• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUN TEORI ASUHAN KEBIDANAN MENURUT VARNEY

1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan BBLR.

Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir (Varney, 2007; h. 27). 2. Mampu menginterpretasikan data pada pasien dengan BBLR

Langkah kedua bermula dari data dasar; menginterpretasi data untuk kemudia n diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu dipertimbangkan dalam memngembangkan rencana perawatan kesehatan yang menyeluruh(Varney, 2007; h. 27).

3. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial atau masalah potensial dan mengantisipasi penangananya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah kebidanan yang timbul pada pasien dengan BBLR.

Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan jika memungkinkan, menunggu dengan waspada

muncul.langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberI perawatan kesehatan yang aman(Varney, 2007; h. 27).

4. Mampu mengantisipasi tindakan segera pada pasien dengan BBLR.

Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau kunjungan pranatal periodic, tetapi juga saat bidan bidan melakukan perawatan yang berkelanjutan(Varney, 2007; h. 27).

5. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada pasien dengan BBLR.

Langkah kelima adalah mengembangkan sebuah rencana keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana perawatan yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir yang teerlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua tentang apa yang akan terjadi selanjutnya (Varney, 2007; h.28).

6. Mampu melakukan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan masalah.

Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan yang menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan atau dilakukan sebagian oleh ibu atau orang tua, bidan, atau anggota tim

kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan member kontribusi terhadap penatalaksaan dengan komplikasi, bidan dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan kesehatan (Varney, 2007; h.28).

7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus pasien dengan BBLR.

Langkah terakhir ini merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan, yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak efektif bila tidak diimplementasi (Varney,Helen, 2007;h.28)

8. Mampu mendokumentasikan hasil pengkajian kasus secara Varney dan data perkembangan didokumentasikan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, planing) sebagai catatan perkembangan.

Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi:

S : Subyektif : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya O : Obyektif : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh

A : Asesment : Kesimpulan dari data-data subyektif dan obyektif yang didapat

P : Planning : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi data diatas.

9. Teori asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR

Adapun penerapan 7 langkah varney tersebut dalam kasus bayi baru lahir dengan BBLR sebagai berikut :

1) Pengkajian

Merupakan pengumpulan data secara fokus dan akurat yang

dibutuhkan untuk menilai keadaan bayi baru lahir secara keseluruhan yang mencakup data subyektif dan obyektif yang berkaitan dengan kondisi bayi.

Tanggal dan waktu : untuk mencatat waktu yang menujukan kapan klien memeriksa. (Bickley, 2009; h. 4).

b. Data obyektif

Yaitu data yang diperoleh dari pasien (ibu atau bayi) dan juga catatan medik lain.

1) Identitas bayi atau pasien

Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan pada waktu ibu masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin dengan menggunakan tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak kaki.umumnya bayi diberikan gelang sesuai dengan jenis kelaminnya untuk bayi laki-laki diberikan warna biru dan bayi

perempuan diberikan warna pink dengan menuliskan nama kelurga, tanggal dan jam lahir (Husein, dkk. 2007; h. 1150).

Nama : Identitas dimulai dengan nama pasien, yang

harus jelas dan lengkap; nama depan, nama tengah (bila ada), nama keluarganya untuk mencegah kekeliruan dengan bayi lain (Matondang 2009; h. 5).

Umur : Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat dari kartu menuju sehat atau kartu pemeriksaaan yang lain. Untuk mengintepresikan apakah data pemeriiksaan klinis anak terebut normal sesui dengan umurnya (Matondang 2009; h. 5).

