Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Kiki Rifqi Nasrullah
1112051000054
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
i
Film sebagai media massa tidak hanya berfungsi sebagai media penyebar informasi. Lebih dari itu, film juga memiliki pesan yang terkandung di dalamnya. Mengangkat tema tentang emansipasi wanita, film Dokumenter He Named Me Malala membawakan kisah nyata yang sarat akan pesan dan pembelajaran. Kehadiran sutradara Davis Guggenheim yang sudah lama berkiprah sebagai sutradara film dokumenter membuat film ini dapat dengan mudah diterima di kalangan khalayak.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film dokumenterHe Named Me Malala?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode semiotika Charles Sanders Peirce yang membagi tipe-tipe tanda menjadi ikon, indeks dan simbol.Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu dapat dengan mudah dikenali oleh pemakainya.Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan antara representamen dengan objeknya.Sementara simbol adalah tanda yang bersifat arbitrer atau konvensional sesuai kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat (Wibowo, 2013: 18).
Pada pemabahasannya ditemukan delapan adegan yang menggambarkan tanda-tanda ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam.Beberapa diantaranya adalah kesamaan hak dan kewajiban bagi pria dan wanita, wanita berhak untuk mendapatkan pendidikan seperti pria, wanita berhak terjun dalam bidang politik demi kepeduliannya terhadap umat, wanita berhak untuk peduli terhadap sesama dengan berbagi dan saling tolong menolong.
Kesimpulannya adalah dalam film He Named Me Malala ini terdapat tanda-tanda ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam. Tanda ikon terlihat pada kisah dirinya yang aktif berusaha dengan gigih dalam membela hak-hak perempuan dan pendidikan anak-anak.Indeks yang muncul adalah ketika Malala berhasil meraih penghargaan Nobel Perdamaian akibat dari perjuangannya yang gigih dalam memperjuangkan hak-haknya sebagai perempuan dan pendidikan bagi anak-anak.Sementara simbol yang muncul ada pada dirinya sendiri yang begitu berani melawan penindasan yang dilakukan Taliban terhadap kaum wanita di tempat tinggalnya Mingora, Lembah Swat, Pakistan.
ii
Alhamdulillah wa syukrulillah segala puji bagi Allah SWT yang tak pernah berhenti memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis selama ini, sehingga dengan kekuatan dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa Allah limpahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang tidak pernah lelah berdakwah menyampaikan ajaran-ajaran Islam sehingga mampu membawa ummatnya menuju zaman yang terang dengan cahaya Islam dan ilmu pengetahuan. Semoga syafa’atnya
senantiasa tercurahkan kepada kita selaku ummatnya di hari kiamat kelak.
Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sangat menyadari bahwa setiap orang mempunyai kelemahan, begitu juga yang penulis rasakan dalam menjalani proses penyusunan skripsi ini seperti rasa malas, tidak bersemangat, jenuh dan bosan. Semua kelemahan itu menjadi penghambat proses penyusunan skripsi ini.
iii
baik. Terima kasih yang mendalam dan penghormatan ini peneliti berikan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.Ag sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, beserta Suprapto, M.Ed, Ph.D selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Masran, MA sebagai Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan Ibu Fita Faturokhmah, M.Si sebagai Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.
3. Bapak Drs. Hamdani, M.A sebagai dosen Penasihat Akademik.
4. Bapak Drs. H. Sunandar, MA sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan serta nasihat yang luar biasa sampai akhirnya peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
iv
perpustakaan utama yang telah memberikan pelayanan dan kerjasama selama peneliti menjalani studi di kampus.
7. Kepada bapak Jafar Sidik sebagai ayahanda peneliti dan Ibu Surati sebagai Ibunda peneliti yang tak pernah kenal lelah dalam mendidik dan membesarkan anaknya dengan perhatian dan kasih sayang serta selalu memberikan dukungan, motivasi, doa dan pengorbanannya baik moril ataupun materil sehingga peneliti bisa sampai seperti sekarang ini. pengorbanan kalian tidak dapat dibayar dengan apapun.
8. Kepada gilang Dwi Sakti sebagai adik peneliti yang juga tidak pernah lelah mendukung peneliti dalam segala hal. Semoga kau menjadi anak sholeh dan berbakti kepada orangtua.
9. Kepada Farida Wijayanti Rachman, SE yang tidak bosan-bosan memberikan bantuan, dukungan, motivasi dan doa sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
v
11. Sahabat-sahabat KKN Lebah (Panji, Lutfi, Syahid, Miko, Bogel, Denis, Bidara, Nisa, Tyas, Ami, Anis, Tika, Nunu, Devi dan Farida) terima kasih telah menjadi “keluarga kedua” yang memberikan keakraban dan
hangatnya ikatan kekeluargaan selama satu bulan KKN di Desa Kedung Tangerang.
Semoga segala partisipasi, dukungan, nasihat, motivasi dan doa yang penulis dapatkan dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat ganda. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan khususnya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Jakarta, September 2016
vi
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Metodologi Penelitian ... 6
F. Teknik Pengumpulan Data... 8
G. Tinjauan Pustaka ... 10
H. Sistematika Penulisan ... 12
BAB II TINJAUAN TEORITIS... 14
A. Tinjauan Umum Tentang Semiotik... 14
B. Tinjauan Umum Tentang Film... 22
C. Emansipasi Wanita Dalam Islam ... .41
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG FILMHE NAMED ME MALALA... 50
A. Sekilas Tentang FilmHe Named Me Malala... 50
vii
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN... 60
A. Pengantar Adegan-Adegan pada FilmHe Named Me Malala... 60
B. Anlisis Semiotik Ikon, Indeks dan Simbol Emansipasi Wanita Dalam Islam Pada FilmHe Named M Malala... 61
BAB V PENUTUP... 91
A. Kesimpulan ... 91
B. Saran... 92
DAFTAR PUSTAKA... 94
viii
Gambar 2.2 Model Semiotik Peirce ... 20
Gambar 3.1 David Guggenheim... 53
Gambar 3.2 Malala Yousafzai... 55
Gambar 3.3 Ziauddin Yousafzai ... 57
Gambar 4.1 Malala Dalam Sebuah Acara Televisi ... 61
Gambar 4.2 Seorang Gadis Sedang Berbicara ... 63
Gambar 4.3 Suasana Sebuah Kelas ... 68
Gambar 4.4 Malala Berbincang Dengan Presiden Obama... 72
Gambar 4.5 Malala Berpidato di Nigeria ... 77
Gambar 4.6 Malala Berpidato Untuk PBB... 80
Gambar 4.7 Gambar Seorang Gadis... 83
1
Keberadaan film di tengah kehidupan masyarakat seolah menjadi candu yang mampu memberikan beberapa nilai dan pesan tertentu bagi khalayaknya. Film dikonsep dengan sedemikian rupa dengan pemilihan pemain, kostum, lokasi, musik dan unsur lainnya. Sebagai sebuah karya teknologi, film dapat dipandang dalam dua hal yaitu dari segi fisik dan non fisik.1
Secara fisik, film banyak dipengaruhi oleh penemuan dan kemajuan dari perpaduan teknologi saat ini. Hal ini tampak pada wujud teknologi perekaman maupun penyajiannya. Sedangkan dari segi non fisik atau cerita, film lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perkembangan budaya.2
Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memiliki kapasitas untuk memuat pesan yang sama secara serempak dan mempunyai sasaran yang beragam seperti agama, etnis, status, umur dan tempat tinggal dapat memainkan peranan sebagai saluran penarik untuk pesan-pesan tertentu
1
Estu Miyarso,Pengembangan Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Sinematografi, (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta, 2009), h. 1.
