• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Wampu Unit Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Wampu Unit Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM (PDAM)

TIRTA WAMPU UNIT PANGKALAN BERANDAN

KABUPATEN LANGKAT – SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Disusun Oleh :

Rizky Ramadhan

080903084

DEPARTEMEN STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan dan diperbanyak oleh:

Nama : Rizky Ramadhan

NIM : 080903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Wampu Unit Pangkalan Berandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara

Medan,

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si NIP. 195908161986111001 NIP. 196401081991021001

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR Bissmillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat-Sumatera Utara”

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam proses penilaian untuk menyelesaikan

Program Pendidikan S1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan

dan bimbingan, baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Teristimewa

penulis ucapkan rasa cinta, sayang dan terimakasih sebesar-besarnya kepada

Ayahanda tercinta Drs. Abdul Karim Nst, M.A.P dan Ibunda tersayang Nila Wati.

Terima kasih tak terhingga penulis ucapkan atas semua dukungan moril maupun

materil. Ribuan kata maaf penulis sampaikan karena belum bisa membalas semua

yang telah diberikan selama ini.

Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak

yang turut mengambil bagian dalam membantu penulis mulai dari pengarahan di

kampus sampai praktek sesungguhnya di lapangan sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan, yaitu :

1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs.Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara

3. Ibu Dra.Elita Dewi, MSP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi

(4)

4. Bapak Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A selaku dosen pembimbing yang

telah memberikan bimbingan dan masukan yang sangat berharga bagi

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Untuk semua dosen-dosen Ilmu Administrasi Negara, Pak ‘Kar, Bu’ Feb,

Bang Ipin, Bang Faisal, Bang Arja, Kak Sis, Bu’ Asima, dll.. makasi tak

terhingga atas semua ilmu yang udah diberikan, yang tidak penulis dapat

di tempat lain.

6. Bapak Jufrizal, S.E selaku Direktur Utama PDAM Tirta Wampu

Kabupaten Langkat, yang telah memberikan izin kepada penulis dalam

melakukan penelitian ini, makasi banyak om buat semua bantuannya.

7. Bapak DP. Sinulingga dan para staf PDAM Tirta Wampu Unit Pangkalan

Brandan yang telah begitu banyak membantu dalam memberikan

informasi dan hal-hal lain yang penulis butuhkan.

8. Buat Bang ‘Is, Makasih ya bang buat semua masukannya selama ini,

sampai skripsi ini di ecece.. 

9. Kak Dian dan Kak Mega yang telah membantu penulis dalam pengurusan

segala administrasi selama masa perkuliahan.

10.Makasi banyak buat kawan-kawan awag yang sudah menjadi sebagian dari

cerita perjalanan ku, Rahmat, Edi, Alam, dan buat kawan-kawan magang

“water Zo” kesan istimewa buat holiday in magang kemaren, banyak

pelajaran yang bisa ku ambil. Makasih ya wwoooyy..

11.Terkhusus dan Teristimewa untuk Saftiani, Doping Kedua awag..

Makasi ia buat semua bantuannya, maaf belum bisa rizky balas..

Aaaaakkhhirnyaa selesai jugag tugas Negara ini ia “mi”… 

12.Bwt smua anak AN 08, semangat terus ya kawan-kawan.. kalau dah jadi

pejabat, jangan sombong-sombong ya wwooy,, semangat terus…

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari

(5)

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat di kemudian hari bagi penulis maupun bagi semua pihak yang

membacanya.

Medan, Juni 2012

Penulis

(6)

ABSTRAKSI

Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Wampu Unit Pangkalan Berandan

Kabupaten Langkat – Sumatera Utara

Nama : Rizky Ramadhan N I M : 080903084 Departemen : Il. Adm. Negara

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

Sebagai sebuah organisasi publik yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai salah satu lembaga publik dalam pelayaan penyediaan air bersih (minum) dituntut tingkat kualitas pelayanannya melalui peningkatan kinerja operasional para pegawai. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu, Kabupaten Langkat saat ini beroperasi dalam kondisi yang kurang sehat, baik dalam aspek teknis maunpun non-teknis. Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan publiknya, sebagai gambaran atau operasional pelayanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Langkat, terindikasi masih rendahnya kualitas pelayanan perusahaan ini, yakni dalam kemampuan perusahaan menyalurkan air bersih (minum) atas kebutuhan pelanggan (masyarakat) yang semakin meningkat. Penyaluran air yang terkadang jorok atau keruh, serta seringnya air tidak keluar di daerah tertentu. Menyebabkan pelayanan yang diberikan belum sepenuhnya maksimal memuaskan masyarakat.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara, yang dilihat dari dimensi Tangible (Bukti fisik), Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance (jaminan), Emphaty (kemampuan dalam memahami).

Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa, dimana informan kunci terdiri dari kepala unit PDAM Tirta Wampu Pangkalan Brandan, staf pegawai dan direktur PDAM Tirta Wampu, dan informan biasa terdiri dari pelanggan/masyarakat pengguna jasa PDAM Tirta Wampu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara yang dilihat dari dimensi Tangible (Bukti fisik), Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance (jaminan), Emphaty (kemampuan dalam memahami), belum dapat dicapai oleh PDAM Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, fokus pelayanan PDAM Tirta Wampu masih berfokus pada kuantitas, belum berorientasi pada kualitas. Terutama pada indikator tangible, PDAM harus berupaya lagi dalam meningkatkan mutu air dan fasilitas-fasilitas lainnya terkait penyelenggaraan pelayanan public.

(7)

Daftar Isi

Kata Pengantar ... i

Abstraksi ... iv

Daftar isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar belakang ... 1

I.2 Rumusan Masalah ... 5

I.3 Tujuan Penelitian ... 5

I.4 Manfaat Penelitian ... 5

I.5 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 8

II.1 Pelayanan Publik ... 8

II.1.1 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik ... 12

II.1.2 Standar Pelayanan Publik. ... 13

II.1.3 Faktor Pendukung Pelayanan Publik ... 16

II.1.4 Asas-asas Pelayanan Publik ... 20

II.2 Kualitas Pelayanan ... 21

II.2.1 Pengertian Kualitas ... 21

II.2.2 Kualitas Pelayanan ... 25

II.3 Peran Pemerintah Daerah dalam Menyelenggarakan Pelayanan Publik ... 36

II.4 Definisi konsep ... 43

BAB III METODE PENELITIAN ... 45

III.1 Bentuk Penelitian ... 45

III.2 Lokasi Penelitian ... 45

III.3 Informan Penelitian ... 45

(8)

III.5 Jenis dan Sumber Data ... 47

III.6 Teknik analisa data ... 48

III.7 Validitas Data ... 49

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

IV.1 Kabupaten Langkat ... 52

IV.2 PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat ... 53

IV.2.1 Struktur Organisasi ... 55

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 66

V.1 Hasil Penelitian ... 66

V.1.1 Data Jumlah Sambungan Aktif Tahun 2011 ... 66

V.1.2 Sumber Air... 67

V.1.3 Ketentuan Tarif ... 71

V.1.4 Keluhan Masyarakat ... 75

V.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 77

V.2.1 Indikator Kualitas Pelayanan Publik ... 77

BAB VI PENUTUP ... 94

VI.1 Kesimpulan ... 94

VI.2 Saran ... 94

(9)

ABSTRAKSI

Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (Pdam) Tirta Wampu Unit Pangkalan Berandan

Kabupaten Langkat – Sumatera Utara

Nama : Rizky Ramadhan N I M : 080903084 Departemen : Il. Adm. Negara

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Marlon Sihombing, M.A

Sebagai sebuah organisasi publik yang terkait dengan pelaksanaan fungsi pelayanan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai salah satu lembaga publik dalam pelayaan penyediaan air bersih (minum) dituntut tingkat kualitas pelayanannya melalui peningkatan kinerja operasional para pegawai. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu, Kabupaten Langkat saat ini beroperasi dalam kondisi yang kurang sehat, baik dalam aspek teknis maunpun non-teknis. Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan publiknya, sebagai gambaran atau operasional pelayanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Langkat, terindikasi masih rendahnya kualitas pelayanan perusahaan ini, yakni dalam kemampuan perusahaan menyalurkan air bersih (minum) atas kebutuhan pelanggan (masyarakat) yang semakin meningkat. Penyaluran air yang terkadang jorok atau keruh, serta seringnya air tidak keluar di daerah tertentu. Menyebabkan pelayanan yang diberikan belum sepenuhnya maksimal memuaskan masyarakat.

