang unggul dalam layanan dan kinerja secara berkelanjutan.

b. Misi

1) Memberikan layanan prima dan solusi digital kepada seluruh Nasabah selaku Mitra Bisnis pilihan utama.

2) Memperkuat layanan internasional untuk mendukung kebutuhan Mitra Bisnis Global.

3) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi Investor.

4) Menciptakan kondisi terbaik bagi Karyawan sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi.

5) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab kepada lingkungan dan Masyarakat.

6) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik bagi industri.

3. Struktur Organisasi Kantor Bank BNI KCP Sinjai

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kantor Bank BNI KCP Sinjai

Peg.

Dasar

Sales

Dana Teller CS

1 Sopir 2 Pelayan 3 Jaga Malam

1 Orang 2 Orang 2 Orang

Analis ADM Kredit Sales Kredit

2 Orang 1 Orang 2 Orang Pemimpin KCP

Penyedia Kredit

B. Hasil Penelitian

Peneliti menyajikan data dan hasil yang diperoleh dari lapangaan melalui studi pustaka, wawancara, observasi yang berhubungan dengan penelitian.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis yaitu Analisis Dampak Konflik Karyawan Terhadap Produktivitas Kerja di Bank BNI KCP Sinjai.

Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Dimana data primer adalah keterangan-keterangan yang diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam kepada Pimpinan Cabang, Teller Bank, Sales Dana, CS Bank, dan juga Satpam. Sedangkan data sekunder adalah data yang berupa informasi yang berkaitan dengan variabel penelitian pada Bank BNI KCP Sinjai.

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman peneliti selama ini, ditemukan beberapa item mengenai dampak konflik karyawan terhadap produktivitas kerja yakni mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya konflik karyawan ditinjau berdasarkan faktor internal dan faktor eksternal, mengenai dampak konflik karyawan terhadap produktivitas kerja ditinjau berdasarkan dampak yang menguntungkan dan merugikan, dan mengenai cara mengatasi dampak konflik karyawan terhadap produktivitas kerja.

1. Karakteristik Informan

Tabel 4.1

Karakteristik Informan

No. Nama Inisial Jabatan

1. Rachmad Rosandy RR Pimpinan

2. Murfadillah Fiergiyani MF Customer Service

3. A. Baso Simba ABS Teller

4. Reski R Teller

5. Elyana Syam ES Sales Dana

6. Ilham IL Satpam

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik pada Karyawan di Bank BNI KCP Sinjai

Pada hakekatnya konflik dapat didefinisikan sebagai segala macam interaksi pertentangan atau antagonistik antara dua atau lebih pihak. Konflik organisasi (organizational conflict) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan kerja dan/atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi (Handoko, 2012).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, maka penulis memaparkan dalam dua indikator sebagai berikut:

1) Faktor Internal

Konflik internal ini bisa disebut dengan konflik kepentingan menurut teori konflik Dahrendorf, dimana konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepentingan oleh berbagai pihak yang sama-sama mencoba untuk mempertahankan kepentingan-kepentingan mereka sendiri (Fulasifah, 2017).

Berdasarkan hasil wawancara oleh Bapak Rachmad Rosandy selaku Pimpinan Bank BNI KCP Sinjai sebagai berikut:

a) Menurut Bapak/Ibu, faktor internal yang dapat menyebabkan konflik karyawan itu biasanya berasal dari mana saja?

“Biasanya faktor internal yang menyebabkan konflik berasal dari karyawan sesama karyawan dan ada juga karyawan dengan atasan.

Namun dalam hal ini kami tidak dapat memaparkan secara terbuka karena merupakan privasi kantor. Akan tetapi, contoh yang paling lazim yang pernah terjadi adalah karyawan saling menjelekkan antar sesama karyawan. Sehingga menimbulkan sebuah konflik atau terjadi perenggangan hubungan dalam berinteraksi. Sehingga dalam hal ini dapat berpengaruh terhadap kinerja karyawan itu sendiri dan fatalnya dapat merusak produktivitas kerja”. (Hasil wawancara pada Tanggal 23 September 2021 pukul 16.23 WITA)

b) Dalam dunia perbankan, apa saja jenis konflik yang kerap terjadi?

