• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Semiotik

1. Pengertian Umum Semiotik

Semiotik di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.1Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeicon yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain atas dasar konvensi sosial.2

Dalam pengertiannya sebagai fakta historis, seorang pendiri ilmu kedokteran modern bernama Hippocrates (460-377 SM) yang mengusulkan istilah ‘semiotika’ dan mendefinisikannya sebagai cabang ilmu kedokteran untuk mempelajari gejala-gejala.3Gejala sebagai semeion berarti ‘ciri atau tanda’ yang menunjukkan sesuatu di luar dirinya.Hippocrates mengklaim bahwa tugas utama seorang dokter adalah menyingkapkan hal-hal yang ditunjukkan oleh gejala-gejala ini dalam kaitannya dengan tubuh manusia.

Umberto Eco mendefinisikan semiotika sebagai disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bisa dipakai untuk berbohong, karena 1

http://kbbi.web.id/semiotik, Diakses pada 03 Agustus 2016 pukul 12:11 WIB 2

Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 9.

3

Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyaakarta: Jalasutra Cet ke-1, 2010), h. 34.

Jika sesuatu tidak bisa dipakai untuk berbohong, sebaliknya itu tidak bisa dipakai untuk berkata jujur; dan pada kenyataannya tidak bisa dipakai untuk apapun juga.4

Menurut Preminger semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda.Konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.5

Ferdinand de Saussure berpendapat tentang teori tanda dalam konteks semiotik. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda).6 Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis dan dibaca.Signifiedadalah gambaran mental dari bahasa.

Sementara Peirce berpendapat bahwa dasar semiotika konsep tentang tanda tidak hanya tentang bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun oleh tanda-tanda saja. Melainkan seluruh dunia itu sendiri pun terdiri atas tanda-tanda selama hal itu terkait dengan pemikiran manusia.7 Dengan begitu, manusia bisa saling menjalin hubungannya dengan realitas.

4

Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.

5

Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,h. 96.

6

Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), h. 103

7

Alex Sobur,Semiotika Komunikasi,cet ke-5, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h. 13.

Mengacu pada beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dipahami bahwa semiotik merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang mengkaji tentang tanda-tanda, tanda tanda tersebut dimaknai sebagai wujud dalam memahami kehidupan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk berinteraksi dengan orang lain sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan disekitarnya.

2. Model Semiotik Charles Sanders Pierce

Peirce dilahirkan di Cambridge, Massachusetts, tahun 1839, Ia lahir dari keluarga intelektual. Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor matematika di Universitas Harvard. Ia menjalani pendidikan di Universitas Harvard, pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun 1862 dan 1863 secara berturut-turut dia menerima gelar M.A dan B.Sc dari Universitas Harvard.8

Peirce memberi kuliah mengenai logika dan filsafat di Universitas John Hopkins dan Harvard.Ia melakukan percobaan untuk menentukan kepadatan dan bentuk bumi, serta mengembangkan sistem logika yang diciptakan oleh ahli matematika Inggris George Boole (1815-1864).9 Namun, peirce paling dikenal melalui sistem filsafatnya yang kemudian dinamakanpragmatisme.

8

Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17.

9

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, h. 37

Dalam teorinya, Peirce menyebut “sesuatu” yang pertama yang

“konkret” adalah suatu perwakilan yang disebut dengan representamen,

dalam hal ini adalah tanda.10 Sedangkan benda, gagasan, konsep dan seterusnya adalah sesuatu yang ada di dalam kognisi, Peirce menyebutnya sebagai object. Proses hubungan dari representamen ke objek disebut dengan semiosis. Dalam pemaknaan suatu tanda, semiosis ini belum lengkap karena kemudian ada satu proses lanjutan lagi yang disebut dengan interpretant (proses penafsiran). Jadi, secara garis besar, pemaknaan suatu tanda terjadi dalam bentuksemiosisdari yang konkret ke dalam kognisi manusia yang hidup bermasyarakat. Yakni dengan mengaitkan tiga segi antara representamen, objek dan interpretan.

Representamen(X)

Objek(Y) Interpretan(X = Y)

Gambar 2.1: Tanda Peircean.

