• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMILIH PRODUK AIR MINUM MINERAL ISI ULANG: SEBUAH RELEVANSI DENGAN UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMILIH PRODUK AIR MINUM MINERAL ISI ULANG: SEBUAH RELEVANSI DENGAN UNDANG-UNDANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM

MEMILIH

PRODUK AIR MINUM MINERAL ISI ULANG:

SEBUAH RELEVANSI DENGAN UNDANG-UNDANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsumen Produk AMIU di Sleman 2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh:

GREGORIUS ADELIES LAKSANA

NIM : 99 1324 003

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO HIDUP & PERSEMBAHAN-KU

Life is a long journey...

Life is a running, life is a waiting, life is a fighting, life is so boring... But life is a wonderfull miracle 4 me...

Melangkah dan terus melangkah...Mencari dan terus mencari... Untuk sebuah arti jati diri, teman dan hidup...

‘ You can’t believe in a dream until you can believe in yourself ‘

(Akeela and The Bee movie)

Karya tulisku ini kupersembahkan teruntuk…

• Tuhan Jesus…

Terima kasih atas hidup dan segalanya… • Papa n Mama tercinta

Terima kasih atas segala kasih sayang dan kesabaran untuk Aku.. • Mbak Lies, Adek2ku Unggal, Liesna, Felis, Maria plus Lulu n Boskesia…

Terima kasih atas kasih sayang kalian dan Aku sayang kalian... • Sahabat-sahabatku yang telah membantuku selama aku berproses…

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 24 Januari 2008 Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Gregorius Adelies Laksana

Nomor Mahasiswa : 99 1324 003

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Memilih Produk Air Minum Mineral Isi Ulang: Sebuah Relevansi Dengan Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya Air.

Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsumen Produk AMIU di Sleman 2007

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 24 Januari 2008 Yang menyatakan,

(7)

vii

ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMILIH

PRODUK AIR MINUM MINERAL ISI ULANG:

SEBUAH RELEVANSI DENGAN UNDANG-UNDANG

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Studi Kasus Pada Mahasiswa Konsumen Produk AMIU di Sleman 2007

GREGORIUS ADELIES LAKSANA Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara fasilitas fisik, produk, harga, promosi dan pelayanan depot Air Minum Isi Ulang (AMIU) dengan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU. Penelitian ini dilakukan terhadap Mahasiswa di Sleman yang menjadi konsumen produk AMIU selama 3 bulan berturut-turut.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2007. Populasi penelitian ini meliputi seluruh mahasiswa yang menjadi konsumen yang membeli produk AMIU di depot AMIU selama 3 bulan berturut-turut. Sampel penelitian sebesar 60 konsumen ditentukan dengan metode Incidental Non Random Sampling.

Untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas yang meliputi fasilitas fisik, produk, harga, promosi dan pelayanan dengan keputusan konsumen digunakan teknik korelasi Spearman Rank Correlation.

(8)

viii

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING CONSUMERS’ DECISION TO CHOOSE REFILL WATER PRODUCT:

AN RELEVANCE WITH WATER RESOURCES MANAGEMENT’S LAWS Case study to College/University Students that Consume Refill Water (AMIU)

at Sleman 2007

GREGORIUS ADELIES LAKSANA Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The aim of the research were to know the correlation between physical facilities, product, price, promotion and service refill water (AMIU) branch-estabilishments with consumers’ decisions to choose AMIU. This research was a case study to college or university students that consume AMIU for three month at Sleman 2007.

This research was conducted on March 2007. The population of the research was all college or university students that consume AMIU product for three month at the AMIU depots. The writer took 60 respondents as samples by using Incidental Non Random Sampling technique.

For knowing the correlation between each independence variables with consumers’ decisions, the data would be analysed by Spearman Rank Correlation method.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa di surga atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir ini dilaksanakan pada mahasiswa Yogyakarta yang menjadi konsumen dari produk Air Minum Isi Ulang (AMIU) pada bulan Maret 2007. Tugas Akhir ini berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Memilih Produk AMIU: Sebuah Relevansi Dengan Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya Air”.

Dalam penyusunan tugas akhir ini, banyak bantuan dan bimbingan yang tak terhingga dari berbagai pihak yang telah diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dari penulis kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, atas bantuan dan bimbingan yang penuh semangat dan tak pernah kenal lelah agar penulis menyelesaikan studi sarjana ini dengan baik.

(10)

x

dengan penuh kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan lancar.

4. Bapak Yohanes Maria Vianey Mudayen, S.Pd., selaku dosen pembimbing II, atas bantuan, bimbingan dan persahabatan selama menjadi mahasiswa dan juga dalam penyelesaian studi ini. Yoni, terima kasih banyak!

5. Mas Udin, Mas Agus, Pak Rudi selaku pengelola dan karyawan depot AMIU yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data dari mahasiswa konsumen produk AMIU.

6. Bapak dan Ibu Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama penulis menyelesaikan studi di Prodi Pendidikan Ekonomi.

7. Ibu C. Retno Wigati S.Pd., M.Si., dan Bapak Drs. Teguh Daljono, M.Si., selaku pembimbing akademik penulis di saat penulis mengalami masa ‘tersulit’ dalam menyelesaikan studi ini. Terima kasih banyak, Pak Teguh dan Ibu Wigati. Semoga Tuhan selalu memberikan rahmat berlimpah kepada Bapak dan Ibu

sekeluarga.

8. Semua staf dan karyawan Universitas Sanata Dharma yang pernah penulis repoti karena berbagai urusan dan masalah.

9. Papa dan Mama tercinta yang telah memberikan kasih, kerja keras dan doanya hanya untukku…Pa, Ma, terima kasih! Aku sayang Papa Mama!

(11)

xi

11. Pakdhe dan Budhe Untung, Pakdhe dan Budhe Wid, Om Ari dan Bulik Rini, Pakdhe dan Budhe Win serta semua saudara sepupuku. Thanks untuk dukungan dan bantuannya. Maaf…aku baru lulus sekarang…!

12. Yoyok (Arch’99 Atma), Dedi Purba Cahyono, Damaris Singgih, Doddy Pdu’99, dan Anton Bagyo atas bantuan yang tak terhingga banyaknya untuk penulis. Thanks, Bro! Maaf kalo aku ngrepoti terus dan semoga aku bisa membalas

segala kebaikanmu semua…I’ll never forget U n GBU all!!

13. Cah-cah Tegal kayak Adven, Mikael, Bayu, Yoink, Agung, Dodi, Baskoro, Dina Plus Toni… Thanks untuk persahabatan, bantuan,dan dukungannya n tetap kompak n ngapak!!

14. Teman volunteers di Nabire, Papua: Kirjo, Karjo dan Albert. Thanks atas persahabatan dan dukungannya. Keep fighting n friend together 4ever!!

15. Cah- cah Parengket: Dendi, Yogi n Noni (PBI’99) Didik, Totok, Totom, Atmo, Rambo (PBI’98) Joko (PAK’00) atas dukungan dan persahabatan yang telah terjalin selama ini. Semoga tetap rengket!!!

16. Anak-anak PDU’99 atas dukungannya. Akhirnya aku ikut kloter terakhir kelulusan PDU!!! Aku lulus…akhirnya!

17. Semua teman-teman ‘wanita’ku yang pernah ‘hinggap’ di hatiku… Akhirnya aku lulus juga… thanks atas doa, cinta dan dukungannya!!!

(12)

xii

19. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberi bantuan baik secara langsung atau tidak langsung. Semoga Tuhan membalas kebaikan anda sekalian!!

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya yang dapat berguna bagi perkembangan penulis. Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca semua, khususnya bagi penulis sendiri.