Bapak Rachmad Rosandy menambahkan bahwa:

“Jenis konflik yang biasanya terjadi ada tiga macam. Yakni konflik kepemimpinan, kepribadian, dan juga perbedaan latar belakang personal. Namun dalam hal ini tidak semua jenis konflik dapat kami paparkan dikarenakan merupakan rahasia kantor yakni konflik perbedaan latar belakang personal dan juga kepimpinan. Dari tiga jenis konflik yang telah saya sebutkan, paling sering terjadi itu konflik kepribadian. Dan saya pikir itu merupakan hal yang lumrah terjadi dikarenakan sisi pendapat dan pribadi masing-masing pegawai sulit untuk disatukan. (Hasil Wawancara pada Tanggal 23 September 2021 pukul 16.23 WITA)

c) Apakah konflik berpengaruh terhadap lingkungan kerja?

Bapak A. Baso Rimba menambahkan:

“Kalau menurut saya, sangat berpengaruh. Biasanya kan tidak saling conect sesama teman yang disamping kita bekerja semisal mau meminjam uangkah atau apa, istilah kembali modal ambil modal.

Jadi ketika terjadi konflik maka akan sangat berpengaruh”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 September 2021 pukul 16.23 WITA)

Beliau menambahkan:

“Tentu saja sangat berpengaruh yah. Karena kita disini bekerja secara tim. Jadi jika terjadi konflik jelas berpengaruh terhadap kinerja dan produktivitas yah. Kemampuan kerja yang berkurang karena adanya rasa canggung dan lain-lain”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 September 2021 pukul 16.45 WITA)

d) Apa saja penyebab yang biasanya dapat menimbulkan konflik sesama karyawan?

“Yah kebanyakan itu hanya selisih paham saja. Mengenai perbedaan pendapat yang tidak sejalan antara karyawan yang satu dengan karyawan yang lain”. (Hasil wawancara pada Tanggal 23 September 2021 pukul 16.55 WITA)

Ibu Reski menambahkan:

“Yah salah satunya karena kedisiplinan karyawan. Jikalau ada karyawan yang terlambat datang”. (Hasil wawancara pada tanggal 23 September 2021 pukul 16.55 WITA)

e) Bagaimana tindakan Bapak/Ibu selaku karyawan ketika ada rekan kerja sesama karyawan terlibat konflik dengan karyawan yang lain?

Bapak A. Baso mengatakan:

“Salah satunya yang dilakukan yah harus jadi penengah. Dan yang pasti ketika terjadi konflik pasti ada salah satu yang memang salah”.

(Hasil wawancara pada tanggal 23 September 2021 pukul 17.00 WITA)

2) Faktor Eksternal

Konflik eksternal timbul karena penyebab dari luar organisasi. Sehingga faktor eksternal yang menyebabkan konflik bisa terjadi antara perusahaan dengan perusahaan lain atau

bahkan dengan pelanggannya. (Situs

http://informasitrainingterbaru.com/manajemen-konflik-eksternal/.

Diakses pada Tanggal 12 Oktober 2021 pukul 23.57 WITA) Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rachmad Rosandy, berikut wawancaranya:

a) Menurut Bapak/Ibu, faktor eksternal penyebab terjadinya konflik karyawan berasal dari mana saja?

“Biasanya kalau faktor eksternal yah berasal dari luar kantor. Seperti dengan pelanggan/nasabah dan bahkan dengan perusahaan lain.

Entah itu komplain karena cara kerja pegawai yang kurang dan tentunya itu sangat berpengaruh juga”. (Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 16.45 WITA).

Hasil wawancara dengan Ibu Murfadillah Fiergiyani selaku Customer Service di Bank BNI KCP Sinjai:

b) Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang faktor-faktor yang menyebabkan konflik yang berasal dari luar kantor?

“Menurut saya yah apapun jenis konflik yang terjadi baik itu datangnya dari luar maupun dari dalam kantor, kita selaku pegawai harus menyikapi sebagaimana mestinya. Karena kita bekerja juga tentunya mempunyai aturan yang jelas. Ketika terjadi hal yang demikian tentunya harus diselesaikan secara baik-baik, entah itu ditengahi oleh manajemen ataupun secara pribadi antara pegawai dan pelanggan”. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2021 pukul 16.00 WITA)

c) Menurut Bapak/Ibu faktor apa saja yang dapat menyebabkan konflik karyawan dalam hal ini faktor yang secara umum?