Jenis kelamin : Jenis kelamin pasien sangat diperlukan untuk penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang 2009,h;5) . Menurut kloosterman (1969) bayi laki-laki seringkali lebih berat daripada bayi perempuan (Husein, dkk. 2007; h. 1050). Identitas penanggung jawab

Nama : Nama orang tua (ayah dan ibu) atau wali

pasien harus dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain, mengingat banyak sekali nama yang sama (Matondang

Umur : Untuk mengetahui usia reproduksi (usia kurang dari 20 tahun lebih dari 35 tahun) termasuk resiko tinggi dalam kehamilan, persalinan, dan nifas (Manuaba, dkk, 2010; h.242). Jika kurang dari 20 tahun atau umur lebih dari 35 tahun merupakan salah satu faktor dari patofisiologi BBLR karena Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukan rahim dan panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan sehingga panggul dan rahim masih kecil. Di samping itu, usia diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan, dan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto, 2004).

Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari. Bayi yang lahir dari ras kulit hitam dua kali lebih besar kemungkinanya BBLR dibanding ras kulit putih, hal ini disebabkan karena pada

kelompok ras kulit hitam yang minoritas orang miskin, asupan gizi selama hamilnya kurang .

Agama : Data tentang agama juga memantapkan

identitas, disamping itu perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit sering berhubungan dengan agama (Matondang, dkk, 2009; h. 6).

Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya (Matondang 2009;h, 6).

Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur

tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (matondang 2009,h;6) Kondisi ekonomi menuntut wanita hamil terkadang bekerja untuk mencukupi kebutuhan ekonomi Asalkan tidak terlalu lelah, dan perutnya membesar tidak menggangu pekerjaanya (Varney, 2001; h. 49).

a. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan. Tempat tinggal pasien harus dituliskan dengan jelas

jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatanya, serta bila ada nomor teleponnya. (Matondang 2009,h;56). Faktor predisposisi BBLR adalah lingkungan bertempat tinggal di dataran tinggi (Husein, 2007; h. 1052).

2) Alasan datang : Penjelasan pasien tentang tujuanya mencari perawatan kesehatan dicatat perkata dalam catatan pasien (Bobak, 2004; h.145).

3) Keluhan utama : Satu atau lebih tanda dan gejala BBLR (Bickley. 2009; h ,3)

4) Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan dahulu (ibu)

Selama kehamilan baik ibu maupun janin dapat mengalami penyakit tertentu atau penyakit yang dapat berubah waktu kehamilan, jika tidak diobati kemingkinan dapat menimbulakan konsekuensi yang serius bagi kesehatan ibu (Fraser, 2009; h.253). Antara lain penyakit Toksemia gravidarum, (reeklamsia dan eklamsia), Ketuban pecah dini, Anemia, Perdarahan antepartum, Trauma fisik dan psikologi, Nefritis akut, Diabetes mellitus, Penyakit ginjal, Penyakit jantung, Hipertensi, Kelainan bentuk uterus (misalnya. Uterus bikornis, servik), Tumor (mis. Mioma uteri, sistoma) (Manuaba,dkk, 2010; h. 368).

b) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat penyakit sekarang merupakan narasi keluahan utama dari awitan paling awal sampai perekembangannya saat ini. (Womg. 2008. h; 154)

c) Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit tertentu yang dapat terjadi secara genetik atau berkaitan dengan keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya berkaitan dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga tersebut tinggal. (Fraser, Cooper, 2009; h.254)

5) Riwayat obstetri ibu a) Riwayat menstruasi

Usia pada waktu menarche, lamanya siklus menstruasi, nyeri pada waktu menstruasi, dan lamanya serta banyaknya menstruasi, hari pertama haid terakhir hal ini dikaji untuk menentukan tanggal taksiran partus. Hal ini memungkinkan tanggal kelahiran dan setelah itu memperkirakan usia kehamilan pada saat itu (Fraser, 2009; h.251).

b) Riwayat kehamilan yang lalu

Riwayat kehamilan yang lalu perlu dikaji apakah ibu mempunyai komplikasi riwayat penyakit. Meliputi jumlah kehamilan dan hasil kehamilannya yaitu abortus spontan abortus induksi, jumlah anak yang dilahirkan dan tahun kelahiran, serta komplikasi yang terjadi selama kehamilan, persalinan atau masa nifas (Derek, 2010; h. 3).