Yogyakarta, 24 Januari 2008 Penulis,

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah... 9

D. Tujuan Penelitian... 10

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran ... 11

B. Sikap dan Perilaku Konsumen... 13

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen ... 17

D. Penjualan Eceran (Retailing) dan Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix)... 21

E. Segmentasi Pasar ... 23

F. Teori Perilaku Konsumen... 24

G. Pengertian Tanggapan Konsumen ... 25

H. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air ... 27

I. Kerangka Berpikir ... 31

J. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 35

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

G. Analisis Data ... 38

(14)

xiv

2. Uji Normalitas ... 39

3. Analisis Data ... 40

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Analisis Data ... 42

1. Deskripsi Penelitian ... 42

2. Pengujian Instrumen... 43

3. Deskripsi Responden ... 49

4. Deskripsi Skor ... 51

5. Uji Normalitas Data ... 56

6. Uji Hipotesis Data ... 58

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

1. Responden Penelitian ... 63

2. Hubungan antara fasilitas fisik dan keputusan konsumen ... 63

3. Hubungan antara produk dan keputusan konsumen... 66

4. Hubungan antara harga dan keputusan konsumen ... 69

5. Hubungan antara promosi dan keputusan konsumen... 71

6. Hubungan antara pelayanan dan keputusan konsumen... 72

C. Relevansi UU No. 7/2004 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air dengan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 79

A. Kesimpulan ... 79

B. Saran... 81

C. Keterbatasan Penelitian... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(15)

xv

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1. Validitas item fasilitas fisik……… ... 44

Tabel 2. Validitas item fasilitas fisik yang valid…... 45

Tabel 3. Validitas item produk………... 46

Tabel 4. Validitas item harga……… ... 46

Tabel 5. Validitas item harga yang valid……… ... 47

Tabel 6. Validitas item promosi……… ... 47

Tabel 7. Validitas item pelayanan………... 48

Tabel 8. Deskripsi responden menurut jenis kelamin……… ... 49

Tabel 9. Deskripsi responden menurut usia……… .... 49

Tabel 10. Deskripsi responden menurut bidang pendidikan…………... 49

Tabel 11. Deskripsi responden menurut penghasilan per bulan…… ... 50

Tabel 12. Deskripsi responden menurut harga kos per tahun………… ... 50

Tabel 13. Skor variabel fasilitas fisik………... 52

Tabel 14. Skor variabel produk………... 53

Tabel 15. Skor variabel harga……… ... 53

Tabel 16. Skor variabel promosi……… ... 54

Tabel 17. Skor variabel pelayanan………... 55

Tabel 18. Skor variabel keputusan konsumen………... . 56

Tabel 19. One Sample Kolmogorov-Smirnov (K-S)……… .. 57

Tabel 20. Hasil uji normalitas K-S………... 57

Tabel 21. Correlation Spearman’s rho……… ... 58

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rekapitulasi Data/ Jawaban Kuesioner. Lampiran 2. Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas Lampiran 3. Tabel Data Deskripsi Skor

Lampiran 4. Hasil Uji Normalitas K-S dan Korelasi Spearmans Lampiran 5. Kuesioner

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bisnis air adalah bisnis besar. Sekitar satu dekade yang lalu, Wakil Presiden

Bank Dunia, Ismael Serageldin pernah berkata, jika berbagai perang pada abad ini

selalu disebabkan oleh minyak bumi-si emas hitam, perang masa depan akan dipicu

oleh emas biru alias air. Sekarang krisis air di berbagai belahan dunia, termasuk di

Indonesia semakin nyata (Kompas, 5 Juni 2005).

Surjadi (2003) memaparkan bahwa air memang ada di berbagai penjuru di

muka bumi ini, tetapi sebagian besar air asin di laut. Di muka bumi hanya terdapat

tiga persen air tawar (fresh water). Dari tiga persen ini sebagian besar terperangkap

dalam bentuk es di kutub dan gunung tinggi, sisanya, sebagian besar (95 persen) ada

di bawah tanah sebagai air tanah. Hanya ada seperseratus dari satu persen air yang

ada di bumi ini yang mudah diambil karena ada di atmosfer, sungai atau danau.

Meskipun porsi air tawar dibandingkan dengan keseluruhan air sedikit sekali, jika

dibagi-bagikan, satu orang di permukaan bumi ini mendapatkan jatah lima juta liter

air. Padahal kebutuhan minimum satu orang dua liter air minum dan tiga liter lainnya

untuk memasak per hari. Dengan demikian jumlah air tawar di dunia ini cukup untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia.

Akan tetapi, krisis air bersih terjadi di berbagai penjuru bumi, termasuk

Indonesia. Banyak contoh krisis air, salah satunya adalah di ibukota negara

Indonesia, Jakarta. Seperti yang dipaparkan Litbang Kompas, Rosalina (2005) bahwa

(18)

Lingkungan Hidup Daerah Provinsi DKI Jakarta tahun 2003 menunjukkan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) diperkirakan baru mampu menyuplai sekitar

52,13 persen kebutuhan air bersih untuk warga Jakarta. Jumlah penduduk Jakarta

yang pada akhir tahun 2004 mencapai sekitar 9 juta jiwa dengan tingkat konsumsi

maksimal 175 liter per orang membutuhkan 1,5 juta meter kubik air dalam satu hari.

Padahal total produksi yang dihasilkan oleh enam Instalasi Pengolahan Air (IPA) di

lima wilayah Jakarta dalam satu hari adalah 1,3 juta meter kubik. Sampai saat ini

penduduk masih saja mengeluh kekurangan air minum. Enam IPA yang dimiliki

Pemda DKI Jakarta tidak mengalami penambahan kapasitas produksi dan IPA yang

baru, padahal jumlah penduduk Jakarta cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Selain itu, air tidak hanya dibutuhkan untuk kepentingan rumah tangga, fasilitas

umum seperti sekolah, rumah sakit, perkantoran, pertokoan dan industri juga

membutuhkan air bersih. Air tanah sebagai alternatif air dari PDAM kondisinya

cukup buruk karena menurut Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Jakarta, 94

persen air tanah tercemar bakteri e-coli, logam besi dan mangan.

Krisis air juga dirasakan di lereng gunung Merapi yang notabene sumber

air. Krisis air ini ternyata ditimbulkan karena adanya ‘penyerobotan’ air oleh

perusahaan air minum yang mengambil jatah air melebihi kapasitas yang ditentukan

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) bagi perusahaan tersebut yaitu

35 persen. Hal ini mengakibatkan para petani di kecamatan Cangkringan, Ngemplak

mengeluhkan sawah mereka mengalami kekeringan karena air irigasi semakin kecil

debitnya. Para petani terancam gagal panen dan gagal tanam karena air untuk

(19)

dengan perusahaan air minum di Kabupaten Sleman. Krisis air juga terjadi di

Gunung Kidul, Bantul, Semarang, Sukabumi, Palembang, Kupang dan berbagai

tempat di Indonesia.

Masalah air bersih menjadi perhatian serius berbagai organisasi

kemanusiaan di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Banyak penduduk dunia yang

mulai tidak mendapat akses hak atas air, terutama masyarakat ekonomi lemah.

Privatisasi air memberi ruang pada pihak swasta untuk mengeksploitasi air secara

besar-besaran, berkompetisi untuk mendapatkan akses hak atas air untuk

mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.

Air di masa lalu adalah benda bebas, sekarang air telah menjadi benda

ekonomi dan dalam penggunaannya haruslah dikompetisikan. Hal ini telah menjadi

Prinsip Dublin yang dihasilkan dalam Konferensi Air dan Lingkungan Internasional

di Dublin tahun 1992. Poin ini tercantum dalam kebijakan Asian Development Bank

(ADB) dimana disebutkan perlunya manajemen sumber daya air secara rasional.

Yang dimaksud manajemen sumber daya air adalah formalisasi dan klarifikasi atas

kepemilikan negara atas air, implementasi full cost pricing atau prinsip pemulihan

untuk meningkatkan efisiensi dari investasi jasa dan penyediaan. Nilai ekonomis air

direfleksikan dalam kebijakan air dan strategi nasional 2005 dan mekanisme

kebijakan full cost pricing sudah harus dijalankan tahun 2015.

Terkait dengan hal di atas, di Indonesia pun telah dibuat dan disahkan

sebuah kebijakan yang tertuang dalam UU No.7 tahun 2004 tentang pengelolaan

Sumber Daya Air (UU SDA). UU SDA ini ternyata mengundang pro-kontra di

(20)

judicial review Nomor 058 - 060, 063 dan 008/PUU-II/2004. Pihak kontra menilai

bahwa UU SDA ini hanya menjadi alat justifikasi pemerintah, pengusaha dan

investor untuk memprivatisasi dan mengeksploitasi air bersih yang seharusnya

dilindungi negara untuk kepentingan hajat hidup orang banyak. Hal ini akan

menyebabkan perusahaan atau pihak swasta yang memiliki modal banyak akan

mampu menguasai sumber-sumber air dan menyediakan air bersih untuk masyarakat

yang mampu membeli air bersih. Dan hal ini pasti akan memperparah kondisi

kesehatan dan kesejahteraan kelompok penduduk miskin karena masyarakat miskin

tidak dapat membeli dan memiliki akses terhadap air bersih.