Bapak Rachmad Rosandy menambahkan:

“Tingkat volume pekerjaan yang tinggi menyebabkan tingkat emosi yang tidak stabil. Sehingga menyebabkan miskomunikasi dan pada akhirnya menyebabkan konflik diantara pegawai yang bersangkutan.

Dan beban kerja juga merupakan salah satu dari penyebab konflik”.

(Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 17.00 WITA)

b. Dampak Konflik Karyawan Terhadap produktivitas Kerja di Bank BNI KCP Sinjai

1) Dampak Menguntungkan

Dampak yang menguntungkan dalam hal ini merupakan dampak yang menuju kearah yang positif. Sehingga perlu diketahui dampak yang menguntungkan jika terjadi konflik karyawan dan hubungannya dengan produktivitas kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan A. Baso Rimba selaku pegawai Teller Bank BNI KCP Sinjai sebagai berikut:

a) Apa sajakah dampak yang menguntungkan dengan adanya konflik karyawan?

“Ketika terjadi sebuah konflik baik itu antar sesama karyawan maupun atasan dan telah diselesaikan, yang pastinya ada evaluasi diri dari masing-masing pihak. Karena konflik yang terjadi ketika sudah dapat diredam dengan baik maka akan menimbulkan kritik yang membangun, dan lebih memikirkan inovasi yang kreatif untuk kenyamanan nasabah”. (Hasil wawancara pada Tanggal 23 September 2021 pukul 16.50 WITA)k

b) Bagaimana jika konflik yang terjadi itu berkepanjangan sampai diluar kantor?

Bapak A. Baso Rimba menambahkan bahwa:

“Biasanya ketika terjadi konflik kepribadian di dalam kantor baik itu sesama karyawan maupun atasan, pasti akan selesai karena di manage dengan baik oleh atasan. Berusaha semaksimal mungkin agar konflik tidak berkepanjangan karena jika berkepanjangan jelas berpengaruh pula terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Jadi tidak pernah masalah yang ada di perusahaan dibawah sampai keluar karena itu juga merupakan privasi. (Hasil wawancara pada Tanggal 24 September 2021 pukul 12.00 WITA)

c) Apakah dampak konflik karyawan berpengaruh terhadap peningkatan kinerja/produktivitas karyawan ditinjau dari dampak positifnya?

Bapak Rachmad Rosandy menjelaskan bahwa:

“Jelas sangat berdampak. Karena ketika terjadi sebuah konflik tentunya kita menyadari akan merugikan perusahaan.

Sehingga diharapkan dapat menjadi pembelajaran kedepan bagaimana saling memahami satu dengan yang lain. Baik itu antara karyawan sesama karyawan maupun karyawan dengan pimpinan”.(Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 16.30 WITA).

2) Dampak Merugikan

Dampak yang merugikan dalam hal ini merupakan dampak yang menuju ke arah yang negatif. Selain perlu diketahui dampak yang positif atau menguntungkan dari adanya konflik karyawan, juga perlu diketahui dampak yang merugikan dari adanya konflik karyawan dan hubungannya dengan produktivitas kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Reski selaku Teller di Bank BNI KCP Sinjai sebagai berikut:

a) Menurut Bapak/Ibu, apa saja dampak yang merugikan dari terjadinya konflik karyawan utamanya di Bank BNI KCP Sinjai?

“Dampak yang merugikan yah tentu saja komunikasi menjadi terhambat. Jadi yang dulunya sangat akrab dalam bekerja, ketika terjadi konflik individu dengan individu tentunya menjadi sangat canggung”. (Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 16.30 WITA).

b) Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu, jika ada karyawan yang tidak mau berdamai dengan karyawan lain jika terjadi sebuah konflik?

Ibu Elyana Syam menambahkan bahwa:

“Hal ini tentunya sangat tidak baik yah utamanya dalam bekerja. Karena kita disini istilah kerja untuk mengejar target dan tentunya dibawahi oleh perusahaan. Jadi ketika teman satu rekan ada yang berkonflik, ketika sudah ditengahi dan tidak juga membaik, kita kembalikan kepada atasan karena atasan dalam hal ini juga berperan sangat penting. Karena menyangkut pada kinerja/produktivitas kerja”.(Hasil wawancara pada tanggal 24 Sepetmber 2021 pukul 16.44 WITA).

c) Bagaimana dampak terjadinya konflik terhadap produktivitas kerja?