c) Riwayat persalinan yang lalu

Riwayat persalinan yang lalu berperan penting dalam menentukan keberhasilan kehamilan yang sekarang. Dalam rangka memberi ringkasan riwayat melahirkan ibu, digunakan istilah deskriptif, yaitu gravida dan para.gravid berarti hamil, gravida berarti wanita hamil, dan angka yang mengikuti dibelakangnya mengindikasikan sudah berapa kali wanita tersebut hamil. Para berarti telah melahirkan, paritas ibu adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik persalinan yang hidup maupun yang tidak, tetapi tidak termasuk aborsi (Fraser2009; h.252). Setiap wanita yang telah mengalami kelahiran premature pada kehamilan terdahulu memiliki resiko 20-40% untuk terulang kembali.. Oleh karena itu, harus diusahakan untuk memperoleh catatan medis setiap wanita yang berat badan bayi sebelumya kurang dari 2500 gram atau yang lahir sebelum minggu ke 36 gestasi (Varney, 2007; h. 782).

d) Riwayat kehamilan sekarang

Perlu dikaji terhadap riwayat antenatal care (ANC) atau kunjungan periksa hamil untuk mengetahui pemeriksaanya dilakukan secara teratur atau tidak. Hal ini memberika manfaat dengan ditemukanya kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalian (Manuaba, dkk, 2010; h. 240-241).

e) Riwayat persalinan sekarang

Penyebab terbanyak kejadian BBLR adalah persalinan preterm yaitu persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37

minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Hal ini bukan saja menyebabkan kematian perinatal, melainkan bayi premature disertai kelainan, baik jangka panjang maupun jangka pendek (Prawirohardjo, 2008; h, 668).

6) Faktor sosial

Riwayat sosial meliputi informasi tentang tempat tinggal ibu, pola perawatan prenatal, dan status sosial ekonomi (Helen, 2010. H.916). 7) Riwayat imunisasi

Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun imunisasi ulangan (boostr), harus secara rutin ditanyakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, kecuali jika diarahkan lain di bawah. Imunisasi bayi sesui dengan panduan berikut, memerhatikan apakah bayi : Kecil (kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu). Lakukan imunisasi pada usia seharusnya (usia ronologi dan bukan usia koreksi) dan jangan mengurangi dosis (Karyuni, dkk, 2007; h. 259). Untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh, mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu .informasi tentang imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan balik tentang Perlindungan pediatrik yang diberikan. (Matondang 2009; h. 14).

8) Pola kebutuhan sehari-hari 1. Pola nutrisi :

Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat memperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh anak, baik dalam jangka penedek (beberapa waktu sebelum sakit). Maupum jangka panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah kualitas dan kuantitas adekuat, yaitu memenuhi angka kecukupan gisi (AKG) yang dianjurkan. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan megisap cairan lambung. (manuaba hal 438). Apabila diberikan ASI, apakah diberiakan secara eksklusif. Apabila diberikan PASI diberikan secara on demand atau terjadwal. Untuk PASI perlu ditanyakan jelas jenis dan mereknya, takaran frekuensi pemberian, dan jumlah setiap kali pemberian. Dengan demikian maka dapat diperkirakan kualitas dan kuantitas makanan yang diterima (Matondang 2009,h;14).penurunan berat badan sampai dengan 10 persen dari berat lahir dalam 3 hari pertama sesudah lahir, masih merupakan hal yang normal. Tetapi bayi harus naik beratnya pada usia 10/11 hari ( sholeh, dkk, 2010; h. 259).

2. Pola elimanasi

pada bayi baru lahir 24 jam pertama harus sudah BAB dan BAK. Pada BAB warna masih kehitaman dan frekuensi belum teratur. Pada BAK warna jernih dan frekuensi lebih sering. Pola eliminasi ini tergantung pada asupan nutrisi yang diperoleh.

