• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI

NIM. 1203005002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ii

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN

DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PERUSAHAAN

DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA

MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

NI LUH KURNIA DHARMA PERTIWI

NIM. 1203005002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

(3)

Lembaran Persetujuan Pembimbing

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

PADA TANGGAL 27 FEBRUARI 2016

Pembimbing I

Suatra Putrawan, SH., MH NIP. 195 70702 198610 1 001

Pembimbing II

(4)

iv Halaman Penetapan Panitia Penguji Skripsi

SKRIPSI INI TELAH DIUJI

PADA TANGGAL : 15 APRIL 2016

Panitia Penguji Skripsi

Berdasarkan Surat Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Nomor : 596/UN14.1.11.1/PP.05.02/2016, Tanggal 15 April 2016

Ketua : Suatra Putrawan, SH., MH (……….)

NIP.19570702 198610 1 001

Sekretaris : I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn (……….) NIP. 19840411 200812 1 003

Anggota : I Gst. Ayu Puspawati, SH., MH (……….)

NIP. 19510624 197903 2 001

Ida Bagus Putu Sutama, SH., M.Si (……….) NIP. 19570613 198601 1 005

A.A Ketut Sukranatha, SH., MH (……….)

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang

Hyang Widhi Wasa karena atas berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini tepat pada waktu yang berjudul ”Perlindungan Hukum Terhadap

Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir

sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi

Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari

sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang

dimiliki penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun

untuk penyempurnaan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan bantuan berupa bimbingan,

arahan, motivasi, dan dukungan moril serta materiil dari berbagai pihak. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH, Dekan Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

2. Bapak I Ketut Sudiarta, SH., MH, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

3. Bapak I Wayan Bela Siki Layang, SH., MH, Pembantu Dekan II Fakultas

(6)

vi

4. Bapak I Wayan Suardana, SH., MH, Pembantu Dekan III, Fakultas Hukum

Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH., MH, Ketua Bagian Hukum Perdata

Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Bapak Suatra Putrawan SH., MH, Dosen Pembimbing I dan Pembimbing

Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan

skripsi ini.

7. Bapak I Made Dedy Priyanto, SH., M.Kn, Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan selama penyusunan skripsi ini.

8. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai administrasi Fakultas Hukum

Universitas Udayana yang telah memberikan bantuan serta petunjuk selama

penulis mengikuti perkuliahan maupun penyusunan skripsi ini.

9. Bapak I Made Subargayasa, SE, Dirut PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Badung yang telah memberikan ijin penelitian sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

10.Bapak A.A. Ngurah Gede Putra Jaya, SH., MSi, Ketua BPSK Kabupaten

Badung yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

11.Bapak I Putu Armaya, SH, Ketua Yayasan Lembaga Perlindungan Konsumen

Bali yang telah memberikan informasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

12.Ibu Ni Nyoman Kusumayani, Kepala Bagian Pelanggan PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga

(7)

13.Bapak Komang Dama Yana, Kepala Seksi Pelanggan dan Humas PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung, yang telah memberikan informasi sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

14.Ibu Sri Nila Pancawati dan Ibu Salsa, responden yang telah bersedia penulis

wawancarai sehingga memudahkan penulis dalam memperoleh data di

lapangan.

15.Kedua Orang Tua Penulis, I Made Sudharma Putra, SE dan Dra. Hermiwati

yang tercinta. Terima kasih untuk segenap doa dan dukungan yang diberikan

kepada penulis.

16.Raden Rizki Agung Firmansyah, SH, yang selalu memberikan dukungan dan

memberikan bantuan selama penyusunan skripsi ini.

17.I Gede Bagus Ananda Pratama, SH, yang selalu memberikan saran-saran dan

bantuan kepada penulis.

18.Sahabat-sahabat penulis, Anggi Lutfiani, Maharupa Asmarina, Indah Kemala,

Kasandra Dyah Hapsari, Julia Tungga Dewi, Adimas Saksono, Parama Iswara,

Trisna Anggita, Pranasari Tanjung, Fadiah Almira Bya, Elvina Esmeralda,

Wulan Virda, Ayu Pitriani, dan seluruh teman-teman seangkatan 2012 yang

tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

19.Keluarga besar ALSA LC UNUD yang telah memberikan semangat dalam

(8)

viii

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua

pihak, dan penulis mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila

terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca secara sengaja maupun

tidak sengaja.

Denpasar, 27 Februari 2016

(9)

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/

Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis, tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun,

dan sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh penulis lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila Karya Ilmiah/ Penulisan Hukum/ Skripsi ini terbukti merupakan

duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya penulis lain dan/atau dengan sengaja

mengajukan karya atau pendapat yang merupakan hasil karya penulis lain, maka

penulis bersedia menerima sanksi akademik dan/atau sanksi hukum yang berlaku.

Demikian Surat Pernyatan ini saya buat sebagai pertanggungjawaban

ilmiah tanpa ada paksaan maupun tekanan dari pihak manapun juga.

Denpasar, 27 Februari 2016

Yang menyatakan,

(Ni Luh Kurnia Dharma Pertiwi)

(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DALAM ... i

HALAMAN PERSYARATAN GELAR SARJANA HUKUM ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI ... iv

HALAMAN KATA PENGANTAR... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ix

DAFTAR ISI ... x

ABSTRAK ... xiii

ABSTRACT... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 5

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

a. Tujuan Umum ... 8

b. Tujuan Khusus ... 8

1.6 Manfaat Penelitian ... 9

a. Manfaat Teoritis ... 9

b. Manfaat Praktis ... 9

1.7 Landasan Teoritis... 9

(11)

1.8.1 Jenis Penelitian ... 15

1.8.2 Jenis Pendekatan ... 15

1.8.3 Sifat Penelitian... 15

1.8.4 Data dan Sumber Data ... 16

1.8.5 Teknik Pengumpulan Data ... 18

1.8.6 Teknik Penentuan Sampel Penelitian ... 18

1.8.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG 2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen ... 20

2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha ... 20

2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen ... 23

2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha ... 24

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 27

2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 27

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung... 28

(12)

xii

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK KONSUMEN PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