Bapak Rachmad Rosandy menambahkan:

”Sebenarnya berbicara tentang konflik dan juga produktivitas itu memang berpengaruh dan pengaruhnya itu pengaruh yang positif. Dikarenakan konflik itu dampaknya terhadap individu yang bersangkutan dan produktivitas kerja itu jelas sudah menjadi kewajiban. Justru dengan adanyanya konflik dampaknya yah semakin ditingkatkan apa yang salah diperbaiki dan sebagainya”. (Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 16.45 WITA)

c. Cara Mengatasi Dampak Konflik Karyawan Terhadap produktivitas Kerja di Bank BNI KCP Sinjai

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di kantor Bank BNI KCP Sinjai, mengatasi dampak konflik karyawan terhadap produktivitas kerja sebagai berikut:

1. Menurut Bapak/Ibu selaku pimpinan, bagaimana tindakan yang dilakukan dalam mengatasi konflik karyawan di kantor?

Bapak Rachmad Rosandy mengatakan bahwa:

“Sebenarnya dalam menyelesaikan atau mengatasi konflik karyawan yang terjadi di kantor ini terutama dampak yang merugikan seperti yang telah saya sebutkan tadi, kita sebagai pimpinan harus bisa menjadi jalan penengah. Jadi saya selalu rutin melakukan kumpul bersama diluar kantor. Sehingga dengan begitu kita dapat mengetahui sisi kepribadian satu sama lain. Karena ketika terjadi sebuah konflik itu juga mempengaruhi produktivitas kerja dan itu jelas berpengaruh terhadap perusahaan. (Hasil wawancara pada tanggal 24 September 2021 pukul 16.00 WITA)

Beliau menambahkan bahwa:

“Cara yang paling umum untuk menyelesaikan konflik yah tentunya memecahkan masalah, melakukan kompromi, dan juga perintah dari atasan yang tentunya mau tidak mau harus diselesaikan”. (Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2021 pukul 16.30 WITA).

Kemudian beliau menambahkan:

“Diberikan pengarahan ataupun pembinaan dan disampaikan bahwa konflik itu jangan dijadikan sebagai bentuk untuk merubah suasan kerja yang tidak nyaman. Kita akan selalu berusaha untuk mendamaikan bila terjadi konflik dengan cara mempertemukan pihak yang bersangkutan dan menggali apa yang menjadi penyebab

konfliknya”.(Hasil wawancara pada tanggal 25 September 2021 pukul 16.44 WITA)

C. Pembahasan

Sumber Daya Manusia dapat didefinisikan sebagai semua manusia yang terlibat di dalam suatu organisasi dalam mengupayakan terwujudnya tujuan organisasi tersebut (Hasibuan, 2000). Menurut Veithzal Rivai Sumber Daya Manusia adalah seorang yang siap, mau dan mampu memberi sumbangan usaha pencapaian tujuan organisasi. Selain itu sumber daya manusia merupakan salah satu unsur masukan (input) yang bersama unsur lainnya seperti modal, bahan, mesin dan metode/teknologi diubah menjadi proses manajemen menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa dalam usaha mencapai tujuan perusahaan (Rivai, 2004).

Di perusahaan sendiri jelaslah bahwa karyawan merupakan sumber daya manusia yang merupakan salah satu pemegang fungsi penting dalam terciptanya visi dan misi perusahaan. Ketika karyawan satu dengan yang lainnya terdapat selisih paham dalam menjalankan kinerjanya jelas berpengaruh terhadap pencapaian visi dan misi tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis memaparkan mengenai dampak konflik karyawan terhadap produktivitas kerja sebagai berikut:

1. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konflik Karyawan Terdapat dua faktor yang menyebabkan terjadinya konflik karyawan yaitu:

a. Faktor Internal

Konflik pada dasarnya bisa muncul pada aktivitas diri seseorang (sebagai konflik internal) maupun pada aktivitas sosial yang

cakupannya lebih luas. Konflik yang timbul dari internal individu/organisasi cara menanggulanginya akan jauh lebih mudah dibandingkan dengan konflik yang timbulnya dari kelompok dengan kelompok dan kelompok dengan organisasi atau antar organisasi.

