SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA
MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI
NIM. 1203005002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
SKRIPSI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN
DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA
MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana
NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI
NIM. 1203005002
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
Lembaran Persetujuan Pembimbing
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL 27 FEBRUARI 2016
Pembimbing I
Suatra Putrawan, SH., MH NIP. 195 70702 198610 1 001
Pembimbing II
iv Halaman Penetapan Panitia Penguji Skripsi
SKRIPSI INI TELAH DIUJI
PADA TANGGAL : 15 APRIL 2016
Panitia Penguji Skripsi
Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana
Nomor : 596/UN14.1.11.1/PP.05.02/2016, Tanggal 15 April 2016
Ketua : Suatra Putrawan, SH., MH (……….)
NIP.19570702 198610 1 001
Sekretaris : I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn (……….) NIP. 19840411 200812 1 003
Anggota : I Gst. Ayu Puspawati, SH., MH (……….)
NIP. 19510624 197903 2 001
Ida Bagus Putu Sutama, SH., M.Si (……….) NIP. 19570613 198601 1 005
A.A Ketut Sukranatha, SH., MH (……….)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini tepat pada waktu yang berjudul ”Perlindungan Hukum Terhadap
Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung”.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir
sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi
Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari
sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
dimiliki penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
untuk penyempurnaan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan bantuan berupa bimbingan,
arahan, motivasi, dan dukungan moril serta materiil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH, Dekan Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas
vi
4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembantu Dekan III, Fakultas Hukum
Universitas Udayana.
5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Perdata
Fakultas Hukum Universitas Udayana.
6. Bapak Suatra Putrawan SH., MH, Dosen Pembimbing I dan Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan
skripsi ini.
7. Bapak I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn, Dosen Pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.
8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai administrasi Fakultas Hukum
Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama
penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.
9. Bapak I Made Subargayasa, SE, Dirut PDAM Tirta Mangutama Kabupaten
Badung yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
10.Bapak A.A. Ngurah Gede Putra Jaya, SH., MSi, Ketua BPSK Kabupaten
Badung yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
11.Bapak I Putu Armaya, SH, Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen
Bali yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
12.Ibu Ni Nyoman Kusumayani, Kepala Bagian Pelanggan PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga
13.Bapak Komang Dama Yana, Kepala Seksi Pelanggan dan Humas PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
14.Ibu Sri Nila Pancawati dan Ibu Salsa, responden yang telah bersedia penulis
wawancarai sehingga memudahkan penulis dalam memperoleh data di
lapangan.
15.Kedua Orang Tua Penulis, I Made Sudharma Putra, SE dan Dra. Hermiwati
yang tercinta. Terima kasih untuk segenap doa dan dukungan yang diberikan
kepada penulis.
16.Raden Rizki Agung Firmansyah, SH, yang selalu memberikan dukungan dan
memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.
17.I Gede Bagus Ananda Pratama, SH, yang selalu memberikan saran-saran dan
bantuan kepada penulis.
18.Sahabat-sahabat penulis, Anggi Lutfiani, Maharupa Asmarina, Indah Kemala,
Kasandra Dyah Hapsari, Julia Tungga Dewi, Adimas Saksono, Parama Iswara,
Trisna Anggita, Pranasari Tanjung, Fadiah Almira Bya, Elvina Esmeralda,
Wulan Virda, Ayu Pitriani, dan seluruh teman-teman seangkatan 2012 yang
tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
19.Keluarga besar ALSA LC UNUD yang telah memberikan semangat dalam
viii
Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua
pihak, dan penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila
terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca secara sengaja maupun
tidak sengaja.
Denpasar, 27 Februari 2016
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/
Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun,
dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/ Skripsi ini terbukti merupakan
duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja
mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka
penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.
Demikian Surat Pernyatan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban
ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.