3.1 Bentuk - Bentuk Perlindungan Konsumen PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung ... 33

3.2 Pelaksanaan Perlindungan Hak-Hak Konsumen dalam

Pelayanan Air Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Badung... 45

BAB IV PENYELESAIAN KERUGIAN YANG DIALAMI

KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

4.1 Bentuk-Bentuk Kesalahan/Kelalaian PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung dengan Konsumen dalam

Pelayanan Air Bersih ... 57

4.2 Penyelesaian Kerugian Konsumen terhadap Pelayanan Air

Bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ... 62

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RESPONDEN

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN

(13)

ABSTRAK

Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan air bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung dilatarbelakangi oleh pihak konsumen yang merasa dirugikan terhadap pemenuhan hak-hak konsumen yang tidak sesuai dengan UUPK. Berdasarkan latar belakang tersebut, adapun permasalahan sekaligus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meneliti bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan air bersih.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian yuridis empiris dengan menggunakan metode pendekatan perundang-undangan dan pendekatan fakta.

Adapun hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung belum sepenuhnya terlaksana dikarenakan pihak Dewan Pengawas belum bekerja secara maksimal dalam tugasnya yaitu dalam bidang pengawasan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung. Upaya penyelesaian kerugian konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dapat diselesaikan melalui pengadilan maupun di luar pengadilan. Sebaiknya pelaksanaan perlindungan hukum terhadap konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ini, pihak Dewan Pengawas selaku perwakilan pemerintah harus independen dalam bidang pengawasan dan bekerjasama secara aktif dengan pihak YLKI sebagai perwakilan konsumen untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Hak Konsumen, PDAM Tirta

(14)

xiv

ABSTRACT

Legal protection towards consumers within the service of water procurement within Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung shall be based upon the failure of the institution to meet the requirements of consumer rights pursuant to Consumer Protection Act (“UUPK”). Based upon such matter, problems risen which serve as purpose of the research shall to observe the legal protection towards the customer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung within the procurement of water in PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung and assessing the settlement of the loss experienced by the consumer during the service.

Method of research employed within this research shall be empirical research by also applying statutory and factual approach.

Results gained from this research shows that the legal protection towards consumer of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung had not been properly implemented by parties’ interest. Oversight Committee had failed to serve its duty to properly oversee the institution. Effort of settlement towards the service PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung can be settled through court or non-litigation measures. It is recommended that within this matter, Ovesight Committee as the representative of government shall remain independent in supervising and actively collaborate with the YLKI as the representative of the consumer to ensure the protection of consumer rights of PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap manusia pada dasarnya membutuhkan barang atau jasa untuk

memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia sangat beranekaragam dan dapat

dibedakan atas berbagai macam. Jika dilihat dari tingkatannya, maka kebutuhan

konsumen dapat terbagi menjadi tiga yaitu kebutuhan primer, sekunder, tertier.

Selain itu, kebutuhan manusia yang terbagi menjadi kebutuhan jasmani dan

rohani. Dengan adanya bermacam-macam dan berbagai jenis kebutuhan tersebut

maka setiap manusia akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Air merupakan salah satu dari sekian banyak zat yang ada di alam yang

penting bagi kehidupan manusia. Air adalah kebutuhan dasar yang tidak

dipisahkan dari kehidupan manusia yang menduduki urutan kedua setelah udara.

Kebutuhan masyarakat akan air yang layak dan aman untuk dikonsumsi semakin

meningkat setiap hari sedangkan ketersediaan air layak minum yang berkualitas

dan terjamin dari segi kesehatan semakin sulit diperoleh. Hal ini juga dipengaruhi

oleh peningkatan jumlah penduduk yang meningkat secara cepat secara kuantitas

dan kualitas air tanah yang mengalami penurunan yang cukup tajam.1

Kebutuhan akan air bersih terus meningkat seiring dengan pertumbuhan

masyarakat yang semakin pesat. Hal ini mendorong masyarakat yang belum

1

(16)

2

memiliki sumber air bersih akan menghubungi pihak Perusahaan Daerah Air

Minum (PDAM). Pemerintah melimpahkan kewenangan dalam hal pengelolaan

sumber daya air kepada Pemerintah Daerah. Bentuk BUMD yang memiliki

wewenang mengelola sumber daya air yakni Perusahaan Daerah Air Minum (yang

selanjutnya disingkat PDAM). Dilihat banyaknya potensi yang dapat

dikembangkan sehingga menjadi tambahan pendapatan daerah apabila sumber

daya air itu sendiri dapat dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerah, dalam hal

ini adalah PDAM.

Atas tanggung jawab yang diberikan kepada PDAM tersebut, maka PDAM

dikategorikan sebagai pelaku usaha karena menyediakan kebutuhan manusia.

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen (yang selanjutnya disingkat UUPK) yang

merumuskan bahwa, “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang

didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum

Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung merupakan salah satu

perusahaan jasa penyedia layanan air bersih bagi masyarakat Kabupaten Badung,

Provinsi Bali. PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung bertugas untuk

memberikan pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten

(17)

3

Dalam hal ini antara PDAM selaku pemberi jasa dan konsumen selaku

penerima jasa terdapat suatu hubungan hukum, yaitu adanya kewajiban dari

penerima jasa untuk memberikan imbalan atau jasa yang diterima sesuai dengan

jumlah air yang dikonsumsi yang tertera dalam water meter serta sesuai dengan

tarif yang telah ditentukan. Disamping itu, juga terdapat hak-hak sebagai

pelanggan sebagai penerima jasa yaitu hak atas keamanan dan keselamatan dalam

mengkonsumsi air bersih, hak mendapat informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi air, hak untuk didengarkan pendapat dan keluhan atas air yang

diterima, hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan tidak

diskriminatif. Demikian pula dengan pihak PDAM yang berkewajiban untuk

memberi pelayanan yang baik sesuai dengan kesepakatan.