2
dari manusia dan untuk manusia. Dengan melihat film kita dapat memperoleh informasi dan gambar tentang realitas tertentu.3
Selain sebagai media penyebar informasi, film juga sarat akan pesan dan pembelajaran. Salah satunya adalah film dokumenter, istilah dokumenter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia artinya bersifat dokumentasi,4 sedangkan dalam terminologi dunia istilah dokumenter pertama kali dilontarkan oleh Jhon Grierson, kemudian istilah dokumenter tersebut digunakan oleh banyak orang untuk menamai film yang menceritakan perihal kisah nyata dan sesuai fakta atau film yang bertumpu pada dokumen yang ada, Perbedaan film-film seni dengan film dokumenter adalah pada nilai kebenaran dan faktualnya.5
Kisah hidup inspiratif yang sarat akan pesan dan pembelajaran kerap menarik banyak filmmaker untuk mengangkatnya ke dalam sebuah film. Salah satunya yakni kisah hidup dari peraih Nobel Perdamaian Laureate Malala Yousafzai. Seorang sutradara yang memenangkan piala Oscar melalui filmnya An Incovinient Truth yakni Davis Guggenheim,6 yang mengangkat kisah aktivis perempuan asal Pakistan ini ke dalam film dokumenter berjudul He Named Me Malala.
3
Asep S Muhtadi dan Sri Handayani, Dakwah Kontemporer: Pola Alternatif Dakwah Melalui TV,(Bandung: Pusdai Press, 2000), h. 95.
4
http://kbbi.web.id/dokumenter Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 18:27 WIB. 5
Apip,Pengantar Film Dokumenter,(Bandung: PTF Press STSI, 2011), h. 36. 6
Guggenheim sendiri tidak membuat ulang kisah hidup Malala dengan tujuan untuk menyentuh emosi penonton dengan menyelipkan beberapa video asli, wawancara dan animasi.7 Menurut Effendy, film dapat memberikan pengaruh yang sangat besar sekali pada jiwa manusia (penonton). Dalam suatu proses menonton sebuah film, terjadi suatu gejala yang disebut oleh ilmu jiwa sosial sebagai identifikasi psikologi.8
Film produksi National Geographic Channel dan FOX Searchlight Pictures ini mengangkat potret mengharukan Laureate Malala Yousafzai yang diincar oleh Taliban dan terluka parah setelah ditembak dalam perjalanan pulang di sebuah bus sekolah di Swat Valley, Pakistan. Selain ditayangkan di bioskop, film ini juga ditayangkan oleh National Geographic Channel secara eksklusif melalui medium televisi dengan maksud agar dapat menjangkau khalayak yang lebih luas, seperti yang dikatakan oleh CEO National Geographic Globall Networks, Courteney Monroe berikut ini:
“Film yang luar biasa dan sudah mendapat pengakuan ini, berhasil membuat penonton terpukau dengan perjuangan yang telah dilakukan oleh gadis muda ini dan menggugah mereka untuk ikut turut serta membuat perubahan.Dan sekarang, dalam kelanjutan kemitraan kami dengan FOX Searchlight Pictures, kami membawa film penting ini kepada penonton yang lebih luas dengan program penayangan global perdana ekslusif.”9
7
Metro TV News, “Kisah Peraih Nobel Perdamaian Dalam Film He Named Me Malala.” Diakses pada 03 Oktober 2016 pukul 21:08 WIB dari http://hiburan.metrotvnews.com/read/2015/11/07/188443/kisah-peraih-nobel-perdamaian-dalam-film-he-named-me-malala.
8
Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2003), h. 207.
9
Film ini mengajak penonton untuk masuk ke dalam kehidupan Malala sebelum dan sesudah insiden penembakan. Ia berumur lima belas tahun ketika peristiwa itu terjadi. Ketika itu ia dan ayahnya dikucilkan karena berjuang bagi pendidikan kaum perempuan. Malala dengan ajaibnya bertahan meski sudah mengalami luka parah di bagian kepala kiri, leher dan bahunya. Sekarang Malala memimpin sebuah gerakan untuk pendidikan perempuan secara global sebagai salah satu pendiri Malala Fund.
Dalam membuat film ini, Davis Guggenheim mengamati cara Malala, ayahnya dan keluarganya berkomitmen untuk memperjuangkan pendidikan untuk anak-anak perempuan di dunia. Film ini memberikan gambaran kehidupan Malala mulai dari kedekatan dengan ayahnya, pidato emosionalnya di PBB hingga canda tawanya di rumah dengan kedua orang tuanya serta adiknya.10
Hal yang menarik dari film ini adalah ketika Malala dengan ajaibnya dapat sembuh dari luka tembakan yang dideritanya dan melanjutkan perjuangannya bagi hak-hak perempuan dan pendidikan anak-anak di seluruh dunia. Klimaks pada film ini adalah ketika Malala meraih penghargaan Nobel Perdamaian yang diberikan oleh Komite Nobel Norwegia pada tahun 2014 lalu.11 Uniknya, Malala meraih penghargaan tersebut diusianya yang masih sangat
10
Muvila, “He Named Me Malala Kisahkan Hidup Aktivis Dari Pakistan.” Artikel Diakses Pada 03 Oktober 2016 pukul 19:49 WIB dari http://www.muvila.com/tv/artikel/he-named-me-malala-kisahkan-hidup-aktivis-dari-pakistan-1603095.html.
11
muda yaitu tujuh belas tahun. Malala menjadi peraih penghargaan Nobel termuda sepanjang sejarah. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk menyusun skripsi ini dengan judul “Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita Dalam Islam Pada Film
DokumenterHE NAMED ME MALALA”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan masalah
Agar penelitian ini terfokus pada satu permasalahan, maka penulis membatasi penelitian ini pada adegan dan dialog yang menggambarkan makna emansipasi wanita dalam Islam.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana makna ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film dokumenterHe Named Me Malala?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1) Manfaat Akademis
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu komunikasi. Secara khusus penelitian ini diharapkan mampu memperkaya literatur-literatur kajian semiotik terutama kajian semiotik dalam film yang mengunakan model Charles S. Peirce.
2) Manfaat Praktis
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi praktisi perfilman, praktisi komunikasi, terutama mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam agar dapat mengetahui bagaimana makna ikon, indeks dan simbol terbentuk dalam sebuah filmHe Named Me Malala.
E. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.12
12
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis deskriptif yang berfokus pada penelitian yang bersifat non hipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.13
Secara harfiah, penelitian kualitatif tidak diperoleh dari proses kuantifikasi, penghitungan statistik ataupun cara-cara lain yang menggunakan ukuran angka.14 Penelitian kualitatif berarti sesuatu yang berkaitan dengan kualitas, nilai atau makna yang terdapat dalam fakta, nilai, kualitas atau makna yang hanya dapat diungkapkan dan dijelaskan melalui linguistik, bahasa atau kata-kata.
Penelitian ini menggunakan teori semiotik milik Charles S. Peirce yang membagi tanda atas ikon, indeks dan simbol. Penulis memilih visual dari film He Named Me Malala, kemudian diteliti dan dijelaskan secara rinci berdasarkan ikon, indeks dan simbol.
2. Objek dan Unit Analisis
Objek yang digunakan pada penelitian ini adalah film He Named Me Malala, sedangkan unit analisis pada penelitian ini adalah potongan-potongan gambar atau visual dan teks yang terdapat dalam filmHe Named Me Malalayang berkaitan dengan rumusan masalah penelitian.
13
Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik(Jakarta: PT. Bina Aksara, 1989), h. 194.
14
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2016. Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan di kediaman penulis, tepatnya di Kota Tangerang.
