• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nomor 21 Tahun 2015

A. Tinjauan Yuridis Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Di PT Federal

Tentang Jaminan Fidusia.

Eksekusi obyek jaminan fidusia diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 Undang-Undang Jaminan Fidusia dan dalam Pasal 29 Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999, diatur ada 3 (tiga) cara eksekusi benda jaminan fidusia, yaitu :

1. Pelaksanaan titel eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 15 ayat (2) yang dilakukan oleh penerima fidusia dalam hal ini adalah pihak kreditur. Dalam sertifikat jaminan fidusia yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia dicantumkan kata-kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” sertifikat jaminan fidusia ini memikiki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap. Yang dimaksud kekuatan eksekutorial adalah langsung dapat melakukan penjualan tanpa harus melalui pengadilan. Dengan demikian ini pelaksanaan titel eksekusi dapat dilaksanakan apabila debitur telah cidera janji dan debitur memiliki sertifikat jaminan fidusia yang mencantukan kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

2. Penjualan atas obyek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum.

83

Jadi apabila debitur telah cidera janji dan PT. Federal Internasional Finance pembiayaan telah memiliki sertifikat jaminan fidusia maka PT. Federal Internasional Finance dapat melakukan penjualan obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum guna mendapatkan pelunasan atas hutangnya.

3. Penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak.

Adapun syarat penjualan atas obyek jaminan fidusia dengan cara melakukan penjualan dibawah tangan ini terdapat 3 (tiga) syarat yang harus dipenuhi yaitu :

a. Adanya kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi,

b. Setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan secara tertulis oleh pemberi dan atau penerima fidusia kepada pihakpihak berkepentingan.

c. Diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar yang beredar di daerah yang bersangkutan.

Apabila upaya-upaya persuasif atau langkah musyawarah yang ditempuh PT. Federal Internasional Finance dengan debitur tidak mendapatkan mufakat maka PT. Federal Internasional Finance akan melakukan penarikan terhadap obyek jaminan fidusia dengan berdasarkan pada sertifikat jaminan fidusia dan surat kuasa dari debitur untuk memberikan kuasa kepada pihak kreditur untuk melakukan penjualan

84

terhadap obyek jaminan melalui pelelangan umum dan dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance akan mengembalikan sisa dari hasil penjualan obyek jaminan (unit) setelah dipotong sisa hutang atau jumlah angsuran yang belum dibayarkan oleh debitur .

Jadi berdasarkan dari ketentuan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tersebut di atas dapat diketahui bahwa eksekusi obyek jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance terhadap obyek jaminan fidusia yang berada di bawah kekuasaan debitur apabila debitur telah dinyatakan wanprestasi dengan cara melakukan penjualan atas obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum telah sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Pasal 29 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang jaminan fidusia yang mengatakan bahwa “Penjualan atas obyek jaminan fidusia atas kekuasaan penerima fidusia sendiri melalui

pelelangan umum”.

Pasal 30 “Pemberi fidusia wajib menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dalam rangka pelaksanaan eksekusi Jaminan

Fidusia”

Jadi dalam hal pemberi fidusia (debitur ) tidak menyerahkan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia pada waktu eksekusi dilaksanakan, penerima fidusia dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance berhak mengambil benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dan apabila perlu dapat meminta bantuan pihak yang berwenang.

Pasal 31 “Dalam hal benda yang obyek jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau di bursa,

85

penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Jadi dalam hal benda yang menjadi obyek jamiman fidusia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual di pasar atau di bursa, penjualannya dapat dilakukan di tempat-tempat tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 32 “Setiap janji untuk melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi obyek jaminan fidusia dengan cara yang bertentangan dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam PASAL 29 dan Pasal 31,

batal demi hukum.”

Pasal 33 “Setiap janji yang memberikan kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki benda yang menjadi obyek jaminan fidusia apabila debitur cidera janji, batal demi hukum.”

Pasal 34 “Dalam hal eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia dan apabila hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur

tetap bertanggung jawab atas utang yang belum terbayar”.

Dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance akan mengembalikan sisa dari hasil penjualan obyek jaminan (unit) setelah dipotong sisa hutang atau jumlah angsuran yang belum dibayarkan oleh debitur jika terdapat kelebihan dari hasil penjualan dan tetap meminta kepada debitur untuk memenuhi semua kekurangan hutang jika penjualan unit tidak mencukupi untuk membayar sisa hutang dari debitur . Dan selanjutnya PT. Federal Internasional Finance akan melaporkan telah hapusnya fidusia kepada pihak

86

Notaris guna selanjutnya notaris akan melaporkan ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia bahwa jaminan atas obyek tersebut telah hapus karena hapusnya utang-piutang. Adapun ketentuan Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia mengenai hapusnya fidusia diatur dalam Pasal 25 dan Pasal 26 yang mengatakan bahwa :

Pasal 25 “Jaminan fidusia hapus karena hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia, pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia atau musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia, musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi dan penerima fidusia memberitahukan kepada Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau musnahnya benda yang menjadi obyek jaminan fidusia tersebut.

Jadi dalam hal hapusnya utang piutang dan selanjutnya PT. Federal Internasional Finance melakukan pelaporan mengenai hapusnya fidusia ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia melalui notaris merupakan ketentuan dari Pasal 25 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Pasal 26 “ Dengan hapusnya jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia mencoret pencatatan jaminan fidusia dari buku daftar fidusia dan Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia menerbitkan surat keterangan yang menyatakan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan tidak berlaku lagi.

87

Jadi setelah dilaporkanya hapusnya fidusia oleh PT. Federal Internasional Finance melalui notaris ke Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia maka Kantor Pendaftaran Jaminan Fidusia akan menerbitkan surat keterangan bahwan sertifikat jaminan fidusia yang bersangkutan sudah tidak berlaku lagi dan sewaktu-waktu surat keterangan tersebut bisa diambil oleh PT. Federal Internasional Finance kepada Notaris jika pembeli obyek jaminan (Unit) melalui lelang menginginkan surat keterangan tersebut. B. Tinjauan Yuridis Eksekusi Obyek Jaminan Fidusia Di PT. Federal

Intenasional Finance Menurut Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn

Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

Jaminan fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan. Sedangkan menurut hukum Islam jaminan atau rungguhan adalah suatu barang yang dijadikan peneguh atau penguat kepercayaan dalam utang piutang.

Dalam hukum Islam juga telah mengatur mengenai jual beli secara tidak tunai dengan dibutuhkan peneguh atau penguat kepercayaan agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan atau dengan kata lain wanprestasi dalam hal pelaksanaan jual beli, hal ini diharapkan bisa menjadikan jual beli

88

sebagai hal yang bermanfaat untuk kedua belah pihak (penjual dan pembeli), pada masa Rosululloh Saw memang belum mengatur mengenai fidusia, karena pada masa Rosululloh hukum yang dipakai adalah hukum Islam sedangkan hukum fidusia lahir dan berlaku pada era modern seperti pada saat ini.

Dalam hal menjaminkan obyek pembiayaan konsumen dengan jaminan fidusia dalam pembiayaan konsumen menurut hukum Islam yang dilakukan oleh PT. Federal Internsaional Finance guna mendapatkan kepastian hukum atas obyek pembiayaan yang berada di bawah kekuasaan debitur sebagaimana disampaikan dalam Qs Al-baqarah 283 yang berbunyi

ا ٗض ۡعَب مُكُض ۡعَب َنِمَأ ۡنِإَف ٞۖٞةَضوُبۡقَّم ٞنَٰهِرَف اٗبِتاَك ْاوُدِجَت ۡمَلَو ٖرَفَس ٰىَلَع ۡمُتنُك نِإَو۞

ََّللّٱ ِقَّتَيۡلَو ۥُهَتَن َٰمَأ َنِمُت ۡؤٱ يِذَّلٱ ِّدَؤُيۡلَف

ٞمِثاَء ۥُهَّنِإَف اَه ۡمُت ۡكََ نَمَو َةَدَٰهَّشلٱ ْاوُمُت ۡكَت َلََو ۥُهَّبَر

ٞميِلَع َنوُلَم ۡعَت اَمِب ُ َّللّٱَو ۥُهُبۡلَق

٣٨٢

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis. Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang) akan tetapi sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain. Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya., dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan’’ (Al-Baqarah:283)

Sejalan dengan amanat yang tertuang dalam Qs. Al-baqarah ayat 283 di atas yang mana telah mengatakan secara jelas bahwa dalam hal melakukan transaksi jual beli secara tidak tunai maka diperbolehkan dengan menggunakan jaminan sebagai peneguh atau penguat keparcayaan dengan bunyi “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai)

89

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang) akan tetapi sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain”. Jadi dalam hal menjaminan obyek pembiayaan dengan jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance dalam transaksi pembiayaan konsumen menurut hukum Islam berdasarkan dari amanat Qs. Al-baqarah 283 telah diperbolehkan.