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara, yang dilihat dari dimensi Tangible (Bukti fisik), Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance (jaminan), Emphaty (kemampuan dalam memahami).

Adapun penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan wawancara dan observasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan informan biasa, dimana informan kunci terdiri dari kepala unit PDAM Tirta Wampu Pangkalan Brandan, staf pegawai dan direktur PDAM Tirta Wampu, dan informan biasa terdiri dari pelanggan/masyarakat pengguna jasa PDAM Tirta Wampu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara yang dilihat dari dimensi Tangible (Bukti fisik), Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance (jaminan), Emphaty (kemampuan dalam memahami), belum dapat dicapai oleh PDAM Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa, fokus pelayanan PDAM Tirta Wampu masih berfokus pada kuantitas, belum berorientasi pada kualitas. Terutama pada indikator tangible, PDAM harus berupaya lagi dalam meningkatkan mutu air dan fasilitas-fasilitas lainnya terkait penyelenggaraan pelayanan public.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Dalam tata hubungan pemerintahan, ada tiga fungsi utama pemerintahan

yang kemudian bisa diwujudkan dalam kelembagaan pemerintah daerah. Ketiga

fungsi dasar tersebut adalah pengaturan, pelayanan publik serta pemberdayaan.

Dalam hal pengaturan, peran pemerintah daerah seharusnya menciptakan dan

menjamin ketertiban dan kesejahteraan sosial melalui serangkaian regulasi yang

dikeluarkannya. Sedangkan dalam hal pelayanan, pemerintah daerah hendaknya

memberikan pelayanan-pelayanan dasar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Secara

sederhana dalam perspektif komparatif, ada beberapa jenis pelayanan yang

paling substansial. Beberapa fungsi pelayanan yang paling mendasar adalah

pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan, ekonomi dan pelayanan sosial.

Setidaknya keempat pelayanan dasar tersebut menjadi sebuah pilar dalam

pemerintahan modern.

Suatu pelayanan publik dikatakan berkualitas apabila pelayanan tersebut

mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat yang menerima pelayanan

karena pada dasarnya suatu pelayanan berkualitas akan selalu terkait dengan

pelayanan yang terbaik, yakni bagaimana para birokrat menunjukkan suatu sikap

pelayanan atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara

baik dan memuaskan. Suatu pelayanan dikatakan memuaskan apabila pelayanan

tersebut dapat memenuhi harapan para pelanggan sehingga menjadi tugas para

(11)

kemampuannya untuk dapat memenuhi harapan masyarakat sebagai pelanggan

atas jasa publik tersebut.

Kemudian suatu kualitas atas jasa akan dinilai oleh para pelanggan atas

persepsi mereka, seperti pendapat Kotler dalam Tjiptono (2002:61), bahwa

kualitas tersebut harus dimulai dari pelanggan, yang memberi arti bahwa citra

kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak

penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi pelanggan.

Jadi, pelanggan yang mengkonsumsi dan menikmati jasa perusahaan sehingga

merekalah yang seharusnya menentukan kualitas jasa.

Selanjutnya sebagai sebuah organisasi publik yang terkait dengan

pelaksanaan fungsi pelayanan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai

salah satu lembaga publik dalam pelayaan penyediaan air bersih (minum) dituntut

tingkat kualitas pelayanannya melalui peningkatan kinerja operasional para

pegawai, karena kinerja pegawai yang tinggi akan mencerminkan kinerja

organisasi secara keseluruhan. Sebaliknya rendahnya kinerja operasional pegawai

akan mencerminkan rendahnya kinerja organisasi.

Cakupan pelayanan air minum perpipaan di Indonesia sampai akhir 2007

masih rendah, dimana diperkotaan baru mencapai 45% dan di pedesaan 10% atau

rata-rata secara nasional adalah 24%. Hal ini disebabkan diantaranya oleh karena

kinerja PDAM sebagai penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

dinilai masih belum optimal. Berdasarkan data akhir tahun 2004 dari 318 PDAM

di seluruh Indonesia sebanyak 17% masuk dalam kategori sehat, 44% kurang

(12)

lain : (i) aspek keuangan (operating ratio, ratio hutang jangka panjang, ratio

pendapatan terhadap hutang jangka panjang dan kas terhadap pendapatan), (ii)

aspek manajemen (konsumsi air m3/pelanggan/bln, struktur pelanggan dan ratio

pegawai per 1.000 pelanggan) dan (iii) aspek teknis (kebocoran air, efisiensi

produksi, jam operasi produksi dan idle capacity) (Hasil penelitian ESP-USAID,

Juli 2009).

Memperhatikan kondisi tersebut dan dalam rangka mendukung

perkembangan SPAM sesuai dengan kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan PDAM, maka pemerintah perlu melakukan upaya strategis untuk

meningkatkan kinerja PDAM. Upaya strategis tersebut diantaranya untuk

meningkatkan kinerja PDAM sakit dan PDAM kurang sehat menjadi PDAM sehat

melalui bantuan teknik, bantuan program dan restrukturisasi hutang jika

diperlukan.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu, Kabupaten

Langkat saat ini beroperasi dalam kondisi yang kurang sehat, baik dalam aspek

teknis maunpun non-teknis. Namun demikian, upaya untuk memperbaiki kondisi

yang lebih baik senantiasa dilakukan sehingga dapat tetap eksis dalam

memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggannya. Sebagai perusahaan air

minum yang melayani penduduk di Kabupaten Langkat, PDAM Tirta Wampu,

Kabupaten Langkat harus mampu mengikuti perkembangan-perkembangan yang

terjadi dalam Kabupaten Langkat.

Namun, dengan adanya keterbatasan sumber daya dan kapasitas instalasi

(13)

kebutuhan air minum penduduk di daerah Kabupaten Langkat secara keseluruhan.

Perlu juga dilakukan peningkatan pengelolaan perusahaan dengan sistem

manajemen yang baik dan profesional agar dapat memenuhi kebutuhan air bersih.

Untuk itu, diperlukan penyusunan program-program kerja, anggaran dan

perencanaan strategis yang terpadu agar dapat digunakan oleh pihak menejemen

sebagai bahan referensi dalam pengambilan keputusan dan pengembangan

perusahaan. Program-program dan perencanaan tersebut berguna untuk memberi

arah terhadap perkembangan dan perbaikan perusahaan.

Dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan publiknya, sebagai gambaran atau

operasional pelayanan pada Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Langkat,

terindikasi masih rendahnya kualitas pelayanan perusahaan ini, yakni dalam

kemampuan perusahaan menyalurkan air bersih (minum) atas kebutuhan

pelanggan (masyarakat) yang semakin meningkat. Penyaluran air yang terkadang

jorok atau keruh, serta seringnya air tidak keluar di daerah tertentu. Menyebabkan

pelayanan yang diberikan belum sepenuhnya maksimal memuaskan masyarakat.