4. Sumber Data
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer, berupa sebuah video softcopyfilm He Named Me Malala dengansubtitlebahasa Indonesia.
b. Data Sekunder, berupa dokumen tertulis yang diperoleh dari literatur-literatur yang mendukung data primer seperti buku-buku, kamus, Koran, majalah, ataupun internet yang berhubungan dengan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Observasi, yaitu melakukan pengamatan secara langsung dan bebas terhadap objek penelitian dan unit analisis.15 Hal ini dilakukan dengan cara menonton dan mengamati adegan-adegan dan dialog yang ada pada film He Named Me Malala. Kemudian peneliti memilih dan menganalisis sesuai dengan pertanyaan penelitian.
15
b. Dokumentasi, yaitu dengan mencari data-data dari berbagai bentuk dokumen seperti tulisan, gambar atau karya-karya dari seseorang yang ada kaitannya dengan penelitian ini.16
5. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dari data primer dan sekunder kemudian diklasifikasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian yang sudah ditentukan.Setelah data terklasifikasi, kemudian data dianalisis dengan menggunakan model analisis semiotik Charles Sanders Peirce.
Charles Sander Peirce adalah salah satu peletak dasar-dasar kajian semiotika.Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai “grand theory” dalam semiotik. Gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan.Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal.17
Upaya klasifikasi yang dilakukan oleh Peirce memiliki kekhasan tersendiri meski tidak bisa dibilang sederhana, Peirce membagi tipe-tipe tanda menjadi ikon, indeks dan simbol yang didasarkan atas relasi antara representamen dan objeknya.18
16
Sugiyono,Memahami Penelitian Kualitatif, h. 82. 17
Alex Sobur, Analisis Teks Media:Suatu Pengantar Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing,h. 97.
18
Ikon adalah tanda yang mengandung kemiripan rupa sehingga tanda itu dapat dengan mudah dikenali oleh para pemakainya.Di dalam ikon hubungan antara representamen dengan objeknya terwujud sebagai kesamaan dalam beberapa kualitas.
Indeks adalah tanda yang memiliki keterkaitan antara representamen dengan objeknya. Di dalam indeks, hubungan antara representamen dengan objeknya bersifat kongkret, aktual dan biasanya melalui cara yang sekuensial atau kausal.
Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional sesuai kesepakatan sejumlah orang atau masyarakat.Tanda-tanda dari kebahasaan umumnya adalah simbol-simbol.
Tabel 1.1 : Tabel Semiotik Charles Sanders Peirce.
Jenis tanda Ditandai Dengan Contoh Proses Kerja
Ikon - Persamaan
(Kesamaan) -Kemiripan
Gambar, Foto, Patung
-Dilihat
Indeks -Hubungan
Sebab Akibat -Keterkaitan
-Asap----Api -Gejala----Penyakit
-Diperkirakan
Simbol -Konvensi atau -Kesepakatan Sosial
-Kata-kata -Isyarat
-Dipelajari
G. Tinjauan Pustaka
referensi tambahan selain buku, artikel maupun internet. Adapun beberapa judul skripsi yang penulis temukan adalah sebagai berikut:
1) “Makna Toleransi agama dalam film Bajrangi Bhaijaan” oleh Devi Feria Artika tahun 2016 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan dengan skripsi ini sama-sama menggunakan objek film pada penelitiannya. Sedangkan perbedaannya yaitu pada analisis yang digunakan. Pada skripsi sebelumnya menggunakan analisis semiotik Roland Barthes.
2) “Analisis Semiotik Kecantikan Wanita Muslimah Pada Iklan Shampo Sunsilk Clean And Fresh Versi Laudya Cintya Bella” oleh Rezania
Meidiati tahun 2016 jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini sama-sama menggunakan analisis semiotic Charles Sanders Peirce. Sedangkan perbedaannya yaitu pada objek penelitiannya, skripsi sebelumnya menggunakan objek Iklan pada penelitiannya.
3) “Analisis Semiotika Tentang Kesetiaan Seorang Istri Terhadap Suami Dalam Film Habibie dan Ainun” oleh Rizky Maulana tahun 2016 jurusan
Dari beberapa skripsi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa belum ada mahasiswa/I yang meneliti tentang Analisis Semiotik Makna Emansipasi Wanita dalam Islam pada Film Dokumenter He Named Me Malala. Oleh karena itu penulis menggunakan analisis semiotik untuk film He Named Me Malalaini.
H. Sistematika Penulisan
Sistematika pada penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, pada masing-masing bab dibagi ke dalam sub-bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN, memuat latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORITIS, bab ini memuat tinjauan umum tentang semiotik yang meliputi pengertian semiotik dan model semiotik Charles S. Peirce. Pengertian umum film yang meliputi definisi, unsur, jenis-jenis, film sebagai media komunikasi massa dan pengertian film dokumenter. Tinjauan tentang emansipasi wanita, pengertian dan emansipasi wanita dalam Islam.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi analisis ikon, indeks dan simbol emansipasi wanita dalam Islam pada film He Named Me Malala.
14
A. Tinjauan Umum Tentang Semiotik
1. Pengertian Umum Semiotik
Semiotik di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan sistem tanda dan lambang dalam kehidupan manusia.1Istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeicon yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang
dapat mewakili sesuatu yang lain atas dasar konvensi sosial.2
Dalam pengertiannya sebagai fakta historis, seorang pendiri ilmu kedokteran modern bernama Hippocrates (460-377 SM) yang mengusulkan istilah ‘semiotika’ dan mendefinisikannya sebagai cabang
ilmu kedokteran untuk mempelajari gejala-gejala.3Gejala sebagai semeion berarti ‘ciri atau tanda’ yang menunjukkan sesuatu di luar
dirinya.Hippocrates mengklaim bahwa tugas utama seorang dokter adalah menyingkapkan hal-hal yang ditunjukkan oleh gejala-gejala ini dalam kaitannya dengan tubuh manusia.
Umberto Eco mendefinisikan semiotika sebagai disiplin ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang bisa dipakai untuk berbohong, karena 1
http://kbbi.web.id/semiotik, Diakses pada 03 Agustus 2016 pukul 12:11 WIB 2
Akhmad Muzakki, Kontribusi Semiotika dalam Memahami Bahasa Agama, (Malang: UIN Malang Press, 2007), h. 9.
3
Jika sesuatu tidak bisa dipakai untuk berbohong, sebaliknya itu tidak bisa
dipakai untuk berkata jujur; dan pada kenyataannya tidak bisa dipakai
untuk apapun juga.4
Menurut Preminger semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.Ilmu ini
menganggap bahwa fenomena sosial atau masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda.Konvensi-konvensi yang memungkinkan
tanda-tanda tersebut mempunyai arti.5
Ferdinand de Saussure berpendapat tentang teori tanda dalam konteks
semiotik. Saussure meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia
dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda).6 Signifier adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa
yang ditulis dan dibaca.Signifiedadalah gambaran mental dari bahasa.
Sementara Peirce berpendapat bahwa dasar semiotika konsep tentang
tanda tidak hanya tentang bahasa dan sistem komunikasi yang tersusun
oleh tanda-tanda saja. Melainkan seluruh dunia itu sendiri pun terdiri atas
tanda-tanda selama hal itu terkait dengan pemikiran manusia.7 Dengan
begitu, manusia bisa saling menjalin hubungannya dengan realitas.
4
Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 33.
5
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing,h. 96.
6
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, (Yogyakarta: MedPress, 2009), h. 103
7
Mengacu pada beberapa pendapat para ahli di atas, dapat dipahami
bahwa semiotik merupakan suatu ilmu atau metode analisis yang mengkaji
tentang tanda-tanda, tanda tanda tersebut dimaknai sebagai wujud dalam
memahami kehidupan yang digunakan oleh manusia sebagai alat untuk
berbagai tujuan. Salah satunya adalah untuk berinteraksi dengan orang lain
sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan disekitarnya.