Pelayanan dalam hal ini diartikan sebagai jasa atau service yang

disampaikan oleh pemilik jasa yang berupa kemudahan, kecepatan, hubungan,

kemampuan dan keramahtamahan yang ditujukan melalui sikap dan sifat dalam

memberikan pelayanan untuk kepuasan konsumen. Pelayanan umum memang

sarat dengan berbagai macam masalah, apalagi wilayah jangkauan sendiri sangat

luas meliputi sektor profit maupun non-profit, pembedaan pelayanan umum

menjadi sektor profit dan non-profit semata-mata didasarkan pada misi sebuah

instansi atau institusi pelayanan umum tersebut.2

Dalam praktek pelayanan air bersih tersebut, masih banyak ditemukan

pelanggaran hak-hak konsumen PDAM Tirta Mangutama. Pelanggaran yang

2

(18)

4

sering terjadi adalah konsumen kesulitan dalam mendapatkan air bersih.

Konsumen yang dalam hal ini sebagai pelanggan PDAM Tirta Mangutama

sebanyak enam puluh tujuh ribu yang terdaftar sebagai pelanggan. Namun, tidak

semua pelanggan tersebut dapat memperoleh pelayanan air bersih yang

memuaskan. Hal ini terbukti dengan adanya keluhan masyarakat Kabupaten

Badung yang belum mendapat air bersih secara lancar sehingga menyebabkan

tidak semua pelanggan memperoleh pelayanan air yang maksimal. Hal ini tidak

dapat diabaikan begitu saja mengingat bahwa kerugian semacam ini diderita oleh

banyak konsumen PDAM Tirta Mangutama, sehingga bila diakumulasikan total

dari seluruh kerugian yang ditanggung konsumen menjadi tidak sedikit.

Pelanggaran yang sampai saat ini masih terjadi di dalam

pelayanan atas hak-hak konsumen PDAM, pada akhirnya menimbulkan

kerugian yang dialami masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen sebagai

pihak yang lemah dalam suatu kegiatan usaha perlu mendapatkan perhatian

khusus, oleh karenanya merupakan suatu keharusan dibentuk peraturan yang

berisi mengenai perlindungan hukum terhadap hak-hak konsumen dengan

harapan dapat meminimalisir kerugian yang sering dialami oleh konsumen.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian berjudul “Perlindungan Hukum terhadap Konsumen dalam

Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta

(19)

5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dapat ditarik

permasalahan yang akan merupakan pokok bahasan di dalam penelitian ini.

Permasalahan tersebut apabila dirumuskan adalah, sebagai berikut :

1. Bagaimana perlindungan hukum yang diterima konsumen dalam pelayanan air

bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung?

2. Bagaimana penyelesaian kerugian yang dialami konsumen dalam pelayanan

air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung ?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

Ruang Lingkup Penelitian merupakan bingkai penelitian yang

menggambarkan batas penelitian, mempersempit permasalahan, dan membatasi

areal penelitian. Dalam penulisan karya ilmiah, diperlukan suatu ketegasan

tentang materi yang diuraikan, hal ini disebabkan untuk mencegah agar materi

yang dibahas tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka untuk

menghindari agar jangan terlalu meluas dan nantinya pembahasan diuraikan

terarah dan tertuju pada pokok permasalahan.3

Oleh karena itu di dalam penulisan skripsi ini akan diberi batasan ruang

lingkup permasalahannya. Adapun ruang lingkup yang akan dibahas adalah

sebagai berikut :

3

(20)

6

1. Membahas mengenai perlindungan hukum yang diterima konsumen terhadap

pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Membahas mengenai penyelesaian kerugian konsumen yang ditimbulkan oleh

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dalam pelayanan air bersih.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Sejauh ini penelitian tentang “Perlindungan Hukum terhadap

Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih Perusahaan Daerah Air Minum

(PDAM) Tirta Mangutama Kabupaten Badung” ini belum pernah dilakukan di

Kabupaten Badung, Provinsi Bali, fakta ini diperoleh dengan observasi di Ruang

Koleksi Skripsi Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana, secara

umum belum ada penelitian yang mengangkat mengenai Perlindungan Hukum

terhadap Konsumen dalam Pelayanan Air Bersih di PDAM Kabupaten Badung.

Penulisan ini akan menjadi hal yang menarik dimana nantinya akan dijelaskan

mengenai perlindungan hukum terhadap konsumen yang selama ini mengalami

kerugian atas pelayanan air bersih yang belum maksimal, yang dilakukan oleh

PDAM Kabupaten Badung.

Adapun indikator pembeda antara penelitian yang telah ada terdahulu

dengan penelitian penulis dapat penulis sajikan sebagai berikut :

Peneliti : Novi Hesti Lestari

Judul Penelitian : Perlindungan Hukum bagi Konsumen Perusahaan

(21)

7

Rumusan Masalah : 1. Bagaimana hubungan hukum antara Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) dengan

konsumennya?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap

konsumen dalam perjanjian pengadaan air

minum oleh PDAM?

Hasil Penelitian : 1. Hubungan hukum tersebut terikat dalam

perjanjian penyambungan air (perjanjian

pemborong kerja), perjanjian jual beli air, dan

perjanjian sewa meter air.

2. PDAM harus memberikan jaminan atas hak-hak

normatif pelanggan menurut Undang-Undang

Perlindungan Konsumen, khususnya hak atas

keselamatan, kenyamanan, dan keamanan

pelanggan dalam mengkonsumsi air PDAM.

Peneliti : Liza Fauzia

Judul Penelitian : Tanggung Jawab PT. PLN (Persero) dalam

Memberikan Pelayanan yang Optimal Terhadap

Konsumen

Rumusan Masalah : 1. Apa hambatan yang timbul dari pihak PT. PLN

(Persero) dalam memberikan pelayanan yang

(22)

8

2. Apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN

(Persero) dalam memenuhi hak-hak konsumen ?

Hasil Penelitian : 1. Luasnya jangkauan pelayanan umum PLN

menunjukan bahwa tidak mudah memberikan

pelayanan/jasa yang bersangkutan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang

mengaturnya.

2. PLN tetap berusaha memberikan pelayanan

yang maksimal sehingga sebagian besar hak-hak

konsumen dapat dipenuhi.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan umum

1. Untuk mengetahui secara umum tentang perlindungan konsumen terhadap

pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah tentang peranan dari

bidang hukum terhadap bidang lain yang dalam hal ini di bidang

pendistribusian air khususnya dalam bidang perlindungan konsumen.

