BAB II
TINJAUAN TEORI
A. TINJUAN TEORI MEDIS 1. Definisi
WHO (1961) Dahulu bayi baru lahir yang berat badan lahir kurang
atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Istilah prematur telah
diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR) karena terdapat dua
bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500
gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan
lahir rendah dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena
kombinasi keduanya. (Manuaba, Dkk. 2010; h.247-254)
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat
badan lahir kurang dari 2500 gram (Arief, 2009).
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badanya saat lahir kurang gram dari 2500(sampai dengan 2499 gram
(Husein, Dkk. 2007; h. 1051)
Berdasarkan pengartian diatas dapat disimpulkan bahwa berat
badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badanya
2. Klasifikasi
a. Pada kongres ’European perinatal Medicine ke II dilondon (1970)
telah disusun definisi sebagai berikut :
1) Preterm infant (prematur) atau bayi kurang bulan: bayi dengan
masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.
2) Term infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan
mulai 37 minggu sampai dengan 42 minggu(259-293 hari).
3) Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan
mulai 42 minggu atau lebih (294 hari atau lebih). (Manuaba,Dkk
.2010; h.438)
Dengan pengertian seperti yang diterangkan diatas, bayi BBLR dapat
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Prematuritas murni
Masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badanya sesui
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut
neonates kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan (NKB-SMK).
(Husein, Dkk. 2007; h. 151)
2) Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi kecil untuk
masa kehamilannya (KMK) (Husein, Dkk. 2007; h. 1051)
b. Klasifikasi bayi berdasarkan berat badan adalah sebagai berikut :
2) Bayi berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi
dengan berat badan dibawah 1500 gram pada saat lahir.
3) Bayi dengan berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) adalah
bayi dengan berat badan dibawah 1000 gram pada saat lahir.
(Fraser. 2009; h.761)
c. Klasifikasi berdasarkan usia gestasi, berbagai tipe bayi berat badan
lahir rendah (BBLR) dapat digambarkan :
1) Bayi dengan laju pertumbuhan intrauterin normal pada saat lahir
: mereka kecil karena persalinan dimulai sebelum akhir 37
minggu gestasi. Bayi prematur ini tumbuh sesuai dengan usia
gestasi mereka (SMK).
2) Bayi dengan pertumbuhan intrauterin lambat dan yang dilahirkan
aterm atau lebih dari aterm : bayi aterm dan post term ini
pertumbuhanya kurang untuk usia gestasi. Mereka kecil untuk
masa kehamilan (KMK).
3) Bayi dengan pertumbuhan intrauterin lambat yang dilahirkan
sebelum aterm, bayi prematur ini kecil karena persalinan dini
maupun pertumbuhan intrauterin yang terganggu (BMK) (Fraser.
2009; h. 761-762)
3. Etiologi
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifaktorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan
tindakan pencegahan, namun penyebab terbanyak terjadinya BBLR
besar resiko jangka pendek dan jangka panjang yang dapat terjadi (
Atikah, 2010; h. 5). Persalianan premature dapat disebabkan oleh
faktor keluarga atau orang tua yang juga pernah melahirkan
premature (Saifudin, 2007; h. 301).
a. Faktor penyakit
1) Toksemia gravidarum
Gangguan oksigenasi janin secara akut atau kronik
yang dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan asfiksia atau
retardasi pertumbuhan intrauterine (Husein, Alatas dkk, 2007;
h. 1066).
2) Ketuban pecah dini
Pecahanya selaput ketuban sangat mudah pada
kehamilan trimester ketiga dikarenakan pembesaran uterus,
kontraksi rahim, dan gerakan janin. sedangkan dari faktor
eksternal ini bisa disebabkan karena infeksi (Prawirihardjo,
2008. h. 677-678).
3) Anemia
Kehamilan menyebabkan terjadinya peningkatan sel
sarah yang terjadi akibat proses pengenceran sel darah
merah sehingga menyebabkan anemia. Pada bayi prematur
murni, kadar hemoglobin lebih rendah dibandingkan dengan
bayi cukup bulan. Persediaan zat besi dalam tubuh neonates
cukup bulan dapat memenuhi kebutuhan bayi tersebut sampai
2-4) Perdarahan antepartum
Perdarahan pervaginam pada kehamilan diatas 28
minggu atau lebih.bisa disebabkan oleh plasenta previa
(plasenta dengan impalntasi disekitar segmen bawah rahim,
sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum) dan solusio plasenta (terlepasnya plasenta
sebelum waktunya dengan implantasi normal pada kehamilan
trimester tiga (Manuaba , Dkk. 2010; h. 247-254)
5) Trauma fisik dan psikologi
Kebanyakan trauma terjadi selama trimester ketiga.
Perubahan pusat gravitasi tubuh wanita dan
perubahan-perubahan lain dapat menyebabkan sinkop, kehilangan
keseimbangan, dan menimbulkan rasa kikuk.
Ketidaknyamanan akibat uterus yang berkontraksi atau
gerakan janin yang sangat aktif menyebabkan
ketidaknyamanan (Bobak. 2004; h. 699-705).
6) Nefritis akut
Suatu penyakit akut yang ditandai dengan hematuria
makroskopik, oliguria, hipertensi, edema (ringan berat,
biasanya pada muka)dan proteinurinaria ringan (biasanya
3,5g/hari). Pada kasus yang berat dapat ditemukan gagal
ginjal.ini merupakan kedaruratan yang harus segera ditangani
7) Diabetes mellitus
Merupakan gangguan sistematik pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Pada saat kehamilan
dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron, pancreas
meningkatkan produksi insulin, yang meningkatkan glukosa.
Komplikasi dari diabetes terjadi gangguan sirkulasi
uteroplasenta. Hal ini menurunkan jumlah oksigen yang
tersedia untuk janin dan menyebabkan retardasi pertumbuhan
intrauterin (IUGR) yang menghasilakn neonates kecil untuk
masa kehamilan (Bobak. 2004; h. 699-705).
8) Penyakit ginjal
Dalam kehamilan terjadi perubahan anatomik dan
fungsional ginjal dan saluran kemih, yang sering menimbulkan
gejala, kelainan fisik, dan perubahan hasil pemeriksaan
laboratorium. Pengaruh kehamilan menyebabkan dilatasi
ureter menyebabkan timbulnya refluks air kemih dan kandung
kemih kedalam ureter. Akibat pembesaran uterus, hiperemi
organ-organ pelvis, dan pengaruh hormonal terjadi perubahan
pada kandung kemih yang dimulai pada kehamilan 4 bulan
(Prawirihardjo, 2008; h. 830-831).
9) Penyakit jantung
Pada kehamilan terdapat peningkatan denyut jantung
ibu untuk mengimbangi pertumbuhan dan perkembangan
denyutan. Bagi jantung yang normal, peningkatan tersebut
dapat diimbangi sehingga tidak menganggu pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim (Manuaba , Dkk. 2010; h.
334).
10) Hipertensi
Tekanan darah sistolik dan diastolic > 140/90 mmHg,
hipertensi dalam kehamilan menyebabkan aliran darah
uteroplasenta menurun dan terjadilah hipoksia dan iskemia
plasenta (Prawirihardjo, 2008; h. 532-533).
11) Kelainan bentuk uterus (misalnya. Uterus bikornis, servik)
12) Tumor (mis. Mioma uteri, sistoma)
Menganggu tumbuh kembang hasil konsepsi yang
telah berimplantasi karena terjadi gangguan vaskularisasi
sehingga plasenta tidak mampu memberi nutrisi yang cukup
(Manuaba , Dkk. 2010; h. 368).
b. Usia Ibu
1) Usia ibu kurang dari 20 tahun lebih dari 35 tahun
Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukan rahim dan
panggul ibu belum berkembang secara sempurna karena
wanita pada usia ini masih dalam masa pertumbuhan
sehingga panggul dan rahim masih kecil. Di samping itu, usia
diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan, dan timbulnya
masalah-masalah kesehatan seperti hipertensi, DM, anemia,
perdarahan pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat
bawaan pada janin (Hartanto, 2004).
2) Multigravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat
Banyaknya anak yang dilahirkan seorang ibu akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan merupakan faktor resiko
terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat,
pendidikan anak lebih rendah dan kurang (Depkes RI, 2003b)
c. Keadaan sosial
1) Golongan sosial ekonomi rendah
Keadaaan ini sangat berperan terhadap timbulnya
prematuritas. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan
sosial-ekonomi yang rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi
yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang
(Husein,Dkk, 2007; h. 1052)
2) Perkawinan yang tidak syah
Kejadian bayi baru lahir dengan BBLR dari perkawinan
yang tidak sah teryata lebih tinggi bila dibandingkan dengan
bayi yang lahir dari perkawinan yang sah Hal ini karena hamil
diluar nikah masih ,merupakan sesuatu yang belum dapat
diterima masyarakat, karena dianggap sebagai anak haram
atau hasil perzinahan. Wanita yang hamil diluar nikah akan
Menghadapi masalah psikologis yaitu takut, rendah diri terhdap
kehamilanya sehingga cenderung untuk menghilangkan
d. Sebab lain
1) Ibu yang perokok
Mereka berisiko mengalami kehamilan ektopik dan abortus
spontan pada masa kehamilan. Pada kehamilan lanjut mereka
berisiko menagalami solusio plasenta, plasenta previa,
ketuban pecah dini, dan retardasi pertumbuhan janin. Nikotin
menyebabkan pembuluh darah plasenta vasokontriksi dan
karbon monoksida menonaktifkan hemoglobin maternal dan
janin, yang penting untuk mentraspor oksigen ke janin
sehingga berisiko lahir kecil untuk usia gestasi, lahir premature
terutama jika wanita perokok lebih dari satu pak per hari
(Bobak, 2004; h. 766).
2) Ibu peminum alkohol
Bayi baru lahir dari pecandu alcohol akan mengalami
sejumlah masalah klinis. Pola defisiensi pertumbuhan yang
dimulai dalam kehidupan prenatal berlanjut setelah bayi lahir,
terutama pada kecepatan pertumbuhan linier, kecepatan
peningkatan berat badan, dan pertumbuhan lingkar kepala.
Biasanya bayi lahir dari pecandu alkohol mengalami gawat
napas, kelahiran premature, kerusakan neurologis, epiglottis
yang terkulai dan trakea yang kecil (Bobak, 2004; h. 766).
3) Ibu pecandu narkotik
Menyebabkan timbulnya takikardi dan peningkatan
tekanan darah disertai peningkatan kadar katekolamin.
maksimal, tetapi pembuluh darah terebut akan segera kontriksi
jika terdapat katekolamin (sejenis narkoba) sehingga
mengakibatkan kelahiran bayi kecil untuk masa gestasi dan
kematian janin (Bobak, 2004; h. 764).
e. Faktor janin
1) Hidramion/ polihidramion
Keadaan dimana air ketuban melebihi 2000 cc
(Mochtar, 1998; h. 252). Pada keadaan normal banyaknya air
ketuban 1030 cc pada minggu ke 38 , pada akhir kehamilan
tinggal 780 cc dan terus berkurang sehingga pada minggu ke
42 hanya 240 cc. Hidramion dianggap sebagai kehamilan
resiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak, pada
hidramion menyebabkan uterus regang sehingga dapat
menyebabkan partus premature, kondisi ini biasanya terjadi
pada kehamilan ganda (Manuaba, dkk, 2010; h. 316-317).
2) Kehamilan ganda
Kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kebutuhan ibu
untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi
defisiensi nutrisi.kehamilan kembar juga bergantung pada
factor plasenta atau implantasinya. Dari kedua faktor tersebut,
jantung salah satu janin lebih kuat dari yang lainya, sehingga
janin yang mempunyai jantung lemah mendapat nutrisi yang
kurang yang menyebabkan pertumbuhan terhambat sampai
3) Kelainan kromosom
Dikenal 2 jenis kelainan kromoson yaitu kelainan jumlah
dan kelianan struktur (Prawirihardjo, 2008; h. 704).
f. Faktor lingkungan
1) Tempat tinggal dataran tinggi
2) Radiasi
3) Zat-zat racun
(Husein, dkk, 2007; h. 1052).
4. Patofisiologi
Terdapat banyak penyebab gangguan intrauterine, yang disebut
juga Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) dan efeknya terhadap
janin bervariasi sesui dengan cara dan lama terpapar serta tahap
pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi. Walaupun setiap
organ dapat dipengaruhi oleh gangguan pertumbuhan intrauterine,
efeknya pada tiap organ tidak sama. Jika gangguan pertumbuhan
terjadi pada akhir kehamilan, pertumbuhan jantung, otak, dan tulang
rangka tampak paling sedikit terpengaruh, sedangkan ukuran hati dan
limpa berkurang. Sebaliknya, jika gangguan terjadi pada awal
kehamilan tampak pertumbuhan otak dan tulang rangka terganggu.
Keadaan klinis ini disebut gangguan pertumbuhan simetri berkaitan
dengan hasil akhir perkembangan syaraf yang buruk.(IDAI, 2010;
h.14-15).
Berat lahir juga berhubungan dengan luas permukaan plasenta,
terjadi sering berakibat gangguan pertumbuhan janin. Selain itu,
penyebab terjadinya gangguan pertumbuhan janin disebabkan karena
adanya anemia maka akan mengurangi kemampuan metabolisme
tubuh sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim. Akibat adanya anemia pada ibu, maka dapat terjadi
gangguan pada janin dalam bentuk BBLR, untuk pertumbuhan janin
yang memadai diperlukan zat zat makanan yang adekuat, dimana
peranan plasentannya besar artinya dalam transfer makan tersebut.
Pertumbuhan janin yang paling pesat terjadi pada akhir kehamilan,
plasenta bukan sekedar organ untuk traspor makanan yang
sederhana, tetapi juga mampu menseleksi zat-zat makanan yang
masuk dan proses lain atau resistensi sebelum mencapai janin. Suplai
zat makan ke janin yang sedang tergantung pada jumlah darah ibu
yang mengalir ke plasenta dan zat-zat makanan yang diangkutnya.
Efisiensi plasenta dalam mengkonsentrasikan mensintesis dan
mentransprt zar-zat makanan menentukan suplai makanan ke janin.
Karbohidrat merupakan sumber utama bagi janin dan ini diperoleh
secara kontinu dari transfer glukosa darah ibu melalui plasenta
(Husein, 2007; h. 1090).
5. Tanda dan gejala
a. Tanda dan gejala bayi prematuritas murni
Tanda klinis atau penampilan yang tampak sangat bervariasai,
atau makin kecil umur kehamialn saat dilahirkan makin besar pula
perbedaanya dengan bayi yang lahir cukup bulan antara lain :
1) Umur kehamilan tua sama dengan atau kurang dari 37 minggu
2) Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram.
3) Panjang badan sama dengan atau kurang dari 45 cm.
4) Kuku panjangnya belum melewati ujung jari.
5) Batas dahi dan ranbut kepala tidak jelas.
6) Kepala relative besar
7) Kepala tidak mau tegak
8) Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm.
9) Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm.
10) Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut permenit
11) Frekuensi nadi 100 sampai 140 denyut permenit
(Manuaba , dkk, 2010; h. 438)
12) Rambut lanugo masih banyak.
13) mata menonjol
14) Tangisan bayi lemah dan sayup
15) Dada kecil dan sempit serta tapak belum berkembang karena
ekspansi paru minimal selama masa kehidupan janin.
16) Aerola putting belum berkembang dengan sempurna dan hampir
tidak terlihat
17) Abdomen menonjol karena hati dan limpa besar dan tonus otot
18) Hati besar karena menerima suplai yang baik dari darah yang
mengandung oksigen lewat sirkulasi janin dan aktif dalam
menghasilkan sel darah merah dan eritropiosis.
19) Umbilicus tampak melesak diabdomen karena pertumbuhan linier
adalah sefalokaudal (tampak lebih jelas lebih dekat ke kepala dari
pada kekaki), sesuai dengan sirkulasi oksigenasi janin.
(Fraser, 2007; h. 765).
20) Jaringan lemak berlimpahan
21) Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga.
22) Tumit mengkilap, telapak kaki halus.
23) Alat kelamin pada skrotum kurang. Testis belum turun ke dalam
skrotum. Untuk bayi perempuan klitoris menonjol, labia minora
belum tertutup oleh labia mayora.
24) Tonus otot lemah, sehingga bayi kurang aktif dan peregrakannya
lemah.
25) Fungsi saraf yang belum atau kurang matang, mengakibatakan
reflex hisap, menelan dan batuk masih lemah.
26) Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan otot
dan jarinagan lemak masih kurang. (Husein, 2007; h. 1053)
b. Tanda dan gejala dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa
kehamilannya (KMK) (Hasan, 2002; h. 1051).
Karakterisitik bayi dismatur antara lain :
1) Lemak subkutan kurang
2) Kulit longgar dan kering
3) Lingkar dada dan abdomen kurang dari normal
4) Abdomen cekung
5) Kurus
6) Lemah
7) Umbilikus kering, berwarna kuning kehijuan
8) Rambut jarang
9) Bayi tampak gesit, aktif dan kuat
10) Mata terbuka lebar
(Pantiwati, 2010; h. 49).