Dalam amanat Qs. Al-baqarah 283 juga memberikan perintah kepada pihak yang dipercayai untuk menunaikan kewajibanya, dalam hal ini adalah pihak debitur sebagai penerima fasilitas pembiayaan untuk melakukan kewajibanya dalam hal membayar angsuran (hutang). Selanjutnya dalam Qs. Al-baqarah 283 juga memberikan larangan kepada para saksi untuk menyembunyikan persaksianya. “Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya., dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian dan barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya, dan Allah maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan’’

Jadi dalam hal ini juga dibutuhkan saksi guna menyaksikan akad jual beli secara tidak tunai dengan menggunakan jaminan sebagai peneguh kepercayaan dan saksi harus tetap konsisten dengan apa yang dialihat atau tidak boleh menyebunyikan persaksianya.

Eksekusi obyek jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan obyek jaminan fidusia oleh penerima fidusia apabila debitur sebagai pemberi fidusia cidera janji. Dan dalam hal melaksanakan transaksi

90

pembiayaan konsumen yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance apabila telah didapati debitur atau pemberi fidusia telah wanpreatasi PT. Federal Internasional finance tetap akan melakukan penarikan terhadap obyek jaminan fidusia. Eksekusi obyek jaminan fidusia apabila debitur wanprestasi menurut hukum Islam diperbolehkan sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 5 Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.

Adapun langkah-langkah eksekusi obyek jaminan fidusia menurut hukum Islam terhadap obyek jaminan yang berada dibawah kekuasaan debitur apabila debitur wanprestasi secara tekhnis sama dengan langkah- langkah yang dilakukan PT. Federal Internasional Finance dalam hal melakukan eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia yang berada dibawah kekuasaan debitur , yaitu dengan cara melakukan upaya-upaya persuasif terlebih dahulu, apabila upaya-upaya persuasif atau langkah musyawarah yang ditempuh PT. Federal Internasional Finance dengan debitur tidak mendapatkan mufakat maka PT. Federal Internasional Finance akan melakukan penarikan terhadap obyek jaminan fidusia dengan berdasarkan pada sertifikat jaminan fidusia dan surat kuasa dari debitur untuk memberikan kuasa kepada pihak kreditur untuk melakukan penjualan terhadap obyek jaminan melalui pelelangan umum dan dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance akan mengembalikan sisa dari hasil penjualan obyek jaminan (unit) setelah dipotong sisa hutang atau jumlah angsuran yang belum dibayarkan oleh debitur .

91

Eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance terhadap obyek jaminan fidusia yang berada dibawah kekauasaan debitur apabila debitur wanprestasi menurut hukum Islam telah diatur dalam Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn. Adapun peraturan mengenai eksekusi obyek jaminan fidusia dalam pembiayaan konsumen terhadap pembiayaan konsumen telah diatur di dalam Pasal 5 Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn yang mengatakan bahwa :

a. Apabila jatuh tempo, murtahin harus memperingatkan Ranin untuk segera melunasinya.

Dalam hal ini murtahin atau PT. Federal Internasional Finance akan memperingatkan kepada Ranin (debitur ) dalam jatuh tempo pembayaran melalui petugas lapangan (debtcollector) dengan cara melakukan kunjungan-kunjungan langsung ke tempat kediaman Ranin (debitur ). Dan dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance malalui petugas lapangan akan memberikan surat peringatan kepada Ranin (debitur ) apabila Ranin (debitur ) tersebut tidak menunaikan kewajibanya, Surat peringatan yang diberikan oleh murtahin (kreditur) kepada Ranin (debitur ) meliputi surat peringatan pertama (Somasi 1), surat peringatan ke-dua (Somasi 2) dan Surat peringatan ke-tiga (Somasi 3). Apabila Ranin (debitur ) tetap tidak menghiraukan surat peringatan yang ke-tiga maka murtahin (kreditur) akan memberikan surat panggilan terahir (SPT) kepada Ranin (debitur ) guna dilakukan musyawarah, dan apabila tidak didapatkan mufakat dari musyawarah

92

yang dilakukan oleh murtahin (kreditur) dalam hal ini adalah PT. Federal Internasional Finance bersama Ranin (debitur ) maka murtahin (kreditur) akan melakukan eksekusi obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum.

b. Apabila rahin tetap tidak dapat melunasi hutangnya, maka marhun dijual paksa atau dieksekusi melalui lelang sesuai Syari’ah.