Denpasar, 27 Februari 2016
Yang menyatakan,
(Ni Luh Kurnia Dharma Pertiwi)
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DALAM ... i
HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv
HALAMAN KATA PENGANTAR... v
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 5
1.4 Orisinalitas Penelitian ... 6
1.5 Tujuan Penelitian ... 8
a. Tujuan Umum ... 8
b. Tujuan Khusus ... 8
1.6 Manfaat Penelitian ... 9
a. Manfaat Teoritis ... 9
b. Manfaat Praktis ... 9
1.7 Landasan Teoritis... 9
1.8.1 Jenis Penelitian ... 15
1.8.2 Jenis Pendekatan ... 15
1.8.3 Sifat Penelitian... 15
1.8.4 Data dan Sumber Data ... 16
1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 18
1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 18
1.8.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 19
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG 2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen ... 20
2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha ... 20
2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ... 23
2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha ... 24
2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 27
2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 27
2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 28
xii
BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK KONSUMEN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
3.1 Bentuk - Bentuk Perlindungan Konsumen PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung ... 33
3.2 Pelaksanaan Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam
Pelayanan Air Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten
Badung... 45
BAB IV PENYELESAIAN KERUGIAN YANG DIALAMI
KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
4.1 Bentuk-Bentuk Kesalahan/Kelalaian PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung dengan Konsumen dalam
Pelayanan Air Bersih ... 57
4.2 Penyelesaian Kerugian Konsumen terhadap Pelayanan Air
Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 62
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RESPONDEN
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
ABSTRAK
Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh pihak konsumen yang merasa dirugikan terhadap pemenuhan hak-hak konsumen yang tidak sesuai dengan UUPK. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan sekaligus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan air bersih.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta.
Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung belum sepenuhnya terlaksana dikarenakan pihak Dewan Pengawas belum bekerja secara maksimal dalam tugasnya yaitu dalam bidang pengawasan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Upaya penyelesaian kerugian konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dapat diselesaikan melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Sebaiknya pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ini, pihak Dewan Pengawas selaku perwakilan pemerintah harus independen dalam bidang pengawasan dan bekerjasama secara aktif dengan pihak YLKI sebagai perwakilan konsumen untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Konsumen, PDAM Tirta
xiv
ABSTRACT
Legal protection towards consumers within the service of water procurement within Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung shall be based upon the failure of the institution to meet the requirements of consumer rights pursuant to Consumer Protection Act (“UUPK”). Based upon such matter, problems risen which serve as purpose of the research shall to observe the legal protection towards the customer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung within the procurement of water in PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung and assessing the settlement of the loss experienced by the consumer during the service.
Method of research employed within this research shall be empirical research by also applying statutory and factual approach.
Results gained from this research shows that the legal protection towards consumer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung had not been properly implemented by parties’ interest. Oversight Committee had failed to serve its duty to properly oversee the institution. Effort of settlement towards the service PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung can be settled through court or non-litigation measures. It is recommended that within this matter, Ovesight Committee as the representative of government shall remain independent in supervising and actively collaborate with the YLKI as the representative of the consumer to ensure the protection of consumer rights of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang atau jasa untuk
memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beranekaragam dan dapat
dibedakan atas berbagai macam. Jika dilihat dari tingkatannya, maka kebutuhan
konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder, tertier.
Selain itu, kebutuhan manusia yang terbagi menjadi kebutuhan jasmani dan
rohani. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan tersebut
maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang
penting bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar yang tidak
dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara.
Kebutuhan masyarakat akan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi semakin
meningkat setiap hari sedangkan ketersediaan air layak minum yang berkualitas
dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. Hal ini juga dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat secara kuantitas
dan kualitas air tanah yang mengalami penurunan yang cukup tajam.1
Kebutuhan akan air bersih terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
masyarakat yang semakin pesat. Hal ini mendorong masyarakat yang belum
1
2
memiliki sumber air bersih akan menghubungi pihak Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Pemerintah melimpahkan kewenangan dalam hal pengelolaan
sumber daya air kepada Pemerintah Daerah. Bentuk BUMD yang memiliki
wewenang mengelola sumber daya air yakni Perusahaan Daerah Air Minum (yang
selanjutnya disingkat PDAM). Dilihat banyaknya potensi yang dapat
dikembangkan sehingga menjadi tambahan pendapatan daerah apabila sumber
daya air itu sendiri dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah, dalam hal
ini adalah PDAM.
Atas tanggung jawab yang diberikan kepada PDAM tersebut, maka PDAM
dikategorikan sebagai pelaku usaha karena menyediakan kebutuhan manusia.
Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya disingkat UUPK) yang
merumuskan bahwa, “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan
usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang
didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum
Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung merupakan salah satu
perusahaan jasa penyedia layanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Badung,
Provinsi Bali. PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung bertugas untuk
memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten
3
Dalam hal ini antara PDAM selaku pemberi jasa dan konsumen selaku
penerima jasa terdapat suatu hubungan hukum, yaitu adanya kewajiban dari
penerima jasa untuk memberikan imbalan atau jasa yang diterima sesuai dengan
jumlah air yang dikonsumsi yang tertera dalam water meter serta sesuai dengan
tarif yang telah ditentukan. Disamping itu, juga terdapat hak-hak sebagai
pelanggan sebagai penerima jasa yaitu hak atas keamanan dan keselamatan dalam
mengkonsumsi air bersih, hak mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur
mengenai kondisi air, hak untuk didengarkan pendapat dan keluhan atas air yang
diterima, hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan tidak
diskriminatif. Demikian pula dengan pihak PDAM yang berkewajiban untuk
memberi pelayanan yang baik sesuai dengan kesepakatan.
Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang
disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan,
kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam
memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Pelayanan umum memang
sarat dengan berbagai macam masalah, apalagi wilayah jangkauan sendiri sangat
luas meliputi sektor profit maupun non-profit, pembedaan pelayanan umum
menjadi sektor profit dan non-profit semata-mata didasarkan pada misi sebuah
instansi atau institusi pelayanan umum tersebut.2
Dalam praktek pelayanan air bersih tersebut, masih banyak ditemukan
pelanggaran hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama. Pelanggaran yang
2
4
sering terjadi adalah konsumen kesulitan dalam mendapatkan air bersih.
Konsumen yang dalam hal ini sebagai pelanggan PDAM Tirta Mangutama
sebanyak enam puluh tujuh ribu yang terdaftar sebagai pelanggan. Namun, tidak
semua pelanggan tersebut dapat memperoleh pelayanan air bersih yang
memuaskan. Hal ini terbukti dengan adanya keluhan masyarakat Kabupaten
Badung yang belum mendapat air bersih secara lancar sehingga menyebabkan
tidak semua pelanggan memperoleh pelayanan air yang maksimal. Hal ini tidak
dapat diabaikan begitu saja mengingat bahwa kerugian semacam ini diderita oleh
banyak konsumen PDAM Tirta Mangutama, sehingga bila diakumulasikan total
dari seluruh kerugian yang ditanggung konsumen menjadi tidak sedikit.
Pelanggaran yang sampai saat ini masih terjadi di dalam
pelayanan atas hak-hak konsumen PDAM, pada akhirnya menimbulkan
kerugian yang dialami masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen sebagai
pihak yang lemah dalam suatu kegiatan usaha perlu mendapatkan perhatian
khusus, oleh karenanya merupakan suatu keharusan dibentuk peraturan yang
berisi mengenai perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen dengan
harapan dapat meminimalisir kerugian yang sering dialami oleh konsumen.
Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam
Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik
permasalahan yang akan merupakan pokok bahasan di dalam penelitian ini.
Permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana perlindungan hukum yang diterima konsumen dalam pelayanan air
bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung?
2. Bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan
air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ?
1.3 Ruang Lingkup Masalah
Ruang Lingkup Penelitian merupakan bingkai penelitian yang
menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi
areal penelitian. Dalam penulisan karya ilmiah, diperlukan suatu ketegasan
tentang materi yang diuraikan, hal ini disebabkan untuk mencegah agar materi
yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk
menghindari agar jangan terlalu meluas dan nantinya pembahasan diuraikan
terarah dan tertuju pada pokok permasalahan.3
Oleh karena itu di dalam penulisan skripsi ini akan diberi batasan ruang
lingkup permasalahannya. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas adalah
sebagai berikut :
3
6
1. Membahas mengenai perlindungan hukum yang diterima konsumen terhadap
pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
2. Membahas mengenai penyelesaian kerugian konsumen yang ditimbulkan oleh
PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih.
1.4 Orisinalitas Penelitian
Sejauh ini penelitian tentang “Perlindungan Hukum terhadap
Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung” ini belum pernah dilakukan di
Kabupaten Badung, Provinsi Bali, fakta ini diperoleh dengan observasi di Ruang
Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana, secara
umum belum ada penelitian yang mengangkat mengenai Perlindungan Hukum
terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih di PDAM Kabupaten Badung.
Penulisan ini akan menjadi hal yang menarik dimana nantinya akan dijelaskan
mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen yang selama ini mengalami
kerugian atas pelayanan air bersih yang belum maksimal, yang dilakukan oleh
PDAM Kabupaten Badung.
Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada terdahulu
dengan penelitian penulis dapat penulis sajikan sebagai berikut :
Peneliti : Novi Hesti Lestari
Judul Penelitian : Perlindungan Hukum bagi Konsumen Perusahaan
7
Rumusan Masalah : 1. Bagaimana hubungan hukum antara Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) dengan
konsumennya?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap
konsumen dalam perjanjian pengadaan air
minum oleh PDAM?