6. Penatalaksanaan
1) Mempertahankan fungsi pernapasan
Pengkajian awal dimulai dengan mengkaji pernapasan dan
mengamati kemampuan bayi untuk melakukan transisi dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Bayi premature
cenderung mengalami kesulitan dalam melakukan transisi akibat
berbagai penurunan pernapasannya. Seperti : penurunan jumlah
alveoli fungsional, defisiensi kadar surfaktan, lumen pada sistem
pernapasan lebih kecil, jalan napas lebih sering kolaps dan
menghambat usaha napas bayi dan mengakibatkan gawat napas
atau apnea (Bobak, 2004; h. 891).
2) Mempertahankan fungsi kardiovaskuler
Mengkaji sistem kardiovaskuler dan kemampuan untuk
melakukan perfusi kejaringan dan organ yang esensial.
Gejala-gejala ini meliputi penurunan tekanan darah, perlambatan
pengisian kapiler, dan gawat napas yang berlanjut walaupun telah
dilakukan oksigenasi dan ventilasi (Bobak, 2004; h. 891).
3) Mempertahankan suhu tubuh
Akibat berbagai faktor, bayi prematur rentan terhadap
ketidakstabilan suhu. akibat luasnya area permukaan terhadap
berat badan. Faktor-faktor lain adalah sebagai berikut; penyekatan
lemak subkutan yang minimal, cadangan lemak coklat (brown fat)
(sumber internal untuk menghasilkan panas, terdapat pada bayi
etrm normal)terbatas, control reflek pada kapiler kulit tidak ada
atau menurun (respon menggigil), aktivitas massa otot tidak
adekuat (sehingga bayi premature tidak mampu menghasilkan
panasnya sendiri), kapiler-kapiler rentan (mudah rusak),
pengaturan suhu diotak tidak matur. Untuk mengatasi
ketidakstabilan suhu bayi premature, melakukan pengkajian suhu
secara terus menerus dan menyediakan sumber panas yang
eksternal (incubator) yang bisa diatur (Bobak, 2004; h. 891).
Bayi dengan BBLR dirawat didalam incubator, suhu
tubuhnya. Untuk menentukan suhu incubator disesuikan dengan
berat badan bayi.
Table 2.1 Neutral Thermal Environment (NTE)
Berat badan (gram) Suhu incubator (°C)
1000 35
1500 34
2000 33.5
2500 32.5
Suhu incubator ditrunkan 1°C setiap minggu dan bila berat bayi
sudah mencapai 1800 grma bayi boleh dirawat diluar incubator
(Husein , 2007; h. 1153-1154).
4) Fungsi sistem saraf pusat
Pada bayi prematur sistem saraf pusat (SSP) rentan
terhadap cedera dari berbagai sumber berikut; trauma lahir
disertai kerusakan pada struktur yang tidak matur, perdarahan dari
kapiler-kapiler yang rentan. Perawatan mengkaji fungsi SSP
dengan memeriksa kemampuan bayi untuk mengkoordinasi
aktivitsas menghisap dan menelan dengan memantau kerusakan
kotrol SSP terhadap sitem pernapasan dan kardiovaskuler (apnea
dan brakikardi) (Bobak, 2004; h. 891).
5) Mempertahankan nutrisi yang adekuat
Upaya mempertahankan nutrisi yang adekuat pada bayi
prematur diperberat oleh masalah asupan dan metabolism
dikarenakan tidak memiliki reflek menghisap, reflek menelan, ,
kapasitas perut kecil, dan otot-otot abdomen lemah. Fungsi
metabolik pada bayi prematur diperlemah dengan terbatasnya
cadangan nutrisi, penurunan kemampuan untuk mencerna protein
Perawatan melakukan pengkajian berkelanjutan terhadap
kemampuan bayi untuk minum dan mencerna nutrisi. Petugas
kesehatan perlu disiapkan untuk member nutrisi kepada bayi
dengan cara selain per oral (misalnya dengan selang atau secara
intravena). (Bobak, 2004; h. 892).
Pada hari-hari pertama, pengosongan lambung bayi
premature lebih lambat, pengosongan lambung kan lebih cepat
pada hari ketiga dan seterusnya. Sistem enzim pencernaan bayi
pada masa kehamilan 28 minggu sudah cukup matur untuk
mencerna dab mengabsorbsi protei dan karbohidrat. Lemak
kurang dapat diabsorbsi karena kurangnya garam empedu.
Pemberian cairan yang cukup sangat penting untuk bayi
premature, karena kadar airekstrasel pada bayi premature lebih
tinggi pada bayi normal. Permukaan badan bayi premature relative
lebih luas dari pada bayi aterm dan kapasitas dieresis osmotiknya
terbatas, terutama bayi premature dengan kelainan ginjal
sehingga rentan kekurangan air.
Pemberian cairan intravena pada bayi melalui kateter yang
dimasukan kedalam pembuluh darah vena pusat atau perifer
untuk mencegah terjadinya hidrasi. Bayi premature memerlukan
nutrisi selain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari juga untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan.
Pemberian nutrisi yang dianjurkan adalah kalori 140-150 kal/kg
menerima cairan 150-200gr/kg BB/hari, sedangkan yang sakit
diberikan 120-130 cc/kg BB/hari. Selain nutrient tersebut, bayi
juga membutuhkan nutrient lain dan vitamin.
Pemberian makanan secara dini, yaitu dua jam pertama
kelahiran berupa glukosa, air susu ibu (ASI) atau pengganti air
susu ibu (PASI) akan mengurangi risiko hipoglikemia, dehidrasi
dan hiperbilirubinemia. Bila pemberian pertama dimulai dengan 1
cc pemberian berikutnya tiap 1 jam 1 cc selama 8 jam. Kemudian
jumlahnya dinaikan sebanyak 1 cc pada setiap pemberian
minuman selanjutnya, makanan diberikan tiap 2 jam dengan
kenaikan 2 cc setiap 2 kali pemberian sampai mencapai 12 cc
untuk sekali minum ( Asrining, dkk. 2003; 18-19-20).
6) Mempertahankan fungsi ginjal
Sistem ginjal yang tidak matur pada bayi prematur tidak
mampu secara adekuat mengeksresi matabolit dan obat-obatan,
mengonsentrasi urin dan mempertahankan keseimbangan
asam-basa, cairan, atau elektrolit. Megkaji masukan dan luaran serta
berat jenis urin, memantau nilai-nilai laboratorium untuk menilai
keseimbangan asma basa dan elektrolit, dan mengobservasi
gejala toksisistas obat (Bobak, 2004; h. 892).
7) Mempertahankan status hematologi
Dibanding bayi aterm, bayi premature dihadapkan pada
masalah hematologi akibat factor-faktor berikut; peningkatan
kerentanan kapiler, peningkatan kecenderungan perdarahan
sel-sel darah merah, peningkatan hemolisis, kehilangan darah
akibat uji laboratorium yang sering dilakukan (Bobak, 2004; h.
892).
8) Melawan infeksi
Bayi prematur mengalami peningkatan risiko terhadap infeksi
karena cadangan immunoglobulin maternal menurun, kemampuan
untuk membentuk antibody rusak, dan sistem intugumen rusak
(kulit tipis dan kapiler rusak) (Bobak, 2004; h. 89).
Penatalaksanaan medis
1. Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
a. Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau
b. Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian
(saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu)
2. Diateteik
Pemberian nutrisi yang adekuat
a. Apabila daya isap belum baik, bayi dicoba untuk menetek
sedikit demi sedikit.
b. Apabila bayi belum bisa meneteki pemberian ASI diberikan
melalui sendok atau pipet.
c. Apabila bayi belum ada reflek menghisap dan menelan
harus dipasang sonde fooding.
sedangkan kebutuhan protein 3 samapi 5 g/kg BB dan kalori
110 kal/kg BB, sehingga pertumbuhannya dapat meningkat.
Pemberian minum pada bayi sekitar 3 jam setelah lahir dan
didahului dengan mengisap cairan lambung. Reflek menghisap
masih lemah, sehingga pemberian minum sedikit demi sedikit,
tetapi dengan frekuensi yang lebih sering (Manuaba, dkk, 2010;
h. 438).