3. Pola aktivitas

Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas bayi BBLR untuk kecil masa kehamilan cenderung tampak aktif dan keadaan bayi cenderung lemah

c. Data Obyektif

Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas bayi BBLR untuk kecil masa kehamilan cenderung tampak aktif dan keadaan bayi cenderung

1. Keadaan umum : Kondisi kesehatan secara keseluruhan, keletihan, peningkatan atau penurunan berat badan.

2. Tingkat kesadaran : Neonates dan bayi kecil normal belum dapat memberikan respons terhadap stimulus tertentu, disimpulkan dari kemampuan bayi memberi respons terhadap stimulus yang sesui dengan tingkat perkemanganya (Matondag,2009.h; 25).

Komposmetis : Pasien sadar sepenuhnya dan member

respon yang adekuat terhadap semua stimulus yang diberikan (Matondang, 2009; h, 24-25).

Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak

acuh terhadap keadaan sekitarnya, ia akan memberikan respons yang adekuat bila

memberikan respons terhadap stimulus yang agak keras, kemudian tertidur lagi (Matondang, 2009; h, 24-25).

Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan

respons ringan maupun sedang, tetapi masih memberi sedikit respons terhadap stimulus yag kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih positif (Matondang, 2009; h, 24-25).

Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap

stimulus apapun, reflek pupil terhadap cahaya tidak ada, ini adalah tingkat kesadaran yang paling rendah (Matondang, 2009; h. 24-25).

Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta

kacau, biasanya disertai disorientasi, iritataif, dan salah persepsi terhadap rangsangan sensorik hingga sering terjadi halusinasi (Matondang, 2009; h. 24-25).

3. Tanda vital :

a. Suhu : bayi premature dengan cepat akan kehilangan panas tubuh dan menjadi hipotermi, karena pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi dengan baik. Metabolisme rendah, dan permukaan tubuh relative luas. Oleh karena itu,

bayi prematuritas harus dirawat didalam incubator sehingga panas tubuhnya mendekati rahim (Manuaba,dkk ,2010; h. 436).

b. Nadi : Hitung nadi 1 menit penuh dengan meletakan stetoskop pada dada di bagian apeks jantung. Pada bayi BBLR Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut permenit (Manuaba,dkk ,2010; h. 436). c. Pernapasan : Hitung frekuensi pernapasan dengan pernapasan

diagfragmatik selama 1 menit penuh

.Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut permenit pada bayi BBLR (Manuaba,dkk ,2010; h.436).

4. Sistem Penilaian Apgar Score

Skor ini didasrakan pada observasi denyut jantung, usaha napas, tonus otot, reflek, dan warna. Setiap item diberi skor 0, 1 atau 2. Evaluasi kelima kategori tersebut dibuat pada 1 menit dan 5 menit setelah kelahiran dan diulang sampai kondisi bayi stabil.

Tabel 2.2 Penilaian Apgar Score (Wong.2008. h; 232)

Tanda Nilai

0 1 2

Frekuensi jantung

- <100/menit >100/menit Usaha napas - Lambat tidak teratur Menangis kuat Tonus otot lumpuh Ekstremitas fleksi

sedikit

Gerakan aktif Reflek - Gerakan sedikit Menangis

Warna Biru /pucat Tubuh merah ekstremitas biru Tubuh dan ekstremitas

5. Antropometri

a. Berat badan : Berat badan pada bayi BBLR kurang dari 2500 gram (Manuaba,dkk, 2010; h.438).

b. Panjang badan : Panjang badan pada bayi BBLR kurang dari 45 cm (Manuaba,dkk, 2010; h. 438).

c. Lingkar kepala : diukur mulai dari diatas alis mata dan daun telinga dan mengelilingi prominene oksipital dibelakang tengkorak. Lingkar kepala pada bayi BBLR kurang dari 33 cm (Manuaba,dkk, 2010; h. 438).

d. Lingkar dada : Pada bayi BBLR kurang dari 30 cm (Manuaba, dkk, 2010; h. 438).

e. Lila : Pada bayi BBLR kurang dari 11 cm (Manuaba,

dkk, 2010; h. 438).