1.5.2 Tujuan khusus

1. Untuk dapat memahami mengenai perlindungan hukum yang diterima

konsumen terhadap pelayanan air bersih PDAM Tirta Mangutama

Kabupaten Badung.

2. Untuk dapat memahami mengenai penyelesaian kerugian konsumen dalam

(23)

9

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan

bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang hukum perdata. Hasil penelitian

ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian terkait selanjutnya serta

diharapkan dapat memberikan informasi khususnya pada konsumen atau

pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

1.6.2 Manfaat praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi atau bahan tambahan baik bagi mahasiswa Fakultas Hukum maupun

masyarakat luas untuk menambah informasi dan masukan bagi semua pihak yang

terkait dengan konsumen atau pelanggan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Badung dan bagi kalangan penegak hukum untuk mengetahui bagaimanakah

aspek hukum perlindungan konsumen PDAM.

1.7 Landasan Teoritis

Perlindungan Konsumen adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam

usahanya untuk memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan

konsumen itu sendiri.4 Adanya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

4

(24)

10

Perlindungan Konsumen yang berlaku efektif pada 20 April 2000 hingga

dikeluarkannya sejumlah peraturan perundang-undangan pelaksanaan UUPK,

belum banyak terdapat perubahan sikap perlakuan pelaku usaha terhadap

konsumen.

Hal ini jelas terlihat sebagian besar komoditas yang terdapat

pelanggaran-pelanggaran hak-hak konsumen. Norma-norma (perlindungan konsumen) lainnya

di luar UUPK ini, dijadikan acuan dengan menempatkan Perlindungan Konsumen

sebagai sistem perlindungan hukum terhadap konsumen.

Menurut Pasal 1 ayat 1 UUPK yang dimaksud dengan perlindungan

konsumen adalah, “segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberikan perlindungan kepada konsumen”. Perlindungan Konsumen

merupakan masalah kepentingan manusia, oleh karena menjadi harapan bagi

semua bangsa di dunia untuk dapat mewujudkan. Pengaturan perlindungan

konsumen dilakukan dengan:

1. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur

keterbukaan akses dan informasi serta menjamin kepastian hukum;

2. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh

pelaku usaha;

3. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa;

4. Memberikan perlindungan pada konsumen dari praktek usaha yang menipu

(25)

11

5. Mengadukan pelanggaran, pengembangan dan pengaturan perlindungan

konsumen dengan bidang-bidang lain.5

Az.Nasution berpendapat bahwa hukum konsumen yang memuat asas-asas

atau kaidah-kaidah bersifat mengatur, dan juga mengandung sifat yang

melindungi kepentingan konsumen. Adapun hukum konsumen diartikan sebagai

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan dan

masalah antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang dan/jasa

konsumen di dalam pergaulan hidup.6

Dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang dimaksud pelaku usaha adalah, “setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

Adapun kewajiban pelaku usaha diatur dalam UUPK. Kewajiban daripada

pelaku usaha dirumuskan di dalam Pasal 7 UUPK yaitu :

a) Beritikad baik dengan melakukan kegiatan usahanya.

b) Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan.

c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

d) Menjamin mutu barang dan/jasa yang diproduksi dan/atau jasa yang diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba.

f) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/ jasa yang diperdagangkan.

5

Husni Syawali dan Neni Srilmaniyati, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen, Mandar Maju, Bandung, h. 7.

6

(26)

12

g) Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Dalam hal ini yang menjadi pelaku usaha adalah PDAM Tirta Mangutama

Kabupaten Badung, sedangkan pihak konsumen adalah pelanggan khususnya

masyarakat Kabupaten Badung yang menggunakan air bersih. Secara umum di

kenal dengan adanya empat hak dasar konsumen, yang dikemukakan oleh Sidarta,

yaitu :

1. Hak untuk mendapatkan keamanan (the right of safety);

2. Hak untuk mendapatkan informasi (the right to be informed);

3. Hak untuk memilih ( the right to choose);

4. Hak untuk didengar (the right to be heard).7

Hak-hak konsumen juga diatur di dalam Pasal 4 UUPK, yaitu :

a) Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/jasa;

b) Hak untuk memilih barang dan/jasa serta mendapatkan barang dan/jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

e) Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f) Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

g) Hak untuk mendapatkan kompesansi, ganti rugi dan/ jasa penggantian apabila barang dan/ atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

h) Hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan lainnya.

7

(27)

13

Permasalahan yang timbul antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Badung dengan konsumen biasanya terjadi akibat ketidakpuasan konsumen atas

pelayanan yang diberikan oleh pelaku usaha. Salah satu permasalahan yang

mungkin timbul yang mengakibatkan kerugian konsumen adalah mengenai

produksi air bersih dan pelayanan jasa tersebut dimungkinkan terjadi hal-hal yang

merugikan konsumen akibat kesalahan atau kelalaian PDAM Tirta Mangutama

Kabupaten Badung.

Berdasarkan kelalaian atau kesalahan sebagaimana yang diatur dalam

Pasal 1365 KUHPerdata, dimana pihak konsumen yang akan mengajukan tuntutan

ganti rugi atas kerugian yang dideritanya akibat pemakaian produk dari pelaku

usaha, maka konsumen dapat menggugat dengan memiliki bukti adanya

unsur-unsur kesalahan yaitu adanya unsur-unsur kesalahan yang dilakukan oleh pelaku usaha,

adanya unsur kerugian yang diderita konsumen dan adanya hubungan kausalitas

antara kesalahan dan kerugian.8 Pihak konsumen juga dapat menuntut ganti

kerugian apabila pihak pelaku usaha tidak melaksanakan pemenuhan hak atas

konsumen sebagaimana ketentuan Pasal 19 UUPK.

Persoalan mengenai macetnya pelayanan air bersih sudah sering dialami

oleh konsumen. Namun, selama ini konsumen hanya dapat melaporkan keluhan

tersebut ke pihak PDAM. Pihak PDAM selama ini belum sepenuhnya dapat

melakukan penyelesaian terhadap kerugian yang diderita konsumen. PDAM yang

merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak dibidang

8

(28)

14

pelayanan publik, yaitu penyedia air bersih bagi seluruh penduduk di

masing-masing daerah.