Eksekusi obyek jaminan fidusia dengan melakukan penjualan terhadap obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum yang dilakukan oleh murtahin dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance terhadap obyek pembiayaan yang berada dibawah kekuasaan Ranin (debitur ) apabila Ranin (debitur ) wanprestasi sebagaimana telah diperbolehkan sesuai dengan Pasal 5 huruf b Fatwa DSN 25/DSN- MUI/III/2002 tentang Rahn.

c. Hasil penjualan marhun digunakan untuk melunasi hutang, biaya pemeliharaan dan penyimpanan yang belum dibayar serta biaya penjualan.

Mengenai hasil penjualan terhadap obyek jaminan fidusia ini murtahin atau dalam hal ini PT. Federal Internasional Finance akan mengambil hasil penjualan dari obyek jaminan guna melunasi hutang atau angsuran yang belum dibayarkan oleh Ranin (debitur ).

d. Kelebihan hasil penjualan menjadi milik rahin dan kekurangannya menjadi kewajiban rahin.

Mengenai kelebihan dari hasil penjualan atas obyek jaminan fidusia ini murtahin atau dalam hal ini PT. Federal Internasional

93

Finance tetap konsisten untuk mengembaikan sisa penjualan setelah dipotong hutang yang belum dibayarkan oleh Ranin (debitur ) kepada murtahin (kreditur).

Jadi dapat dipahami bahwa berdasarkan ketentuan dari Pasal 5 Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn eksekusi terhadap obyek jaminan fidusia yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance terhadap obyek jaminan fidusia yang berada dibawah kekuasaan debitur menurut hukum Islam diperbolehkan. Pendapat yang sama dengan penelitian ini dalam hal memperbolehkan melakukan eksekusi obyek jaminan menurut hukum Islam telah disampaikan oleh Rasjid Sulaiman, yang mengemukakan dahwa “menurut hukum Islam Jaminan atau rungguhan adalah suatu barang yang dijadikan peneguh atau penguat kepercayaan dalam utang piutang. Barang itu boleh dijual kalau hutang tidak dibayar, hanya penjualan itu hendaklah dengan keadilan, dengan

harga yang berlaku diwaktu itu”. Rasjid (1994: 309).

BAB V PENUTUP

94

A. Kesimpulan

1. Prosuder eksekusi obyek jaminan fidusia yang dilakukan PT. Federal Internasional Finance apabila didapati debitur wanprestasi sebelum melakukan penarikan terhadap obyek jaminan (Unit) PT. Federal Internasional Finance melakukan langkah-langkah persuasif terlebih dahulu. Adapun upaya-upaya persuasif yang dilakukan oleh PT. Federal Internasional Finance adalah dengan melakukan monitoring, memberikan surat peringatan (Somasi) diberikan berturut-turut selama tiga kali, dan surat peringatan terahir (SPT). Selanjutnya jika upaya persuasif tidak mendapatkan solusi maka PT. Federal Internasional Finance akan melakukan penjualan atas obyek jaminan melalui pelelangan umum. 2. Eksekusi atas obyek jaminan fidusia oleh PT. Federal Internasional

Finance dengan cara melakukan penjualan obyek jaminan fidusia melalui pelelangan umum telah sesuai dengan Pasal 29 ayat 1 huruf b Undang- Undang Nomor 42 tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

3. Eksekusi obyek jaminan fidusia oleh PT. Federal Intenasional Finance apabila debitur wanprestasi menurut menurut Fatwa Dewan Syari’ah Nasional siperbolehkan ksesuai dengan Pasal 5 huruf b dan c Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 Tentang Rahn.

95

1. Hendaknya PT. Federal Internasional Finance dalam hal melakukan eksekusi obyek jaminan fidusia dengan cara melakukan penjualan dibawah tangan agar debitur tidak dikenakan biaya pelelangan umum. 2. Hendaknya PT. Federal Internasional Finance melakukan sosialisasi

terhadap hukum jaminan fidusia agar masyarakat lebih memahami tentang jaminan fidusia dengan segala resiko dalam hal menjaminkan obyek pembiayaan melalui jaminan fidusia.