Bagi Peirce tanda adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, Peirce menyebutnya dengan ground. Sebagai konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik yakni ground, object dan

10

Benny H. Hoed,Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya,(Depok: Komunitas Bambu, 2008), h. 16

interpretant. Peirce membagi ground ke dalam tiga bagian yakni qualisign, sinsigndanlegisign.11

1) Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut dan merdu.

2) Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruhyang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.

3) Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh masyarakat.

Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisigndanargument.

1) Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya bisa saja menandakan bahwa orang itu baru saja menangis, atau mempunyai penyakit mata, atau baru bangun tidur, atau yang lainnya.

2) Dicent Sign atau Dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan tersebut dipasang rambu lalu lintas yang menandakan bahwa jalan tersebut sering terjadi kecelakaan.

11

3) Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.

Sedangkan berdasarkan objeknya, Peirce juga membaginya ke dalam tiga bagian, yakniikon, indeks,dansimbol.12

1) Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto dan peta.

2) Indeks adalah hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan objeknya. Misalnya, asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks flu.

3) Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata pada umumnya. Misalnya palang merah adalah simbol dan angka adalah simbol.

Ketiga tipe tanda ini(ikon, indeks, simbol)dapat dimodelkan ke dalam sebuah segitiga sebagai berikut:

12

Marcel Danesi,Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai Semiotika dan Teori Komunikasi, h. 38

Ikon

Indeks Simbol

Gambar 2.2: Model Semiotik Peirce.

Ikonadalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Misalnya foto wajah adalah ikon visual yang menunjukkan wajah seseorang yang sebenarnya. Kata-kata onomatopoetik seperti ‘gug-gug’ adalah ikon vokal yang dibuat untuk menirukan suara seekor anjing, selain itu suara seperti ‘tok’, ‘dor’, ‘dug’ merupakan ikon-ikon vokal yang juga dibuat untuk menirukan suara yang dihasilkan ketika terjadi suatu gerakan atau tindakan.

Contoh lainnya seperti parfum yang merupakan ikon penciuman yang menirukan bau-bauan alam, kayu yang diukir menjadi huruf alfabet juga merupakan ikon perabaan yang dapat dicerap melalui sentuhan.

Indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu yang lain. Berbeda dengan ikon. Indeks tidak sama dengan yang ditunjuknya, indeks hanya mengidentifikasikan sesuatu atau menunjukkan dimana sesuatu itu berada. Manifestasi paling tipikal dari kegiatan menunjuk adalah dengan mengarahkan jari telunjuk (indeks) yang secara naluriah dipakai oleh manusia untuk menunjuk dan

memastikan kedudukan suatu benda, seseorang, lokasi, ataupun peristiwa.selain itu, beberapa kata yang juga merupakan manifestasi bentuk implisit dari indeksikalitas seperti kata ‘di sini’, ‘di sana’, ‘di atas’, ‘di bawah’.untuk menujukkan suatu lokasi tertentu ketika seseorang membicarakannya.

Contoh lainnya seperti asap yang merupakan indeks dari api, atau ketika seorang mahasiswa yang membuat janji dengan dosen untuk bimbingan skripsi, kemudian dosen tersebut memberitahukan kepada mahasiswanya bahwa ia dapat mengenali si dosen dari pakaiannya yang menggunakan jas hitam, menggunakan kacamata, dan membawa tas berwarna coklat. Maka, jas hitam, kacamata dan tas coklat merupakan indeks dari dosen tersebut.

Simbol adalah tanda yang mewakili sesuatu yang proses penentuan simbol itu tidak mengikuti aturan tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa makna-makna simbolik dibentuk melalui konvensi sosial atau berdasarkan kesepakatan tertentu, sehingga tidak bisa langsung digambarkan. Misalnya tanda V yang dibentuk menggunakan jari telunjuk dan jari tengah merupakan simbol ‘perdamaian’, warna putih yang mewakili simbol ‘kesucian’. Bendera kuning dikalangan masyarakat Indonesia mewakili adanya seseorang yang meninggal dunia,

Dokumen terkait