Pihak pemerintah selaku penggagas dan pihak pro atas UU SDA ini menilai

bahwa dengan adanya UU ini negara akan banyak diuntungkan dengan manajemen

dan pengelolaan yang baik atas air bersih bersama dengan pihak swasta, dapat

menyediakan air bersih ke berbagai pelosok daerah sehingga terhindar dari krisis air

bersih. Selain itu UU ini memungkinkan untuk dapat menambah devisa negara

dengan ekspor air bersih ke negara lain, jika kebutuhan air dalam negeri sudah

terpenuhi. Masalah-masalah yang timbul terkait antara penyedia air, penyedia jasa

dan konsumen dan juga masalah penetapan tarif air bersih, pemerintah mengusulkan

untuk dibentuk badan regulasi air minum yang mengatur dan mengatasi

masalah-masalah di atas.

Terlepas dari perdebatan di atas, ternyata prospek bisnis air bersih terutama

di daerah perkotaan semakin menguntungkan. Seperti yang tertulis dalam surat kabar

nasional terkemuka, Kompas bahwa air tawar bersih yang layak minum, kian langka

(21)

macam limbah, mulai dari buangan sampah organik rumah tangga hingga limbah

beracun dari industri (Kompas, 29 Mei 2003).

Krisis air bersih itulah menjadi salah satu alasan bisnis air bersih terutama

dalam hal ini air minum mineral dalam kemasan (AMDK) sangat menguntungkan.

Saat ini produk AMDK yang notabene menggunakan air dari pegunungan, sudah

banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak

produk air minum mineral dalam kemasan yang diproduksi dan ditawarkan oleh

perusahaan-perusahaan air nasional dan multinasional di pasaran. Contoh

merek-merek terkenal produk AMDK antara lain AQUA, Aquaria, Vit, Ades, Total,

Zam-Zam, dan masih banyak lagi. Kemasan produk yang ditawarkan oleh perusahaan

antara lain dalam bentuk gelas plastik, botol dengan berbagai macam ukuran volume,

dan juga dalam bentuk galon (botol besar untuk volume kurang lebih 19 liter). Setiap

kemasan ditawarkan dengan harga berbeda-beda dan sangat kompetitif di pasaran.

Untuk saat ini di pasar dalam negeri, produk AMDK dengan merek AQUA masih

menjadi market leader dan penentu harga produk air minum mineral sejenis. Hal ini

menandakan bahwa perkembangan bisnis air minum mineral ini semakin pesat dan

menguntungkan di masa akan datang.

Sejalan dengan perkembangan bisnis air mineral dalam kemasan yang

sangat pesat, bermunculan pula bisnis air minum mineral isi ulang disingkat dengan

AMIU. Bisnis AMIU ini semakin berkembang pesat ditandai dengan banyaknya

depot air isi ulang yang berdiri. Hal ini disebabkan oleh harga AMDK dari berbagai

merek terus meningkat dan membuat konsumen mencari alternatif baru yang murah.

(22)

produk AMDK yang bermerek. Hal inilah yang membuat banyak orang dan rumah

tangga beralih pada produk AMIU yang lebih murah.

Dengan menjamurnya bisnis AMIU telah menimbulkan beberapa masalah

dengan pengusaha AMDK. Selain telah menganggu kestabilan penjualan AMDK,

pengusaha AMDK menganggap bahwa pengusaha AMIU melakukan persaingan

usaha yang tidak sehat dan produk AMIU yang ditawarkan banyak yang tidak

memenuhi SNI (Standar Nasional Indonesia) sebagai standar baku konsumsi produk

yang akan terjun di pasaran.

Ketua Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan Indonesia

(Aspadin) Jawa Timur Kundo Prajitno mengatakan bahwa kerugian terbesar yang

dialami pengusaha AMDK dari eksistensi pengusaha air isi ulang adalah

pemanfaatan galon dan botol yang telah memiliki merek resmi sebagai tempat

menampung air isi ulang. Hal ini dianggap pengusaha AMIU melakukan persaingan

usaha yang tidak sehat, dan pemerintah diharapkan menertibkan pengusaha AMIU

dengan menerbitkan peraturan dan regulasi yang jelas. (Kompas, 20 Maret 2002)

Dalam Kompas, 9 Juli 2003, Komisi B DPRD kota Bekasi akan memanggil

ratusan pengusaha AMIU serta melakukan uji kelayakan kualitas air karena diduga

belum memenuhi standar kesehatan dan dikhawatirkan dalam jangka panjang

berdampak buruk bagi konsumennya. Hal itu terkait dengan pengaduan masyarakat

tentang AMIU yang dijual ada yang kurang jernih dan terlihat ada kotoran di dalam

galon yang menimbulkan keraguan atas kelayakan kualitas produk AMIU tersebut.

Bahkan, Presiden Direktur PT. AQUA Golden Mississippi, Willy Sidharta

(23)

pelanggan agar tidak tertipu dan teliti dalam membeli air mineral karena banyak

AMIU yang beredar di pasaran tidak semua memenuhi SNI dan layak untuk

dikonsumsi. Selain itu, pihak air minum mineral dalam kemasan juga dirugikan

secara materi dan juga citra perusahaan karena penggunaan botol dari perusahaan

AMDK yang digunakan di depot-depot AMIU (Kompas, 26 April 2003).

Sebuah iklan layanan masyarakat yang ditayangkan di beberapa media

televisi nasional pada tahun 2003-2004 juga dimunculkan oleh Asosiasi Pengusaha

Air Minum Mineral dalam Kemasan Indonesia (Aspadin) Bermerek untuk meredam

maraknya bisnis AMIU yang dirasa kurang memenuhi SNI. Iklan tersebut berisi

himbauan untuk tidak mengkonsumsi air minum mineral isi ulang yang tidak

memenuhi standar kesehatan karena banyak mengandung bakteri e-coli yang dapat

mempengaruhi kesehatan manusia. Dalam iklan tersebut ditunjukkan dengan seorang

anak kecil yang meringis kesakitan memegang perut setelah minum air mineral isi

ulang yang tidak bermerk. Dengan ditayangkan iklan ini jelas akan mempengaruhi

konsumen air minum mineral terutama AMIU dalam memilih produk air minum isi

ulang

Meski telah banyak masalah yang ditimbulkan dan anjuran dalam memilih

produk AMIU ini, konsumen dari produk ini ternyata tidak berkurang. Hal ini dapat

disebabkan oleh harganya yang lebih murah dari AMDK, selain lebih praktis

daripada air tanah atau PAM yang harus dimasak dahulu sebelum untuk diminum.

Maka produk AMIU ini dipandang cocok untuk memenuhi kebutuhan akan air

minum bagi orang-orang yang sibuk dan bergaya hidup serba praktis, antara lain para

(24)

Di Jogjakarta sebagai kota tempat tujuan belajar untuk menempuh

pendidikan tinggi, depot-depot AMIU berkembang cukup pesat dan dapat ditemui

terutama di daerah-daerah kampus. Konsumen AMIU banyak pula dari kalangan

mahasiswa terutama yang tinggal di kos. Meskipun telah banyak masalah-masalah

yang berkaitan dengan produk AMIU, ternyata para mahasiswa masih banyak yang

menggunakan AMIU ini dengan berbagai macam motif ekonomis.

Dari latar belakang di atas, produk AMIU sebagai salah satu alternatif

untuk memenuhi air bersih, ternyata sudah banyak dikonsumsi oleh masyarakat dari

berbagai kalangan, antara lain kalangan mahasiswa yang tinggal di kos. Akan tetapi,

banyak permasalahan yang timbul dari produk AMIU ini. Dari masalah produksi,

strategi pemasaran hingga kualitas produk (dalam hal ini terkait dengan keamanan

dan kesehatan konsumen). Hal ini tentu mempengaruhi konsumen dalam memilih

produk AMIU yang akan digunakan untuk alternatif pemenuhan kebutuhan air

minum. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Konsumen

dalam Memilih Produk Air Minum Mineral Isi Ulang: Sebuah Relevansi Dengan

Undang-Undang Pengelolaan Sumber Daya Air”.

B. Batasan masalah

Untuk membahas masalah ini dalam penulisan skripsi ini penulis

membatasi masalah sebagai berikut.

1. Produk sejenis (homogenous product) adalah produk yang ditawarkan hampir

(25)

Produk sejenis yang diambil untuk penelitian ini adalah produk air minum

mineral isi ulang yang berasal dari depot-depot air isi ulang.

2. Konsumen adalah pembeli dan konsumen aktual produk air minum mineral isi

ulang.