Hasil Penelitian : 1. Hubungan hukum tersebut terikat dalam
perjanjian penyambungan air (perjanjian
pemborong kerja), perjanjian jual beli air, dan
perjanjian sewa meter air.
2. PDAM harus memberikan jaminan atas hak-hak
normatif pelanggan menurut Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, khususnya hak atas
keselamatan, kenyamanan, dan keamanan
pelanggan dalam mengkonsumsi air PDAM.
Peneliti : Liza Fauzia
Judul Penelitian : Tanggung Jawab PT. PLN (Persero) dalam
Memberikan Pelayanan yang Optimal Terhadap
Konsumen
Rumusan Masalah : 1. Apa hambatan yang timbul dari pihak PT. PLN
(Persero) dalam memberikan pelayanan yang
8
2. Apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN
(Persero) dalam memenuhi hak-hak konsumen ?
Hasil Penelitian : 1. Luasnya jangkauan pelayanan umum PLN
menunjukan bahwa tidak mudah memberikan
pelayanan/jasa yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang
mengaturnya.
2. PLN tetap berusaha memberikan pelayanan
yang maksimal sehingga sebagian besar hak-hak
konsumen dapat dipenuhi.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan umum
1. Untuk mengetahui secara umum tentang perlindungan konsumen terhadap
pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
2. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah tentang peranan dari
bidang hukum terhadap bidang lain yang dalam hal ini di bidang
pendistribusian air khususnya dalam bidang perlindungan konsumen.
1.5.2 Tujuan khusus
1. Untuk dapat memahami mengenai perlindungan hukum yang diterima
konsumen terhadap pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama
Kabupaten Badung.
2. Untuk dapat memahami mengenai penyelesaian kerugian konsumen dalam
9
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan
bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang hukum perdata. Hasil penelitian
ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya serta
diharapkan dapat memberikan informasi khususnya pada konsumen atau
pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
1.6.2 Manfaat praktis
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
referensi atau bahan tambahan baik bagi mahasiswa Fakultas Hukum maupun
masyarakat luas untuk menambah informasi dan masukan bagi semua pihak yang
terkait dengan konsumen atau pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten
Badung dan bagi kalangan penegak hukum untuk mengetahui bagaimanakah
aspek hukum perlindungan konsumen PDAM.
1.7 Landasan Teoritis
Perlindungan Konsumen adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam
usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan
konsumen itu sendiri.4 Adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
4
10
Perlindungan Konsumen yang berlaku efektif pada 20 April 2000 hingga
dikeluarkannya sejumlah peraturan perundang-undangan pelaksanaan UUPK,
belum banyak terdapat perubahan sikap perlakuan pelaku usaha terhadap
konsumen.
Hal ini jelas terlihat sebagian besar komoditas yang terdapat
pelanggaran-pelanggaran hak-hak konsumen. Norma-norma (perlindungan konsumen) lainnya
di luar UUPK ini, dijadikan acuan dengan menempatkan Perlindungan Konsumen
sebagai sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.
Menurut Pasal 1 ayat 1 UUPK yang dimaksud dengan perlindungan
konsumen adalah, “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk
memberikan perlindungan kepada konsumen”. Perlindungan Konsumen
merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karena menjadi harapan bagi
semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkan. Pengaturan perlindungan
konsumen dilakukan dengan:
1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur
keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum;
2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh
pelaku usaha;
3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;
4. Memberikan perlindungan pada konsumen dari praktek usaha yang menipu
11
5. Mengadukan pelanggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan
konsumen dengan bidang-bidang lain.5
Az.Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas
atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang
melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan
masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/jasa
konsumen di dalam pergaulan hidup.6
Dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang dimaksud pelaku usaha adalah, “setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
Adapun kewajiban pelaku usaha diatur dalam UUPK. Kewajiban daripada
pelaku usaha dirumuskan di dalam Pasal 7 UUPK yaitu :
a) Beritikad baik dengan melakukan kegiatan usahanya.
b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
d) Menjamin mutu barang dan/jasa yang diproduksi dan/atau jasa yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba.
f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang diperdagangkan.
5
Husni Syawali dan Neni Srilmaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, h. 7.