2. Model Semiotik Charles Sanders Pierce
Peirce dilahirkan di Cambridge, Massachusetts, tahun 1839, Ia lahir
dari keluarga intelektual. Ayahnya, Benyamin adalah seorang profesor
matematika di Universitas Harvard. Ia menjalani pendidikan di Universitas
Harvard, pada tahun 1859 dia menerima gelar BA, kemudian pada tahun
1862 dan 1863 secara berturut-turut dia menerima gelar M.A dan B.Sc dari
Universitas Harvard.8
Peirce memberi kuliah mengenai logika dan filsafat di Universitas
John Hopkins dan Harvard.Ia melakukan percobaan untuk menentukan
kepadatan dan bentuk bumi, serta mengembangkan sistem logika yang
diciptakan oleh ahli matematika Inggris George Boole (1815-1864).9
Namun, peirce paling dikenal melalui sistem filsafatnya yang kemudian
dinamakanpragmatisme.
8
Indiawan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi Praktis Bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi,(Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013), h. 17.
9
Dalam teorinya, Peirce menyebut “sesuatu” yang pertama yang
“konkret” adalah suatu perwakilan yang disebut dengan representamen,
dalam hal ini adalah tanda.10 Sedangkan benda, gagasan, konsep dan
seterusnya adalah sesuatu yang ada di dalam kognisi, Peirce menyebutnya
sebagai object. Proses hubungan dari representamen ke objek disebut dengan semiosis. Dalam pemaknaan suatu tanda, semiosis ini belum lengkap karena kemudian ada satu proses lanjutan lagi yang disebut
dengan interpretant (proses penafsiran). Jadi, secara garis besar, pemaknaan suatu tanda terjadi dalam bentuksemiosisdari yang konkret ke dalam kognisi manusia yang hidup bermasyarakat. Yakni dengan
mengaitkan tiga segi antara representamen, objek dan interpretan.
Representamen(X)
Objek(Y) Interpretan(X = Y)
Gambar 2.1: Tanda Peircean.
Bagi Peirce tanda adalah sesuatu yang digunakan agar tanda bisa
berfungsi, Peirce menyebutnya dengan ground. Sebagai konsekuensinya, tanda selalu terdapat dalam hubungan triadik yakni ground, object dan
10
interpretant. Peirce membagi ground ke dalam tiga bagian yakni qualisign, sinsigndanlegisign.11
1) Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata-kata kasar, keras, lemah, lembut dan merdu.
2) Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda, misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruhyang menandakan bahwa ada hujan di hulu sungai.
3) Legisign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu-rambu lalu lintas yang menandakan hal-hal yang boleh dan tidak boleh
dilakukan oleh masyarakat.
Berdasarkan interpretant, tanda dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisigndanargument.
1) Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya bisa saja
menandakan bahwa orang itu baru saja menangis, atau mempunyai
penyakit mata, atau baru bangun tidur, atau yang lainnya.
2) Dicent Sign atau Dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya jika pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka di tepi jalan tersebut
dipasang rambu lalu lintas yang menandakan bahwa jalan tersebut
sering terjadi kecelakaan.
11
3) Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.
Sedangkan berdasarkan objeknya, Peirce juga membaginya ke dalam
tiga bagian, yakniikon, indeks,dansimbol.12
1) Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali benda atau realitas yang ditandainya, misalnya foto dan peta.
2) Indeks adalah hubungan langsung antara tanda dan objeknya. Ia merupakan tanda yang hubungan eksistensionalnya langsung dengan
objeknya. Misalnya, asap adalah indeks api dan bersin adalah indeks
flu.
3) Simbol adalah tanda yang memiliki hubungan dengan objeknya berdasarkan konvensi, kesepakatan atau aturan kata-kata pada
umumnya. Misalnya palang merah adalah simbol dan angka adalah
simbol.
Ketiga tipe tanda ini(ikon, indeks, simbol)dapat dimodelkan ke dalam sebuah segitiga sebagai berikut:
12
Ikon
[image:32.595.139.513.96.588.2]Indeks Simbol
Gambar 2.2: Model Semiotik Peirce.
Ikonadalah tanda yang mirip dengan referennya dengan cara tertentu. Misalnya foto wajah adalah ikon visual yang menunjukkan wajah seseorang
yang sebenarnya. Kata-kata onomatopoetik seperti ‘gug-gug’ adalah ikon vokal yang dibuat untuk menirukan suara seekor anjing, selain itu suara
seperti ‘tok’, ‘dor’, ‘dug’ merupakan ikon-ikon vokal yang juga dibuat untuk
menirukan suara yang dihasilkan ketika terjadi suatu gerakan atau tindakan.
Contoh lainnya seperti parfum yang merupakan ikon penciuman yang
menirukan bau-bauan alam, kayu yang diukir menjadi huruf alfabet juga
merupakan ikon perabaan yang dapat dicerap melalui sentuhan.
Indeks adalah ikon yang menggantikan atau menunjuk ke sesuatu dalam hubungannya dengan sesuatu yang lain. Berbeda dengan ikon. Indeks
tidak sama dengan yang ditunjuknya, indeks hanya mengidentifikasikan
sesuatu atau menunjukkan dimana sesuatu itu berada. Manifestasi paling
tipikal dari kegiatan menunjuk adalah dengan mengarahkan jari telunjuk
memastikan kedudukan suatu benda, seseorang, lokasi, ataupun
peristiwa.selain itu, beberapa kata yang juga merupakan manifestasi bentuk
implisit dari indeksikalitas seperti kata ‘di sini’, ‘di sana’, ‘di atas’, ‘di
bawah’.untuk menujukkan suatu lokasi tertentu ketika seseorang
membicarakannya.
Contoh lainnya seperti asap yang merupakan indeks dari api, atau
ketika seorang mahasiswa yang membuat janji dengan dosen untuk
bimbingan skripsi, kemudian dosen tersebut memberitahukan kepada
mahasiswanya bahwa ia dapat mengenali si dosen dari pakaiannya yang
menggunakan jas hitam, menggunakan kacamata, dan membawa tas berwarna
coklat. Maka, jas hitam, kacamata dan tas coklat merupakan indeks dari
dosen tersebut.
Simbol adalah tanda yang mewakili sesuatu yang proses penentuan simbol itu tidak mengikuti aturan tertentu. Hal yang perlu diperhatikan adalah
bahwa makna-makna simbolik dibentuk melalui konvensi sosial atau
berdasarkan kesepakatan tertentu, sehingga tidak bisa langsung digambarkan.
Misalnya tanda V yang dibentuk menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
merupakan simbol ‘perdamaian’, warna putih yang mewakili simbol
‘kesucian’. Bendera kuning dikalangan masyarakat Indonesia mewakili
B. Tinjauan Umum Tentang Film
1. Pengertian Umum Film
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan dalam dua
pengertian. Pertama film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid
untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat
gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Kedua, film diartikan
juga sebagai lakon (cerita) gambar hidup.13 Dalam bahasa inggris film
dikenal denganmovieyang mengandung arti gambar hidup dan bioskop.14
Menurut UU 8/1992, sebagaimana dikutip oleh Taufan Saputra dalam
jurnalnya yang berjudul “Representasi Analisis Semiotik Pesan Moral
Dalam Film 2012 Karya Roland Emmrich”, definisi film adalah sebagai
berikut.
“film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan/atau lainnya.”15
Film sebagai penanda berarti teks yang memuat serangkaian citra
fotografi yang mengakibatkan timbulnya ilusi gerak dan tindakan dalam
kehidupan nyata. Sedangkan sebagai petanda, film merupakan cermin bagi
13
http://kbbi.web.id/film, Diakses pada 20 Juli 2016 pukul 15:45 14
John M. Echols dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia,(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), h. 387.