3. Asumsi yang dipakai untuk menjelaskan perilaku konsumen dalam memutuskan

untuk membeli produk tertentu guna memenuhi kebutuhannya adalah motif

ekonomis, oleh karena itu, variabel yang akan dilihat adalah variabel-variabel

bauran penjualan eceran yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam

berbelanja (fasilitas fisik retailer, produk, harga, promosi, pelayanan retailer).

Organisasi personalia tidak diteliti karena tidak berhubungan dengan persepsi

konsumen.

4. Penelitian dilakukan pada mahasiswa yang tinggal di kos di Yogyakarta tahun

2007.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.

1. Apakah fasilitas fisik penjual eceran (retailer) berhubungan dengan keputusan

konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang?

2. Apakah produk yang dijual berhubungan dengan keputusan konsumen dalam

memilih produk air minum isi ulang?

3. Apakah harga produk yang dijual berhubungan dengan keputusan konsumen

(26)

4. Apakah promosi yang dilakukan perusahaan/produsen produk berhubungan

dengan keputusan konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang?

5. Apakah pelayanan yang diberikan retailer produk berhubungan dengan keputusan

konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang?

D. Tujuan Penelitian

Untuk menguji dan menganalisis faktor-faktor bauran penjualan eceran

(fasilitas fisik retailer, produk, harga, promosi dan pelayanan) yang mempengaruhi

keputusan konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi produsen dan penjual retailer produk air minum mineral isi ulang.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui perilaku konsumen terhadap produk

air minum isi ulang sehingga dapat dijadikan alat untuk menganalisa perilaku

konsumen dan dapat dijadikan bahan untuk melakukan perencanaan strategi

pemasaran yang lebih baik dan matang untuk menghadapi persaingan usaha.

2. Bagi konsumen produk air minum mineral isi ulang.

Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam memilih produk air minum mineral isi ulang.

3. Bagi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia

Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan bahan analisa motivasi dan tingkat

kepuasan konsumen air minum isi ulang sehingga hak-hak perlindungan

(27)

4. Bagi para peneliti berikutnya

Penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan sumber bacaan dan sumber inspirasi

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Menurut Kotler (1989:3) terdapat 2 pendekatan pemasaran yaitu

pendekatan penjualan dan pendekatan pemasaran.

1. Pendekatan Penjualan

Pendekatan pemasaran yang terpusat pada produk. Pendekatan ini dilakukan oleh

perusahaan era sebelum tahun 1980-an. Hal ini kurang cocok diterapkan pada

konsep pemasaran modern yang berorientasi pada kepuasan konsumen meskipun

tidak meninggalkan kualitas produk dan konsep penjualan produk.

2. Pendekatan Pemasaran

Pendekatan pemasaran yang terpusat pada pelanggan atau konsumen. Pendekatan

ini yang saat ini banyak digunakan oleh organisasi-organisasi modern agar dapat

memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.

Dalam menjalankan pemasaran, terdapat filsafat pemasaran (marketing philosophy)

yang mengharuskan setiap perusahaan memonitoring secara terus-menerus

kebutuhan dan keinginan pembeli, yang terus berubah-ubah, dan menyesuaikan

produk-produk, jasa dan metode distribusi perusahaan dengan kebutuhan dan

keinginan pasar.

Maka dari uraian di atas, Kotler (Swastha dan Handoko,1982:20)

mendefinisikan pemasaran adalah suatu proses sosial dan melalui proses itu

(29)

inginkan dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dan nilai dengan

individu dan kelompok lain.

Kebutuhan, keinginan dan permintaan yang menjadi acuan utama dari

pemasaran. Menurut Kotler (1989:7), kebutuhan adalah suatu keadaan akan

sebagian dari pemuasan dasar yang dirasakan atau disadari. Keinginan adalah hasrat

untuk memperoleh pemuas-pemuas tertentu untuk kebutuhan yang lebih mendalam.

Permintaan adalah keinginan terhadap produk-produk tertentu didukung oleh suatu

kemampuan dan kemauan untuk membeli produk itu. Produk adalah segala sesuatu

yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau

keinginan. Produk yang ideal akan dijadikan pedoman untuk menilai sebuah produk

memuaskan atau tidak. Nilai adalah taksiran konsumen tentang kapasitas produk

untuk memuaskan seperangkat tujuan.

Dengan konsep pemasaran yang ideal maka perusahaan-perusahaan

modern harus menjalankan manajemen pemasaran dengan matang. Menurut Kotler

(1989:20), manajemen pemasaran adalah penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan

dan pengawasan program-program yang bertujuan menimbulkan pertukaran dengan

pasar yang dituju dengan maksud mencapai tujuan perusahaan.

Dari semua fungsi manajemen, fungsi perencanaan merupakan fungsi yang

terpenting karena pada tahap ini sangat menentukan kelangsungan dan sukses

perusahaan. Untuk membuat perencanaan yang matang dan tepat dibutuhkan

penganalisaan yang akurat agar pelaksanaan pemasaran dapat sesuai dengan tujuan

dan rencana. Sedang fungsi pengawasan berguna untuk mengendalikan dan

(30)

B. Sikap dan Perilaku Konsumen

Istilah sikap pertama kali digunakan oleh Herbert Spencer pada tahun 1862

untuk menunjukkan suatu status mental seseorang. Sikap yang timbul dari adanya

interaksi manusia dengan objek tertentu.

Beberapa definisi tentang sikap seperti yang dikemukakan Partini (1990:61)

antara lain sebagai berikut.

1. Menurut L.L. Thurstone, sikap atau tindakan kecenderungan yang bersifat positif

atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis, yang berupa simbol,

kata-kata, slogan, organisasi, ide dan sebagainya.

2. Menurut Zimbardo.of Ebbesen, sikap adalah suatu sikap predisposisi (keadaan

mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide objek yang berisi

komponen-komponen kognitif, afektif, dan behavior.

3. Menurut D. Krech dan R.S. Crutchfield, sikap adalah organisasi yang tetap dari

proses motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan atas suatu aspek dari

kehidupan individu.

4. Menurut John H. Harvey dan William P. Smith, sikap adalah kesiapan merespon

secara konsisten dalam bentuk positif atau negatif terhadap objek atau situasi.

Sikap positif terhadap objek ini akan membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu

yang menguntungkan objek itu. Sebaliknya sikap yang negatif akan mengecam,

mencela, menyerang bahkan membinasakan objek tersebut.

5. Menurut Basu Swastha (1982:14), sikap adalah suatu kecenderungan yang

dipelajari untuk beraksi terhadap penawaran produk dalam masalah yang baik

(31)

Dapat disimpulkan, sikap adalah suatu tanggapan atau respon terhadap

suatu objek yang ditawarkan kepada individu yang dapat menimbulkan tindakan atau

reaksi yang positif atau negatif terhadap objek yang ditawarkan tersebut.

Ciri-ciri sikap menurut Gerungan (1991:151) adalah sebagai berikut:

1. sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk dan dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan objeknya;

2. sikap itu dapat berubah-ubah, sikap dapat dipelajari atau dipelajari. Sikap itu

dapat dipelajari oleh karena sikap itu dapat berubah pada orang-orang bila

terdapat keadaan dan syarat yang memudahkan berubahnya sikap-sikap pada

orang itu;

3. sikap itu tidak dapat berdiri sendiri melainkan senantiasa mangandung relasi

tertentu terhadap suatu objek;

4. objek sikap dapat merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan suatu objek

saja tetapi juga dapat berkenaan dengan sederetan objek yang serupa;

5. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang

membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan tertentu atau pengetahuan yang

dimiliki seseorang.

Sikap menurut Partini (1990:74-75) dapat dibedakan menjadi dua yaitu

sebagai berikut.

1. Sikap sosial, dinyatakan tidak hanya oleh seseorang saja tetapi juga diperhatikan

oleh orang-orang sekelompok. Objeknya adalah objek sosial dan dinyatakan

(32)

2. Sikap Individual, sikap ini hanya dimiliki secara individu seorang demi seorang.

Objek bukan mahluk sosial.

Di samping itu , sikap dapat dibedakan atas;

1. sikap positif, menunjukkan penerimaan, menyetujui serta melakukan

norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. sikap negatif, menunjukkan penolakan terhadap norma-norma yang berlaku

dimana individu itu berada.

Sikap positif dan negatif ini berhubungan dengan norma yang berlaku di sekitar

objek. Orang tidak akan tahu apakah sikap seseorang itu positif atau negatif tanpa

mengetahui norma yang berlaku.