6
12
g) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
Dalam hal ini yang menjadi pelaku usaha adalah PDAM Tirta Mangutama
Kabupaten Badung, sedangkan pihak konsumen adalah pelanggan khususnya
masyarakat Kabupaten Badung yang menggunakan air bersih. Secara umum di
kenal dengan adanya empat hak dasar konsumen, yang dikemukakan oleh Sidarta,
yaitu :
1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right of safety);
2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);
3. Hak untuk memilih ( the right to choose);
4. Hak untuk didengar (the right to be heard).7
Hak-hak konsumen juga diatur di dalam Pasal 4 UUPK, yaitu :
a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa;
b) Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
g) Hak untuk mendapatkan kompesansi, ganti rugi dan/ jasa penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
h) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.
7
13
Permasalahan yang timbul antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten
Badung dengan konsumen biasanya terjadi akibat ketidakpuasan konsumen atas
pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha. Salah satu permasalahan yang
mungkin timbul yang mengakibatkan kerugian konsumen adalah mengenai
produksi air bersih dan pelayanan jasa tersebut dimungkinkan terjadi hal-hal yang
merugikan konsumen akibat kesalahan atau kelalaian PDAM Tirta Mangutama
Kabupaten Badung.
Berdasarkan kelalaian atau kesalahan sebagaimana yang diatur dalam
Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pihak konsumen yang akan mengajukan tuntutan
ganti rugi atas kerugian yang dideritanya akibat pemakaian produk dari pelaku
usaha, maka konsumen dapat menggugat dengan memiliki bukti adanya
unsur-unsur kesalahan yaitu adanya unsur-unsur kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha,
adanya unsur kerugian yang diderita konsumen dan adanya hubungan kausalitas
antara kesalahan dan kerugian.8 Pihak konsumen juga dapat menuntut ganti
kerugian apabila pihak pelaku usaha tidak melaksanakan pemenuhan hak atas
konsumen sebagaimana ketentuan Pasal 19 UUPK.
Persoalan mengenai macetnya pelayanan air bersih sudah sering dialami
oleh konsumen. Namun, selama ini konsumen hanya dapat melaporkan keluhan
tersebut ke pihak PDAM. Pihak PDAM selama ini belum sepenuhnya dapat
melakukan penyelesaian terhadap kerugian yang diderita konsumen. PDAM yang
merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dibidang
8
14
pelayanan publik, yaitu penyedia air bersih bagi seluruh penduduk di
masing-masing daerah.
Dalam pelayanan publik, terdapat pembedaan yaitu sektor profit dan non
profit yang didasarkan pada misi institusi pelayanan publik tersebut. PDAM
merupakan salah satu institusi pelayanan publik yang tergolong sektor profit.
Perusahaan Negara yang seperti ini amat menguntungkan rakyat karena
berorientasi profit namun tetap yang menjadi tujuan utamanya adalah diarahkan
dalam usaha memakmurkan rakyat.9 Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan
dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945.
Merujuk pada ketentuan Pasal 45 ayat (1) UUPK yang merumuskan
bahwa, “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui
lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”. Sesuai
dengan ketentuan di atas, maka konsumen PDAM yang merasa dirugikan berhak
menggugat pelaku usaha yang bertujuan untuk menjaminnya perlindungan
konsumen itu sendiri.
Cara penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh konsumen juga
dapat melalui BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang diakui
pemerintah yang telah diatur dalam SK. Menperindag Nomor 350/
350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan
Penyelesaian Sengketa Konsumen.
9
15
1.8 Metode Penelitian
Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang
harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan
mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.10
1.8.1 Jenis penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris adalah
suatu penelitian hukum positif mengenai perilaku anggota masyarakat dalam
hubungan hidup bermasyarakat.11
1.8.2 Jenis pendekatan
Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan
(the statute approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan
regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.
Pendekatan fakta (the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di
masyarakat atau di lapangan dalam perlindungan konsumen PDAM.
1.8.3 Sifat penelitian
Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yang bersifat
deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu,
keadaan, gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala
dalam masyarakat.12 Dalam penelitian ini mendeskripsikan mengenai
10
Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisin 1, Granit, Jakarta, h.1.
11
Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.155.
12
16
perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan pendistribusian air
yang dilakukan oleh PDAM khususnya di Kabupaten Badung.