Kecepatan meredam, memanaj, dan menyelesaikan berbagai jenis konflik yang muncul sangat dipengaruhi oleh tingkat respon dan ketepatan dalam memilah/memilih strategi penyelesaian konflik tersebut.

Konflik dengan skala cakupan sempit yang berasal dari individu dengan individu akan menjadi konflik besar jika dalam merespon dan menanganinya tidak bisa tuntas serta memuaskan dua individu yang berkonflik. Hal ini sangat mungkin terjadi karena konflik antar individu kemungkinan berasal dari dua kelompok yang berbeda sehingga.

Dalam situasi seperti ini pihak pimpinan organisasi harus cepat merespon dan meminimalisir konflik yang ada, karena jika konflik antar individu yang berasal dari dua kelompok yang berbeda tersebut terus dibiarkan berlarut-larut bukan tidak mungkin konflik akan berubah menjadi konflik antar kelompok.

Berbagai konflik yang timbul di dalam aktivitas organisasi, baik konflik individu, antar individu, kelompok, antar kelompok, individu/kelompok dengan organisasi, maupun antar organisasi seringkali hanya disebabkan oleh hal-hal yang sepele. Komunikasi yang tidak lancar dan pebedaan persepsi tentang suatu informasi sering menjadi pemicu/penyebab timbulnya konflik. Selain itu interaksi yang terjadi antar individu dan antar kelompok ada kalanya

tidak bisa saling memahami hubungan interpersonal yang dikehendaki.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di Kantor Bank BNI KCP Sinjai mengatakan bahwa faktor internal yang dapat menyebabkan konflik karyawan di Kantor Bank BNI KCP Sinjai berasal dari dalam instansi itu sendiri seperti karyawan sesama karyawan dan bahkan karyawan dan atasan dan jenis konflik yang kerap terjadi di Kantor Bank BNI KCP Sinjai ada tiga jenis yakni konflik kepemimpinan, kepribadian, dan perbedaan latar belakang personal. Namun yang paling umum terjadi adalah konflik kepribadian.

Menurut analisis peneliti, faktor internal yang menjadi penyebab konflik di Kantor Bank BNI KCP Sinjai berasal dari karyawan sesama karyawan. Sebagai contoh ada karyawan yang menjelekkan karyawan yang lain.

Dalam teorinya, Siagian menyatakan “perlu disadari bahwa merendahnya produktivitas kerja dan kinerja bisa terjadi karena masalah keperilakuan”. Setiap karyawan memiliki perasaan, pikiran, inisiatif, dan kreativitas serta perilaku dan kebutuhan yang relatif berbeda satu sama lain. Sehingga tidak menutup kemungkinan di dalam melakukan aktivitasnya akan ditemukan berbagai persaingan atau bentrokan yang dapat menimbulkan masalah (Siagian, 2002).

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kristina Ika Dianti (2016) yang berjudul “Pengaruh Konflik Internal dan Eksternal Terhadap Kinerja Karyawan PT. Electronic City

Ponorogo” yang menyatakan bahwa adanya pengaruh positif antara konflik internal kinerja karyawan. Dan korelasinya itu sangat kuat.

Dan biasanya konflik ini berasal dari dalam kantor. Sehingga dalam hal ini konflik yang terjadi karena faktor internal itu sangatlah berpengaruh terhadap kinerja dan produktivitas kerja karyawan.

Sehingga dalam hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan bahwa faktor internal terjadi konflik karyawan biasanya berasal dari karyawan sesama karyawan maupun karyawan dan atasan.

b. Faktor Eksternal

Konflik terjadi disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam organisasi maupun faktor lain dari luar organisasi.

Sedangkan penyebab konflik yang bersumber dari luar organisasi (faktor eksternal) adalah perkembangan iptek, peningkatan kebutuhan masyarakat, regulasi dan kebijakan pemerintah, munculnya kompetitor baru, keadaan politik dan keamanan, dan keadaan ekonomi masyarakat.(Wahyudi, 2006)

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di Kantor Bank BNI KCP Sinjai mengatakan bahwa faktor eksternal yang menjadi penyebab konflik karyawan adalah konflik dengan pelanggan/nasabah.