Frech dan Crutchfield (Partini, 1990:74-75) mengungkapkan bahwa istilah

perilaku konsumen tidak hanya menyangkut kegiatan-kegiatan yang tampak jelas dan

mudah diamati, tetapi merupakan suatu barisan dengan proses pengambilan

keputusan yang dipenuhi oleh faktor-faktor baik dari lingkungan maupun individu itu

sendiri yang melibatkan motivasi, emosi, persepsi atau pengamatan.

Jadi dalam mempelajari perilaku konsumen kita juga harus menganalisis

proses-proses yang tidak dapat atau sulit untuk diamati yang selalu menyertai setiap

tindakan pembelian. Engel (1994:5-6) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai

kegiatan individu yang secara langsung dalam usaha memperoleh, menggunakan

barang dan jasa ekonomi, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului

(33)

Dari definisi perilaku konsumen dapat diambil 2 hal penting yaitu:

1. suatu proses pengambilan keputusan;

2. kegiatan fisik dalam upaya menilai, memperoleh dan menggunakan barang dan

jasa ekonomi.

Hubungan sikap dan perilaku konsumen dapat dijelaskan sebagai berikut:

Sikap biasanya memainkan peran utama dalam membentuk perilaku konsumen.

Sebagai contoh, dalam mengambil keputusan akan memilih produk air minum

mineral yang akan dibeli, konsumen mempertimbangkan faktor-faktor yang

ditawarkan oleh pihak produsen dan sikap yang ditunjukkan konsumen sebagai

reaksi terhadap faktor-faktor yang ditawarkan akan mendasari dalam menjatuhkan

pilihan, jika sikap positif yang nampak maka sikap konsumen akan diikuti dengan

perilakunya untuk menjatuhkan pillihan pada produk air mineral tertentu. Sebaliknya

sikap negatif akan diikuti sikap menolak. Ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan

berkaitan dengan sikap konsumen.

1. Sifat yang penting bagi sikap adalah kepercayaan dalam memegang sikap

tersebut. Beberapa sikap mungkin dipegang dengan keyakinan kuat, sementara

yang lain dipegang dengan keyakinan minimum. Pengertian tingkat kepercayaan

yang berhubungan dengan sikap sangatlah penting karena dapat mempengaruhi

hubungan sikap dan perilaku konsumen. Sikap yang dipegang dengan

kepercayaan yang kuat biasanya akan jauh lebih diandalkan untuk membimbing

(34)

2. Sifat penting dari sikap adalah sifatnya yang cenderung dinamis. Banyak sifat

yang akan berubah seiring dengan berjalannya waktu. Sifat yang dinamis dari

sikap sebagian besar berpengaruh terhadap perubahan di dalam gaya hidup.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen dapat dibagi menjadi empat

kategori (Kotler, 1989:179) yaitu faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis.

1. Faktor Kebudayaan

a. Kebudayaan

Budaya adalah simbol atau fakta yang kompleks yang diciptakan oleh

manusia, yang diturunkan dari generasi ke generasi penentu dan pengatur

perilaku manusia ke dalam masyarakat. Oleh karena itu seorang manajer

pemasaran perlu melihat pergeseran budaya agar dapat membayangkan

produk-produk baru yang akan diciptakan sesuai dengan kebutuhan dan

keinginan konsumen.

b. Kelas Sosial

Kelas sosial adalah bagian dari budaya yang relatif homogen dan secara

hirarki para anggotanya memiliki nilai-nilai kepentingan dan perilaku yang

sama. Ukuran yang biasa dipakai adalah kekayaan, kekuasaan dan

kehormatan.

Masyarakat kita pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam tiga golongan

(35)

1). Golongan atas/penguasa yang terdiri dari pengusaha kaya, pejabat tinggi

negara.

2). Golongan menengah yang terdiri dari karyawan instansi pemerintah

pengusaha menengah dan pensiunan

3). Golongan bawah yang terdiri dari para buruh pabrik, pegawai rendah,

petani dan pedagang kecil.

2. Faktor Sosial

a. Kelompok sosial

Syarat suatu kelompok dikatakan kelompok sosial adalah sebagai berikut:

1). adanya keadaan kelompok sebagai bagian dari kelompok yang

bersangkutan;

2). terdapat faktor sosial yang dimiliki bersama.

b. Keluarga

Anggota keluarga dapat menanamkan suatu pengaruh yang kuat pada

perilaku konsumen bahkan sejak usia dini.

Keluarga dapat dibedakan menjadi :

1). keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak;

2). keluarga besar adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah

dengan orang yang mempunyai ikatan saudara dengan keluarga tersebut

seperti nenek, kakek, paman, bibi, menantu, keponakan, dan lain-lain.

Wewenang dalam memutuskan pembelian antara suami dan istri tergantung

pada tipe keluarga inti ditambah dengan orang yang pada umumnya

(36)

1). otonomi, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli

diputuskan secara otonom baik oleh suami, istri maupun anak;

2). dominasi suami, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan utnuk

membeli diputuskan oleh suami;

3). dominasi istri, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk

membeli diputuskan oleh istri;

4). syneretie, yaitu sebagian besar pengambilan keputusan untuk membeli

dilakukan bersama-sama.

c. Peranan dan Status

Sebuah peran terdiri dari aktivitas yang diperkirakan dilakukan oleh

seseorang sesuai dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Setiap peranan

akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam mengambil keputusan.

Setiap peranan akan membawa konsumen pada suatu status yang

mencerminkan penghargaan umum masyarakat yang diberikan kepadanya

sesuai dengan perannnya di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, konsumen

sering memilih produk untuk menyatakan peranan dan statusnya dalam

masyarakat.

3. Faktor Pribadi

Keputusan seorang konsumen juga dipengaruhi ciri-ciri kepribadiannya antara

lain usia dan daur hidupnya, pekerjaannya, kondisi ekonomi, gaya hidupnya,

kepribadian dan konsep diri. Oleh sebab itu, keputusan konsumen untuk memilih

(37)

4. Faktor Psikologis

Pilihan seorang konsumen membeli sebuah produk dipengaruhi oleh empat faktor

psikologis utama yaitu motivasi, persepsi, belajar, kepercayaan, dan sikap.

a. Motivasi

Motivasi adalah suatu dorongan kebutuhan dan keinginan individu yang

diarahkan pada tujuan untuk mendapatkan kepuasan. Oleh karena itu, kita

dapat mengetahui bahwa sebenarnya perilaku konsumen itu dimulai dengan

adanya motivasi.

Definisi dari motivasi menurut Britt (1989:196) adalah sebagai berikut:

Motivation is our speculation about someone else’s purpose, and we usually expect to find that purpose in some immediate and abvious goal such as money or security or prestige. The ultimate motivation to make the self concept real

b. Pengamatan

Faktor pengamatan adalah suatu proses adanya rangsangan di dalam

lingkungan intern dan ekstern sehingga pengamatan ini bersifat aktif. Jadi

pengamatan adalah reaksi orientasi terhadap rangsangan-rangsangan tersebut.

Pengamatan itu timbul karena adanya pengalaman yang diperoleh dari semua

perbuatannya di masa lampau atau dapat dipelajari sebab dengan belajar akan

dapat diperoleh pengalaman. Proses pengamatan ini dapat mempengaruhi

perilaku seseorang dalam melakukan pembelian.

c. Belajar

Belajar dapat diartikan suatu perubahan yang terjadi sebagai hasil adanya

pengalaman. Jadi dapat dikatakan bahwa proses belajar adalah perubahan

(38)

dapat bersifat tetap dan fleksibel. Hal ini berarti konsumen dalam proses

pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk selalu mempelajari

berbagai hal yang terkait dengan produk tersebut. Perilaku konsumen dalam

proses pembelian juga didasari oleh kepribadian seseorang yang mencakup

antara lain kebutuhan, sifat, atau watak yang khas yang membedakan perilaku

setiap konsumen. Ada tiga unsur pokok kepribadian.

1). Pengetahuan yaitu unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa

seseorang manusia yang sadar dan nyata terkandung dalam otaknya.

2). Perasaan yaitu suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena

pengetahuannya, dinilai sebagai keadaan positif dan negatif. Misalnya

melihat iklan televisi minuman dingin yang menyegarkan, kemudian

orang membayangkan nikmatnya minum produk tersebut. Akibatnya

konsumen membeli produk tersebut.

3). Dorongan naluri manusia adalah kemauan yang sudah menjadi naluri

setiap berinteraksi dengan sesama atau dorongan nurani yang lain.