Adapun yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian

pada kantor PDAM Tirta Wampu Kabupaten Langkat Unit Pangkalan Brandan,

yaitu karena masih rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat, dilihat dari segi kualitas air yang disalurkan kepada masyarakat serta

respon yang diberikan ketika pelanggan menyampaikan keluhannya. Oleh sebab

(14)

I.2 RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasan latar belakang penelitian ini maka rumusan permasalahan

penelitian ini adalah : Bagaimana Kualitas Pelayanan Publik Pada Perusahaan

Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan Brandan Kabupaten

Langkat – Sumatera Utara yang dilihat dari dimensi Tangible (Bukti fisik),

Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance (jaminan),

Emphaty (kemampuan dalam memahami) ?

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Kualitas Pelayanan Publik

Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wampu Unit Pangkalan

Brandan Kabupaten Langkat – Sumatera Utara, yang dilihat dari dimensi Tangible

(Bukti fisik), Reliability (kehandalan), Responsive ( daya tanggap), Assurance

(jaminan), Emphaty (kemampuan dalam memahami).

I.4 MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk melatih,

meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah, sistematis

dan metodelogi penulis dalam menyusun suatu wacana baru dalam

memperkaya mengenai penerapan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya

(15)

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau

sumbangan saran bagi PDAM Tirta Wampu guna pengembangan kualitas

pelayanan khususnya dalam pelayanan jasa penyaluran air bersih yang

diberikan kepada masyarakat luas (publik) sebagai penerima layanan.

3. Secara Akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi dan memperkaya ragam penelitian yang telah dibuat oleh para

Mahasiswa Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara serta dapat digunakan sebagai bahan

kajian lebih lanjut bagi pihak-pihak yang akan mengadakan penelitian sejenis.

I.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika dalam penelitian ini adalah:

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan massalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II Studi Kepustakaan

Bab ini berisikan segala teori yang berhubungan dengan penelitian.

BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini berisi tentang bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan

penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV Deskripsi Lokasi Penelitian

(16)

BAB V Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini berisikan tentang penyajian data serta hasil analisis dan

interpretasi penulis terhadap data-data yang diperoleh selama

penelitian berlangsung.

BAB VI Penutup

(17)

BAB II

STUDI KEPUSTAKAAN

II.1. PELAYANAN PUBLIK

Dalam kamus besar bahasa Indonesia dinyatakan bahwa pelayanan adalah

suatu usaha untuk membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan orang

lain. Sejalan dengan hal tersebut Cristopher dalam Tjandra (2005:10), menyatakan

bahwa pelayanan pelanggan dapat diartikan sebagai suatu sistem manajemen,

diorganisir untuk menyediakan hubungan pelayanan yang berkesinambungan

antara waktu pemesanan dan waktu barang atau jasa itu diterima dan digunakan

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan/harapan pelanggan dalam jangka

panjang.

Rohman (2008:3) mendefinisikan pelayanan publik adalah suatu

pelayanan atau pemberian terhadap masyarakat berupa penggunaan

fasilitas-fasilitas umum, baik jasa maupun non jasa, yang dilakukan oleh organisasi publik

yaitu pemerintahan.

Moenir dalam Sinambela (2006:42-43), menyatakan pelayanan sebagai

proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung,

merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan.

Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada

tatanan organisasi pemerintah. Hal ini disebabkan oleh perkembangan imu

(18)

Pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan (melayani)

keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi

itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan (Kurniawan.

2005:4). Selanjutnya dalam Kepmenpan No. 63/KEP/M.PAN/7/2003, pelayanan

publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara

pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan

maupun pelaksanaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ruang lingkup pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25

Tahun 2009, pelayanan publik meliputi pelayanan barang publik dan jasa publik

serta pelayanan administratif yang di atur dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam ruang lingkup tersebut, termasuk pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan

usaha, sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan

sektor strategis lainnya.

Adapun penyelenggaraan pelayanan publik adalah lembaga dan petugas

pelayanan publik baik pemerintah daerah maupun Badan Usaha Milik Daerah

yang menyelenggarakan pelayanan publik. Sedangkan penerima pelayanan publik

adalah orang perorangan dan atau kelompok orang dan atau badan hukum yang

memiliki hak, dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik. (Rohman. 2008;

3).

Pelayananan publik (publik services) oleh birokrasi publik merupakan

salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di

samping sebagai abdi negara. Pelayanan publik dimaksudkan untuk

(19)

(welfare state). Pelayanan umum oleh Lembaga Administrasi Negara (1998)

diartikan sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh

Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik

Negara/Daerah dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam rangka upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Sementara Osborne dan Gaebler (1993: 231) menyatakan bahwa tugas

pelayanan publik adalah persoalan rowing, yang lebih cocok dilaksanakan oleh

swasta dan tugas pemerintah adalah steering. Untuk itu, solusi yang tepat menurut

kedua pakar tersebut adalah pelayanan publik perlu diserahkan kepada

pihak-pihak diluar pemerintah. Namun demikian, penyelenggaraan pelayanan publik

dengan model privatisasi di Indonesia ternyata belum menghasilkan sesuatu yang

menggembirakan. Sebagai contoh, kepemilikan pemerintah atas sebuah

perusahaan yang menguasai barang publik (publik goods) sekilas adalah sangat

ideal, karena tugas pemerintah adalah menjamin keseimbangan antara

kepentingan publik dan swasta. Barang publik dipercaya tidak akan dikelola

sepenuhnya oleh perusahaan swasta. Pada perjalanannya, inefektifitas

kepemilikan pemerintahan atas perusahaan penghasil barang dan jasa publik

malah makin menguat.

Selama ini proses penyelenggaraan pelayanan publik yang

diselenggarakan oleh pemerintah masih sangat tertutup bagi partisipasi warga

negara. Warga ditempatkan hanya sebagai pengguna yang pasif dan harus

(20)

mengenai apa pelayanan yang akan diselenggarakan, bagaimana kualitasnya, dan

bagaimana pelayanan tersebut seharusnya dilakukan. Namun dengan pendekatan

paradigma baru tentang pelayanan publik, warga masyarakat bisa diberdayakan

potensinya bukan hanya sebagai pengguna pasif tetapi juga bisa ikut menentukan

bagaimana proses penyelenggaraan pelayanan tersebut seharusnya

diselenggarakan.

Dengan demikian, peneliti berasumsi bahwa pelayanan publik adalah

pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara.

Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pada hakikatnya negara dalam hal ini

pemerintah (birokrat) haruslah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi

berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, misalnya

kebutuhan akan kesehatan, pendidikan, dan lain-lain.

Mengikuti definisi tersebut di atas, pelayanan publik atas pelayanan umum

dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

barang publik maupun jasa publik yang ada pada prinsipnya menjadi

tanggungjawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah dan

di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah dalam

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka

(21)

II.1.1 Bentuk-Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah merupakan pihak yang memberikan pelayanan bagi

masyarakat. Adapun didalam pelaksanaannya pelayanan ini terdiri dari beberapa

bentuk. Menurut Moenir (2002:190) , bentuk pelayanan itu terdiri dari :

1. Pelayanan lisan

Pelayanan dengan lisan dilakukan oleh petugas-petugas di bidang

hubungan masyarakat (HUMAS), dibidang layanan informasi dan di

bidang-bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan

kepada masyarakat mengenai berbagai fasilitas yang tersedia. Agar

layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat-syarat

yang harus dipenuhi oleh pelaku pelayanan yaitu :

a. Memahami benar masalah-masalah yang termasuk dalam bidang

tugasnya.

b. Mampu memberikan penjelasan apa saja yang perlu dengan lancar,

singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang

ingin memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c. Bertingkah laku sopan dan ramah tamah.