Dalam pelayanan publik, terdapat pembedaan yaitu sektor profit dan non

profit yang didasarkan pada misi institusi pelayanan publik tersebut. PDAM

merupakan salah satu institusi pelayanan publik yang tergolong sektor profit.

Perusahaan Negara yang seperti ini amat menguntungkan rakyat karena

berorientasi profit namun tetap yang menjadi tujuan utamanya adalah diarahkan

dalam usaha memakmurkan rakyat.9 Hal ini sesuai dengan apa yang diamanatkan

dalam Pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945.

Merujuk pada ketentuan Pasal 45 ayat (1) UUPK yang merumuskan

bahwa, “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui

lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku

usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum”. Sesuai

dengan ketentuan di atas, maka konsumen PDAM yang merasa dirugikan berhak

menggugat pelaku usaha yang bertujuan untuk menjaminnya perlindungan

konsumen itu sendiri.

Cara penyelesaian sengketa yang dapat ditempuh oleh konsumen juga

dapat melalui BPSK sebagai lembaga penyelesaian sengketa yang diakui

pemerintah yang telah diatur dalam SK. Menperindag Nomor 350/

350/MPP/Kep/12/2001 Tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan

Penyelesaian Sengketa Konsumen.

9

(29)

15

1.8 Metode Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu mengenai jenjang-jenjang yang

harus dilalui dalam proses penelitian, ilmu yang membahas metode ilmiah dan

mencari, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.10

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian yuridis empiris adalah

suatu penelitian hukum positif mengenai perilaku anggota masyarakat dalam

hubungan hidup bermasyarakat.11

1.8.2 Jenis pendekatan

Jenis pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan

(the statute approach) yaitu dengan menelaah semua Undang-Undang dan

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.

Pendekatan fakta (the fact approach) dengan melihat kenyataan yang terjadi di

masyarakat atau di lapangan dalam perlindungan konsumen PDAM.

1.8.3 Sifat penelitian

Penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian yang bersifat

deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu,

keadaan, gejala atau menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala

dalam masyarakat.12 Dalam penelitian ini mendeskripsikan mengenai

10

Rianto Adi, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Edisin 1, Granit, Jakarta, h.1.

11

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, h.155.

12

(30)

16

perlindungan hukum terhadap konsumen dalam pelayanan pendistribusian air

yang dilakukan oleh PDAM khususnya di Kabupaten Badung.

1.8.4 Data dan sumber data

Dalam penulisan secara empiris ini, data yang diteliti ada dua jenis yaitu

data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Sumber data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari masyarakat di

lapangan (field research) sebagai sumber pertama melalui penelitian langsung

dengan melakukan wawancara.13 Dalam penelitian ini, penentuan tempat atau

wilayah dan objek penelitian ditetapkan di wilayah Kabupaten Badung, dan studi

di PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2. Sumber data sekunder

Data sekunder merupakan suatu data yang bersumber dari penelitian

kepustakaan (library research) yaitu data yang diperoleh dari data yang

terdokumentasi dalam bentuk bahan-bahan hukum, baik dalam bahan hukum

bacaan, ataupun dokumen-dokumen yang memiliki keterkaitan dengan materi

dalam penelitian ini serta untuk menyempurnakan data lapangan. Adapun

jenis-jenis data sekunder antara lain :

13

(31)

17

a. Bahan hukum primer (primary law material) merupakan bahan yang

mempunyai kekuatan mengikat secara umum (perundang-undangan) atau

memiliki kekuatan mengikat bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Bahan

hukum primer adalah semua aturan yang dibentuk dan dibuat secara resmi

oleh suatu lembaga negara, dan lembaga atau badan pemerintahan yang untuk

penegakannya diupayakan berdasarkan daya paksa yang dilakukan secara

resmi oleh aparat negara. Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum primer

yang berkaitan dengan penelitian ini, meliputi undang-undang yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 tentang Organ dan

Kepegawaian Perusahaan Daerah Air Minum

4. Perda Nomor 6 Tahun 2005 tentang PDAM Kabupaten Badung;

5. SK. Menperindag Nomor 350/ 350/MPP/Kep/12/2001 Tentang

Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Penyelesaian Sengketa

Konsumen.

b. Bahan hukum sekunder (secondary law material) merupakan bahan hukum

yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer (buku ilmu hukum,

jurnal hukum, laporan hukum, pendapat pakar hukum, karya tulis hukum yang

termuat dalam media cetak atau elektronik).

c. Bahan hukum tersier (tertiary law material) merupakan bahan hukum yang

memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer dan hukum sekunder

(32)

18

1.8.5 Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini

menggunakan antara lain :

1. Teknik studi dokumen yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan

menelaah dan mengklasifikasi bahan-bahan hukum dan buku-buku yang

relevan yang berkaitan dengan permasalahan yang diangkat dalam penulisan

ini.

2. Teknik wawancara yaitu teknik penelitian yang dilakukan dengan cara

melakukan wawancara langsung bertatap muka terhadap beberapa responden

dengan mengajukan pertanyaan sehingga memperoleh jawaban yang relevan

terhadap permasalahan penelitian.