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perut dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat/ diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
(Pantiwati
, 2010;h. 54)
8. Komplikasi
a. Komplikasi pada bayi premature
Bahaya-bahaya bayi baru lahir dengan BBLR. Tingkat
kematangan fungsi sistem organ neonates merupakan syarat
untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar rahim. Penyakit
matangnya fungsi organ-organ tubuhnya. Hal ini berhubungan
dengan umur kehamilan saat bayi dilahirkan. Makin muda umur
kehamilan , makin tidak sempurna organ-organya. Konsekuensi
dari anatomi dan fisiologi yang belum matang, bayi premature
cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus di
antisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Adapun
masalah-masalah yang terjadi adalah sebagai berikut :
1) Hipotermia
Bayi prematur atau KMK bayi ini memiliki cadangan
glukosa yang buruk, penurunan jaringan subkutan, dan cadangan
lemak coklat sedikit atau tidak ada sama sekali. Saat neonates
terpajan dengan dingin, pertama-tama ia menjadi sangat gelisah,
kemudian, saat suhu inti tubuhnya turun, ia mengadopsi posisi
fleksi yang rapat guna mencoba mempertahankan panas. Bayi
yang sakiot atau premature akan cenderung berbaring terlentang
dengan posisi seperti katak dengan semua permukaan tubuhnya
terpajan, yang memaksimalkan kehilangan panas (Fraser, 2009;
h.781).
2) Sindrom gawat napas
. Bayi prematur lahir dengan jumlah surfaktan yang sedikit
tetapi seiring dengan semakin bertambahnya usia, kebutuhan
terhadap surfaktan melebihi suplai. Hal ini memberikan gambaran
klinis bayi yang menderita gawat napas progresif, yang
3) Hipoglikemia
Hipoglikemia berarti konsentrasi gula darah yang rendah.
Hipoglikemia pada bayi prematur mungkin akan lebih sering
tertidur, dan usaha menerima makanan pertama dapat
mencerminkan usia gestasi. Kebutuhan pemberian susu total (60
ml/kg pada hari pertama, dengan peningkatan 30 ml/kg perhari)
mungkin tidak didapatkan langsung dari ASI dan makanan
tambahan dapat diberikan dengan menggunakan cangkir. Tujuan
penatalaksanaan adalah mempertahankan gula darah yang
dianggap kadar normal terendah, yakni 2,6 mmol/dl (Fraser, 2009;
h. 767-768).
4) Perdarahan intracranial
Pada bayi premature pembuluh darah masih sangat rapuh
hingga mudah pecah. Perdarahan intracranial dapat terjadi karena
trauma lahir, trombositopenia idiopatik ini biasanya disertai
dengan hipoksia yang semakin memburuk. Kebanyakan diagnosis
dibuat setelah 72 jam kelahiran, ketika keadaan bayi memburuk
secara mendadak (Derek , 2010; h. 198).
5) Rentan terhadap infeksi
Bayi premature mudah sekali terkena infeksi, karena daya
tahan tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih
kurang, dan pembentukan antibody belum sempurna. Oleh karena
itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan prematuritas (BBLR). Dengan
khusus dan terisolasi dengan baik. Infeksi intrauterine seperti
misalnya toksoplasmosis dapat menyebabkan ensefalitis pada
bayi baru lahir. Gejalanya biasanya berupa keadaaan umum yang
buruk, kejang, hepatosplenomegali dan ikterus, kesadaran
rendah, disertai peningkatan suhu (Husein, dkk. 2007. H.
1142-1143 ).
6) Hiperbilirubinemia
Keadaan ikterus yang terjadi pada bayi baru lahir yaitu
meningginya kadar bilirubin didalam jaringan ekstravaskuler
sehinnga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainya
berwarna kuning. Pada masa transisi setelah lahir, hepar belum
berfungsi secara optimal, sehingga proses glukuronidasi bilirubin
tidak terjadi secara maksimal (sholeh, dkk, 2010; h.147).
7) Kerusakan intregritas kulit
Lemak subkutan kurang atau sedikit. Struktur kulit yang
belum matang dan rapuh sensitivitas yang kurang akan
memudahkan terjadinya kerusakan integritas kulit, terutama pada
daerah yang sering tertekan dalam waktu lama. Pemakain plester
dapat mengakibatkan kulit bayi lecet atau bahkan lapisan kulit
terangkat (Pantiwati, 2010; h.28).
b. Komplikasi pada bayi dismatur
Komplikasi yang timbul pada dismatur diantaranya yaitu :
1) Sindrom aspirasi mekonium
akan mengakibatkan janin mengadakan gasping dalam uterus.
Selain itu mekonium akan dilepaslkan kedalam likour amnion
seperti yang sering terjadi pada bayi fetal destres. Akibatnya
cairan yang mengandung mekonium yang lengket itu masuk
kedalam paru-paru janin karena inhalasi. (Husein, Alatas dkk.
2007. H; 1053)
2) Hipoglikemia simtomatik
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki. Penyebabnya
belum, jelas tetapi mungkin sekali disebabkan oleh persediaan
glikogen yang sangat kurang pada bayi dismatur. Gejala klininnya
tidak khas, tetapi umumnya mula-mula bayi tidak menunjukan
gejala, kemudian dapat terjadi kaget, serangan apnu, sianosis,
pucat, tidak mau minum, lemas, apatis dan kejang. Diagnosis
dapat dibuat dengan melakukan pemeriksaan gula darah. Bayi
cukup bulan dinyatakan menderita hipoglikemia bila kadar
darahnya kurang dari 30mg%, sedangkan pada bayi BBLR bila
kadar gula darahnya kurang dari 20%. Pengobatanya ialah
dengan penyuntikan glukosa 10%. (Husein, Alatas. 2007;h. 1056)
3) Penyakit membrane hialin
Penyakit ini terutama mengenai bayi dismatur yang preterm. Hal
ini karena surfaktan paru belum cukup sehingga alveoli kolaps.
Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negative yang
tinggi pada pernafasan berikutya. Akibat hal ini akan tampak
terjadi atelektasis dan akhirnya terjadi aksudasi fibrin dan lain-lain
serta terbentuk membrane hialin. Penyakit ini dapat mengenai
bayi dismatur yang preterm, terutama bila masa gestasinya
kurang dari 35 minggu. (Hasan, Alatas. 2002. H; 1056)
4) Hiperbilirubinemia
Bayi dismatur lebih sering mendapat hiperbilirubinemia dibanding
dengan bayi yang sesui dengan masa kehamilanya.Banyak bayi
baru lahir bermuka merah (pletorik) karena polisitemia. Polisitemia
meningkatkan viskositas darah, sehingga merusak sirkulasi.
Selain itu, peningkatan jumlah sel darah merah yang akan
dihemolisis ini meningkatkan beban bilirubin potensial, yang harus
dibersihkan oleh bayi baru lahir. Sel-sel darah merah berlebih
diproduksi di dalam hati dan limpa selain ditemapt-tempat biasa
disum-sum tulang. Dengan demikian fungsi hati dan bilirubin
klirens dapat terkena efek yang merugikan (Bobak, 2004; h. 906).
9. Imunisasi
Vaksinasi bayi pada saat lahir untuk BCG, tuberkolosis,
poliomyelitis, dan hepatitis b kecuali jika diarahkan lain di bawah.
Imunisasi bayi sesui dengan panduan berikut, memerhatikan apakah
bayi : Kecil (kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau lahir sebelum usia
gestasi 37 minggu). Lakukan imunisasi pada usia seharusnya (usia
ronologi dan bukan usia koreksi) dan jangan mengurangi dosis
10. Pencegahan
Pada kasus bayi baru lahir dengan BBLR, pencegahan/ preventif
adalah langkah penting. Hal-hal yang dapt dilakukan :
1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4
kali selama kurun kehamilan dan mulai sejak umur kehamilan
muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor resiko yang
mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan,
dipantau, dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan
perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga
kesehatanya dan janin yang dikandung baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun
umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
4. Perlu dukungan sector lain yang terkait untuk turut berperan
dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga
agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan
pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil (Pantiwati.
2010; h. 66-67).
5. Memperbaiki status giizi ibu hamil, dengan mengkomsumsi
makanan yang lebih sering atau lebih banyak, dan lebih
diutamakan makanan yang mengandung nutrient yang memadai.
6. Menghentikan kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan
7. Mengkomsumsi tablet zat besi secara teratur sebanyak 1 tablet
per hari. Melakukan minimal sebanyak 90 tablet. Meminta tablet
zat besi saat berkonsultasi dengan ahli (Atikah, 2010; h. 49-50)
B. TINJAUN TEORI ASUHAN KEBIDANAN MENURUT VARNEY
1. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan BBLR.
Langkah pertama adalah mengumpulkan data dasar yang
menyeluruh untuk mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir. Data dasar yang
diperlukan adalah semua data yang berasal dari sumber informasi yang
berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir (Varney, 2007; h. 27).