1.8.4 Data dan sumber data
Dalam penulisan secara empiris ini, data yang diteliti ada dua jenis yaitu
data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat di
lapangan (field research) sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung
dengan melakukan wawancara.13 Dalam penelitian ini, penentuan tempat atau
wilayah dan objek penelitian ditetapkan di wilayah Kabupaten Badung, dan studi
di PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
2. Sumber data sekunder
Data sekunder merupakan suatu data yang bersumber dari penelitian
kepustakaan (library research) yaitu data yang diperoleh dari data yang
terdokumentasi dalam bentuk bahan-bahan hukum, baik dalam bahan hukum
bacaan, ataupun dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan dengan materi
dalam penelitian ini serta untuk menyempurnakan data lapangan. Adapun
jenis-jenis data sekunder antara lain :
13
17
a. Bahan hukum primer (primary law material) merupakan bahan yang
mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau
memiliki kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bahan
hukum primer adalah semua aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi
oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk
penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara
resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer
yang berkaitan dengan penelitian ini, meliputi undang-undang yaitu :
1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;
2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan
Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum
4. Perda Nomor 6 Tahun 2005 tentang PDAM Kabupaten Badung;
5. SK. Menperindag Nomor 350/ 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang
Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa
Konsumen.
b. Bahan hukum sekunder (secondary law material) merupakan bahan hukum
yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum,
jurnal hukum, laporan hukum, pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang
termuat dalam media cetak atau elektronik).
c. Bahan hukum tersier (tertiary law material) merupakan bahan hukum yang
memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder
18
1.8.5 Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini
menggunakan antara lain :
1. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan
menelaah dan mengklasifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang
relevan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan
ini.
2. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara
melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden
dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan
terhadap permasalahan penelitian.
1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian
Teknik penentuan sampel penelitian yang dilakukan penulis adalah Non
Probability Sampling karena memberikan peran yang sangat besar pada peneliti
untuk menentukan pengambilan sampelnya. Penunjukan dan pemilihan sampel
didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat
atau karakteristik tertentu merupakan ciri utama populasinya.14
14Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,
19
1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data
Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan
untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis
data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data
yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang
terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa, diklasifikasi,
dihubungkan antara satu dengan yang lainnya. Kemudian nantinya ditarik
kesimpulan untuk menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif
analisis.15
15
20 BAB II
TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN
PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG
2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen
2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha
a. Pengertian Konsumen
Menurut Philip Kotler, konsumen adalah semua individu dan rumah tangga
yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.16
Menurut Az. Nasution, konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan jasa digunakan untuk tujuan tertentu.17
Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang selanjutnya disebut
YLKI, konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak
untuk diperdagangkan kembali. Pengertian konsumen menurut YLKI ini tidak
jauh berbeda dengan pengertian konsumen dalam UUPK.
Dalam UUPK, pengertian konsumen diatur dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (2)
yang merumuskan, “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa
yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga dan
16
Philip Kotler, 1980, Principles of Marketing, Pretince-Hall Inc, Engglewood Cliffs New Jersey, h.267-268.
17
21
orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.18
Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 ayat (2) tersebut bahwa
konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir.
Pengertian yang terdapat dalam UUPK dipertegas hanya untuk konsumen
akhir. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu
produk. Dari pengertian ini, terkandung beberapa unsur, yaitu :
1. Setiap orang (natuurlijke person) atau pribadi kodrati dan bukan berbentuk
badan hukum (recht person);
a) Pemakai dalam hal ini ditekankan pada pemakai akhir;
b) Barang dan/atau jasa;
c) Tersedia dalam masyarakat;
d) Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain;
e) Barang dan/atau jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan.
b. Pengertian Perlindungan Konsumen
Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang sangat luas, perlindungan
konsumen meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan/atau jasa, yang
berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan/atau jasa hingga
sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.19 Perlindungan
konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum
18
Az Nasution, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta. h. 10.
19
22
yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya
dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen adalah
keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi
konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan pengunaan produk
konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.20
c. Pengertian Pelaku Usaha
Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang
dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir,
dan pengecer professional yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta dalam
penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.21
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang disebut pelaku usaha yaitu,
“setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan
dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik
Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Dalam
penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan,
korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.
Menurut Janus Sidabalok, pelaku usaha dapat diartikan sebagai pengusaha
yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya
pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional, yaitu setiap orang atau
20
Az Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Yogyakarta, h. 22.
21
23
badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan
konsumen. Sifat profesional merupakan syarat mutlak dalam hal menuntut
pertanggungjawaban dari produsen atau pelaku usaha.22
2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen
Menurut norma hukum positif Indonesia landasan yuridis tertinggi terdapat
dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni Pasal 27 ayat (1). Dalam ketentuan
tersebut dinyatakan, bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam
hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan
dengan tidak ada kecualinya. Pasal tersebut pada dasarnya memberi landasan
konstitusional bagi perlindungan konsumen di Indonesia. Karena dalam ketentuan
tersebut sudah jelas dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga Negara
adalah sama atau sederajat (equality before the law). Sebagai warga Negara,
kedudukan hukum konsumen tidak boleh rendah dari pada produsen atau pemasar
produksi produsen. Mereka memilih hak-hak yang seimbang satu sama lainnya.
