• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

Keberadaan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau saat era kemerdekaan, Perusahaan Daerah Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan Air Minum yang dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat pipa transmisi, reservoir, pipa distribusi, dan sambungan rumah serta 10 buah sumur bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425L/dt. Selanjutnya pada tahun 1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Teknik Penyehatan Nomor 93/KPTS/1975 tertanggal 21 Oktober 1975.

28

Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Daerah Tingkat II Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5/PERDA/1976. Pada saat ini sesuai dengan otonomi daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Pada tahun 2011 Perda Nomor 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah sebuah lembaga di bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang bertugas untuk memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung. Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung sebagian besar berasal dari air tanah dalam. Sedangkan untuk sistem pengolahannya, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung mempunyai sistem pengolahan lengkap yang terdapat di Instalasi Tukad Ayung dan Estuary Reservoir.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan II merupakan suatu sistem yang konvensional dengan memanfaatkan kapasitas hidrolis. Sedangkan Estuary menggunakan sistem pulsator. Pengolahan air yang dilakukan terhadap air baku yang bersumber dari sumur bor menggunakan airasi, hal ini dilakukan untuk menurunkan kadar besi dan mangan. Sedangkan sistem pengolahan untuk air baku yang berasal dari mata air hanya menggunakan sistem chlorinasi.

29

Wilayah pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung meliputi 4 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Petang : Desa Petang, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Carang Sari.

b. Kecamatan Abiansemal : Desa Sangeh, Desa Blahkiuh, Desa Abiansemal, Desa Taman, Desa Punggul, Desa Bongkasa, Desa Ayunan, Desa Mambal, Desa Jagapati, Desa Angantaka, Desa Sedang.

c. Kecamatan Mengwi : Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Baha, Desa Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Werdhibuana, Desa Gulingan dan Desa Kekeran.

d. Badung Kota : Desa Darmasaba, Desa Lukluk, Desa Sading, Desa Sempidi, Desa Kapal, Desa Abianbase, Desa Buduk, Desa Munggu, Desa Cemagi, Desa Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Desa Canggu, Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak.

e. Kuta dan Kuta Selatan : Tanjung Benoa, Benoa, Kutuh, Pecatu.

2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

dengan Konsumen

Secara umum, hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang terhadapnya, hukum meletakkan hak-hak pada suatu pihak dan meletakkan kewajiban pada pihak lainnya.26 Hubungan antara produsen dan konsumen terjadi

secara terus-menerus dan berkesinambungan. Produsen dalam melakukan

26

30

usahanya membutuhkan konsumen sebagai pelanggan dan konsumen bergantung kepada barang dan/atau jasa yang dihasilkan produsen untuk memenuhi kebutuhannya.

Terdapat dua hubungan yang terjadi antara konsumen dan produsen, yaitu: a. Hubungan langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang

terikat secara langsung dengan suatu perjanjian.

b. Hubungan tidak langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak diantara pihak konsumen dan produsen.27

Dalam kaitannya dengan hubungan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah telah terjadi hubungan langsung. Hubungan antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah hubungan yang terikat secara langsung dengan adanya suatu perjanjian. Konsumen dalam hal ini adalah mencakup orang yang memakai jasa PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam hal pelayanan air bersih. Konsumen PDAM tidak hanya identik dengan pelanggan PDAM karena yang menggunakan air bersih dari PDAM tidak hanya pelanggan saja, bisa anggota keluarga pelanggan, atau mungkin tamu dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan PDAM dapat dipastikan sebagai konsumen PDAM. Namun demikian untuk memudahkan maka yang dimaksud dengan konsumen PDAM adalah para pelanggan PDAM.

27

Ahmad Miru, 2011, Prinsip-Prinsip Perlindungan Hukum Bagi Konsumen di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h.34-35.

31

Konsumen yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan surat permohonan berlangganan air terlebih dahulu kepada PDAM. Setelah mendapat persetujuan oleh PDAM, lalu calon konsumen menandatangani suatu kontrak perjanjian berlangganan air yang berisi tentang biaya sambungan rumah, hak dan kewajiban PDAM, hak dan kewajiban konsumen, serta larangan bagi konsumen. Perjanjian yang disepakati oleh PDAM dan konsumen merupakan perjanjian yang ditetapkan secara sepihak oleh PDAM, sehingga perjanjian tersebut merupakan perjanjian standar atau perjanjian baku.

Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku berarti patokan atau acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.28

Karateristik klausula baku menurut Sudaryatmo adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat dari konsumen.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian. 3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor kebutuhan.29

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 UUPK, memberikan penjelasan mengenai klausula baku yaitu “setiap aturan atau ketentuan dan syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

28

Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h.48.

29

32

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian klausula baku dapat diartikan sebagai suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya dan disepakati oleh kedua belah pihak yang isi perjanjiannya dituangkan dalam bentuk dokumen atau formulir. Dalam hal ini, maka konsumen yang dalam hal ini adalah pelanggan PDAM mendapatkan hak untuk mendapatkan pelayanan air bersih sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, dalam perjanjian berlangganan air ini juga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

Dalam praktiknya, pelaksanaan klausula baku ini sering merugikan pihak konsumen karena konsumen tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian tersebut dan dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu pelaku usaha. Namun, dikarenakan konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa tersebut konsumen maka konsumen tetap menerima klausula baku tersebut untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan dalam penyaluran barang dan/atau jasa serta adanya perlindungan dalam pemenuhan hak-hak konsumen.

Dokumen terkait