2. Mampu menginterpretasikan data pada pasien dengan BBLR
Langkah kedua bermula dari data dasar; menginterpretasi data
untuk kemudia n diproses menjadi masalah atau diagnosis serta
kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus. Kata masalah
dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa masalah tidak
dapat didefinisikan sebagai sebuah diagnosis, tetapi tetap perlu
dipertimbangkan dalam memngembangkan rencana perawatan
kesehatan yang menyeluruh(Varney, 2007; h. 27).
3. Mampu mengidentifikasikan diagnosa potensial atau masalah potensial
dan mengantisipasi penangananya yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah kebidanan yang timbul pada pasien dengan BBLR.
Langkah ketiga mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial
berdasarkan masalah dan diagnosis saat ini berkenaan dengan tindakan
muncul.langkah ini adalah langkah yang sangat penting dalam memberI
perawatan kesehatan yang aman(Varney, 2007; h. 27).
4. Mampu mengantisipasi tindakan segera pada pasien dengan BBLR.
Langkah keempat mencerminkan sifat kesinambungan proses
penatalaksanaan, yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer
atau kunjungan pranatal periodic, tetapi juga saat bidan bidan melakukan
perawatan yang berkelanjutan(Varney, 2007; h. 27).
5. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada
pasien dengan BBLR.
Langkah kelima adalah mengembangkan sebuah rencana
keperawatan yang menyeluruh ditentukan dengan mengacu pada hasil
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan pengembangan masalah
atau diagnosis yang diidentifikasi baik pada saat ini maupun yang
diantisipasi serta perawatan kesehatan yang dibutuhkan. Langkah ini
dilakukan dengan mengumpulkan setiap informasi tambahan yang hilang
atau diperlukan untuk melengkapi data dasar. Sebuah rencana perawatan
yang menyeluruh tidak hanya melibatkan kondisi ibu atau bayi baru lahir
yang teerlihat dan masalah lain yang berhubungan, tetapi juga
menggambarkan petunjuk antisipasi bagi ibu atau orang tua tentang apa
yang akan terjadi selanjutnya (Varney, 2007; h.28).
6. Mampu melakukan tindakan kebidanan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah.
Langkah keenam adalah melaksanakan rencana perawatan yang
menyeluruh. Langkah ini dapat dilakukan secara keseluruhan oleh bidan
kesehatan lain. Apabila tidak dapat melakukannya sendiri, bidan
bertanggung jawab untuk memastikan bahwa implementasi benar-benar
dilakukan. Pada keadaan melakukan kolaborasi dengan dokter dan
member kontribusi terhadap penatalaksaan dengan komplikasi, bidan
dapat mengambil tanggung jawab mengimplementasi rencana perawatan
kolaborasi yang menyeluruh. Implementasi yang efisien akan
meminimalkan waktu dan biaya serta meningkatkan kualitas perawatan
kesehatan (Varney, 2007; h.28).
7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus pasien
dengan BBLR.
Langkah terakhir ini merupakan tindakan untuk memeriksa apakah
rencana perawatan yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan,
yaitu memenuhi kebutuhan ibu, seperti yang diidentifikasi pada langkah
kedua tentang masalah, diagnosis, maupun kebutuhan perawatan
kesehatan. Rencana tersebut menjadi efektif bila bidan
mengimplementasi semua tindakan dalam rencana dan menjadi tidak
efektif bila tidak diimplementasi (Varney,Helen, 2007;h.28)
8. Mampu mendokumentasikan hasil pengkajian kasus secara Varney dan
data perkembangan didokumentasikan menggunakan SOAP (subyektif,
obyektif, analisa, planing) sebagai catatan perkembangan.
Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi:
S : Subyektif : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya
O : Obyektif : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh
A : Asesment : Kesimpulan dari data-data subyektif dan obyektif yang
didapat
P : Planning : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi
data diatas.
9. Teori asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan BBLR
Adapun penerapan 7 langkah varney tersebut dalam kasus bayi baru lahir
dengan BBLR sebagai berikut :
1) Pengkajian
Merupakan pengumpulan data secara fokus dan akurat yang
dibutuhkan untuk menilai keadaan bayi baru lahir secara keseluruhan
yang mencakup data subyektif dan obyektif yang berkaitan dengan
kondisi bayi.
Tanggal dan waktu : untuk mencatat waktu yang menujukan kapan
klien memeriksa. (Bickley, 2009; h. 4).
b. Data obyektif
Yaitu data yang diperoleh dari pasien (ibu atau bayi) dan juga
catatan medik lain.
1) Identitas bayi atau pasien
Identifikasi dilakukan segera setelah bayi lahir dan pada waktu
ibu masih berdekatan dengan bayinya dikamar bersalin dengan
menggunakan tanda pengenal bayi dari cap jari atau telapak
kaki.umumnya bayi diberikan gelang sesuai dengan jenis
perempuan diberikan warna pink dengan menuliskan nama
kelurga, tanggal dan jam lahir (Husein, dkk. 2007; h. 1150).
Nama : Identitas dimulai dengan nama pasien, yang
harus jelas dan lengkap; nama depan, nama
tengah (bila ada), nama keluarganya untuk
mencegah kekeliruan dengan bayi lain
(Matondang 2009; h. 5).
Umur : Umur pasien sebaiknya didapat dari tanggal
lahir, yang dapat ditanyakan ataupun dilihat
dari kartu menuju sehat atau kartu
pemeriksaaan yang lain. Untuk
mengintepresikan apakah data pemeriiksaan
klinis anak terebut normal sesui dengan
umurnya (Matondang 2009; h. 5).
Jenis kelamin : Jenis kelamin pasien sangat diperlukan untuk
penilaian data pemeriksaan klinis (Matondang
2009,h;5) . Menurut kloosterman (1969) bayi
laki-laki seringkali lebih berat daripada bayi
perempuan (Husein, dkk. 2007; h. 1050).
Identitas penanggung jawab
Nama : Nama orang tua (ayah dan ibu) atau wali
pasien harus dituliskan dengan jelas agar
tidak keliru dengan orang lain, mengingat
Umur : Untuk mengetahui usia reproduksi (usia
kurang dari 20 tahun lebih dari 35 tahun)
termasuk resiko tinggi dalam kehamilan,
persalinan, dan nifas (Manuaba, dkk, 2010;
h.242). Jika kurang dari 20 tahun atau umur
lebih dari 35 tahun merupakan salah satu
faktor dari patofisiologi BBLR karena Umur ibu
kurang dari 20 tahun menunjukan rahim dan
panggul ibu belum berkembang secara
sempurna karena wanita pada usia ini masih
dalam masa pertumbuhan sehingga panggul
dan rahim masih kecil. Di samping itu, usia
diatas 35 tahun cenderung mengakibatkan,
dan timbulnya masalah-masalah kesehatan
seperti hipertensi, DM, anemia, TB paru dan
dapat menimbulkan persalinan lama dan
perdarahan pada saat persalinan serta resiko
terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto,
2004).
Suku bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau
kebiasaan sehari-hari. Bayi yang lahir dari ras
kulit hitam dua kali lebih besar
kemungkinanya BBLR dibanding ras kulit
kelompok ras kulit hitam yang minoritas orang
miskin, asupan gizi selama hamilnya kurang .
Agama : Data tentang agama juga memantapkan
identitas, disamping itu perilaku seseorang
tentang kesehatan dan penyakit sering
berhubungan dengan agama (Matondang,
dkk, 2009; h. 6).
Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat
memberikan konseling sesuai dengan
pendidikannya (Matondang 2009;h, 6).
Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur
tingkat sosial ekonominya, karena ini juga
mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
(matondang 2009,h;6) Kondisi ekonomi
menuntut wanita hamil terkadang bekerja
untuk mencukupi kebutuhan ekonomi Asalkan
tidak terlalu lelah, dan perutnya membesar
tidak menggangu pekerjaanya (Varney, 2001;
h. 49).
a. Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah
kunjungan rumah bila diperlukan. Tempat
jalan, RT, RW, kelurahan dan kecamatanya,
serta bila ada nomor teleponnya. (Matondang
2009,h;56). Faktor predisposisi BBLR adalah
lingkungan bertempat tinggal di dataran tinggi
(Husein, 2007; h. 1052).
2) Alasan datang : Penjelasan pasien tentang tujuanya mencari
perawatan kesehatan dicatat perkata dalam
catatan pasien (Bobak, 2004; h.145).