Pemahaman tentang perilaku konsumen sangat penting untuk keberhasilan

sistem pemasaran dari suatu perusahaan. Karena terdapat berbagai macam alasan

yang mempengaruhi seseorang pembeli memberikan sikap dan mengambil keputusan

untuk membeli suatu produk. Selain itu, jenis produk, faktor demografi, faktor

ekonomi, dan faktor psikologi juga turut mempengaruhi terhadap pembelian produk

oleh konsumen. Selain memahami beberapa hal di atas perusahaan juga harus

memahami bagaimana konsumen menanggapi rangsangan pemasaran yang dilakukan

(39)

D. Penjualan Eceran (Retailing) dan Bauran Penjualan Eceran (Retailing Mix)

Sedangkan menurut Kotler (1987:198) penjualan eceran adalah penjualan

yang melibatkan penjual barang/jasa langsung kepada konsumen akhir untuk

menggunakan yang sifatnya pribadi. Fungsi penjualan eceran ini sangat penting

karena merupakan perantara akhir yang berhubungan dengan konsumen sehingga

mempunyai pengaruh terhadap kelancaran penjualan sampai pada tempat yang tidak

dapat dijangkau oleh produsen atau agen. Dengan adanya penjualan eceran ini secara

langsung merupakan pelayanan kepada konsumen.

Davidson, Sweeny dan Stamp (1988:66) menyebutkan variabel-variabel

bauran penjualan eceran, yaitu : Physical fasilities (fasilitas fisik), Merchandise

(produk-produk yang dijual), Price (harga), promotion (promosi), service

(pelayanan), Organization and Personnel (organisasi dan personalia).

1. Fasilitas fisik

Keahlian manajemen dalam menentukan lokasi, lamanya waktu buka, besar

bangunan, alat pengisian ulang dan fasilitas-fasilitas fisik lainnya seperti

kebersihan ruangan, desain interior ruangan, dan sarana parkir.

2. Produk-produk yang dijual

Produk-produk yang dijual menyangkut kualitas produk, kesehatan produk,

kemasan produk, merk produk dan lain sebagainya.

3. Harga

Harga yang dimaksud disini adalah harga eceran (retail Price). Basu swastha

mendefinisikan harga yaitu sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau

(40)

pelayanannya. Harga merupakan suatu informasi yang penting dimana proses

penilaian terletak pada produk-produk yang dijual

4. Promosi dan Pelayanan

Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan media, misalnya melalui iklan

televisi, radio, surat kabar, bioskop, poster dan spanduk bahkan dari mulut ke

mulut. Pada saat-saat tertentu bisa dilakukan dengan memberikan diskon sebagai

bentuk dari promosi khusus.

Pelayanan pada konsumen merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh

pengusaha/retailer agar dapat menarik konsumen untuk berbelanja. Hal ini dapat

dilakukan dengan memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, pelayanan

penjual yang baik dan ramah sehingga konsumen memutuskan untuk membeli

produk.

E. Segmentasi Pasar

Di dalam pasar, konsumen umumnya memiliki motif dan perilaku yang

berbeda-beda terhadap produk-produk yang ada di pasaran. Hal ini membuat suatu

perusahaan kesulitan untuk melayani seluruh pasar yang ada yang mempunyai sifat

heterogen. Oleh sebab itu, perusahaan harus mengelompokkan konsumen ke dalam

kelompok dengan ciri-ciri dan sifat-sifat yang sama. Usaha-usaha mengelompokkan

ini disebut segmentasi pasar.

Menurut Assauri (1988:143), Segmentasi pasar adalah suatu proses

(41)

konsumen yang memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat yang homogen dan dapat berarti

bagi perusahaan.

Menurut Assauri (1988:143-147), ada empat variabel utama yang

digunakan untuk mensegmentasi pasar konsumen yaitu:

1. Segmentasi Geografis

Dilakukan dengan cara membagi pasar ke dalam unit-unit geografis seperti

wilayah, iklim, kota dan desa.

2. Segmentasi Demografis

Segmentasi ini memisahkan pasar ke dalam kelompok yang didasarkan pada

variabel-variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, jumlah anggota

keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, agama, ras dan

kebangsaan. Variabel demografis ini merupakan yang paling sering digunakan

karena berkaitan dengan keinginan, preferensi dan tingkat penggunaan

konsumen. Selain itu variabel dalam segmentasi ini lebih mudah diukur

dibandingkan dengan variabel jenis lain.

3. Segmentasi Psikografis

Segmentasi ini membagi konsumen ke dalam kelompok-kelompok yang

berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup dan berbagai ciri kepribadian.

4. Segmentasi Perilaku

Konsumen dibagi menjadi kelompok tingkat pengetahuan, sikap dan motivasi

(42)

F. Teori Perilaku Konsumen

Teori-teori perilaku konsumen dapat digolongkan menjadi 4 (Basu

Swastha, 1984:76-80)

1. Teori Ekonomi Mikro

Teori ini dikembangkan oleh ahli-ahli ekonomi klasik antara lain Adam Smith

dan para pengikutnya. Teori ini mendasarkan pada suatu pengertian bahwa

organisasi itu bersifat ekonomis, rasional dan pada setiap saat organisasi itu

bertindak dikarenakan tertarik dengan sesuatu. Kemudian teori ini

disempurnakan oleh ahli-ahli ekonomi neo klasik, terutama Alfred Marshall.

Konsep ini menganut teori kepuasan marginal yang menyatakan bahwa

konsumen akan meneruskan pembeliannya terhadap suatu kepuasan dari produk

yang sama yang telah dikonsumsinya. Dalam hal ini kepuasan yang

didapatkannya sebanding atau lebih besar dari marginal utility yang diturunkan

dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk lain.

2. Teori Psikologi

Teori ini ditujukan pada individu beserta lingkungannya. Manusia selalu

didorong oleh kebutuhan-kebutuhan yang ada sebagai bagian dari pengaruh

lingkungannya dimana ia tinggal dan hidup serta nampak pada lingkungannya di

waktu sekarang tanpa mengabaikan pengaruh dari waktu lampau atau

antisipasinya untuk waktu yang akan datang.

3. Teori Sosiologi

Teori ini menitikberatkan pada hubungan dari pengaruh antara individu-individu

(43)

kelompok, bukan pada perilaku individu. Arti kelompok disini adalah kelompok

seperti keluarga, teman-teman sekerja, perkumpulan dan sebagainya.

4. Teori Antropologis

Teori ini sangat menekankan pada tingkah laku individu pembelian dari suatu

masyarakat, namun kelompok-kelompok masyarakat yang lebih diutamakan

dalam teori ini adalah kebudayaan (kelompok yang paling besar) dan kelas sosial.

G. Pengertian Tanggapan Konsumen

Menurut Kotler (Swastha, 1984:80), perilaku konsumen merupakan suatu

yang sangat kompleks, karena banyak variabel yang mempengaruhinya. Pemahaman

perilaku konsumen ini meliputi pertanyaan siapa pembeli itu, bagaimana mereka

membeli dan mengapa mereka membeli. Perusahaan juga harus memahami

tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran (marketing stimulus) yang

telah dikeluarkan oleh perusahaan. Untuk menjalankan hal itu dapat dilihat dari

model rangsangan sederhana di bawah ini:

Gambar 1. Tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.

Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa perilaku konsumen dipengaruhi

oleh rangsangan, baik rangsangan dari dalam perusahaan yaitu rangsangan

Rangsangan Pemasaran Rangsangan Lainnya - Produk - Harga - Promosi - Tempat

- Ekonomi - Teknologi - Politik - Kebudayaan Kotak Pembelian Karak-teristik pembeli Proses keputusan Tanggapan Pembeli

- Pilihan produk - Pilihan merk - Pilihan penjual

- Penentuan waktu pembelian

(44)

pemasaran ataupun rangsangan lain yang berada di luar kendali perusahaan.

Rangsangan perusahaan terdiri dari produk, harga, promosi dan tempat yang

semuanya tercakup dalam komponen marketing mix dari pemasaran. Rangsangan

non pemasaran berasal dari kekuatan utama dan kejadian-kejadian dalam lingkungan

pembelian atau konsumen, seperti ekonomi, teknologi, politik dan budaya. Semua

rangsangan akan melewati kotak pembelian dan kemudian akan menghasilkan

tanggapan dari pembeli.

Menurut Badudu dan Zain dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1994),

tanggapan konsumen adalah reaksi penerimaan atau sambutan yang diberikan

konsumen terhadap berbagai hal yang ditawarkan produsen atau perusahaan yang

dipengaruhi oleh lingkungan dan juga karakteristik pribadi serta proses keputusan

yang terjadi.