1.8.6 Teknik penentuan sampel penelitian

Teknik penentuan sampel penelitian yang dilakukan penulis adalah Non

Probability Sampling karena memberikan peran yang sangat besar pada peneliti

untuk menentukan pengambilan sampelnya. Penunjukan dan pemilihan sampel

didasarkan pertimbangan bahwa sampel telah memenuhi kriteria dan sifat-sifat

atau karakteristik tertentu merupakan ciri utama populasinya.14

14Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti,

(33)

19

1.8.7 Teknik pengolahan dan analisis data

Setelah data tersebut terkumpul, kemudian diidentifikasi dan dikumpulkan

untuk dijadikan sumber utama di dalam membahas pokok permasalahan. Analisis

data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yaitu data

yang diperoleh di lapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang

terperinci dan sistematis, selanjutnya data tersebut dianalisa, diklasifikasi,

dihubungkan antara satu dengan yang lainnya. Kemudian nantinya ditarik

kesimpulan untuk menjawab masalah yang ada dan disajikan secara deskriptif

analisis.15

15

(34)

20 BAB II

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN

PDAM TIRTA MANGUTAMA KABUPATEN BADUNG

2.1 Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

2.1.1 Pengertian Konsumen, Perlindungan Konsumen, dan Pelaku Usaha

a. Pengertian Konsumen

Menurut Philip Kotler, konsumen adalah semua individu dan rumah tangga

yang membeli atau memperoleh barang atau jasa untuk dikonsumsi pribadi.16

Menurut Az. Nasution, konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang

dan jasa digunakan untuk tujuan tertentu.17

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia yang selanjutnya disebut

YLKI, konsumen adalah pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, bagi keperluan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain dan tidak

untuk diperdagangkan kembali. Pengertian konsumen menurut YLKI ini tidak

jauh berbeda dengan pengertian konsumen dalam UUPK.

Dalam UUPK, pengertian konsumen diatur dalam ketentuan Pasal 1 Ayat (2)

yang merumuskan, “konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa

yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga dan

16

Philip Kotler, 1980, Principles of Marketing, Pretince-Hall Inc, Engglewood Cliffs New Jersey, h.267-268.

17

(35)

21

orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.18

Sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 1 ayat (2) tersebut bahwa

konsumen yang dimaksud adalah konsumen akhir.

Pengertian yang terdapat dalam UUPK dipertegas hanya untuk konsumen

akhir. Konsumen akhir adalah penggunaan atau pemanfaatan akhir dari suatu

produk. Dari pengertian ini, terkandung beberapa unsur, yaitu :

1. Setiap orang (natuurlijke person) atau pribadi kodrati dan bukan berbentuk

badan hukum (recht person);

a) Pemakai dalam hal ini ditekankan pada pemakai akhir;

b) Barang dan/atau jasa;

c) Tersedia dalam masyarakat;

d) Bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk

hidup lain;

e) Barang dan/atau jasa tersebut tidak untuk diperdagangkan.

b. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang sangat luas, perlindungan

konsumen meliputi perlindungan konsumen terhadap barang dan/atau jasa, yang

berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang dan/atau jasa hingga

sampai akibat-akibat dari pemakaian barang dan/atau jasa tersebut.19 Perlindungan

konsumen adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum

18

Az Nasution, 1999, Hukum Perlindungan Konsumen Suatu Pengantar, Daya Widya, Jakarta. h. 10.

19

(36)

22

yang diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya

dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri. Perlindungan konsumen adalah

keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur dan melindungi

konsumen dalam hubungan dan masalah penyediaan dan pengunaan produk

konsumen antara penyedia dan penggunanya, dalam kehidupan masyarakat.20

c. Pengertian Pelaku Usaha

Pelaku usaha sering diartikan sebagai pengusaha yang menghasilkan barang

dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya pembuat, grosir, leveransir,

dan pengecer professional yaitu setiap orang atau badan yang ikut serta dalam

penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan konsumen.21

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 3 UUPK yang disebut pelaku usaha yaitu,

“setiap orang perorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan usaha,

baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan

dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Republik

Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”. Dalam

penjelasan undang-undang yang termasuk dalam pelaku usaha adalah perusahaan,

korporasi, BUMN, koperasi, importir, pedagang, distributor, dan lain-lain.

Menurut Janus Sidabalok, pelaku usaha dapat diartikan sebagai pengusaha

yang menghasilkan barang dan jasa. Dalam pengertian ini termasuk di dalamnya

pembuat, grosir, leveransir, dan pengecer professional, yaitu setiap orang atau

20

Az Nasution, 2002, Hukum Perlindungan Konsumen, Diadit Media, Yogyakarta, h. 22.

21

(37)

23

badan yang ikut serta dalam penyediaan barang dan jasa hingga sampai ke tangan

konsumen. Sifat profesional merupakan syarat mutlak dalam hal menuntut

pertanggungjawaban dari produsen atau pelaku usaha.22

2.1.2 Dasar Hukum Perlindungan Konsumen

Menurut norma hukum positif Indonesia landasan yuridis tertinggi terdapat

dalam Undang-Undang Dasar 1945, yakni Pasal 27 ayat (1). Dalam ketentuan

tersebut dinyatakan, bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam

hukum dan pemerintahan, dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan

dengan tidak ada kecualinya. Pasal tersebut pada dasarnya memberi landasan

konstitusional bagi perlindungan konsumen di Indonesia. Karena dalam ketentuan

tersebut sudah jelas dinyatakan bahwa kedudukan hukum semua warga Negara

adalah sama atau sederajat (equality before the law). Sebagai warga Negara,

kedudukan hukum konsumen tidak boleh rendah dari pada produsen atau pemasar

produksi produsen. Mereka memilih hak-hak yang seimbang satu sama lainnya.

Mengingat luasnya pokok bahasan hukum perlindungan konsumen itu,

maka sangat sulit memberikan sistematika yang lengkap. Objek material hukum

perlindungan konsumen mencakup semua lapangan hukum pada umumnya.

Pembagian bidang-bidang hukum perlindungan konsumen dan beragam jenis

peraturan yang melingkupi, menurut adanya konsistensi, baik dalam dalam

substansi maupun penerapannya dilapangan. Untuk mencegah hal itu sangat

diperlukan adanya umbrella act. Adapun aturan-aturan lain, baik yang setingkat

22

(38)

24

dengan Undang-Undang maupun yang di bawahnya, merupakan pengaturan yang

bersifat lebih sektoral. Peraturan yang disebut sebagai umbrella act adalah

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

(selanjutnya disingkat dengan UUPK, yang disahkan pada tanggal 20 April 1999,

tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian (tanggal 20 April 2000). Penundaan

ini dianggap perlu untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diberlakukan.

UUPK sendiri dalam penjelasan umumnya menyebutkan sejumlah

Undang-Undang yang dapat dikategorikan sebagai peraturan hukum sektoral.