3) Keluhan utama : Satu atau lebih tanda dan gejala BBLR
(Bickley. 2009; h ,3)
4) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu (ibu)
Selama kehamilan baik ibu maupun janin dapat mengalami
penyakit tertentu atau penyakit yang dapat berubah waktu
kehamilan, jika tidak diobati kemingkinan dapat menimbulakan
konsekuensi yang serius bagi kesehatan ibu (Fraser, 2009;
h.253). Antara lain penyakit Toksemia gravidarum, (reeklamsia
dan eklamsia), Ketuban pecah dini, Anemia, Perdarahan
antepartum, Trauma fisik dan psikologi, Nefritis akut, Diabetes
mellitus, Penyakit ginjal, Penyakit jantung, Hipertensi, Kelainan
bentuk uterus (misalnya. Uterus bikornis, servik), Tumor (mis.
b) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan narasi keluahan utama
dari awitan paling awal sampai perekembangannya saat ini.
(Womg. 2008. h; 154)
c) Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit tertentu yang dapat terjadi secara genetik atau berkaitan
dengan keluarga atau etnisitas, dan beberapa diantaranya
berkaitan dengan lingkungan fisik atau sosial tempat keluarga
tersebut tinggal. (Fraser, Cooper, 2009; h.254)
5) Riwayat obstetri ibu
a) Riwayat menstruasi
Usia pada waktu menarche, lamanya siklus menstruasi, nyeri
pada waktu menstruasi, dan lamanya serta banyaknya
menstruasi, hari pertama haid terakhir hal ini dikaji untuk
menentukan tanggal taksiran partus. Hal ini memungkinkan
tanggal kelahiran dan setelah itu memperkirakan usia kehamilan
pada saat itu (Fraser, 2009; h.251).
b) Riwayat kehamilan yang lalu
Riwayat kehamilan yang lalu perlu dikaji apakah ibu mempunyai
komplikasi riwayat penyakit. Meliputi jumlah kehamilan dan hasil
kehamilannya yaitu abortus spontan abortus induksi, jumlah anak
yang dilahirkan dan tahun kelahiran, serta komplikasi yang terjadi
c) Riwayat persalinan yang lalu
Riwayat persalinan yang lalu berperan penting dalam menentukan
keberhasilan kehamilan yang sekarang. Dalam rangka memberi
ringkasan riwayat melahirkan ibu, digunakan istilah deskriptif, yaitu
gravida dan para.gravid berarti hamil, gravida berarti wanita hamil,
dan angka yang mengikuti dibelakangnya mengindikasikan sudah
berapa kali wanita tersebut hamil. Para berarti telah melahirkan,
paritas ibu adalah jumlah persalinan yang dialami ibu, baik
persalinan yang hidup maupun yang tidak, tetapi tidak termasuk
aborsi (Fraser2009; h.252). Setiap wanita yang telah mengalami
kelahiran premature pada kehamilan terdahulu memiliki resiko
20-40% untuk terulang kembali.. Oleh karena itu, harus diusahakan
untuk memperoleh catatan medis setiap wanita yang berat badan
bayi sebelumya kurang dari 2500 gram atau yang lahir sebelum
minggu ke 36 gestasi (Varney, 2007; h. 782).
d) Riwayat kehamilan sekarang
Perlu dikaji terhadap riwayat antenatal care (ANC) atau kunjungan
periksa hamil untuk mengetahui pemeriksaanya dilakukan secara
teratur atau tidak. Hal ini memberika manfaat dengan ditemukanya
kelainan yang menyertai kehamilan secara dini, sehingga dapat
dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalian
(Manuaba, dkk, 2010; h. 240-241).
e) Riwayat persalinan sekarang
Penyebab terbanyak kejadian BBLR adalah persalinan preterm
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Hal ini bukan saja
menyebabkan kematian perinatal, melainkan bayi premature
disertai kelainan, baik jangka panjang maupun jangka pendek
(Prawirohardjo, 2008; h, 668).
6) Faktor sosial
Riwayat sosial meliputi informasi tentang tempat tinggal ibu, pola
perawatan prenatal, dan status sosial ekonomi (Helen, 2010. H.916).
7) Riwayat imunisasi
Status imunisasi pasien, baik imunisasi dasar maupun
imunisasi ulangan (boostr), harus secara rutin ditanyakan, khususnya
imunisasi BCG, DPT, polio, campak dan hepatitis B, kecuali jika
diarahkan lain di bawah. Imunisasi bayi sesui dengan panduan
berikut, memerhatikan apakah bayi : Kecil (kurang dari 2,5 kg pada
saat lahir atau lahir sebelum usia gestasi 37 minggu). Lakukan
imunisasi pada usia seharusnya (usia ronologi dan bukan usia
koreksi) dan jangan mengurangi dosis (Karyuni, dkk, 2007; h. 259).
Untuk mengetahui status perlindungan pediatrik yang diperoleh,
mungkin dapat membantu diagnosis pada beberapa keadaan tertentu
.informasi tentang imunisasi juga dapat dipakai sebagai umpan balik
tentang Perlindungan pediatrik yang diberikan. (Matondang 2009; h.
8) Pola kebutuhan sehari-hari
1. Pola nutrisi :
Pada anamnesis tentang riwayat makanan diharapkan dapat
memperoleh keterangan tentang makanan yang dikonsumsi oleh
anak, baik dalam jangka penedek (beberapa waktu sebelum sakit).
Maupum jangka panjang (sejak bayi). Kemudian dinilai apakah
kualitas dan kuantitas adekuat, yaitu memenuhi angka kecukupan
gisi (AKG) yang dianjurkan. Pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan megisap cairan lambung.
(manuaba hal 438). Apabila diberikan ASI, apakah diberiakan
secara eksklusif. Apabila diberikan PASI diberikan secara on
demand atau terjadwal. Untuk PASI perlu ditanyakan jelas jenis
dan mereknya, takaran frekuensi pemberian, dan jumlah setiap
kali pemberian. Dengan demikian maka dapat diperkirakan
kualitas dan kuantitas makanan yang diterima (Matondang
2009,h;14).penurunan berat badan sampai dengan 10 persen dari
berat lahir dalam 3 hari pertama sesudah lahir, masih merupakan
hal yang normal. Tetapi bayi harus naik beratnya pada usia 10/11
hari ( sholeh, dkk, 2010; h. 259).
2. Pola elimanasi
pada bayi baru lahir 24 jam pertama harus sudah BAB dan BAK.
Pada BAB warna masih kehitaman dan frekuensi belum teratur.
Pada BAK warna jernih dan frekuensi lebih sering. Pola eliminasi
3. Pola aktivitas
Dikaji untuk mengetahui pola aktivitas bayi BBLR untuk kecil masa
kehamilan cenderung tampak aktif dan keadaan bayi cenderung
lemah
c. Data Obyektif
Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas bayi BBLR untuk kecil masa
kehamilan cenderung tampak aktif dan keadaan bayi cenderung
1. Keadaan umum : Kondisi kesehatan secara keseluruhan,
keletihan, peningkatan atau penurunan berat
badan.
2. Tingkat kesadaran : Neonates dan bayi kecil normal belum dapat
memberikan respons terhadap stimulus
tertentu, disimpulkan dari kemampuan bayi
memberi respons terhadap stimulus yang
sesui dengan tingkat perkemanganya
(Matondag,2009.h; 25).
Komposmetis : Pasien sadar sepenuhnya dan member
respon yang adekuat terhadap semua
stimulus yang diberikan (Matondang, 2009;
h, 24-25).
Apatik : Pasien dalam keadaan sadar, tetapi acuh tak
acuh terhadap keadaan sekitarnya, ia akan
memberikan respons terhadap stimulus yang
agak keras, kemudian tertidur lagi
(Matondang, 2009; h, 24-25).
Sopor : Pada keadaan ini pasien tidak memberikan
respons ringan maupun sedang, tetapi masih
memberi sedikit respons terhadap stimulus
yag kuat, reflek pupil terhadap cahaya masih
positif (Matondang, 2009; h, 24-25).
Koma : Pasien tidak dapat bereaksi terhadap
stimulus apapun, reflek pupil terhadap
cahaya tidak ada, ini adalah tingkat
kesadaran yang paling rendah (Matondang,
2009; h. 24-25).
Delirium : Keadaan kesadaran yang menurun serta
kacau, biasanya disertai disorientasi, iritataif,
dan salah persepsi terhadap rangsangan
sensorik hingga sering terjadi halusinasi
(Matondang, 2009; h. 24-25).
3. Tanda vital :
a. Suhu : bayi premature dengan cepat akan kehilangan
panas tubuh dan menjadi hipotermi, karena
pusat pengaturan panas tubuh belum berfungsi
dengan baik. Metabolisme rendah, dan
bayi prematuritas harus dirawat didalam
incubator sehingga panas tubuhnya mendekati
rahim (Manuaba,dkk ,2010; h. 436).
b. Nadi : Hitung nadi 1 menit penuh dengan meletakan
stetoskop pada dada di bagian apeks jantung.