Menurut analisis penulis, faktor eksternal yang menyebabkan terjadi konflik karyawan adalah kebanyakan berasal dari pelanggan/nasabah yang komplain.

Sebab-sebab umum yang sering menimbulkan konflik dalam suatu organisasi menurut Agus Hardjana antara lain:

a. Perbedaan tujuan kerja karena perbedaan nilai hidup yang dianut.

Orang yang bekerja karena ingin mendapatkan upah/gaji demi menghidupi ekonomi keluarga akan sangat berbeda motivasi/semangat dan cara kerjanya jika dibandingkan dengan orang yang bekerja hanya karena ingin mengabdikan dirinya sebagai panggilan hidup. Orang-orang yang secara materi udah berkecukupan, bekerja kadangkala hanya digunakan untuk memperoleh status sosial saja, sehingga kondisi semacam ini memunculkan disorientasi kerja antara orang satu dengan lainnya.

b. Masalah wewenang dan tanggungjawab. Jenis pekerjaan yang bermacam-macam dan saling memiliki keterkaitan satu sama lain memungkinkan terjadinya lempar tanggungjawab atas pekerjaan tertentu. Dalam organisasi yang besar dengan kompleksitas pekerjaan dan masalah yang besar, batas-batas wewenang dan tanggungjawab antar lini atau bagian/departemen walaupun sudah jelas dan terstandar tetapi seringkali masih menyisakan persoalan-persoalan yang di luar kebiasaan. Contoh nyata adalah bagian persuratan, bagian distribusi, dan bagian pengemudi. Ketiga unit kerja dengan tugas dan tanggungjawabnya masing-masing pada situasi tertentu bisa saling melempar pekerjaan dalam hal pengiriman surat.

Jika sudah terjadi demikian, maka sebenarna konflik sudah terjadi walupun eksalasinya masih sangat sempit dan sederhana. Akan tetapi bila kejadian ini terus terulang dan pimpinan tidak ada upaya

mengatasinya, maka bukan tidak mungkin konflik akan meluas yang menyebabkan terganggunya pencapaian kinerja organisasi secara luas.

c. Penafsiran yang berbeda atas suatu hal, perkara, dan peristiwa yang sama. Organisasi yang beranggotakan orang-orang dengan berbagai latar belakang suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan usia memiliki tingkat heteroginitas yang sangat tinggi. Karena anggota organisasi yang berbeda latar belakang, sudah barang tentu keinginan, harapan, sudut pandang, ide, gagasan, dan tujuan setiap orang juga berbeda-beda pula. Perbedaan sudut pandang terhadap suatu peristiwa antar individu memungkinkan munculnya pertentangan pendapat yang bias menimbulkan konflik. Organisasi yang identik dengan birokrasi, aturan, dan tata tertib memaksa tiap individu mematuhi dan menepati aturan-aturan tersebut. Dalam menjalankan aturan dan tata tertib seorang pegawai/karyawan ada yang tidak sama antar pegawai yang satu dengan yang lain, hal ini diakibatkan oleh perbedaan penafsiran, sudut pandang, dan

c. Penafsiran yang berbeda atas suatu hal, perkara, dan peristiwa yang sama. Organisasi yang beranggotakan orang-orang dengan berbagai latar belakang suku, agama, pendidikan, jenis kelamin, dan usia memiliki tingkat heteroginitas yang sangat tinggi. Karena anggota organisasi yang berbeda latar belakang, sudah barang tentu keinginan, harapan, sudut pandang, ide, gagasan, dan tujuan setiap orang juga berbeda-beda pula. Perbedaan sudut pandang terhadap suatu peristiwa antar individu memungkinkan munculnya pertentangan pendapat yang bias menimbulkan konflik. Organisasi yang identik dengan birokrasi, aturan, dan tata tertib memaksa tiap individu mematuhi dan menepati aturan-aturan tersebut. Dalam menjalankan aturan dan tata tertib seorang pegawai/karyawan ada yang tidak sama antar pegawai yang satu dengan yang lain, hal ini diakibatkan oleh perbedaan penafsiran, sudut pandang, dan

Dokumen terkait