• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Umum Tentang Wanprestasi .1 Pengertian Wanprestasi .1 Pengertian Wanprestasi

Wanprestasi berasal dari bahasa Belanda, yang artinya prestasi buruk. Pengertian yang umum mengenai wanprestasi adalah pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya. Wanprestasi adalah pelaksanaan perjanjian yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya atau tidak dilaksanakan sama sekali.44

a. Kesalahan debitor, baik karena kesengajaan yang dilakukan debitor maupun kelalaian

b. Karena keadaan memaksa, diluar kemampuan debitor, jadi debitor tidak bersalah.45

Untuk menentukan apakah seorang debitor bersalah melakukan wanprestasi, perlu ditentukan dalam keadaan bagaimana debitor dikatakan sengaja atau lalai tidak memenuhi prestasi, dalam hal ini ada 3 keadaan, yaitu:

a. Debitor tidak memenuhi prestasi sama sekali

b. Debitor memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru, dan

c. Debitor memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat

Untuk mengetahui sejak kapan debitor dalam keadaan wanprestasi, perlu diperhatikan apakah dalam perikatan itu ditentukan jangka waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi atau tidak. Dalam hal tenggang waktu pelaksanaan pemenuhan prestasi tidak ditentukan, perlu memperingatkan debitor supaya dia memenuhi prestasi. Menurut Pasal 1238 KUHPerdata debitor dianggap lalai dengan lewatnya tenggang waktu yang telah ditetapkan dalam perikatan.

Ketentuan Pasal 1238 KUHPerdata menyatakan sebagai berikut: debitur dinyatakan lalai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini

telah ditetapkan ketentuan debitur dianggap bersalah jika satu kali sajapun dia melewati batas waktu yang diperjanjikan. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong debitur tetap melaksanakan kewajiban. penegasan seperti ini perjanjian, tanpa peneguran kelalaian, dengan sendirinya debitur sudah berada dalam keadaan lalai bila dia tidak melaksanakan prestasi tepat pada waktunya.46 untuk memperingatkan debitor untuk menjalankan prestasinya yaitu dengan cara memberikan peringatan tertulis, yang isinya bahwa debitor harus memenuhi prestasinya dalam waktu yang telah ditentukan jika dalam waktu itu debitor tidak memenuhinya, dibitor dinyatakan lalai atau wanprestasi. Peringatan tertulis tersebut dapat dilakukan secara resmi dan tidak resmi. Jika dilakukan secara resmi dilakukan di pengadilan yang disebut sommatie, sedangkan peringatan tidak resmi misalnya melalui surat tercatat, telegram, facsimile, atau disampaikan sendiri kepada debitor. Surat peringatan ini disebut ingebreke stelling.47

2.3.2 Bentuk-Bentuk Wanprestasi

Debitor juga dapat dikatakan melakukan wanprestasi apabila ia melanggar perjanjian dengan melakukan atau berbuat sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukannya. Wanprestasi seorang debitor dapat berupa empat macam, yaitu:

a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya

46 M Yahya Harahap, op.cit, h.62.

d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya48

2.3.3 Akibat Hukum Wanprestasi

Akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi adalah hukuman atau sanksi hukum berikut ini:

a. Debitor diwajibkan membayar ganti kerugian yang diderita oleh kreditor (Pasal 1243 KUHPerdata)

b. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan atau pembatalan perikatan melalui pengadilan (pasal 1266 KUHPerdata)

c. Perikatan untuk memberikan sesuatu, risiko beralih kepada debitor sejak terjadi wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata)

d. Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan atau pembatalan disertai ganti kerugian (Pasal 1267 KUHPerdata) e. Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan di pengadilan

dan debitor dinyatakan bersalah.49 2.3.4 Ganti Rugi Karena Wanprestasi

Jika wanprestasi itu benar-benar menimbulkan kerugian kepada kreditur, maka debitur wajib mengganti kerugian yang timbul.50 Kerugian yang bisa dimintakan penggantikan itu, tidak hanya biaya-biaya yang sungguh-sungguh telah dikeluarkan, atau kerugian yang sungguh-sungguh menimpa benda si berpiutang, tetapi juga berupa kehilangan keuntungan, yaitu keuntungan yang didapat seandainya si berutang tidak lalai. Bahwa kerugian yang harus diganti

48 R. Subekti, op.cit, h.45

49 Abdulkadir Muhammad I, loc.cit. 50 M Yahya Harahap, op.cit, h.65

1. Biaya (kosten) adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak

2. Rugi (schaden) adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.

3. Bunga (interesten) adalah bunga yang berjalan selama piutang terlambat dilunasi, keuntungan yang tidak diperoleh karena keterlambatan penyerahan bendanya.51

Penuntutan ganti rugi, oleh undang-undang diberikan ketentuan-ketentuan tentang apa yang dapat dimasukkan dalam ganti rugi tersebut. Dapat dikatakan, ketentuan itu merupakan pembatasan dari apa yang boleh dituntut sebagai ganti rugi. Seorang debitur yang lalai, masih juga dilindungi oleh undang-undang terhadap kewenangan kreditur. Hal ini diatur dalam Pasal 1247 dan Pasal 1248

KUHPerdata yang menyatakan “si berutang hanya diwajibkan mengganti biaya,

rugi dan bunga yang nyata telah, atau sedianya harus dapat diduganya sewaktu perikatan dilahirkan, kecuali jika hal tidak dipenuhinya perikatan itu disebabkan sesuatu tipu-daya yang dilakukan olehnya.” Dan “bahkan jika hal tidak

dipenuhinya perikatan itu disebabkan tipu-daya si berutang, penggantian gentian biaya, rugi dan bunga sekedar mengenai kerugian yang dideritanya oleh si berpiutang dan keuntungan yang terhilang baginya, hanyalah terdiri atas apa yang

diganti oleh debitur, yaitu:

1. Bunga yang konvensional adalah bunga yang diperjanjikan para pihak di dalam perjanjian (Pasal 1249 KUHPerdata)

2. Bunga yang kompensatoir adalah bunga yang tidak diperjanjikan para pihak dalam perjanjian, dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. Bunga yang moratoir, adalah bunga yang dibebankan kepada debitur atas utang sejumlah uang yang terlambat dibayarkan atau apabila mengenai sejumlah uang yang tidak tepat dalam memenuhi kewajibannya sesuai KUHPerdata Pasal 1250, adalah 6 % setahun. b. Keadaan memaksa, mengajukan bahwa si berpiutang sendiri juga

telah lalai. Mengajukan bahwa kreditur telah melepaskan hak nya untuk menuntut ganti rugi atau disebut juga pelepasan hak.52 Persyaratan dapat diduga dan akibat langsung dari wanprestasi memang sangat dekat hubungannya satu sama lain. Lazimnya apa yang tak dapat diduga, juga bukan suatu akibat langsung atau kelalaian si debitur. Menurut teori tentang sebab dan akibat, bahwa suatu peristiwa dianggap sebagai akibat dari suatu peristiwa lain, apabila peristiwa yang pertama secara langsung diakibatkan oleh peristiwa yang kedua dan menurut pengalaman dalam masyarakat dapat diduga akan terjadi.

Dokumen terkait