Pada bayi BBLR Frekuensi nadi 100 sampai 140
denyut permenit (Manuaba,dkk ,2010; h. 436).
c. Pernapasan : Hitung frekuensi pernapasan dengan pernapasan
diagfragmatik selama 1 menit penuh
.Pernapasan sekitar 45 sampai 50 denyut
permenit pada bayi BBLR (Manuaba,dkk ,2010;
h.436).
4. Sistem Penilaian Apgar Score
Skor ini didasrakan pada observasi denyut jantung, usaha napas,
tonus otot, reflek, dan warna. Setiap item diberi skor 0, 1 atau 2.
Evaluasi kelima kategori tersebut dibuat pada 1 menit dan 5 menit
setelah kelahiran dan diulang sampai kondisi bayi stabil.
Tabel 2.2 Penilaian Apgar Score (Wong.2008. h; 232)
Tanda Nilai
0 1 2
Frekuensi jantung
- <100/menit >100/menit Usaha napas - Lambat tidak teratur Menangis kuat Tonus otot lumpuh Ekstremitas fleksi
sedikit
Gerakan aktif Reflek - Gerakan sedikit Menangis
5. Antropometri
a. Berat badan : Berat badan pada bayi BBLR kurang dari
2500 gram (Manuaba,dkk, 2010; h.438).
b. Panjang badan : Panjang badan pada bayi BBLR kurang dari
45 cm (Manuaba,dkk, 2010; h. 438).
c. Lingkar kepala : diukur mulai dari diatas alis mata dan daun
telinga dan mengelilingi prominene oksipital
dibelakang tengkorak. Lingkar kepala pada
bayi BBLR kurang dari 33 cm (Manuaba,dkk,
2010; h. 438).
d. Lingkar dada : Pada bayi BBLR kurang dari 30 cm (Manuaba,
dkk, 2010; h. 438).
e. Lila : Pada bayi BBLR kurang dari 11 cm (Manuaba,
dkk, 2010; h. 438).
6. Pemeriksaan fisik
a. Kulit : Warna (sianosis, ikterus, pucat), odema,kulit tipis
transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit
kurang (Manuaba, dkk, 2010; h. 438).
b. Kepala : Bentuk dan kesimetrisan, kepala relatif besar,
Batas dahi dan rambut kepala tidak jelas. Sutura
sagitalis lamboidalis, koronalis disebut sinostosis
kranial (sutura tidak menyatu jika sisi yang lain
ditekan, molase (tumpang tindih tulang oksiput
sefalohematoma, kaput suksedenum. (constance
sinclair, 2010; h. 330-331).
c. Muka : Bentuk,simetris, jarak antara hidung dan mulut,
besarnaya mandibula, pembengkakan, perasaan
nyeri didaerah sinus (Husein, dkk, 2002; h. 1167).
d. Mata : Simetris, warna iris, sklera(pada kondisi normal
jernih). Konjungtiva normalanya terlihat merah
muda dan mengkilap. (Sinclair, 2010; h. 332).
e. Telinga : Simetris dan sejajar , tulang kartilago telinga
belum tumbuh sempurna, lembut dan lunak
(Wong. 2008; h. 239).
f. Mulut : Ukuran dan bentuk simetris, normalnya harus
lembab, lunak, halus, dan berwarna merah muda,
simetris (Wong. 2008; h. 206).
g. Hidung : pada bayi kurang bulan terdapat pernapasan
cuping hidung, dengan tipe pernapasan
dispnea/takipnea yang terjadi segera atau
beberapa saat setelah lahir (Matondang, 2009; h.
153).
h. Leher : Karena leher bayi baru lahir pendek dan ditutupi
oleh lipatan jaringan. Perhatikan gerakanya,
bentuk dan adanya massa tidak normal, dan
lakukan palpasi serta bandingkan masing-masing
i. Lengan : Panjang, gerakan lengan, jumlah dan panjang jari,
kuku panjangnya belum melewati ujung jari,
dermatoglifik jari dan telapak tangan (lipatan
simian, suatu lipatan tunggal dari atas ibu jari
sampai bawah kelingking) pola jari normal adalah
melingkar, melengkung, dan melekuk-lekuk
(Sinclair, 2010; h. 335).
j. Dada : Bentuk dan kesimetrisan, lingkar dada pada
puting susu,perkembangan aerola, kesimetrisan
pengembangan. Dada kecil dan sempit serta
tapak belum berkembang karena ekspansi paru
minimal selama masa kehidupan janin (Sinclair,
2010; h. 336 ).
k. Abdomen : Bentuk, bising usus, pemeriksaan abdomen
meliputi inspeksi, diikuti dengan auskultasi,
kemudian palpasi .Abdomen menonjol karena hati
dan limpa besar dan tonus otot abdomen buruk
(Wong.,2008; h. 212 ).
l. Genetalia : Alat kelamin pada skrotum kurang. Testis belum
turun ke dalam skrotum. Untuk bayi perempuan
klitoris menonjol, labia minora belum tertutup oleh
labia mayora (Manuaba, dkk, 2010; h. 438).
m. Anus : simetrisan, kaji tonus sfinkter anal dengan
merangsang reflek anal, Anus harus berada di
bayi baru lahir (Davies dan McDonald, 2011; h.
24-35).
n. Punggung : Pemeriksaan punggung berupa kelengkungan
tulang belakang, integritas tulang belakang,
patensi anus. Harus ada dua bahu yang
simetris disertai tulang belakang yang lurus,
tidak ada rambut (Davies dan McDonald, 2011;
h. 40-41).
o. Ekstremitas : Inspeksi kesimetrisan panjang dan ukuran
masing-masing ekstremitas, kaji bentuk tulang,
kaki tampak datar karena kaki normalnya lebar
dan lengkungnya ditututpi oleh lapisan lemak
(Wong. 2008; h. 216).
p. Reflek :
1) Moro : Suatu reaksi terkejut dengan menimbulkan
perasaan jatuh pada bayi. Pada bayi prematur,
setelah ia merentangkan lengan tidak selalu
diikuti dengan gerakan fleksi. Gerakan tungkai
bukan merupakan bagian yang khas untuk
reflek moro (Matondang, 2009; h, 142).
2) Rooting : Bayi akan memutar kearah sumber
rangsangan dan membuka mulut, bersiap utuk
menyusu jika disentuh dipipi atau tepi mulut
3) Sucking : Reflek ini berkembang dengan baik pada bayi
yang normal dan terkoordinasi dengan
pernapasan. Reflek ini sangat penting artinya
bagi proses pemberian makan dan kecukupan
nutrisi. Pada bayi BBLR masih lemah,
sehingga proses menelan bayi belum aktif
(Varney, 2009; h. 722).
4) Grasping : Reflek genggaman telapak tangan, respon
yang sama juga ditunjukan dengan menyentuh
bagian bawah jari kaki (genggaman telapak
kaki) (Varney, 2009; h. 722).
5) Walking : Jika disangga pada posisi tegak dengan
kakinya menyentuh permukaan datar, bayi
seperti mencoba berjalan (Varney, 2009;
h.722).
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan skor ballard
b. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan.
c. Darah rutin, glukosa darah, kalau perut dan tersedia fasilitas
diperiksa kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir
dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam
atau didapat/ diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
e.
USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan.
2) Interpretasi Data
Interpretasi data berdasarkan pengkajian yag diperoleh yaitu
mengacu pada diagnosa kebidanan dengan bayi baru lahir dengan
BBLR
Diagnosa kebidanan
Bayi Ny....umur... hari, dengan BBLR
Data dasar :
Data subyektif : 1. Ibu mengatakan ini persalinan yang ke ... pernah
keguguran atau tidak?
a) Ibu mengatakan bersalin pada tanggal ...
melahirkan secara apa?
b) Ibu mengatakan cemas terhadap bayinya
Data Objektif : 1. Keadaan umum dan tingkat kesadaran bayi Apgar
Score
2. Tanda-tanda vital
3. Berat badan lahir dan berat badan sekarang
4. Pemeriksaan antropometri meliputi panjang badan,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, lila
5. Reflek bayi baru lahir meliputi morro, roothing,
sucking, walking, grasping, tonick neck, swallowin,
babinskin.
6. Hasil pemeriksaan penunjang (Fraser, 2009; h.
764-).
Kebutuhan : Pada kasus BBLR terdapat kebutuhan yang sesui
yaitu menjega suhu bayi tetap hangat dan kebutuhan
nutrisi bayi.