H. Undang-Undang RI No.7 Tahun 2004 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Air bersih saat ini telah menjadi barang langka di dunia. Air menjadi barang

ekonomis yang perlu diatur pengelolaannya dan dalam penggunaannya haruslah

dikompetisikan. Hal ini sesuai dengan Prinsip Dublin yang dihasilkan dalam

Konferensi Air dan Lingkungan Internasional di Dublin tahun 1992.

Di Indonesia, nilai ekonomis air direfleksikan dalam kebijakan air dan

strategi nasional 2005 dan mekanisme kebijakan full cost pricing sudah harus

dijalankan tahun 2015. Terkait dengan hal di atas, telah dibuat sebuah kebijakan

yang tertuang dalam UU No.7 tahun 2004 tentang pengelolaan Sumber Daya Air

(45)

pro-kontra di kalangan masyarakat yang berujung pihak kontra mengajukan lima

berkas gugatan judicial review Nomor 058 – 060, 063 dan 008/PUU-II/2004 ke

Mahkamah Konstitusi.

Pihak pemerintah selaku penggagas dan pihak pro atas UU SDA ini menilai

bahwa dengan adanya UU ini negara akan banyak diuntungkan dengan manajemen

dan pengelolaan yang baik atas air bersih bersama dengan pihak swasta, dapat

menyediakan air bersih ke berbagai pelosok daerah sehingga terhindar dari krisis air

bersih. Selain itu, UU ini memungkinkan untuk dapat menambah devisa negara

dengan ekspor air bersih ke negara lain, jika kebutuhan air dalam negeri sudah

terpenuhi. Untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul terkait antara penyedia air,

penyedia jasa dan konsumen dan juga masalah penetapan tarif air bersih, pemerintah

mengusulkan untuk dibentuk badan regulasi air minum yang mengatur dan

mengatasi masalah-masalah di atas. Pihak pro menambahkan bahwa tidak ada

kata-kata privatisasi dalam UU SDA tersebut sehingga tidak akan ada monopoli air dari

pihak swasta.

Pihak kontra menilai bahwa UU SDA ini hanya menjadi alat justifikasi

pemerintah, pengusaha dan investor untuk memprivatisasi dan mengeksploitasi air

bersih yang seharusnya dilindungi negara untuk kepentingan hajat hidup orang

banyak. UU SDA ini sangat memberi ruang bagi peran Swasta dalam

penyelenggaraan air seperti yang disebutkan dalam pasal 9, 10, 26, 40, 41, 45, 80 dan

pasal-pasal pelaksana lain yang berkaitan dengan pasal tersebut (Tiong, 2006).

(46)

antara lain penyelenggaraan sistem air minum, pengelolaan sumber-sumber air dan

penyediaan air baku bagi irigasi pertanian.

Hal ini akan menyebabkan perusahaan atau pihak swasta yang memiliki

modal banyak akan mampu menguasai sumber-sumber air dan menyediakan air

bersih untuk masyarakat yang mampu membeli air bersih. Hal ini pasti akan

memperparah kondisi kesehatan dan kesejahteraan kelompok penduduk miskin

karena masyarakat miskin tidak dapat membeli dan memiliki akses terhadap air

bersih. Selain itu dalam pelaksanaannya, pemerintah masih belum bersikap tegas

menanggapi berbagai masalah pengelolaan dan pengawasan sumber daya air dengan

aturan dan regulasi yang tidak jelas dan adanya kesan saling lempar tanggung jawab

dan job description antara Departemen Perindustrian dan Perdagangan

(DEPPERINDAG) dan Departemen Kesehatan (dalam hal ini Balai POM) terutama

terkait dengan fenomena AMIU yang marak diperdagangkan. Menurut Kepala Balai

Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Gatot Irianto (2005), Indonesia telah masuk

dalam kolonisasi total kekayaan alam yang menurut amanah pasal 33 ayat (2), (3),

dan (4) Undang-Undang Dasar 1945 harus dikelola negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Gatot menambahkan bahwa pemberian

hak guna pakai air kepada swasta dengan segala bentuk dan manifestasinya seperti

yang tersirat maupun tersurat pada pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), pasal 8 ayat (1),

pasal 9 ayat (1) dan semua pasal pelaksanaan yang berkaitan dengannya dalam UU

No. 7 tahun 2004 tentang Sunber Daya Air (UU SDA) harus dihentikan. Argumen

faktual dan praktikal penghentian pemberian hak guna pakai air kepada swasta yang

(47)

berikut. (1) Komodifikasi air sehingga akan mendistruksi fungsi sosial air, padahal

air adalah unsur utama dalam kehidupan, (2) Perbedaan (disparitas) harga air

sehingga alokasi air akan diprioritaskan untuk memperoleh nilai tambah langsung

dan maksimum, (3) Liberalisasi kompetisi penggunaan air antar sektor,

menyebabkan sektor yang lemah (pertanian) akan terlindas sektor yang lebih kuat

(industri dan air minum), (4) Eksploitasi ekonomi, sosial dan politik sektor swasta

terhadap masyarakat miskin dalam bentuk ketergantungan dan pengenaan biaya tarif

yang mahal, (5) Pemerintah tidak dapat membatalkan hak guna air meskipun

merugikan masyarakat, kecuali melalui pengadilan.

Harry Suryadi (2003) menambahkan bahwa UU SDA ini tidak ada

semangat konservasi air. UU SDA ini hanya terkesan mengeksploitasi air, tidak ada

pemeliharaan ekosistem air, biaya lingkungan dan mekanisme pembayaran jasa

lingkungan oleh mereka yang mengelola air.

Terkait dengan gugatan dan permohonan uji materiil dan formil terhadap

UU SDA dari pihak kontra UU SDA, Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia

(MKRI) memutuskan menolak permohonan hak uji materiil dan formil atas UU SDA

pada tanggal 19 Juli 2005. Meskipun keputusan tersebut diwarnai dengan pendapat

berbeda (dessenting opinion) dari dua hakim konstitusi (Kompas, 19 Juli 2005).

Dengan disahkannya UU SDA ini, muncullah materi Peraturan Pemerintah

Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(SPAM) yang memperkuat tudingan dari pihak kontra UU SDA bahwa pemerintah

telah membuka pintu lebar bagi privatisasi air. Manajer Pengkampanye Isu Air,

(48)

Siregar menyatakan bahwa keterlibatan swasta dalam mengelola sumber daya air

dapat dimaknai tanpa batas. Seperti yang tercantum dalam pasal 64 ayat 4 PP No. 16

Tahun 2005, swasta dimungkinkan menguasai seluruh atau sebagian tahapan

penyelenggaraan pengembangan air minum (Kompas, 08 November 2005).

Seiring dengan itu, fenomena bisnis Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

dan Air Minum isi Ulang (AMIU) menjadi bisnis yang berkembang sangat pesat.

Pengelolaan bisnis air minum ini ternyata masih menimbulkan berbagai masalah

yang berimbas pada masyarakat sebagai konsumen. Pemerintah yang berjanji untuk

mengatur dan menjalankan regulasi dengan baik, ternyata masih patut

dipertanyakan. Produk yang dijual banyak yang belum atau tidak lolos tes uji mutu

dan izin usaha depot AMIU yang tidak jelas sehingga menimbulkan masalah.

Masyarakat sebagai konsumen seharusnya patut mendapatkan perhatian dan

perlindungan dari pemerintah dan perusahaan pengelola usaha air minum. Padahal

dalam UU Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 sudah dengan jelas dan tegas

mensyaratkan keamanan bagi konsumen Indonesia. Untuk masalah produk air

minum yang dijual depot AMIU, pemerintah telah mengatur persyaratan kualitas air

minum (air yang aman untuk dikonsumsi langsung), yaitu dalam Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, dan untuk persyaratan air minum

dalam kemasan telah diatur dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor

SNI-01-3553-1996. Air minum tersebut harus memenuhi persyaratan fisik, kimia dan

mikrobiologis (Suprihatin, Kompas, 7 Januari 2004).

Konsumen seharusnya mempunyai kesadaran yang tinggi untuk mengontrol

(49)

tidak hanya mengkonsumsi dan menjadi objek eksploitasi bagi pengusaha-pengusaha

yang tidak jujur.

I. Kerangka Berpikir

1. Fasilitas fisik adalah salah satu variabel penjualan eceran dalam hal penentuan

lokasi, lamanya waktu buka, besar bangunan, alat pengisian ulang dan

fasilitas-fasilitas fisik lainnya seperti kebersihan ruangan, desain interior ruangan, dan

sarana parkir. Keputusan konsumen adalah hasil dari reaksi konsumen dalam

memutuskan pembelian terhadap objek/produk yang ditawarkan yang diduga

berhubungan dengan rangsangan fasilitas fisik. Jika lokasi depot strategis, alat

pengisian ulang baik dan higenis serta ruangan bersih maka akan mempengaruhi

keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU.