Undang-Undang tersebut telah ada mendahului UUPK. Untuk memberikan

gambaran pengaturan hukum perlindungan konsumen secara komprehensif dalam

hukum positif Indonesia.

2.1.3 Hak dan Kewajiban Konsumen serta Pelaku Usaha

a. Hak dan Kewajiban Konsumen

Dalam pengertian hukum, yang dimaksud dengan hak adalah kepentingan

hukum yang dilindungi oleh hukum, sedangkan kepentingan adalah tuntutan yang

diharapkan untuk dipenuhi. Kepentingan pada hakikatnya mengandung kekuasaan

yang dijamin dan dilindungi oleh hukum dalam melaksanakannya.23

Secara umum, dikenal adanya empat hak dasar konsumen, hal ini mengacu

pada Presiden Kennedy’s 1992 Consumer’s Bill of Rights yang dikemukakan oleh

Sidarta yaitu :

1. Hak untuk mendapat keamanan (The right to safety);

23

(39)

25

2. Hak untuk mendapat informasi (The right to inform);

3. Hak untuk memilih (The right to choose);

4. Hak untuk didengar (The right to be heard).24

Empat hak dasar tersebut diakui secara internasional, dalam

perkembangannya dalam organisasi-organisasi konsumen yang tergabung pada

International Organization Consumer Union (IOCO) menambahkan beberapa hak

seperti, hak mendapatkan pendidikan konsumen, hak mendapatkan ganti kerugian,

dan hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.25 Dalam UUPK juga

terdapat hak-hak konsumen untuk menjamin adanya perlindungan konsumen yang

tercantum pada Pasal 4 UUPK, yaitu :

Hak-hak konsumen adalah :

a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang

e. hak untuk mendapat advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut;

f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen;

g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

h. hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

24

Sidarta, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Grasindo, Jakarta, h. 16.

25

(40)

26

Kewajiban konsumen juga diatur dalam Pasal 5 UUPK, yaitu :

Kewajiban konsumen adalah :

a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

b. beritikad baik dalam melaksanakan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

d. mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

b. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

Hak dan kewajiban pelaku usaha juga telah diatur dalam UUPK. Dalam

Pasal 6 UUPK merumuskan hak-hak pelaku usaha yaitu :

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik;

c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kewajiban pelaku usaha terdapat di dalam Pasal 7 UUPK, yaitu :

a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan pengunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar, dan jujur serta tidak diskriminatif;

d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

(41)

27

f. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

g. memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

2.2 Tinjauan Umum tentang PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

2.2.1 Deskripsi PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

Keberadaan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Badung telah ada

sejak jaman Belanda, tepatnya pada sekitar tahun 1932. Sistem penyediaan air

minum pada jaman itu dikenal dengan nama Perusahaan Air Minum Negara

dengan menggunakan sumber air baku dari mata air Riang Gede yang terletak di

Kabupaten Tabanan. Kemudian pada tahun 1945 atau saat era kemerdekaan,

Perusahaan Daerah Air Minum Negara berubah menjadi Perusahaan Air Minum

yang dikelola langsung oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik

Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

Dalam rangka Colombo Plan pada tahun 1971, Pemerintah Australia

memberikan bantuan dana yang kemudian digunakan untuk membuat pipa

transmisi, reservoir, pipa distribusi, dan sambungan rumah serta 10 buah sumur

bor dengan kapasitas keseluruhannya mencapai 425L/dt. Selanjutnya pada tahun

1975, Perusahaan Air Minum berubah nama menjadi Perusahaan Air Minum

Daerah Tingkat II Badung sesuai dengan Surat Keputusan Direktorat Teknik

(42)

28

Penggunaan nama Perusahaan Air Minum Daerah Tingkat II Badung

kemudian diubah secara resmi pada tahun 1976 menjadi PDAM Daerah Tingkat II

Kabupaten Badung berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5/PERDA/1976. Pada

saat ini sesuai dengan otonomi daerah, PDAM Kabupaten Daerah Tingkat II

Badung diubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Badung. Pada

tahun 2011 Perda Nomor 9 Tahun 2011 berubah nama menjadi Perusahaan

Daerah Air Minum Tirta Mangutama Kabupaten Badung.

2.2.2 Produk dan Layanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung adalah sebuah lembaga di

bawah Pemerintah Daerah Kabupaten Badung yang bertugas untuk memberikan

pelayanan air bersih kepada masyarakat luas di wilayah Kabupaten Badung.

Sumber-sumber air baku yang dimanfaatkan oleh PDAM Tirta Mangutama

Kabupaten Badung sebagian besar berasal dari air tanah dalam. Sedangkan untuk

sistem pengolahannya, PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung mempunyai

sistem pengolahan lengkap yang terdapat di Instalasi Tukad Ayung dan Estuary

Reservoir.

Instalasi Pengolahan Air (IPA) I dan II merupakan suatu sistem yang

konvensional dengan memanfaatkan kapasitas hidrolis. Sedangkan Estuary

menggunakan sistem pulsator. Pengolahan air yang dilakukan terhadap air baku

yang bersumber dari sumur bor menggunakan airasi, hal ini dilakukan untuk

menurunkan kadar besi dan mangan. Sedangkan sistem pengolahan untuk air baku

(43)

29

Wilayah pelayanan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung meliputi

4 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Petang : Desa Petang, Desa Pangsan, Desa Getasan, Desa Carang

Sari.

b. Kecamatan Abiansemal : Desa Sangeh, Desa Blahkiuh, Desa Abiansemal,

Desa Taman, Desa Punggul, Desa Bongkasa, Desa Ayunan, Desa Mambal,

Desa Jagapati, Desa Angantaka, Desa Sedang.

c. Kecamatan Mengwi : Desa Kuwum, Desa Sembung, Desa Baha, Desa

Mengwi, Desa Mengwitani, Desa Werdhibuana, Desa Gulingan dan Desa

Kekeran.

d. Badung Kota : Desa Darmasaba, Desa Lukluk, Desa Sading, Desa Sempidi,

Desa Kapal, Desa Abianbase, Desa Buduk, Desa Munggu, Desa Cemagi, Desa

Dalung, Kelurahan Kerobokan, Kelurahan Kerobokan Kaja, Desa Canggu,

Kelurahan Legian, Kelurahan Seminyak.

e. Kuta dan Kuta Selatan : Tanjung Benoa, Benoa, Kutuh, Pecatu.