3) Diagnosa Potensial
Yaitu kemungkinan muncul penyakit lain yang menyertai.
Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil
anamnesa dan pemeriksaan pada balita sehingga diperoleh data yang
mendukung diagnosa tersebut.
a. Pada bayi prematuritas murni diagnosa potensial yang terjadi
hipotermia, sindrom gawat napas, hipoglikemia, perdarahan
intrakranial, infeksi, hiperbilirubinemia, kerusakan intregritas ginjal
b. Pada bayi dismatur diagnosa potensial yang terjadi sindrom
aspirasi mekonium, hipoglikemia simtomati, penyakit membran
hialin, hiperbilirubinemia.
4) Antisipasi Tindakan Segera Atau Kolaborasi dan Konsultasi
Antisipasi tindakan segera dilakukan untuk mengatasi
diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada kasus BBLR. Tindakan
dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan dokter anak,
penangana yang dilakukan adalah :
a. Melakukan pencegahan sindrom aspirasi mekonium dengan
menggunakan bantuan kateter pengisap (suction) yang bertekanan
rendah (10 cm air). Aspirasi orofaring lebih dahulu sebelum
hidungnya diaspirasi, lendir atau benda lainya tidak turun kesaluran
napas (Fraser, 2009; h. 694).
b. Mencegah terjadinya hipotermia memasukan bayi kedalam box
bayi dengan suhu kamar 24 ˚C atau menaruh bayi di infant warm
dengan suhu disesuaikan dengan kondisi bayi rata-rata 25 ˚C, atau
memasukan bayi kedalam incubator yang hangat dapat dicapai
baik dengan memanaskan udara hingga 32.5˚C sampai 35˚C
(Husein, dkk, 2007; h. 1154)
c. Potensial terhadap sindrom gawat napas dengan melakukan
rangsangan mekanis pada bayi dengan mengubah letak bayi atau
memukul telapak kaki bayi. Membersihkan saluran napas. Diberikan
O2 intranasal dengan sedikit tekanan (Husein, dkk, 2007; h. 1082).
d. Mencegah terjadinya hipoglikemia dengan memberikan cairan
glukosa 5-10%
e. Mencegah terjadinya perdarahan intrakranial
f. Mencegah terhadap infeksi dengan cara sebelum dan sesudah
memegang bayi harus cuci tangan, dalam ruangan harus memakai
baju khusus steril, masker.
g. Mencegah hiperbilirubinemia dengan fototerapi dengan cara
tidurkan bayi tanpa pakaian 20 cm di bawah lampu, pasang penutup
mata, tiap 4 jam matikan lampu lepaskan penutup mata untuk
memantau kondisi mata dan memberi rangsangan visual.
h. Mencegah terjadinya kerusakan intregritas ginjal
5) Perencanaan
a. Monitor keadaan umum bayi dan tanda-tanda vital bayi bayi tiap 3
jam dengan mengukur suhu, nadi dan respirasi 1 menit penuh
(Husein, dkk, 2007; h.1057).
b. Monitor berat badan bayi (Saifudin, 2006; h.377)/
c. Jaga kehangatan bayi dengan memasukan bayi kedalam inkubator
yang hangat dapat dicapai baik dengan memanaskan udara hingga
32.5˚C sampai 35˚C (Manuaba, dkk, 2010; h.438).
d. Beri oksigen (Husein, dkk.2007; h.1058)
e. Berikan nutrisi yang adekuat. (Derek, 2001; h.204)
f. Beri antibiotika (Husein, dkk, 2007; h.1058)
g. Pantau reflek-reflek bayi (Saifudin, 2006; h.377)
h. Monitor jumlah eliminasi bayi (Saifudin, 2006; h.377)
i. Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk memeriksa
glukosa darah dan bilirubin direk dan indirek (Husein, dkk, 2007; h.
1057)
6) Pelaksanaan
Yaitu pelaksanaan dari rencana tindakan tetapi disesuaikan
dengan kasus pasien.. Perencaan yang biasa dilakukan oleh bidan
adalah :
a. Memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital bayi tiap 3 jam
dengan mengukur suhu, nadi dan respirasi 1 menit penuh (Husein,
b. Memonitor berat badan bayi setiap pagi untuk mengetahui
kecukupan cairan dan nutrisi (Saifudin, 2006; h.377)
c. Menjaga kehangatan bayi dengan memasukan bayi kedalam
inkubator yang hangat dapat dicapai baik dengan memanaskan
udara hingga 32.5˚C sampai 35˚C (Manuaba,dkk, 2010; h.438)
d. Memberikan oksigen (Husein, dkk, 2007; h.1058)
e. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih (Husein, dkk, 2007;
h.1058)
f. Memberikan nutrisi yang adekuat.(Derek, 2001; h.204)
g. Memberi antibiotika (Husein, dkk, 2007; h.1058)
h. Memantau reflek-reflek bayi (Saifudin, 2006; h.377)
i. Memonitor jumlah eliminasi bayi (Saifudin, 2006; h.377)
j. Melakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk
memeriksa glukosa darah dan bilirubin direk dan indirek (Husein,
dkk, 2007; h.1057)
7) Evaluasi
Merupakan bagian dari proses asuahan kebidanan untuk melakukan
penelitian apakah asuhan kebidanan telah berhasil keseluruhan atau
belum sama sekali. Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan diatas,
evaluasi yang diperoleh adalah:
a. Keadaan umum bayi baik
b. Berat badan bayi naik
d. Oksigen sudah terpasang (Husein, dkk, 2007; h.1058)
e. Tali pusat dalam keadaan bersih (Husein, dkk, 2007; h.1058)
f. Nutrisi yang adekuat pada bayi sudah diberikan. (Derek , 2001; h.
204)
g. Antibiotika sudah diberikan (Husein, dkk, 2007; h.1058)
h. Sudah dilakukan pencegahan resiko/infeksi. (Derek , 2001; h.204)
i. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap untuk memeriksa glukosa
darah dan bilirubin direk dan indirek sudah ada hasilnya (Husein,
dkk, 2007; h.1057)
j. Melakukan pendokumentasian
Data perkembangan I
Tanggal… Jam...
S : ibu mengatakan bayi BAB berapa kali sehari dan warnanya,
BAK berapa kali sehari dan warnanya, bayi menghisapnya
lemah/kuat. Bayi telah diberikan ASI/PASI.
O : keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan antropometri,
pemeriksaan fisik,pemeriksaan reflek dan hasil pemeriksaan
laboratorium
A : bayi Ny. …umur 0 – 24 jam dengan BBLR
P :1. Lakukan observasi keadaan umum dan kesadaran bayi
2. Lakukan observasi pola eliminasi pada bayi
3. Lakukan observasi reflek menghisap bayi lemah/kuat
4.Lakukan observasi aktivitas bayi,
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan
Bidan dalam melaksanakan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
harus sesuai dengan kewenanganannya. Adapun kewenagan bidan
dalam kasus ini yaitu :
1. Berlandaskan hukum baik undang-undang maupun Kepmenkes
1646/MENKES/PER/2004 yaitu BAB III : Penyelenggaraan Praktek
Pasal 11
(1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal
9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan
anak prasekolah.
(2) Bidan dalam mebemberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat 1) berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasai, pencegahan, hipotermi, inisiasi menyusui dini,
injeksi vitamin K, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk
c. Penangnaan kegawat daruratan, dianjurkan dengan perujukan
d. Pembererian imunisasi rutin sesui dengan program
pemerintah
e. Pemenataun tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
2. Standar pelayanan kebidanan yang mengatur tugas pokok dan
kompetensi bidan yaitu :
a. kompetensi ke-6 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi,
komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai 1 bulan
Pengetahuan dasar
1. Adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan diluar uterus.
2. Kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan napas,
perawatan tali pusat, kehangatan, nutrisi, ’bounding dan
attachemnt”.
3. Inditor pengkajian bayi baru lahir, misalnya dari APGAR.
4. Penampilan dan perilaku bayi baru lahir.
5. Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1
bulan.
6. Memberikan imunisasi pada bayi.
7. Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal seperti :
caput, molding, mongolian spot, haemangioma.
8. Komplikasi yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal
seperti : hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi,
ikterus.
9. Promosi kesehatan dan pencegahan penyakit pada bayi baru
lahir sampai 1 bulan.
10. Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi.
11. Pertumbuhan dan perkembangan bayi prematur.
12. Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma
a. Kompetensi ke-7 nomor 12 yaitu melaksanakan tindakan,
kolaborasi atau merujuk secara cepat sesuai keadaan bayi dan
anak yang mengalami cidera dan kecelakaan) serta wewenang