15
[image:34.595.137.512.245.627.2]kehidupan metaforis.16 Di dalam genre film terdapat sistem signifikasi yang dapat di tanggapi oleh setiap orang. Hal ini jelas bahwa topik dalam
film menjadi sangat pokok dalam kajian semiotika media dan melalui film,
setiap orang mencari inspirasi, wawasan, rekreasi dan informasi.
2. Film Sebagai Media Massa
Pada awal kemunculannya di akhir abad ke-19, film menjelma
menjadi sebuah alat presentasi dan distribusi dari tradisi hiburan yang
menawarkan cerita, panggung, musik, drama, humor dan trik teknis bagi
konsumsi populer. Film juga hampir menjadi media massa yang dalam
artiannya bahwa film mampu menjangkau populasi dalam jumlah besar
dengan cepat.
Terdapat tiga elemen penting dalam sejarah film sebagai bisnis
pertunjukkan.Pertama, penggunaan film untuk propaganda sangat
signifikan, terutama jika diterapkan untuk tujuan nasional dan kebangsaan,
berdasarkan jangkauannya yang luas, sifatnya yang riil, dampak
emosional, dan popularitas.17 Dua elemen lain dalam sejarah film adalah
munculnya beberapa sekolah seni film dan munculnya gerakan film
dokumenter.
Sejarah film mengalami perubahan besar yang disebut dengan
‘Amerikanisasi’.Perubahan ini terjadi setelah perang dunia I dengan
16
Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,(Yogyakarta: Jalasutra, 2010), h. 134.
17
munculnya televisi dan pemisahan film dari bioskop.18Televisi mengambil
sebagian besar khalayak film, terutama khalayak keluarga dan sedikit dari
khalayak kalangan anak muda. Televisi juga mengambil atau mengalihkan
dokumenter sosial dari perkembangan film dan memberikannya kepada
program yang biasanya bersifat jurnalistik atau laporan khusus.
Bagaimanapun program tersebut tidak memiliki efek yang sama pada seni
film atau nilai estetika film.
Pemisahan antara film dengan bioskop merujuk kepada banyaknya
cara untuk menonton film. Dari mulai pertunjukkan awal di bioskop,
televise penyiaran, penyiaran kabel, rekaman video, penjualan atau
penyewaan DVD, televisi satelit dan saat ini internet digital.19
Perkembangan-perkembangan ini memiliki dampak tertentu, yakni
membuat film tidak lagi sebagai pengalaman publik bersama dan lebih
kepada pengalaman pribadi.
Meskipun media film telah dinomorduakan oleh media televisi, film
justru lebih menyatu dengan media lain, terutama penerbitan buku, musik
dan televisi. Film telah berperan besar, walaupun berkurang khalayaknya,
film justru menjadi sumber kebudayaan yang darinya menghasilkan buku,
kartun strip, lagu dan bintang televisi serta serial.20 Oleh karena itu, film
merupakan pencipta budaya massa yang dapat dijangkau oleh televisi,
rekaman digital, kabel dan saluran satelit.
18
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa, h. 36. 19
Denis McQuail,Teori Komunikasi Massa, h. 36. 20
3. Unsur-Unsur Pembentukan Film
Menurut Himawan Pratista, secara umum film dibagi menjadi dua
unsur pembentuk, yakni unsur naratif dan unsur sinematik.21 Kedua unsur
tersebut saling berinteraksi dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya
dalam membentuk sebuah film. Baik unsur naratif ataupun sinematik tidak
akan dapat berdiri sendiri dalam membentuk sebuah film. Unsur naratif
bisa berupa bahan atau materi yang akan diolah, sedangkan sinematik bisa
dikatakan sebagai cara atau gaya untuk mengolah bahan tersebut.
a) Unsur Naratif
Unsur naratif berhubungan dengan cerita film atau tema film yang
akan digarap, setiap film cerita selalu memiliki unsur naratif dan tidak
terlepas dari unsur-unsur seperti tokoh, masalah, konflik, waktu, lokasi
dan lain-lainnya. Tokoh memiliki peran dan karakteristik tertentu dalam
pembentukan film, selain itu permasalahan yang muncul juga menjadi
unsur lain yang membentuk film sehingga permasalahan yang muncul
akan melahirkan konflik diantara para tokoh ataupun hal lainnya. Hal
ini tentu berkaitan pula dengan lokasi dan waktu kejadian.
Elemen-elemen inilah yang membentuk keseluruhan unsur naratif.Aspek
kausalitas antara elemen-elemen tersebut menjadi pokok pembentuk
unsur narasi.
21
b) Unsur Sinematik
Unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis dalam pembentukan
sebuah film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok,
yakni:mise-en-scene, sinematografi, editingdan suara.22Mise-en-scene adalah segala hal yang berada di depan kamera. Mise-en-scene memiliki empat elemen pokok, yakni: setting atau latar, tata cahaya, kostum dan make up, sertaactingdan pergerakan pemain.
Sinematografi adalah hubungan esensial tentang perlakuan terhadap
kamera dan bahan baku yang digunakan serta kamera digunakan untuk
memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan objek yang akan
direkam. Editing secara teknis adalah aktivitas dari proses pemilihan, penyambungan gambar-gambar atau shot yang sudah diambil. Sedangkan suara dalam film adalah seluruh unsur bunyi yang
berhubungan dengan gambar.Elemen-elemen dari suara bisa berupa
dialog, musik ataupuneffect.
4. Jenis-jenis Film
Menurut Heru Effendy, jenis-jenis film terbagi atas film dokumenter,
film cerita panjang dan film cerita pendek:23
22
Himawan Pratista,Memahami Film, h. 1-2. 23
a. Film Dokumenter
Dokumenter adalah sebutan yang diberikan untuk film pertama
karya Lumiere bersaudara yang berkisah tentang perjalanan yang dibuat
sekitar tahun 1890-an. Tiga puluh enam tahun kemudian, kata
‘dokumenter’ kembali digunakan oleh pembuat film dan kritikus film
asal Inggris John Grierson untuk film Maana (1926) karya Robert
Flaherty. Grierson berpendapat dokumenter merupakan cara kreatif
mempresentasikan realitas.
Sekalipun Grierson mendapat tentangan dari berbagai pihak,
pendapatnya tetap relevan sampai saat ini. film dokumenter menyajikan
realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan.
Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan
penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang atau
kelompok tertentu. Pada intinya, film dokumenter tetap berpijak kepada
hal-hal yang nyata.
b. Film Cerita Pendek(Short Films)
Durasi film cerita pendek biasanya di bawah 60 menit.Di
negara-negara maju seperti Jerman, Amerika Serikat, Kanada dan Australia,
film cerita pendek dijadikan sebagai laboratorium eksperimen dan batu
loncatan bagi seseorang/sekelompok orang untuk kemudian
memproduksi film cerita panjang. Jenis film ini banyak dihasilkan dari
menyukai dunia perfilman dan ingin berlatih membuat film dengan
baik.
Sekalipun demikian, ada pula orang/kelompok yang
mengkhususkan diri untuk memproduksi film pendek. Umumnya
hasil-hasil film pendek ini dipasok ke rumah-rumah produksi atau saluran
televisi.
c. Film Cerita Panjang(Feature Length Films)
Film cerita panjang ini berdurasi lebih dari 60 menit, biasanya
durasi untuk film cerita panjang antara 90 sampai 100 menit. Film yang
diputar di bioskop umumnya termasuk dalam kelompok ini, bahkan
film-film bioskop terkadang mencapai durasi lebih dari 100 menit,
misalnya saja film Dances With Wolves yang berdurasi lebih dari 120 menit. Film-film produksi India yang cukup banyak beredar di
Indonesia, rata-rata berdurasi hingga 180 menit.