2.Pelayanan berbentuk tulisan

Ini merupakan jenis pelayanan dengan memberikan penjelasan melalui

tulisan di dalam pengelolahan masalah masyarakat. Pelayanan dalam

bentuk tulisan ini terdiri dari dua jenis yakni:

a. Pelayanan yang berupa petunjuk, informasi dan yang sejenis

(22)

memudahkan mereka dalam berurusan dengan institusi atau

lembaga.

b. Pelayanan yang berupa reaksi tertulis atas permohonan,

laporan, keluhan, pemberian/penyerahan, pemberitahuan dan

lain sebagainya.

3. Pelayanan yang berbentuk perbuatan.

Pelayanan yang berbentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan

dalam bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekadar kesanggupan

dan penjelasan secara lisan. Oleh sebab itu faktor keahlian dan

keterampilan petugas tersebut sangat menentukan terhadap hasil perbuatan

atau pekerjaan tersebut.

II.1.2 Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memenuhi standar

pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima

pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau

penerima pelayanan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

Publik, standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :

1. Dasar Hukum

Setiap bentuk kebijakan pelayanan publik yang dikeluarkan oleh instansi

pemerintah sebagai penyelenggara pelayanan, harus memiliki dasar

(23)

bahwa pelayanan yang diberikan merupakan pelayanan publik yang sah

menurut hukum dan perundangan.

2. Sistem, Mekanisme dan Prosedur

Bentuk pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintahan

harus memiliki sistem yang jelas, mekanisme pelaksanaan yang mudah

diimplementasikan oleh seluruh masyarakat serta memiliki prosedur atau

tata laksana yang jelas dan diketahui oleh pengguna layanan publik.

3. Jangka Waktu Penyelesaian

Pelayanan publik yang diberikan oleh suatu instansi pemerintah dalam

pelaksanaannya harus memiliki batas waktu penyelesaian kegiatan yang

efisien, pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat dilakukan

dalam standar waktu yang singkat.

4. Biaya/Tarif

Pelayanan publik pada hakikatnya adalah bentuk pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat. Oleh karena itu biaya atau tarif yang

diberikan harus memiliki standar harga yang dapat dijangkau oleh

masyarakat. Dengan kata lain harga untuk pelayanan publik adalah harga

yang murah.

5. Produk Pelayanan

Pelayanan yang diberikan oleh suatu organisasi dapat dikatakan sebagai

pelayanan publik apabila produk yang dihasilkan dapat berupa publik

(24)

6. Sarana, Prasarana dan Fasilitas

Keefektifan pelayanan publik yang diberikan oleh organisasi dapat dilihat

dari ketersediaan sarana dan prasarana dalam proses pemberian pelayanan

serta terdapat fasilitas yang memadai demi kenyamanan pelanggan atau

masyarakat.

7. Kompetensi Pelaksana

Petugas pemberi pelayaanan publik harus memiliki keahlian, kreativitas

serta kemampuan yang menyangkut sikap dan perilaku dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat.

8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

Setiap organisasi pemerintah harus memiliki sarana yang menampung

aspirasi masyarakat yang berisi kritik, saran dan juga pengaduan. Hal ini

bertujuan untuk meningkatkan kualitas pemberian pelayanan publik

kepada masyarakat.

9. Jumlah Pelaksana

Organisasi pemerintahan memiliki pelaksanaan pelayaanan yang

memadai agar dalam pemberian pelayanan dapat berjalan efektif.

Sedangkan dalam Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004,

standar-standar pelayanan publik dalam Ratminto (2005:24) yaitu :

1. Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima layanan

termasuk pengaduan.

2. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

(25)

3. Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian layanan.

4. Produk pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggaraan

pelayanan publik.

6. Kompetensi petugas pemberi layanan publik harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang

dibutuhkan.

II.1.3 Faktor Pendukung Pelayanan Publik

Pelayanan publik pada dasarnya memuaskan kebutuhan masyarakat yang

diberikan oleh pemerintah, oleh karena itu Moenir (2006:47) berpendapat bahwa

pemerintah dalam memberikan pelayanan publik terbaik kepada publik, dapat

dilakukan dengan cara:

a.Kemudahan dalam pengurusan kepentingan.

b.Mendapatkan pelayanan secara wajar.

c.Mendapatkan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih.

d.Mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus terang.

Pelayanan yang baik dan memuaskan yang dilakukan oleh institusi

pemerintah ataupun organisasi publik lainnya terhadap masyarakatnya, bahwa

pelayanan yang terbaik harus dilakukan dengan cara-cara seperti yang dikutip

(26)

dalam pengurusan berbagai urusan agar pelayanan yang dilakukan bisa berjalan

dengan cepat. Kedua, harus memberikan pelayanan yang wajar dan tidak

berlebihan sesuai dengan keperluannya masing-masing.

Pelayanan yang diperoleh secara wajar tanpa gerutu, sindiran atau untaian

kata lain semacam itu yang nadanya mengarah pada permintaan sesuatu, baik

alasan untuk institusi pemerintah ataupun organisasi publik atau alasan untuk

kesejahteraan. Misalnya apabila ingin mendapatkan pelayanan yang cepat maka

unit kerja diberikan sesuatu sebagai imbalannya agar mendapatkan pelayanan

yang sewajarnya, hal demikian sebenarnya ikut membantu penyimpangan secara

tidak langsung.

Ketiga, harus memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih dan tidak

membeda-bedakan masyarakat dari segi ekonomi maupun dari segi apapun,

sehingga masyarakat mendapatkan perlakuan yang adil dalam mengurus berbagai

urusan tanpa membedakan status apapun. Mendapatkan perlakuan yang sama

dalam pelayanan terhadap kepentingan yang sama, tertib dan tidak pandang status,

artinya apabila memang untuk mendapatkan pelayanan diharuskan antre secara

tertib, hendaknya semuanya diwajibkan antre sebagaimana yang lain.

Keempat, masyarakat harus mendapatkan perlakuan yang jujur dan terus

terang tanpa membohongi masyarakat yang akan mengurus urusannya. Pelayanan

yang jujur dan terus terang, artinya apabila ada hambatan karena suatu masalah

yang tidak dapat dielakkan hendaknya diberitahukan. Cara tersebut menjadikan

orang lebih mengerti dan akan menyesuaikan diri secara ikhlas tanpa emosi.

(27)

masyarakat, sesuai dengan pendapat Moenir (2006:47) bahwa dampak positif

tersebut adalah:

a.Masyarakat menghargai kepada korps pegawai,

b.Masyarakat patuh terhadap aturan-aturan layanan,

c.Masyarakat akan merasa bangga kepada korps pegawai,

d.Adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, dan

e.Adanya peningkatan dan pengembangan dalam masyarakat menuju segera

tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berlandaskan Pancasila.

Dampak positif untuk masyarakat menurut Moenir di atas terdapat lima

indikator, pertama masyarakat menghargai korps pegawai sehingga pegawai

tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Kedua, masyarakat akan

patuh terhadap aturan yang telah dibuat sehingga tercipta suasana yang tertib,

aman, dan nyaman.

Ketiga, masyarakat akan bangga terhadap pegawai sehingga masyarakat

mengagumi pegawai tersebut dan ditunjukan dengan saling menghormati dan

menghargai antara masyarakat dengan pegawai atau pegawai dengan pegawai.