Mengingat luasnya pokok bahasan hukum perlindungan konsumen itu,
maka sangat sulit memberikan sistematika yang lengkap. Objek material hukum
perlindungan konsumen mencakup semua lapangan hukum pada umumnya.
Pembagian bidang-bidang hukum perlindungan konsumen dan beragam jenis
peraturan yang melingkupi, menurut adanya konsistensi, baik dalam dalam
substansi maupun penerapannya dilapangan. Untuk mencegah hal itu sangat
diperlukan adanya umbrella act. Adapun aturan-aturan lain, baik yang setingkat
22
24
dengan Undang-Undang maupun yang di bawahnya, merupakan pengaturan yang
bersifat lebih sektoral. Peraturan yang disebut sebagai umbrella act adalah
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(selanjutnya disingkat dengan UUPK, yang disahkan pada tanggal 20 April 1999,
tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian (tanggal 20 April 2000). Penundaan
ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diberlakukan.
UUPK sendiri dalam penjelasan umumnya menyebutkan sejumlah
Undang-Undang yang dapat dikategorikan sebagai peraturan hukum sektoral.
Undang-Undang tersebut telah ada mendahului UUPK. Untuk memberikan
gambaran pengaturan hukum perlindungan konsumen secara komprehensif dalam
hukum positif Indonesia.
2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha
a. Hak dan Kewajiban Konsumen
Dalam pengertian hukum, yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan
hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang
diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan
yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.23
Secara umum, dikenal adanya empat hak dasar konsumen, hal ini mengacu
pada Presiden Kennedy’s 1992 Consumer’s Bill of Rights yang dikemukakan oleh
Sidarta yaitu :
1. Hak untuk mendapat keamanan (The right to safety);
23
25
2. Hak untuk mendapat informasi (The right to inform);
3. Hak untuk memilih (The right to choose);
4. Hak untuk didengar (The right to be heard).24
Empat hak dasar tersebut diakui secara internasional, dalam
perkembangannya dalam organisasi-organisasi konsumen yang tergabung pada
International Organization Consumer Union (IOCO) menambahkan beberapa hak
seperti, hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian,
dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.25 Dalam UUPK juga
terdapat hak-hak konsumen untuk menjamin adanya perlindungan konsumen yang
tercantum pada Pasal 4 UUPK, yaitu :
Hak-hak konsumen adalah :
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;
b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang
e. hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;
f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;
g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;
h. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
24
Sidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h. 16.
25
26
Kewajiban konsumen juga diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu :
Kewajiban konsumen adalah :
a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
b. beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha
Hak dan kewajiban pelaku usaha juga telah diatur dalam UUPK. Dalam
Pasal 6 UUPK merumuskan hak-hak pelaku usaha yaitu :
a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.
Kewajiban pelaku usaha terdapat di dalam Pasal 7 UUPK, yaitu :
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;
b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan pengunaan, perbaikan dan pemeliharaan;
c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, dan jujur serta tidak diskriminatif;
d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;
27
f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung
2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung
Keberadaan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada
sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air
minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara
dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di
Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau saat era kemerdekaan,
Perusahaan Daerah Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan Air Minum
yang dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia
memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat pipa
transmisi, reservoir, pipa distribusi, dan sambungan rumah serta 10 buah sumur
bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425L/dt. Selanjutnya pada tahun
1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air Minum
Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Teknik
28
Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung
kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Daerah Tingkat II
Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5/PERDA/1976. Pada
saat ini sesuai dengan otonomi daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II
Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Pada
tahun 2011 Perda Nomor 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan
Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.
2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung
PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah sebuah lembaga di
bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang bertugas untuk memberikan
pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung.
Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Mangutama
Kabupaten Badung sebagian besar berasal dari air tanah dalam. Sedangkan untuk
sistem pengolahannya, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung mempunyai
sistem pengolahan lengkap yang terdapat di Instalasi Tukad Ayung dan Estuary
Reservoir.
Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan II merupakan suatu sistem yang
konvensional dengan memanfaatkan kapasitas hidrolis. Sedangkan Estuary
menggunakan sistem pulsator. Pengolahan air yang dilakukan terhadap air baku
yang bersumber dari sumur bor menggunakan airasi, hal ini dilakukan untuk
menurunkan kadar besi dan mangan. Sedangkan sistem pengolahan untuk air baku
29
Wilayah pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung meliputi
4 Kecamatan yaitu :
a. Kecamatan Petang : Desa Petang, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Carang
Sari.
b. Kecamatan Abiansemal : Desa Sangeh, Desa Blahkiuh, Desa Abiansemal,
Desa Taman, Desa Punggul, Desa Bongkasa, Desa Ayunan, Desa Mambal,
Desa Jagapati, Desa Angantaka, Desa Sedang.
c. Kecamatan Mengwi : Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Baha, Desa
Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Werdhibuana, Desa Gulingan dan Desa
Kekeran.
d. Badung Kota : Desa Darmasaba, Desa Lukluk, Desa Sading, Desa Sempidi,
Desa Kapal, Desa Abianbase, Desa Buduk, Desa Munggu, Desa Cemagi, Desa
Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Desa Canggu,
Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak.
e. Kuta dan Kuta Selatan : Tanjung Benoa, Benoa, Kutuh, Pecatu.
2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung
dengan Konsumen
Secara umum, hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang
terhadapnya, hukum meletakkan hak-hak pada suatu pihak dan meletakkan
kewajiban pada pihak lainnya.26 Hubungan antara produsen dan konsumen terjadi
secara terus-menerus dan berkesinambungan. Produsen dalam melakukan
26
30
usahanya membutuhkan konsumen sebagai pelanggan dan konsumen bergantung
kepada barang dan/atau jasa yang dihasilkan produsen untuk memenuhi
kebutuhannya.
Terdapat dua hubungan yang terjadi antara konsumen dan produsen, yaitu:
a. Hubungan langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang
terikat secara langsung dengan suatu perjanjian.
b. Hubungan tidak langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen
yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak
diantara pihak konsumen dan produsen.27
Dalam kaitannya dengan hubungan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten
Badung dengan konsumen adalah telah terjadi hubungan langsung. Hubungan
antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah
hubungan yang terikat secara langsung dengan adanya suatu perjanjian.
Konsumen dalam hal ini adalah mencakup orang yang memakai jasa PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung dalam hal pelayanan air bersih. Konsumen
PDAM tidak hanya identik dengan pelanggan PDAM karena yang menggunakan
air bersih dari PDAM tidak hanya pelanggan saja, bisa anggota keluarga
pelanggan, atau mungkin tamu dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan PDAM
dapat dipastikan sebagai konsumen PDAM. Namun demikian untuk memudahkan
maka yang dimaksud dengan konsumen PDAM adalah para pelanggan PDAM.
27
31
Konsumen yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan surat
permohonan berlangganan air terlebih dahulu kepada PDAM. Setelah mendapat
persetujuan oleh PDAM, lalu calon konsumen menandatangani suatu kontrak
perjanjian berlangganan air yang berisi tentang biaya sambungan rumah, hak dan
kewajiban PDAM, hak dan kewajiban konsumen, serta larangan bagi konsumen.
Perjanjian yang disepakati oleh PDAM dan konsumen merupakan perjanjian yang
ditetapkan secara sepihak oleh PDAM, sehingga perjanjian tersebut merupakan
perjanjian standar atau perjanjian baku.
Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku
berarti patokan atau acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah
perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.28
Karateristik klausula baku menurut Sudaryatmo adalah sebagai berikut :
1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat
dari konsumen.
2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian.
3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.
4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor
kebutuhan.29
Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 UUPK, memberikan penjelasan
mengenai klausula baku yaitu “setiap aturan atau ketentuan dan syarat yang telah
dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha
28
Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h.48.
29
32
yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan
wajib dipenuhi oleh konsumen”.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian klausula baku dapat diartikan
sebagai suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya
dan disepakati oleh kedua belah pihak yang isi perjanjiannya dituangkan dalam
bentuk dokumen atau formulir. Dalam hal ini, maka konsumen yang dalam hal ini
adalah pelanggan PDAM mendapatkan hak untuk mendapatkan pelayanan air
bersih sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, dalam perjanjian
berlangganan air ini juga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang
dilaksanakan oleh kedua belah pihak.
Dalam praktiknya, pelaksanaan klausula baku ini sering merugikan pihak
konsumen karena konsumen tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian tersebut
dan dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu pelaku usaha. Namun,
dikarenakan konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa tersebut konsumen
maka konsumen tetap menerima klausula baku tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan dalam penyaluran
barang dan/atau jasa serta adanya perlindungan dalam pemenuhan hak-hak