96

Sumber Buku

Depertemen Agama RI. 2008. Al Qur’an dan Terjemahannya. Bandung: Diponegoro

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashshofa, Burhan. 2013. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Moleong, j, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. 2010. Metode penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT. RAHAJA GRAFINDO Persada.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Peneltian Hukum, Universitas Indonesia (UI) Press : Jakarta.

Salim H.S. 2004. Perkembangan Hukum Jaminan Indonesia,Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Mariam Darus Badrulzaman, 1987. Kompilasi Hukum Perikatan. Bandung: Citra Aditya Bakti.

M.Bahsan. 2005. Giro dan Bilyet Giro Perbankan Indonesia.Jakarta: PT.Raja Grafindo.

Subekti. 1997. Hukum Acara Perdata.Bandung: PT.Bina Cipta.

Sudikno. 1993. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: PT. Liberty.

Purnama Tiora Sianturi, 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Pembeli Barang Tidak Bergerak Melalui Lelang. Bandung : CV. Mandar Maju.

Hendi Suhendi. 2010. Fiqih Muamalat.Jakarta: Raja Grafindo Persada. Rasjid Sulaiman. 1994. Fiqh Islam. Bandung: PT. Sinar Baru Algosindo.

Ali Hasan, 2003. Berbagai macam Transaksi dalam Islam (fiqih Muamalat). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Gemala Dewi, 2005. Hukum Perikatan di Indonesia. Jakarta: PT. Pranata Media. D.Y. Witanto, 2015. Hukum Jaminan Fidusia Dalam Pembuayaan Konsumen. Bandung: Mandar Maju.

Tan Kamello, 2014. Hukum Jaminan Fidusia Suatu kebutuhan Yang Didambakan. Bandung. PT. Alumni.

97

Sumber Iternet

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_42_99.htm. http://kbbi.web.id/Rungguhan

https://www.youtube.com/watch?v=otjmkf3CX_o.Tutorial pendaftaran fidusia https://www.google.com/search?q=PMK+nomr+fidusia&oq=PMK+nomr+fidusia &gs_l=psy-

ab.3..33i160k1.3664.14665.0.16359.16.16.0.0.0.0.136.312.15j1.16.0....0...1.1.64.p sy-ab..0.16.1296...0j0i131k1j0i67k1j0i13k133i21k1.SdHK1MG5MLU Tentang Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012

http://irmadevita.com/2016/pembahasan-pp-no-21-tahun-2015-tentang-tata-cara- pendaftaran-jaminan-fidusia-dan-biaya-ajf-serta-dampaknya-bagi-notaris/Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2015 Tentang tatacara dan biaya pendaftaran fidusia.

http://www.bpn.go.id/Publikasi/Peraturan-Perundangan/Undang-Undang/undang- undang-nomor-2-tahun-2014-4281Tentang Undang-Undang Jabatan Notaris. https://mujahidinimeis.wordpress.com/2010/05/03/fatwa-dsn-rahn-gadai/Fatwa DSN 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn.

https://www.youtube.com/watch?v=bS96Ypw6c7E.

http://sinovik.menpan.go.id/index.php/site/details/92. Detil Inovasi Ditjen AHU Sumber Informan

Wawancara dengan Bapak Wahyu Utomo, petugas debtcollector : PT. Federal Internasional Finance Kantor cabang Kota Salatiga

Wawancara dengan Bapak Teta, Petugas legal office : PT. Federal Internasional Finance Kantor Cabang Kota Salatiga

98

NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG

JAMINAN FIDUSIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang:

a. Bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan dadanya ketentuan hukum yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai lembaga jaminan;

b. Bahwa jaminan Fidusia sebagai salah satu bentuk lembaga jaminan sampai saat ini masih didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur dalam peraturan perundang-undangan secara lengkap dan komprehensif;

c. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai Jaminan fidusia dan jaminan tersebut perlu didaftarkan pada Kantor Pendaftaran fidusia;

d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, dan c dipandang perlu membentuk Undang-undang tentang Jaminan fidusia. Mengingat:

Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1). dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Dengan Persetujuan:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN: Menetapkan:

UNDANG-UNDANG TENTANG JAMINAN FIDUSIA,

99

KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda.

2. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia,sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya.

3. Piutang adalah hak untuk menerima pembayaran

4. Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dialihkan, baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, yang terdaftar maupun yang tidak terdaftar, yang bergerak maupun yang tak bergerak yang tidak dapat

Dokumen terkait