Keempat adanya kegairahan usaha dalam masyarakat, kelima adanya peningkatan

dan pengembangan dalam masyarakat. Kelima dampak positif di atas dapat

(28)

Menjelaskan uraian di atas bahwa pelayanan yang baik juga dapat

memberikan kepuasan masyarakat, maka menurut Moenir (2006:45) dampak

kepuasan masyarakat dapat terlihat pada:

a. Masyarakat sangat menghargai kepada korps pegawai yang bertugas di

bidang pelayanan umum. Mereka tidak memandang remeh dan

mencemooh korps itu dan tidak pula berlaku sembarang.

b. Masyarakat terdorong mematuhi aturan dengan penuh kesadaran tanpa

prasangka buruk, sehingga lambat laun dapat terbentuk sistem

pengendalian diri yang akan sangat efektif dalam ketertiban

berpemerintahan dan bernegara.

c. Ada rasa bangga pada masyarakat atas karya korps pegawai di bidang

layanan umum, meskipun di lain pihak ada yang merasa ruang geraknya

dipersempit karena tidak dapat lagi mempermainkan masyarakat.

d. Kelambatan-kelambatan yang biasa ditemui, dapat dihindarkan dan

ditiadakan. Sebaliknya akan dapat ditumbuhkan percepatan kegiatan di

masyarakat di semua bidang kegiatan baik ekonomi, sosial maupun

budaya.

e. Adanya kelancaran di bidang pelayanan umum, usaha dan inisiatif

masyarakat mengalami peningkatan, yang berdampak meningkatnya pula

usaha pengembangan ideologi, politik, sosial dan budaya masyarakat ke

(29)

Masyarakat akan sangat menghargai kepada pegawai karena pelayanan

yang mereka dapatkan sangat memuaskan dengan begitu masyarakat dapat

mematuhi peraturan yang ada dengan penuh kesadaran dan pada akhirnya adanya

kelancaran dalam pelayanan umum yang diberikan kepada masyarakat.

II.1.4 Asas-Asas Pelayanan Publik

Asas dapat berarti dasar, landasan, fundamen, prinsip dan jiwa atau

cita-cita. Asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan dalam istilah umum dengan

tidak menyebutkan secara khusus cara pelaksanaannya. Asas juga dapat diartikan

sebagai pengertian-pengertian dan nilai-nilai yang menjadi titik tolak berfikir

tentang sesuatu. Pelaksanaan pelayanan publik dilaksanakan berdasarkan

asas-asas pelayanan publik. Dalam Riawan (2005:11), asas-asas-asas-asas pelayanan publik

adalah:

1. Transparan

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

(30)

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama, gender

dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan tanggung jawab

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing-masing pihak.

Dengan melaksanakan pelayanan publik yang berdasarkan asas-asas yang

telah dijelaskan di atas maka aparatur publik dapat melaksanakan peranan yang

baik dalam memberikan pelayanan.

II.2 Kualitas Pelayanan

II.2.1 Pengertian Kualitas

Konsep kualitas itu sering dianggap sebagai ukuran relatif kebaikan suatu

produk atau jasa yang terdiri atas kualitas desain dan kualitas kesesuaian. Kualitas

desain merupakan fungsi spesifikasi produk, sedangkan kualitas kesesuaian adalah

suatu ukuran seberapa jauh produk mampu memenuhi persyaratan atau spesifikasi

kualitas yang telah ditetapkan.

Definisi kualitas juga dapat diartikan sebagai sebuah kata yang bagi

penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Kualitas

(31)

menunjukkan dan membandingkan seberapa baik atau buruk pelayanan yang

diberikan kepada masyarakat dalam pemenuhan kebutuhannya. Suatu pelayanan

dikatakan baik dan berkualitas jika masyarakat merasa bahwa kebutuhan atau

kepentingannya dapat terpenuhi dan dapat merasa puas akan pelayanan tersebut.

Dalam perspektif TQM (Total Quality Management), kualitas dipandang

secara lebih luas, dimana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan

juga meliputi proses, lingkungan dan manusia. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan Goetsch dan Davis dalam Tjiptono (2005:110) menyatakan bahwa

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapannya.

Davis dalam Yamit (2004:8) mengemukakan definisi kualitas yang lebih

luas cakupannya yaitu kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang

berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang

memenuhi atau melebihi harapan. Pendekatan yang dikemukakan Davis

menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu

produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan

kualitas lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang

berkualitas tanpa melalui manusia dan produk yang berkualitas. Dari pengertian

tersebut mengandung elemen-elemen yang meliputi usaha yang memenuhi atau

melebihi harapan pelanggan, yang mencakup produk, jasa, manusia, proses, serta

lingkungan yang merupakan kondisi yang selalu berubah.

Jadi kualitas dapat diartikan sebagai suatu penyajian produk atau jasa

(32)

penyampaiannya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh

pengguna jasa atau produk tersebut.

Suatu mutu atau kualitas disebut sangat baik jika penyedia jasa atau

produk tersebut memberikan pelayanan yang melebihi harapan pelanggan atau

setara dengan apa yang diharapkan pelanggan. Sedangkan mutu atau kualitas yang

disebut jelek jika pelanggan memperoleh pelayanan yang lebih rendah dari

harapannya.

Berkaitan dengan kualitas, Tangkilisan (2005:211-213) menyatakan bahwa

harapan pelanggan mempunyai peranan yang besar dalam menentukan kualitas

barang dan jasa, hal ini dikarenakan pelanggan adalah orang menerima hasil

pekerjaan seseorang atau suatu organisasi, maka hanya pelangganlah yang dapat

menentukan kualitasnya seperti apa dan hanya mereka pula yang dapat

menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan mereka. Harapan pelanggan

tersebut umumnya meliputi kebutuhan pribadi, pengalaman masa lampau,

rekomendasi dari mulut ke mulut, dan iklan.

Davis dalam Yamit (2004:9) mengidentifikasikan lima pendekatan

perspektif kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis, yaitu :

1. Transcendental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi

sulit didefinisikan dan dioperasionalkan maupun diukur.

2. Product-based Approach

Kulitas dalam pendekatan ini adalah suatu karakteristik atau atribut yang

(33)

yang dimiliki produk secara objektif, tetapi pendekatan ini tidak dapat

menjelaskan perbedaan dalam selera dan preferensi individual.

3. User-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas

tergantung pada orang yang memandangnya, dan produk yang paling

memuaskan preferensi seseorang atau cocok dengan selera (fitnes for used)

merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut

pandang produsen yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang

sesuai dengan persyaratan (conformance quality) dan prosedur.

Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan

perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas

adalah standar – standar yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen

yang menggunakannya.

5. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah memandang kualitas dari segi nilai

dan harga. Kualitas didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh

karena itu kualitas dalam pandangan ini bersifat relatif, sehingga produk

yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang paling

(34)

II.2.2 Kualitas Pelayanan

Dalam bisnis jasa, pelayanan merupakan aspek yang sangat penting dan

menentukan kualitas jasa yang dihasilkan. Untuk bisa tampil dalam suasana yang

kompetitif, organisasi harus berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya

sebagai strategi untuk memenangkan persaingan. Kualitas harus dimulai dari

kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi pelanggan. Dengan demikian

produk-produk didesain, diproduksi serta pelayanan yang diberikan untuk

memenuhi keinginan pelanggan. Suatu produk yang dihasilkan baru dapat

dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat

dimanfaatkan dengan baik, selain diproduksi dengan cara baik dan benar.

Menurut Usmara (2005:231), Kualitas pelayanan merupakan suatu

pernyataan tentang sikap, hubungan yang dihasilkan dari perbandingan antara

ekspektasi (harapan) dengan kinerja (hasil). Sedangkan menurut Tjiptono

(2002:59), kualitas pelayanan adalah upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan

pelanggan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan

pelanggan.

Wyckof dalam Tjiptono (2002 :58) mengartikan kualitas jasa atau layanan,

yaitu tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat

keunggulan tersebut memenuhi keinginan pelanggan. Ini berarti, bila jasa atau

layanan yang diterima (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan, maka

kualitas jasa atau layanan dipersepsikan baik dan memuaskan, sebaiknya bila jasa

atau layanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan, maka kualitas jasa

(35)

Konsep kualitas pelayanan dipahami pula melalui “consumer behaviour

(perilaku konsumen) yaitu suatu perilaku yang dimainkan oleh konsumen dalam

mencari, membeli, menggunakan dan mengevaluasi suatu produk pelayanan yang

diharapkan dapat memuaskan kebutuhannya. Keputusan-keputusan konsumen

untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu barang/jasa dipengaruhi

oleh berbagai faktor antara lain persepsinya terhadap kualitas pelayanan.

Kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang terbaik, yaitu suatu

sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara

memuaskan. Kaitannya dengan pelayanan publik, dapat diartikan bahwa segala

seuatu yang berkaitan dengan pelayanan, semuanya sudah terukur ketepatannya

karena pelayanan/jasa yang diberikan adalah jasa yang berkualitas. Di samping

itu, pengertian dari pelayanan itu sendiri adalah proses pemenuhan kebutuhan

melalui aktivitas orang lain secara langsung. Pelayanan yang diperlukan manusia

pada dasarnya ada dua jenis, yaitu layanan yang fisik yang sifatnya pribadi

sebagai manusia dan layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku

anggota organisasi, baik organiasi massa atau negara.

Sistem pelayanan publik yang baik akan menghasilkan kualitas pelayanan

publik yang baik pula. Oleh karena itu sebagai suatu kesatuan yang terorganisir

dalam membentuk keutuhan sebagai sistem, maka dalam sistem pelayanan perlu

diperhatikan unsur-unsur dari pelayanan itu sendiri. Unsur-unsur dari pelayanan

publik terdiri dari : pedoman pelayanan publik, syarat pelayanan yang jelas, batas

waktu, biaya atau tarif, prosedur buku panduan, media informasi yang terpadu

(36)

berkualitas dan memiliki mutu yang prima apabila dalam pelaksanaannya

berpedoman pada standar umum pelayanan publik.

Karl Albert dalam Dwiyanto (2005:153) mengemukakan suatu

pendekatan pelayanan berkualitas berdasarkan pada dua konsep pelayanan

berkualitas, yaitu :

1. Service Triangel

Service Triangel adalah suatu model interaktif manajemen pelayanan yang

menghubungkan antara perusahaan dan pelanggannya. Model tersebut

terdiri dari tiga elemen dengan pelanggan sebagai titik fokus, yaitu :

a) Strategi Pelayanan

Strategi Pelayanan adalah strategi untuk memberikan pelayanan

kepada pelanggan dengan kualitas sebaik mungkin sesuai standar

yang telah ditetapkan perusahaan. Standar pelayanan ditetapkan

sesuai keinginan dan harapan pelanggan sehingga tidak terjadi

kesenjangan antara pelayanan yang diberikan dengan harapan

pelanggan. Strategi Pelayanan harus pula dirumuskan dan

diimplementasikan seefektif mungkin sehingga mampu membuat

pelayanan yang diberikan kepada pelanggan tampil beda dengan

pesaingnya. Untuk merumuskan dan mengimplementasikan

strategi pelayanan yang efektif, perusahaan harus fokus kepada

pelanggan sehingga perusahaan harus mampu membuat pelanggan

melakukan pembelian ulang, bahkan mampu meraih pelanggan

(37)

b) Sumber Daya Manusia yang memberikan pelayanan

Orang yang berinteraksi secara langsung maupun yang tidak

berinteraksi langsung dengan pelanggan harus memberikan

pelayanan kepada pelanggan secara tulus (emphaty), responsif,

ramah, fokus dan menyadari bahwa kepuasan pelanggan adalah

segalanya. Untuk itu perusahaan harus pula memperhatikan

kebutuhan pelanggan internalnya (karyawan) dengan cara

menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, rasa aman dalam

bekerja, penghasilan yang wajar, manusiawi, sistem penilaian kerja

yang objektif, dan menumbuhkan motivasi. Tidak ada gunanya

perusahaan membuat standar pelayanan dan menerapkannya secara

baik untuk memuaskan pelanggan, sementara pada saat yang sama

perusahaan gagal memberikan kepuasan kepada pelanggan

internal, demikian pula sebaiknya.

c) Sistem pelayanan

Sistem pelayanan adalah prosedur pelayanan kepada pelanggan

yang melibatkan seluruh fasilitas fisik termasuk sumber daya

manusia yang dimiliki perusahaan. Sistem pelayanan harus dibuat

secara sederhana, tidak berbelit-belit dan sesuai standar yang

ditetapkan perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mampu

melakukan desain ulang sistem pelayanannya, jika pelayanan yang

diberikan tidak memuaskan pelanggan. Desain ulang sistem

pelayanan tidak berarti merubah total sistem pelayanan, tetapi

(38)

penentu kualitas pelayanan. Misalnya dengan memperpendek

prosedur pelayanan atau karyawan diminta melakukan pekerjaan

secara general sehingga pelayanan dapat dilayani secara cepat

dengan menciptakan one stop service.

2. Total Quality Service (TQS)

Pelayanan mutu terpadu adalah kemampuan perusahaan untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas kepada orang yang

berkepentingan dengan pelayanan (stakehoders) yaitu pelanggan, pegawai

dan pemilik. Pelayanan mutu tepadu memiliki lima elemen penting yang

saling terkait :

a) Market and customer research adalah penelitian untuk mengetahui

struktur pasar segmen pasar, analisis pasar potensial, analisis

kekuatan pasar, mengetahui harapan dan keinginan pelanggan atas

pelayanan yang diberikan.

b) Stategy Formula adalah petunjuk arah dalam memberikan

pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan sehingga perusahaan

dapat mempertahankan pelanggan bahkan meraih pelanggan baru.

c) Education, training, and communication tindakan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu

memberikan pelayanan yang berkualitas, mampu memahami

keinginan dan harapan pelanggan.

d) Process improvement adalah desain ulang berkelanjutan untuk

(39)

e) Assesment, measurement and feedback adalah penilaian dan

pengukuran kinerja yang telah dicapai oleh karyawan tentang

proses pelayanan apa yang perlu diperbaiki.

Pelayanan yang berkualitas juga dapat dilakukan dengan konsep “layanan

sepenuh hati”, yaitu “pelayanan yang berasal dari diri sendiri yang mencerminkan

emosi, watak, keyakinan, nilai, sudut pandang, dan perasaan”. Oleh karena itu,

aparatur pelayanan dituntut untuk memberikan layanan kepada pelanggan dengan

sepenuh hati. Layanan seperti ini tercermin dari kesungguhan aparatur untuk

melayani. Kesungguhan yang dimaksudkan, aparatur pelayanan menjadikan

kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya. Menurut Patton dalam Sinambela,

(2006:8) nilai yang sebenarnya dalam pelayanan sepenuh hati terletak pada

kesungguhan empat sikap “P”, yaitu:

1. Passionate (gairah), ini menghasilkan semangat yang besar terhadap

pekerjaan, diri sendiri, dan orang lain.

2. Progressive (progresif), penciptaan cara baru dan menarik untuk

meningkatkan layanan dan gaya pribadi.

3. Proactive (proaktif), untuk mencapai kualitas layanan yang lebih bagus

diperlukan inisiatif yang tepat.

4. Positive (positif), sikap ini mengubah suasana dan kegairahan interaksi

dengan konsumen.

Kualitas pelayanan yang dikemukakan oleh Chistopher Lovelock

(2004:76) dalam bukunya “Product Plus”. Apa yang dikemukakan merupakan

(40)

dengan pelayanan (service) akan meghasilkan suatu kekuatan yang memberikan

manfaat pada organisasi dalam meraih keuntungan bahkan untuk menghadapi

persaingan. Ada 8 suplemen pelayanan yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Information yaitu proses suatu pelayanan yang berkualitas dimulai dari

produk dan jasa yang diperlukan pelanggan. Penyediaan saluran yang

langsung memberikan kemudahan dalam rangka menjawab keinginan

pelanggan tersebut adalah penting.