2. Produk yang dijual adalah salah satu variabel penjualan eceran menyangkut

kualitas produk, kesehatan produk, kemasan produk, dan lain sebagainya.

Keputusan konsumen adalah hasil dari reaksi konsumen dalam memutuskan

pembelian terhadap objek/produk yang ditawarkan yang diduga berhubungan

dengan rangsangan produk yang dijual. Jika produk yang dijual berkualitas dan

sehat, kemasan produk menarik maka akan mempengaruhi keputusan konsumen

dalam memilih produk AMIU.

3. Harga (harga eceran/retail Price) adalah sejumlah uang (ditambah beberapa

barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi

dari barang serta pelayanannya. Keputusan konsumen adalah hasil dari reaksi

(50)

ditawarkan yang diduga berhubungan dengan rangsangan harga produk. Jika

harga produk murah ataupun mahal maka akan mempengaruhi keputusan

konsumen dalam memilih produk AMIU.

4. Promosi merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha/retailer

dalam mempromosikan produk yang dijualnya yang dapat dilakukan dengan

berbagai cara dan media, misalnya melalui iklan televisi, radio, surat kabar,

bioskop, poster dan spanduk bahkan dari mulut ke mulut. Keputusan konsumen

adalah hasil dari reaksi konsumen dalam memutuskan pembelian terhadap

objek/produk yang ditawarkan yang diduga berhubungan dengan rangsangan

promosi. Dengan adanya promosi dari depot tentang produk yang dijual maka

akan mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU.

5. Pelayanan merupakan salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha/retailer

agar dapat menarik konsumen untuk berbelanja dengan memberikan suasana

yang menyenangkan, pelayanan penjual yang baik dan ramah sehingga

konsumen memutuskan untuk membeli produk itu. Keputusan konsumen adalah

hasil dari reaksi konsumen dalam memutuskan pembelian terhadap objek/produk

yang ditawarkan yang diduga berhubungan dengan rangsangan pelayanan

retailer. Jika pelayanan yang ditawarkan depot memuaskan maka akan

(51)

J. Hipotesis Penelitian

Dari kerangka di atas maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut.

1. Ada hubungan fasilitas fisik penjual eceran (retailer) dengan keputusan

konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang.

2. Ada hubungan produk yang dijual dengan keputusan konsumen dalam memilih

produk air minum isi ulang.

3. Ada hubungan harga produk dengan keputusan konsumen dalam memilih produk

air minum isi ulang.

4. Ada hubungan promosi dengan keputusan konsumen dalam memilih produk air

minum isi ulang.

5. Ada hubungan pelayanan dengan keputusan konsumen dalam memilih produk air

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus yang bersifat deskriptif.

Penelitian ini merupakan penelitian terhadap subjek dan objek yang telah ditentukan

sehingga kesimpulan yang diambil hanya berlaku untuk subjek dan objek yang

diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Februari-Maret pada tahun 2007.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah konsumen yang

menggunakan produk air minuman isi ulang. Dalam penelitian ini yang dimaksud

konsumen adalah mahasiswa yang tinggal di kos tahun 2007.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah persepsi konsumen mengenai fasilitas fisik retailer,

(53)

D. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari

manusia, benda, nilai, tes, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah

keseluruhan konsumen yang pernah menggunakan produk air minum mineral isi

ulang. Populasi dalam penelitian ini termasuk dalam populasi yang tidak terbatas

(infinit) karena jumlah dan identitas populasi tidak diketahui dengan pasti. Sampel

adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diteliti dan jumlah

sampel pasti lebih sedikit dari jumlah populasi (Djarwanto, 1981:101). Dalam

penelitian ini, sampel ini diambil sebanyak 60 responden dengan pertimbangan

jumlah sampel tersebut telah mewakili populasi yang ada. Teknik pengambilan

sampel dilakukan dengan cara teknik non random sampling yaitu penentuan sampel

secara kebetulan (incidental sampling). Dalam non random sampling ini tidak semua

individu diberi kesempatan yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel

(Hadi, 1988: 225).

E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional dan Teknik Pengukuran Variabel

1. Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek penelitian.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Variabel tak bebas (dependent variable) : keputusan konsumen.

b. Variabel bebas (Independent variable) :

1). Fasilitas fisik retailer

2). Produk

3). Harga

4). Promosi

(54)

2. Definisi operasional

a. Keputusan konsumen adalah hasil dari reaksi konsumen dalam memutuskan

pembelian terhadap objek/produk AMIU yang ditawarkan oleh depot AMIU

melalui rangsangan-rangsangan pemasaran.

b. Fasilitas fisik retailer (depot AMIU) adalah salah satu variabel penjualan

eceran dalam hal penentuan lokasi, lamanya waktu buka, besar bangunan, alat

pengisian ulang dan fasilitas-fasilitas fisik lainnya seperti kebersihan ruangan,

desain interior ruangan, dan sarana parkir.

c. Produk adalah salah satu variabel penjualan eceran menyangkut kualitas

produk, kesehatan produk, kemasan produk, dan lain sebagainya.

d. Harga adalah sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang

dibutuhkan untuk mendapat sejumlah kombinasi dari barang serta

pelayanannya.

e. Promosi adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha/retailer

dalam mempromosikan produk yang dijualnya.

f. Pelayanan retailer adalah salah satu usaha yang dilakukan oleh pengusaha/

retailer agar dapat menarik konsumen untuk berbelanja dengan memberikan

suasana yang menyenangkan, pelayanan penjual yang baik dan ramah

sehingga konsumen memutuskan untuk membeli produk itu.

3. Teknik pengukuran variabel

a. Keputusan konsumen diukur berdasarkan frekuensi pembelian yang dilakukan

(55)

b. Variabel bebas diukur berdasarkan persepsi konsumen mengenai variabel

bauran penjualan eceran dengan menggunakan skala Likert

(Sugiyono,2001:86). Instrumen yang digunakan mengacu pada instrumen

yang digunakan Widargo (2003) dengan mengalami pernyesuaian dan

perubahan karena subjek penelitian yang berbeda.

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik Kuisioner

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi keputusan konsumen. Kuisioner yang digunakan bersifat

tertutup, maksudnya kuisioner tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan alternatif

jawaban yang telah disediakan sehingga responden tunggal hanya memilih

jawaban yang telah disediakan.

Kuisioner yang akan dibagikan terdiri dari sejumlah pertanyaan yang

dibedakan dalam beberapa bagian,

Bagian I : berisi sejumlah pertanyaan tentang identitas responden.

Bagian II : pertanyaan tentang fasilitas fisik retailer

Bagian III : pertanyaan tentang produk

Bagian IV : pertanyaan tentang harga

Bagian V : pertanyaan tentang promosi produk

Gambar

Gambar 1. Tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran.
Tabel 1. Validitas item fasilitas fisik
Tabel 2. Validitas item fasilitas fisik yang valid
Tabel 3. Validitas item produk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Air cadangan akan selalu ada apabila daerah peresapan air selalu tersedia. Daerah resapan air terdapat di hutan-hutan. Tumbuhan hutan mampu memperkukuh struktur tanah.

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MATERI

Berdasarkan nilai undulasi yang diperoleh dari perhitungan berdasarkan titik referensi PPS02 Belawan dan TTG 540 diketahui bahwa perbedaan tinggi undulasi antar masing-masing

Hasil penelitian yang dieroleh mennunjukkan bahwa bekatul dapat digunakan sebgai media alternatif terhadap pertumbuhan Candida albicans pada konsentrasi minimal 5%

Untuk itu perlu dilakukan perancangan desain kemasan yang sesuai dengan standar kemasan dan memiliki konsep secara visual yaitu dengan membuat kemasan yang dapat

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penyusun mengenai Implementasi Sistem Informasi Geografis Untuk Pemetaan Tanaman Jagung Pada Dinas Pertanian

Cara pengaturan lampu peraga Display dengan sistem mikroprosessor dipilih dengan mempertimbangkan sistem lebih fleksibel, misalnya diintegrasikan dengan sistem yang lain yang

Secara umum proses yang dialami sebagian besar subjek penelitian dalam mengatasi dorongan yang dirasakannya, yaitu dengan cara ego menggunakan mekanisme