6. Pemeriksaan fisik

a. Kulit : Warna (sianosis, ikterus, pucat), odema,kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang (Manuaba, dkk, 2010; h. 438).

b. Kepala : Bentuk dan kesimetrisan, kepala relatif besar, Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas. Sutura sagitalis lamboidalis, koronalis disebut sinostosis kranial (sutura tidak menyatu jika sisi yang lain ditekan, molase (tumpang tindih tulang oksiput dan tulang frontal dan tulang pariental),

sefalohematoma, kaput suksedenum. (constance sinclair, 2010; h. 330-331).

c. Muka : Bentuk,simetris, jarak antara hidung dan mulut, besarnaya mandibula, pembengkakan, perasaan nyeri didaerah sinus (Husein, dkk, 2002; h. 1167). d. Mata : Simetris, warna iris, sklera(pada kondisi normal

jernih). Konjungtiva normalanya terlihat merah muda dan mengkilap. (Sinclair, 2010; h. 332). e. Telinga : Simetris dan sejajar , tulang kartilago telinga

belum tumbuh sempurna, lembut dan lunak (Wong. 2008; h. 239).

f. Mulut : Ukuran dan bentuk simetris, normalnya harus lembab, lunak, halus, dan berwarna merah muda, simetris (Wong. 2008; h. 206).

g. Hidung : pada bayi kurang bulan terdapat pernapasan cuping hidung, dengan tipe pernapasan dispnea/takipnea yang terjadi segera atau beberapa saat setelah lahir (Matondang, 2009; h. 153).

h. Leher : Karena leher bayi baru lahir pendek dan ditutupi oleh lipatan jaringan. Perhatikan gerakanya, bentuk dan adanya massa tidak normal, dan lakukan palpasi serta bandingkan masing-masing klavikula jika ada fraktur (Wong, 2008; h. 241).

i. Lengan : Panjang, gerakan lengan, jumlah dan panjang jari, kuku panjangnya belum melewati ujung jari, dermatoglifik jari dan telapak tangan (lipatan simian, suatu lipatan tunggal dari atas ibu jari sampai bawah kelingking) pola jari normal adalah melingkar, melengkung, dan melekuk-lekuk (Sinclair, 2010; h. 335).

j. Dada : Bentuk dan kesimetrisan, lingkar dada pada puting susu,perkembangan aerola, kesimetrisan pengembangan. Dada kecil dan sempit serta tapak belum berkembang karena ekspansi paru minimal selama masa kehidupan janin (Sinclair, 2010; h. 336 ).

k. Abdomen : Bentuk, bising usus, pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, diikuti dengan auskultasi, kemudian palpasi .Abdomen menonjol karena hati dan limpa besar dan tonus otot abdomen buruk (Wong.,2008; h. 212 ).

l. Genetalia : Alat kelamin pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh labia mayora (Manuaba, dkk, 2010; h. 438). m. Anus : simetrisan, kaji tonus sfinkter anal dengan

merangsang reflek anal, Anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya mekonium pada

bayi baru lahir (Davies dan McDonald, 2011; h. 24-35).

n. Punggung : Pemeriksaan punggung berupa kelengkungan tulang belakang, integritas tulang belakang, patensi anus. Harus ada dua bahu yang simetris disertai tulang belakang yang lurus, tidak ada rambut (Davies dan McDonald, 2011; h. 40-41).

o. Ekstremitas : Inspeksi kesimetrisan panjang dan ukuran masing-masing ekstremitas, kaji bentuk tulang, kaki tampak datar karena kaki normalnya lebar dan lengkungnya ditututpi oleh lapisan lemak (Wong. 2008; h. 216).

p. Reflek :

1) Moro : Suatu reaksi terkejut dengan menimbulkan perasaan jatuh pada bayi. Pada bayi prematur, setelah ia merentangkan lengan tidak selalu diikuti dengan gerakan fleksi. Gerakan tungkai bukan merupakan bagian yang khas untuk reflek moro (Matondang, 2009; h, 142).