2. Consultation, setelah memperoleh informasi yang diinginkan, pelanggan

memerlukan konsultasi baik menyangkut masalah teknis, administrasi,

biaya. Untuk itu, suatu organisasi harus menyiapkan sarananya

menyangkut materi konsultasi, tempat konsultasi, karyawan/petugas yang

melayani, dan waktu untuk konsultasi secara cuma-cuma.

3. Ordertaking, penilaian pelanggan pada titik ini adalah ditekankan pada

kualitas pelayanan yang mengacu pada pengisian aplikasi maupun

administrasi yang tidak berbelit-belit, fleksibel, biaya murah, dan

syarat-syarat yang ringan.

4. Hospitality, pelanggan yang berurusan secara langsung akan memberikan

penilaian kepada sikap ramah dan sopan dari karyawan, ruang tunggu

yang nyaman dan fasilitas lain yang memadai.

5. Caretaking, variasi latar belakang pelanggan yang berbeda-beda akan

menuntut pelayanan yang berbeda-beda pula.

6. Exceptation, beberapa pelanggan kadang-kadang menginginkan

(41)

7. Billing, titik rawan berada pada administrasi pembayaran. Artinya

pelayanan harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan

administrasi pembayaran hingga keakuratan perhitungan tagihan.

8. Payment, pada ujung pelayanan harus disediakan fasilitas pembayaran

berdasarkan keinginan pelanggan.

Menurut Zeithaml et. all dalam Tjiptono (2002:69) ada sepuluh dimensi

yang saling melengkapi dan merupakan faktor utama dalam menentukan kualitas

pelayanan. Kesepuluh dimensi tersebut meliputi:

1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance)

dan kemampuan untuk dipercaya (dependability), selain itu

memperhatikan saat pertama berhadapan dengan pelanggan baru (right the

first time), hal ini berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi

janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai jadwal yang disepakati.

2. Responsiveness, yaitu kemauan atau kesiapan para karyawan untuk

memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.

3. Competence, artinya setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki

keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan

jasa tertentu.

4. Acess, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti

lokasi fasilitas jasa mudah dijangkau, waktu menunggu tidak terlalu lama,

saluran komunikasi perusahaan yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

5. Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian, dan keramahan

(42)

6. Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan dalam

bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan

keluhan pelanggan.

7. Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup

nama perusahaan, reputasi perusahaan, karakterisrik pribadi, contact

personal, dan interkasi dengan pelanggan.

8. Security, yaitu aman dari bahaya, risiko, atau keragu-raguan. Aspek ini

meliputi keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial

(financial security), dan kerahasiaan (confidentiality).

9. Understanding/knowing the costumer, yaitu usaha untuk memahami

kebutuhan pelanggan.

10. Tangibles, yakni bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan

yang digunakan, dan lain-lain.

Metode pengukuran kualitas pelayanan dengan menggunakan sepuluh

dimensi tersebut di atas, dikenal dengan metode SERVQUAL (Service Quality).

Dalam perkembangannya, dari sepuluh dimensi yang ada dapat dirangkum

menjadi hanya lima dimensi pokok. Kelima dimensi tersebut menurut

Parasuraman dalam Tangkilisan (2005:216-217) meliputi:

1. Tangible (bukti fisik), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,

perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan

karyawan.

2. Reliability (keandalan), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

(43)

kesalahan apapun dalam menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu

yang disepakati.

3. Responsiveness (daya tanggap), berkenaan dengan kesediaan dan

kemampuan para karyawan untuk membantu para pelanggan dan

merespon permintaan mereka, serta menginformasikan kapan jasa akan

diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.

4. Assurance (jaminan), yakni perilaku para karyawan yang mampu

menimbulkan kepercayaan pelanggan terhadap perusahaaan dan

perusahaan bisa menciptakan rasa aman bagi pelanggannya. Jaminan juga

berarti para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai setiap

pertanyaan atau masalah pelanggan. Dalam dimensi assurance, terbagi lagi

menjadi empat, yaitu :

a. Comptence (kompetensi), yaitu penguasaan keterampilan dan

pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat menyampaikan jasa

sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

b. Courtesy (kesopanan), yaitu berkaitan dengan sikap santun, respek,

dan keramahan para karyawan terhadap pelanggan.

c. Credibility (kredibilitas), yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.

Kredibilitas mencakup nama perusahaan, reputasi perusahaan,

karakter pribadi karyawan penyedia jasa, dan interaksi dengan

pelanggan.

5. Emphaty, berarti kemudahan memahami masalah para pelanggannya dan

(44)

personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang nyaman.

Dimensi empahty terdiri atas :

a. Acces (akses), kemudahan melalui komunikasi, berhubungan

dengan penyedia jasa.

b. Communication (komunikasi), yaitu berkomunikasi dengan bahasa

yang mudah dimengerti oleh pelanggan dan selalu mendengarkan

saran dan keluhan pelanggan.

c. Understanding The Customer (kemampuan memahami pelanggan),

yaitu berupaya memahami pelanggan dengan kebutuhan spesifik

mereka, memberikan perhatian individual, dan mengenal

pelanggan reguler.

Sedangkan menurut Gronsroos dalam Tjiptono (2005:72-73) menyatakan

bahwa ada tiga kriteria pokok dalam menilai kualitas jasa, yaitu outcome-related,

process-related, dan image-related criteria. Ketiga kriteria tersebut masih dapat

dijabarkan menjadi enam unsur, yaitu:

1. Profesionalism dan skills, kriteria ini merupakan outcome-related criteria,

dimana pelanggan menyadari bahwa penyedia jasa (service provider),

karyawan, sistem operasional, dan sumbangan fisik, memiliki pengetahuan

dan keterampilan dibutuhkan untuk memecahkan masalah pelanggan

secara profesional.

2. Attitudes and behavioral, kriteria ini adalah process-related, pelanggan

merasa bahwa karyawan perusahaan (contact personal) menaruh

perhatian terhadap mereka dan berusaha membantu mereka dalam

(45)

3. Accessibility and flecsibility, kriteria ini termasuk process-related criteria.

Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam kerja, karyawan dan

sistem operasinalnya, dirancang dan dioperasikan sedemikian rupa,

sehingga pelanggan dapat melakukan dengan mudah. Selain itu juga

dirancang agar dapat fleksibel dalam menyesuaikan permintaan dan

keinginan pelanggan.

4. Reliability and trustworthtiness, kriteria ini termasuk process-related

criteria. Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi, mereka bisa

mempercayakan segala sesuatu kepada penyedia jasa beserta karyawan

dan sistemnya.

5. Recovery, termasuk dalam process-related criteria. Pelanggan memahami

bahwa bila ada kesalahan atau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan,

maka pemyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk

mengendalikan situasi dan mencari pemecahan yang tepat.

6. Reputation and credibility, kriteria ini merupakan process-related criteria.

Pelanggan menyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya

dan memberikan nilai atau imbangan yang sesuai dengan pengorbanannya.

II.3 Peran Pemerintah Daerah Dalam Menyelenggarakan Pelayanan Publik

Peranan pemerintahan daerah dalam pelayanan publik selama ini lebih

bermuatan dekonsentrasi dibanding desentralisasi (devolusi), dengan alasan

efisiensi dan kesatuan bangsa, standarisasi pelayanan public dalam berbagai

bidang dibuat dengan prinsip herarkhi sentralistis. Dengan penerapan model

(46)

Daerah sebagai representasi masyarakatnya, secara otonom dapat melayani secara

langsung kebutuhan masyarakatnya.

Penentuan kualitas pelayanan inilah yang tidak mudah. Lucy Gaster (1995

: 35) mengemukakan bahwa kesulitan menetapkan kualitas pelayanan disebabkan

adanya berbagai dimensi perbedaan; antara harapan dan kenyataan, kepentingan

warga negara secara langsung dengan kepentingan pemerintah atau produsen

secara tidak langsung. Karena itulah diperlukan penentuan standarisasi kualitas

pelayanan dalam berbagai dimensi secara cermat, dan merepresentasikan

kebutuhan masyarakat di daerah yang bersangkutan.

Dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat, terdapat beberapa

dimensi pelayanan yang harus diperhatikan yaitu menyangkut diterapkannya

mekanisme pasar, penerapan sistem manajemen modern, dan terlaksananya proses

demokratisasi. Relevan dengan pendapat Leach, Stewart, dan Waish (1994 : 236)

bahwa petunjuk ke arah pilihan publik dalam Pemerintahan Daerah adalah

menyangkut dimensi ekonomis (economics), pemerintahan (govermental), dan

bentuk demokratisasi (form of democracy).

Dimensi ekonomis adalah menyangkut pilihan antara market emphasis dan

public sector agencies; dimensi pemerintahan pilihan antara weak role for local

government dan strong role for local government; sedangkan dimensi bentuk

demokratisasi pilihan antara representative democracy dan participatory

democracy. Selanjutnya dikemukakan bahwa pilihan dari dimensi-dimensi

tersebut adalah berada pada kontinum antara model traditional bureaucratic

(47)

Berdasarkan kerangka dimensi pilihan-pilihan tersebut dapat dikemukakan

bahwa Pemerintahan Daerah di Indonesia selama ini adalah menganut model

traditional bureaucratic authority. Pelayanan publik sepenuhnya dilakukan oleh

Pemerintah Daerah dengan pilihan penggunaan strong local goverment dan strong

public sector. Artinya meskipun Pemerintahan Daerah tidak memiliki otonomi

yang kuat (dari sisi kewenangan dan keuangan), namun memiliki peranan yang

kuat dalam memberikan pelayanan publik.

Dalam kondisi seperti itu dapat dipahami apabila pelayanan public

menjadi tidak memuaskan, bersifat bloated, underperforming, wasteful, bahkan

menjadi overbureaucratic. Dalam rangka perubahan ke arah peningkatan kualitas

pelayanan, tentunya harus berorientasi pada model community oriented enabler.

Model ini merupakan suatu pilihan bahwa Pemerintah Daerah harus

berperan besar dalam menghadapi tuntutan masyarakat yang beraneka ragam.

Seperti telah dikemukakan, sulitnya menentukan kualitas pelayanan karena

adanya berbagai kepentingan di masyarakat. Menghadapi kenyataan ini;

Pemerintah Daerah melalui demokrasi perwakilan atau demokrasi partisipatif

menentukan perlunya penyediaan pelayanan publik baik yang dilakukan oleh

Pemerintah Daerah, privat sector, maupun menyerahkan pada mekanisme pasar.

Model dengan baik dapat diterapkan apabila ditunjang pertumbuhan ekonomi

suatu daerah yang signifikan dan proses demokrasi yang berjalan normal.

Dalam model ini ada variasi model yang disebut residual enabling

authority; pengertiannya karena pemerintah daerah memiliki keterbatasan dalam

memberikan pelayanan maka kebijakan yang dilakukan lebih berorientasi pada

(48)

pada sector-sektor yang tidak dapat diserahkan pada mekanisme pasar. Sekalipun

dimungkinkan berperannya privat sector, sedapat mungkin hal ini tetap dibatasi

dan pelayanan publik lebih berorientasi pada market mecanism. Variasi lain dari

model community oriented enabler adalah model oriented enabling authority.

Model ini dalam memberikan pelayanan juga lebih berorientasi pada berjalannya

mekanisme pasar, meskipun demikian Pemerintah Daerah tetap memegang

peranan penting dalam perencanaan dan implementasi kebijakan terhadap

pelayanan publik.

Dasar pemikiran yang digunakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan

kesejahteraan masyarakat memerlukan keterlibatan intervensi yang kuat dari

Pemerintah Daerah, untuk kepentingan semua lapisan masyarakat tidak bisa

terlalu menggantungkan pada berjalannya mekanisme pasar. Alternatif model

terakhir ini tampaknya merupakan pilihan yang baik untuk dilakukan Pemerintah

Daerah dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, meskipun demikian dalam

jangka panjang apabila pertumbuhan ekonomi daerah dan proses demokrasi telah

berjalan baik harus berorientasi pada penerapan model community oriented

enabler. Berdasarkan analisis model pilihan alternatif tersebut semakin jelas

bahwa perubahan dalam berbagai dimensi perlu dilakukan oleh Pemerintahan

Daerah dalam mewujudkan otonomi dan memberikan pelayanan publik yang

berkualitas.

Upaya perbaikan kualitas pelayanan public harus dilakukan melalui

pembenahan system pelayanan public secara menyeluruh dan terintegrasi yang

dituangkan dalam peraturan perundang-undangan dalam bentuk undang-undang

(49)

public dan yang memiliki sanksi sehingga memiliki daya paksa terhadap

pemenuhan standar tertentu dalam pelayanan public.

Paling tidak terdapat dua hal pokok dalam upaya peningkatan kualitas

pelayanan yaitu unsure sumber daya manusia aparaturnya serta system

manajemen pelayanannya. Pelayanan public dapat lebih berkualitas apabila

petugas pelayanan dapat diandalkan, responsive, meyakinkan dan empati. Dapat

diandalkan berarti dapat dipercaya, teliti dan konsisten. Responsive berarti

tanggap terhadap kebutuhan masyarakat serta cepat dalam memberikan pelayanan.

Meyakinkan dalam arti percaya diri, professional, berkompeten, sehingga

memberikan rasa aman bagi yang dilayani, sedangkan empati adalah perhatian,

sopan, sabar dan mau mendengarkan keluhan penerima layanan.

Tjandra (2005) berpendapat bahwa peningkatan kualitas SDM untuk

meningkatkan kualitas pelayanan public merupakan kebutuhan yang mendesak.

Untuk dapat menciptakan SDM yang berkualitas dalam memberikan pelayanan

public juga harus diperkuat oleh mekanisme kerja yang adil dan memberikan

kesempatan kepada masing-masing pihak untuk berkompetisi dalam memberikan

pelayanan yang baik kepada masyarakat. Mekanisme reward and punishment bisa

menjadi alternative sehingga aparat yang berprestasi baik dan penuh inisiatif

dalam memberikan pelayanan mendapat reward yang lebih baik dibandingkan

aparat yang tidak berprestasi.

Sejalan dengan satu semangat dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004, yaitu adanya peningkatan pelayanan kepada masyarakat maka maka

Gambar

Tabel 4 .1
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3 Gedung Loket dan bagian keuangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kualitas Pelayanan Publik Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Surakarta ideal akan tetapi perlu memperhatikan

Untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan pelanggan pada PDAM Tirta Musi Unit Kalidoni, Palembang”, Memberikan informasi yang berguna sebagai

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa harga dan kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan pelanggan dalam menggunakan jasa air minum Pada PDAM Tirta Nchio Sidikalang.. Diperoleh

Kehandalan waktu pelayanan yang dimiliki oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Indra Indragiri Hulu dalam memberikan penanganan pelanggan tepat waktu

Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran kualitas parameter fisika, kimia dan biologi air minum hasil olahan Instalasi Pengolahan Air (IPA) Unit 2 Tirta Kencana PDAM

Konsep pemikiran yang digunakan yaitu pelanggan PDAM Tirta Lawu Kabupaten Karanganyar akan memberikan tanggapan terhadap kualitas pelayanan pada tingkat harapan dan

Untuk meningkatkan peran motivasi terhadap kinerja karyawan di Perusahaan Darah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar sebaiknya ditingkatkan dengan cara : perusahaan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa, optimasi tujuan meningkatkan efektivitas pelayanan dalam meningkatkan retribusi air minum pada PDAM Tirta Komodo Kabupaten Manggarai