5. Teknik Pengambilan Gambar
Untuk mengetahui dan membedakan antara satu shot dengan shot yang lainnya, maka teknik pengambilan gambar ini dibedakan menjadi
empat kategori, yaitu sudut pengambilan gambar, ukuranshot,kamera dan gerakan objek.24
24
1) Sudut Pengambilan Gambar(Camera Angle)
Seorang juru kamera yang akan melakukan pengambilan gambar
terhadap suatu objek, bisa menggunakan lima cara, yakni bird eye view, high angle, low angle, eye leveldanfrog eye:25
• Bird Eye View
Teknik ini dilakukan dengan ketinggian kamera di atas
ketinggian objek yang direkam. Hasil perekaman teknik ini
memperlihatkan lingkungan yang demikian luas dengan
benda-benda lain yang tampak kecil tanpa mempunyai makna.
• High Angle
Sudut pengambilan gambar dari atas objek sehingga terkesan
objek jadi mengecil, selain itu teknik pengambilan gambar ini
mempunyai kesan dramatis, yakni nilai “kerdil”.
• Low Angle
Artinya, sudut pengambilan gambar dari arah bawah objek
sehingga kesan objek jadi membesar, sama seperti high angle, low angle juga memberikan kesan dramatis yakni kesan prominence (keagungan).
25
• Eye Level
Sudut pengambilan gambar diambil sejajar dengan objeknya.
Eye level ini tidak memberikan kesan dramatis karena dalam kondisi shot yang biasa-biasa saja. Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang yang berdiri atau pandangan
mata seseorang yang mempunyai ketinggian tubuh tepat tingginya
sama dengan objeknya.
• Frog Eye
Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian
kamera sejajar dengan dasar (alas) kedudukan objek atau dengan
ketinggian yang lebih rendah dari kedudukan objek. Teknik ini
menghasilkan satu pandangan objek yang sangat besar, mengerikan
dan penuh misteri.
2) Ukuran Gambar
Menurut Naratama, ukuran gambar terbagi menjadi Sembilan
bagian. Diantaranya extreme long shot, very long shot, long shot, medium long shot, medium shot, middle close up, close up, big close updanextreme close up:26
26
• Extreme Long Shot(ELS)
Shot ini digunakan ketika ingin mengambil gambar yang sangat-sangat jauh, panjang, luas dan berdimensi lebar. Misalnya opening sceneuntuk sebuah adegan di sebuah rumah kecil di padang pasir.
• Very long Shot(VLS)
Kunci pertama dalam pengambilan gambar ini adalah one location. Teknik VLS ini biasanya digunakan untuk pengambilan gambar yang panjang, jauh dan luas, namun masih lebih kecil dari
extreme long shot. Misalnya adegan perang di pegunungan di mana penonton perlu divisualkan untuk menggambarkan adegan dengan
banyak objek.
• Long Shot(LS)
Ukuran long shot digunakan untuk menggambarkan objek secara utuh, misalnya gambar manusia seutuhnya dari ujung rambut
hingga ujung sepatu. Long shot dikenal sebagai landscape Format yang mengantarkan mata penonton kepada keluasan suatu suasana
dan objek.
• Medium Long Shot(MLS)
Angle ini seringkali digunakan untuk memperkaya keindahan gambar. Terutama pada saat transisi gambar yang disambungkan
[image:43.595.139.517.218.582.2]• Medium Shot(MS)
Biasanya digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk
syuting wawancara. Dengan memperlihatkan subjek orang dari
tangan hingga ke atas kepala, maka penonton akan dapat melihat
dengan jelas ekspresi dan emosi dari wawancara yang sedang
berlangsung.
• Middle Close Up(MCU)
Teknik ini digunakan untuk memperdalam gambar dengan lebih
menunjukkan profil dari objek yang direkam, misalnya seorang
narasumber yang sedang berbicara kemudian teknik ini hanya fokus
kepada narasumber saja yang menampilkan profil, bahasa tubuh dan
emosi narasumber yang bisa terlihat dengan jelas.
• Close Up(CU)
Teknik ini adalah komposisi gambar yang paling popular. CU
merekam gambar penuh dengan menampilkan leher hingga ke ujung
batas kepala. CU digunakan sebagai komposisi gambar yang paling
baik untuk menggambarkan reaksi atau emosi seseorang dari sebuah
adegan.
• Big Close Up(BCU)
objek. Maka kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka,
kehinaan emosi hingga keharuan yang tiada bertepi adalah
ungkapan-ungkapan yang terwujud dalam komposisi gambar ini.
• Extreme Close Up(ECU)
Kekuatan ECU ini terletak pada kedekatan dan ketajaman yang
hanya fokus pada satu objek. Misalnya ECU digunakan untuk
mengambil gambar hidung atau mata saja. Teknik ini sering
digunakan dalam video musik untuk transisi gambar menuju shot berikutnya.
3) Gerakan Kamera
Untuk membuat suatu tampilan gambar yang menarik, perlu
adanya teknik menggerakkan kamera. Di bawah ini ada beberapa
gerakan kamera yang menghasilkan gambar yang berbeda,27 sebagai
berikut:
• Zoom In/Zoom Out (Kamera Tidak Bergerak, tetapi menekan
tombolzooming)
Pada kamera video terdapat lensa zoom yang berguna untuk mendekatkan atau menjauhkan gambar/objek tanpa mendekati atau
menjauhi objek tersebut. Biasanya tombol berbentuk pipih dan jika
27
ditekan ke bagian depan, efeknya zoom inatau mendekatkan dan jika ditekan ke belakang, efeknyazoom outatau menjauhkan.
• Panning (kamera tidak bergerak, tetapi tripod penyangga kaki tiga
yang digerakkan ke kanan dank ke kiri)
Untuk menampilkan gambar mendatar secara berurutan dan halus.
Kamera dapat digerakkan secara panning dengan kamera tetap berada di tempat. Jika kamera digerakkan ke kiri disebut dengan pan left, jika kamera digerakkan ke kanan disebut pan right. Untuk bisa menggunakan teknik ini kamera harus berada di atas tripod. Alat ini
memiliki tongkat yang bisa digerakkanke kanan dan ke kiri.
• Tilting
Teknik ini adalah untuk memperlihatkan gambar dari atas ke
bawah atau dari bawah ke atas dengan menggerakkan kamera.
Gerakan kamera dari atas ke bawah disebut Tilt Down, sedangkan gerakan kamera dari bawah ke atas disebut Tilt Up. Sama seperti Panning, untuk bisa mendapatkan hasil gambar yang halus, kamera lebih baik diletakkan di atas tripod.
• Dolly
seperti itu disebut Dolly in. sebaliknya, jika kamera dan tripod di atas dolly digerakkan ke belakang, maka gerakan tersebut disebut Dolly out.
• Follow
Follow adalah gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak secara searah.
• Crane Shot
Crane Shot adalah gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda (crane) dan bergerak sendiri bersama juru kamera, baik mendekat maupun menjauhi objek.
• Fading
Fading adalah pergantian gambar secara perlahan-lahan. Jika gambar baru muncul secara perlahan dan menggantikan gambar
[image:47.595.144.512.202.565.2]yang ada pada layar disebut Fade in. sebaliknya, jika gambar yang ada pada layar perlahan-lahan menghilang dan digantikan oleh
gambar baru maka disebutFade out.