2) Rooting : Bayi akan memutar kearah sumber rangsangan dan membuka mulut, bersiap utuk menyusu jika disentuh dipipi atau tepi mulut (varney,2009; h.722).

3) Sucking : Reflek ini berkembang dengan baik pada bayi

yang normal dan terkoordinasi dengan

pernapasan. Reflek ini sangat penting artinya bagi proses pemberian makan dan kecukupan nutrisi. Pada bayi BBLR masih lemah, sehingga proses menelan bayi belum aktif (Varney, 2009; h. 722).

4) Grasping : Reflek genggaman telapak tangan, respon yang sama juga ditunjukan dengan menyentuh bagian bawah jari kaki (genggaman telapak kaki) (Varney, 2009; h. 722).

5) Walking : Jika disangga pada posisi tegak dengan kakinya menyentuh permukaan datar, bayi seperti mencoba berjalan (Varney, 2009; h.722).

7. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan skor ballard

b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.

c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perut dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.

d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/ diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.

e.

USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan

.

2) Interpretasi Data

Interpretasi data berdasarkan pengkajian yag diperoleh yaitu mengacu pada diagnosa kebidanan dengan bayi baru lahir dengan BBLR

Diagnosa kebidanan

Bayi Ny....umur... hari, dengan BBLR Data dasar :

Data subyektif : 1. Ibu mengatakan ini persalinan yang ke ... pernah keguguran atau tidak?

a) Ibu mengatakan bersalin pada tanggal ... melahirkan secara apa?

b) Ibu mengatakan cemas terhadap bayinya

Data Objektif : 1. Keadaan umum dan tingkat kesadaran bayi Apgar Score

2. Tanda-tanda vital

3. Berat badan lahir dan berat badan sekarang

4. Pemeriksaan antropometri meliputi panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, lila

5. Reflek bayi baru lahir meliputi morro, roothing, sucking, walking, grasping, tonick neck, swallowin, babinskin.

6. Hasil pemeriksaan penunjang (Fraser, 2009; h. 764-).

Kebutuhan : Pada kasus BBLR terdapat kebutuhan yang sesui yaitu menjega suhu bayi tetap hangat dan kebutuhan nutrisi bayi.

3) Diagnosa Potensial

Yaitu kemungkinan muncul penyakit lain yang menyertai. Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil anamnesa dan pemeriksaan pada balita sehingga diperoleh data yang mendukung diagnosa tersebut.

a. Pada bayi prematuritas murni diagnosa potensial yang terjadi hipotermia, sindrom gawat napas, hipoglikemia, perdarahan intrakranial, infeksi, hiperbilirubinemia, kerusakan intregritas ginjal b. Pada bayi dismatur diagnosa potensial yang terjadi sindrom

aspirasi mekonium, hipoglikemia simtomati, penyakit membran hialin, hiperbilirubinemia.

4) Antisipasi Tindakan Segera Atau Kolaborasi dan Konsultasi

Antisipasi tindakan segera dilakukan untuk mengatasi diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus BBLR. Tindakan dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter anak, penangana yang dilakukan adalah :

a. Melakukan pencegahan sindrom aspirasi mekonium dengan menggunakan bantuan kateter pengisap (suction) yang bertekanan rendah (10 cm air). Aspirasi orofaring lebih dahulu sebelum nasofaring sehingga, jika bayi megap-megap ketika saluran

hidungnya diaspirasi, lendir atau benda lainya tidak turun kesaluran napas (Fraser, 2009; h. 694).

b. Mencegah terjadinya hipotermia memasukan bayi kedalam box bayi dengan suhu kamar 24 ˚C atau menaruh bayi di infant warm dengan suhu disesuaikan dengan kondisi bayi rata-rata 25 ˚C, atau

Dokumen terkait