2.2.3 Hubungan Hukum PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung

dengan Konsumen

Secara umum, hubungan hukum merupakan suatu hubungan yang

terhadapnya, hukum meletakkan hak-hak pada suatu pihak dan meletakkan

kewajiban pada pihak lainnya.26 Hubungan antara produsen dan konsumen terjadi

secara terus-menerus dan berkesinambungan. Produsen dalam melakukan

26

(44)

30

usahanya membutuhkan konsumen sebagai pelanggan dan konsumen bergantung

kepada barang dan/atau jasa yang dihasilkan produsen untuk memenuhi

kebutuhannya.

Terdapat dua hubungan yang terjadi antara konsumen dan produsen, yaitu:

a. Hubungan langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen yang

terikat secara langsung dengan suatu perjanjian.

b. Hubungan tidak langsung adalah hubungan antara produsen dengan konsumen

yang tidak secara langsung terikat dengan perjanjian, karena adanya pihak

diantara pihak konsumen dan produsen.27

Dalam kaitannya dengan hubungan PDAM Tirta Mangutama Kabupaten

Badung dengan konsumen adalah telah terjadi hubungan langsung. Hubungan

antara PDAM Tirta Mangutama Kabupaten Badung dengan konsumen adalah

hubungan yang terikat secara langsung dengan adanya suatu perjanjian.

Konsumen dalam hal ini adalah mencakup orang yang memakai jasa PDAM Tirta

Mangutama Kabupaten Badung dalam hal pelayanan air bersih. Konsumen

PDAM tidak hanya identik dengan pelanggan PDAM karena yang menggunakan

air bersih dari PDAM tidak hanya pelanggan saja, bisa anggota keluarga

pelanggan, atau mungkin tamu dari pelanggan. Sebaliknya, pelanggan PDAM

dapat dipastikan sebagai konsumen PDAM. Namun demikian untuk memudahkan

maka yang dimaksud dengan konsumen PDAM adalah para pelanggan PDAM.

27

(45)

31

Konsumen yang ingin menggunakan jasa PDAM harus mengajukan surat

permohonan berlangganan air terlebih dahulu kepada PDAM. Setelah mendapat

persetujuan oleh PDAM, lalu calon konsumen menandatangani suatu kontrak

perjanjian berlangganan air yang berisi tentang biaya sambungan rumah, hak dan

kewajiban PDAM, hak dan kewajiban konsumen, serta larangan bagi konsumen.

Perjanjian yang disepakati oleh PDAM dan konsumen merupakan perjanjian yang

ditetapkan secara sepihak oleh PDAM, sehingga perjanjian tersebut merupakan

perjanjian standar atau perjanjian baku.

Istilah perjanjian baku merupakan terjemahan dari standard contract, baku

berarti patokan atau acuan. Mariam Darus mendefinisikan perjanjian baku adalah

perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir.28

Karateristik klausula baku menurut Sudaryatmo adalah sebagai berikut :

1. Perjanjian dibuat secara sepihak oleh mereka yang posisinya relatif lebih kuat

dari konsumen.

2. Konsumen sama sekali tidak dilibatkan dalam menentukan isi perjanjian.

3. Dibuat dalam bentuk tertulis dan massal.

4. Konsumen terpaksa menerima isi perjanjian karena didorong oleh faktor

kebutuhan.29

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 10 UUPK, memberikan penjelasan

mengenai klausula baku yaitu “setiap aturan atau ketentuan dan syarat yang telah

dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha

28

Mariam Darus Badrulzaman, 1978, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, h.48.

29

(46)

32

yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan

wajib dipenuhi oleh konsumen”.

Berdasarkan penjelasan di atas, pengertian klausula baku dapat diartikan

sebagai suatu perjanjian yang dibuat oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya

dan disepakati oleh kedua belah pihak yang isi perjanjiannya dituangkan dalam

bentuk dokumen atau formulir. Dalam hal ini, maka konsumen yang dalam hal ini

adalah pelanggan PDAM mendapatkan hak untuk mendapatkan pelayanan air

bersih sesuai perjanjian yang telah disepakati. Selain itu, dalam perjanjian

berlangganan air ini juga akan menimbulkan hak dan kewajiban yang

dilaksanakan oleh kedua belah pihak.

Dalam praktiknya, pelaksanaan klausula baku ini sering merugikan pihak

konsumen karena konsumen tidak dilibatkan dalam pembuatan perjanjian tersebut

dan dibuat oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat yaitu pelaku usaha. Namun,

dikarenakan konsumen membutuhkan barang dan/atau jasa tersebut konsumen

maka konsumen tetap menerima klausula baku tersebut untuk memenuhi

kebutuhannya. Dengan demikian, maka diperlukan pengawasan dalam penyaluran

barang dan/atau jasa serta adanya perlindungan dalam pemenuhan hak-hak

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : “PERLINDUNGAN HAK-HAK KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PDAM KOTA SURABAYA DITINJAU DARI

Untuk mengatahui bagaimana kualitas pelayanan penyediaan air bersih di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Ternate. Indikator yang dimaksud yaitu, Tangibles, atau

Dengan ini saya menyatakan bahwa artikel dengan judul Analisis Kualitas Pelayanan Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Sako Batuah Desa Pulau Aro Kecamatan Pelawan

Untuk meningkatkan peran motivasi terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Darah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar sebaiknya ditingkatkan dengan cara : perusahaan

Permasalahan yang menjadi pembahasan pada penelitian ini adalah bagaimanakah perlindungan hukum bagi konsumen atas layanan air minum di PDAM Kota Denpasar dan Apakah

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Mukti Cianjur, melalui Direktur Utama kembali menerapkan penyesuaian tarif air PDAM setelah ada evaluasi menyeluruh

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN AIR MINUM PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM) TIRTA. NCIHO

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : “PERLINDUNGAN HAK-HAK KONSUMEN DALAM PELAYANAN AIR BERSIH PDAM KOTA SURABAYA DITINJAU DARI