• Framing
4) Gerakan Objek
Ada juga gerakan objek tanpa harus menggerakkan kamera. Ada
tiga macam gerakan objek,28diantaranya:
• Objek bisa bergerak sejajar dengan kamera, baik ke kiri maupun ke
kanan.
• Objek juga bisa bergerak mendekati kamera yang disebut dengan
Walk-in.
• Objek juga bisa bergerak menjauhi kamera yang disebut dengan
Walk-away.
6. Pengertian Film Dokumenter
Pendapat Marcel Danesi mengenai Film dokumenter menarik untuk
dikutip, di dalam bukunya Ia berpendapat:
“Film Dokumenter merupakan film nonfiksi yang menggambarkan situasi kehidupan nyata dengan setiap individu menggambarkan perasaannya dan pengalamannya dalam situasi yang apa adanya, tanpa persiapan, langsung pada kamera atau pewawancara. Dokumenter seringkali diambil tanpa skrip dan jarang sekali ditampilkan di gedung bioskop yang menampilkan film-film fitur. Dokumenter dapat diambil pada lokasi pengambilan yang apa adanya, atau disusun secara
sederhana dari bahan yang sudah diarsipkan.”29
Film dokumenter tidak menciptakan peristiwa, melainkan merekam
peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.30 Struktur film dokumenter
umumnya sederhana dengan tujuan agar para penontonnya dapat
28
Askurifai Baskin,Membuat Film Indie Itu Gampang, Cet ke-1, h. 46. 29
Marcel Danesi,Pengantar Memahami Semiotika Media,h. 134. 30
memahami dan mempercayai fakta-fakta yang terkandung di dalamnya.
Film dokumenter bertujuan untuk beberapa hal, diantaranya seperti:
informasi atau berita, biografi, pendidikan, sosial, pengetahuan, ekonomi,
politik dan sebagainya.
dalam film terdapat banyak jenis-jenis yang sudah tidak asing lagi di
telinga masyarakat, seperti film komedi, film horor, ataupun film drama.
Sama seperti film pada umumnya, film dokumenter juga memiliki
jenis-jenisnya sendiri. Kusen Dony Hermansyah, seorang dosen di Fakultas
Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta mengutip pendapat Gerzon R.
Ayawaila dalam bukunya Dari Ide Sampai Produksi. Menurutnya, genre film dokumenter terbagi menjadi dua belas jenis,31diantaranya:
• Laporan Perjalanan.
Film jenis ini mulanya adalah dokumentasi antropologi dari para ahli
etnolog dan etnografi, namun seiring perkembangan zaman banyak
membahas hal yang paling penting hingga yang remeh-remeh. Istilah
lain yang sering digunakan dalam film jenis ini adalah travel film, travel documentarydanadventures film.
• Sejarah.
Dalam film dokumenter, sejarah menjadi salah satu yang sangat
kental denganreferential meaning(makna yang sangat bergantung pada
31
referensi peristiwa) karena keakuratan data harus sangat dijaga dan
hampir tidak boleh ada yang salah baik dari pemaparan datanya
maupun penafsirannya.
• Biografi
Film ini lebih berkaitan dengan sosok seseorang. Sosok menjadi
tema utama yang diangkat dalam film ini biasanya sosok yang dikenal
oleh dunia atau masyarakat tertentu atau orang biasa yang memiliki
kehebatan, keunikan atau aspek lain yang menarik.
• Nostalgia.
Yakni film yang cukup dekat dengan jenis sejarah, namun biasanya
lebih mengedepankan napak tilas atau kilas balik kejadian-kejadian
yang dialami seseorang atau kelompok tertentu.
• Rekonstruksi.
Yakni jenis dokumenter yang mencoba memberi gambaran ulang
secara utuh mengenai suatu kejadian atau peristiwa. Biasanya jenis film
ini diperlukan ketika mengalami kesulitan dalam mempresentasikan
kejadian kepada penonton. Biasanya peristiwa yang memungkinkan
• Investigasi.
Yakni jenis film dokumenter yang merupakan kepanjangan dari
investigasi jurnalistik, biasanya aspek visual lebih ditonjolkan.
Peristiwa yang diangkat merupakan peristiwa yang ingin diketahui
secara lebih mendalam. Misalnya seperti korupsi dalam penanganan
negara, jaringan narkoba di sebuah negara dan lain sebagainya.
• Perbandingan dan kontradiksi.
Yakni film dokumenter yang mengedepankan sebuah perbandingan,
bisa dari seseorang atau sesuatu.
• Ilmu pengetahuan.
Film dokumenter yang mengedepankan aspek pendidikan dan
pengetahuan.
• Buku harian ataudiary.
Film jenis ini harus mengacu pada catatan perjalanan hidup
seseorang yang diceritakan kepada orang lain.
• Musik.
Merupakan salah satu jenis dokumenter yang sangat banyak
diproduksi. Salah satu awalnya muncul ketika Donn Alan Pannebaker
membuat film-film yang sebenarnya hanya mendokumentasikan
• Association Picture Story.
Jenis film dokumenter yang dipengaruhi oleh film eksperimental.
Sesuai dengan namanya, film ini menggabungkan gambar-gambar yang
tidak berhubungan. Namun ketika disatukan dengan proses editing, maka makna akan muncul dan dapat ditangkap oleh penonton melalui
asosiasi yang terbentuk di benak mereka.
• Dokudrama.
Jenis dokumenter yang merupakan penafsiran ulang terhadap
kejadian nyata, bahkan hampir seluruh aspek filmnya (tokoh, ruang dan
waktu) cenderung untuk direkonstruksi.
Film dokumenter bukanlah film fiksi yang pada proses pembuatannya
selalu menggunakan narasi yang jelas, perencanaan yang matang dan alur
cerita yang jelas dan dapat dengan mudah dipahami oleh penontonnya.
Pada film dokumenter, unsur-unsur tersebut tidak harus selalu ada, karena
pada intinya, film dokumenter lebih mengedepankan fakta dengan
menghadirkan narasumber, menampilkan lokasi-lokasi terjadinya kejadian
dan tidak mengurangi atau melebih-lebihkan cerita yang sebenarnya
terjadi. Dengan mengedepankan fakta, tentunya agar para penonton film
C. Emansipasi Wanita Dalam Islam
1. Pengertian Emansipasi
Kata emansipasi merupakan kata serapan dari bahasa Inggris
Emancipation yang kemudian dibakukan ke dalam bahasa Indonesia
menjadi “Emansipasi” yang berarti kemerdekaan dan pembebasan,32
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, emansipasi adalah pembebasan
dari perbudakan, dalam makna yang lain, emansipasi juga diartikan
sebagai persamaan hak di berbagai aspek kehidupan masyarakat seperti
persamaan hak kaum wanita dengan kaum pria.33
Di zaman Romawi dahulu, istilah emansipasi dipakai terhadap upaya
seorang anak yang belum dewasa agar lepas dari kekuasaan orang tua
mereka dengan maksud untuk mengangkat derajat atau haknya. Istilah ini
secara luas digunakan untuk menggambarkan berbagai upaya yang
dilakukan untuk memperoleh persamaan derajat atau hak-hak politik,34
lazimnya digunakan bagi kelompok yang tak diberi hak secara spesifik,
atau secara lebih umum dibahas dalam hal-hal berkaitan masalah
persamaan derajat.
Dalam perkembangannya, istilah ini kemudian lebih sering dikaitkan
dengan emansipasi wanita dalam rangka memperoleh persamaan hak,
32
John M. Echols dan Hassan Shadily,Kamus Inggris-Indonesia,h. 210. 33
http://kbbi.web.id/emansipasi, Diakses pada Tanggal 03 Agustus 2016 pukul 12:15 WIB.
34
derajat, dan kebebasan seperti halnya kaum lelaki. Sejak abad ke-14 M
sudah ada gerakan untuk memperjuangkan persamaan bagi wanita yang
sekarang orang lebih mengenalnya sebagai emansipasi wanita.35
2. Pengertian Emansipasi Wanita
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya bahwa emansipasi
memiliki arti kemerdekaan dan pembebasan. Selanjutnya, menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, arti kata perempuan adalah orang (manusia) yang
mempunyai vagina, dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak dan
menyusui,36 sedangkan arti kata wanita adalah perempuan yang sudah
dewasa.37
Merujuk pada pengertian di atas, dapat di mengerti bahwa emansipasi
wanita diartikan sebagai “…proses pelepasan diri para wanita dari
kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum
yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju…”38
Dengan demikian, emansipasi wanita adalah usaha sadar yang dilakoni
kaum perempuan untuk memperoleh hak yang sama dalam menjalani
kehidupan sosial kemasyarakatan sebagaimana yang telah dilakoni oleh
kaum pria sehingga mereka terbebas dari perlakuan tidak adil atau
diskriminasi jenis kelamin.
35
Agus Saputera, “Mengupas Emansipasi Wanita,” artikel diakses pada 17 Agustus 2016 pukul 06:46 WIB dari http://riau1.kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id=492.
36
http://kbbi.web.id/perempuan, Diakses pada 31 Agustus 2016 pukul 11:27 WIB 37
http://kbbi.web.id/wanita, Diakses pada 31 Agustus 2016 pukul 11:31 WIB 38
3. Emansipasi Wanita Dalam Pandangan Islam
Kehadiran Islam adalah untuk menjadi agama yang menebarkan
rahmat bagi seluruh alam. Salah satu bentuk rahmat itu adalah pengakuan
Islam terhadap keutuhan kemanusiaan baik itu perempuan maupun
laki-laki. Ukuran kemuliaan seseorang dimata Tuhannya adalah melalui tingkat
keimanan dan ketakwaannya dalam menjalankan ibadah kepada Allah
SWT.
Islam sangat memuliakan wanita, al-Qur’an maupun al-Hadits
memberikan perhatian yang sangat besar bagi kaum wanita. Baik itu
sebagai anak, istri, ibu, saudara ataupun peran lainnya. Begitu pentingnya
hal tersebut, Allah mengabadikannya dalam al-Qur’an pada surah an-Nisa
yang sebagian besar ayat-ayatnya berisi tentang persoalan, perlindungan
sampai hukum yang berkaitan dengan hak dan kewajiban wanita.
Musdah mulia berpendapat bahwa di dalam Islam ada empat prinsip
yang menjunjung tinggi kehormatan kaum wanita. Diantara prinsip-prinsip
tersebut adalah:39
Pertama, prinsip hak dan kewajiban yang mengandung pengertian bahwa baik pria atau wanita memiliki kewajiban yang sama dalam
menjalankan perintah-perintah agama. Begitu juga dengan hak, bahwa pria
atau wanita memiliki hak yang sama dalam memperoleh pahala sesuai
dengan amal ibadah atau kewajiban yang telah dilakukannya. Hal yang
39
membedakan hanya tingkat ketakwaannya saja sehingga hal tersebut
menentukan banyak sedikitnya pahala maupun adzab yang diperoleh oleh
mereka.
Prinsip ajaran persamaan pria dan wanita sebagai makhluk Allah yang
mulia tertera di dalam al-Qur’an surah al-Hujuraat ayat 13 sebagai berikut:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS: Al-hujuraat: 13).40
Pada ayat di atas menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki derajat
yang sama, kemuliaan seseorang di hadapan Allah SWT bukan didasarkan
pada jenis kelamin atau etnisnya, melainkan berdasarkan prestasi ibadah
kepada Allah SWT dan amal yang dilakukannya. Dalam Islam disebut
sebagai orang-orang yang bertakwa. Adapun perbedaan tersebut hanya
bersifat fungsional saja, sesuai dengan kodratnya masing-masing.
Persamaan hak juga tertuang dalam berbagai bidang. Setiap laki-laki
dan perempuan berpeluang untuk memperoleh hak-hak politik,
pendidikan, waris, persaksian dan lain-lain. Dalam pendidikan misalnya,
40
tak ada satupun ayat al-Qur’an yang secara tegas melarang atau
mendiskriminasikan kaum wanita untuk memperoleh pendidikan. Dengan
demikian, kaum wanita memiliki hak yang sama dengan pria dalam
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
Kedua, prinsip kemerdekaan dan kebebasan yang mengandung pengertian bahwa kebebasan yang dimaksud bukanlah kebebasan yang
sebebas-bebasnya hingga melampaui batas dan sewenang-wenang.
Kebebasan dalam Islam adalah kebabasan yang terkendali. Artinya bahwa
kebebasan tersebut harus tetap menjaga kepentingan orang lain dan
menghormati kedudukan orang lain. Dengan kata lain, kebebasan ini harus
selaras dan sejalan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Islam.
Berdasarkan prinsip kebebasan ini, peran kaum wanita tidak lagi
hanya sebatas ruang lingkup rumah tangga saja, melainkan setiap
perempuan bebas menentukan nasib mereka sendiri. Dalam al-Qur’an
dijelaskan pula tentang sosok ideal wanita muslimah yang digambarkan
sebagai kaum yang memiliki kemandirian dalam menentukan pilihan yang
benar, sepeti ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya:
selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim.”(At-Tahrim: 11).41
Ayat di atas menjelaskan bahwa wanita memiliki hak untuk
menentukan nasibnya sendiri, meskipun hal tersebut bertentangan dengan
suaminya dan dengan catatan bahwa selama suami tersebut sudah tidak
lagi taat kepada Allah SWT dan rasul-Nya. Kebebasan ini juga
dicontohkan di dalam al-Qur’an yakni figur ratu Balqis yang memiliki
kemandirian di bidang politik dengan menjadi pemimpin di kerajaan
sabaiyah.
Artinya: “Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita (yaitu ratu
Balqis yang memerintah kerajaan Sabaiyah di zaman Nabi Sulaiman) yang memerintah mereka, dan Dia dianugerahi segala sesuatu serta
mempunyai singgasana yang besar.”(QS: an-Naml: 23).42
Selain itu, peran perempuan lain dicatatkan juga di dalam al-Qur’an
tentang seorang perempuan yang memiliki kemandirian di bidang ekonomi
dengan menjadi seorang pengelola peternakan dalam kisah Nabi Musa di
Madyan.
Artinya: “dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan
41
Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan Terjemahnya,h. 561. 42
(ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak
Kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.”(QS: al-Qashash:
23).43
Ketigaadalah prinsip persaudaraan, semangat ini muncul dari realitas sosial bahwa setiap manusia adalah bersaudara karena setiap manusia
merupakan keturunan dari Nabi Adam dan Hawa.44 Prinsip ini juga yang
nantinya akan melahirkan persatuan (ukhuwah islamiyah) antar sesama umat muslim sehingga dengan moral inilah akan tercipta kedamaian yang
menjadi pondasi bagi laki-laki dan perempuan dalam menjalani hubungan
antar sesama manusia.
Al-qur’an memerintahkan wanita untuk saling bekerjasama dengan
kaum pria dalam berbuat kebaikan dan menolak kemungkaran atau
memperbaiki ketimpangan sosial di masyarakatnya, hal ini menjadi wujud
persaudaraan yang dianjurkan di dalam Islam. Sehingga tidak hanya pria
yang akan mendapatkan ganjaran surga, namun juga bagi kaum wanita
yang taat dalam menjalankan perintah-Nya akan mendapat ganjaran surga,
seperti ditegaskan Allah SWT dalam firman-Nya: