BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Responden Penelitian
Dari hasil analisis deskripsi responden dengan menggunakan metode persentase jumlah, dapat diketahui bahwa mayoritas responden adalah konsumen pria dengan persentase 78,33% dan 60% responden berusia antara 20-25 tahun. Responden adalah konsumen AMIU yang berstatus mahasiswa ini mayoritas berasal dari jurusan ekonomi yaitu 28,33%. Konsumen terbesar produk AMIU berasal dari responden yang berpenghasilan per bulan antara Rp 500.000,00 – Rp 1.000.000,00 yaitu sebesar 48,32% dan responden mayoritas
tinggal di kos yang harga sewa per tahun antara Rp 1.000.000,00 - Rp 1.500.000,00 yaitu sebesar 58,33%.
Hal ini menunjukkan bahwa konsumen produk AMIU di kalangan mahasiswa sebagian besar berjenis kelamin pria yang berusia antara 20-25 tahun, berasal dari jurusan ekonomi yang berpenghasilan rendah dan tinggal di kos yang harga sewa per tahun standar menengah.
2. Hubungan antara fasilitas fisik dan keputusan konsumen dalam memilih produk air minum isi ulang
Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara fasilitas fisik dan keputusan konsumen. Fasilitas fisik retailer (depot AMIU) yang dimaksud adalah keahlian manajemen dalam menentukan lokasi, lamanya waktu buka, besar bangunan, alat pengisian ulang dan fasilitas-fasilitas fisik depot lainnya seperti kebersihan ruangan, desain interior ruangan, dan sarana parkir.
Fasilitas fisik mempunyai hubungan secara positif terhadap keputusan konsumen dalam memilih depot AMIU, yang berarti semakin baik fasilitas fisik yang disediakan depot AMIU maka semakin besar keputusan konsumen dalam memilih depot AMIU. Hal ini terlihat ketika penulis melakukan pengamatan terhadap beberapa depot AMIU. Depot yang memiliki lokasi strategis banyak sekali dikunjungi oleh konsumen produk AMIU. Depot yang tidak berada di lokasi strategis (di lingkungan kampus atau tempat tinggal/kos mahasiswa yang merupakan pangsa pasar terbesar produk AMIU) terlihat sepi dari pengunjung/pembeli. Konsumen produk AMIU sebagian besar memilih
lokasi depot yang cukup dekat dengan tempat tinggalnya karena jarak yang ditempuh cukup dekat dan galon tempat AMIU cukup berat (sekitar 19 liter). Kapasitas alat pengisian ulang, tempat tunggu konsumen serta tempat parkir juga mempengaruhi keputusan konsumen. Depot yang mempunyai kapasitas alat pengisian ulang lebih dari satu dan tempat tunggu yang cukup luas memungkinkan konsumen untuk mengantri dan menunggu dengan nyaman ketika membeli produk AMIU sehingga banyak konsumen yang memilih depot yang memiliki fasilitas ini. Depot yang memiliki lahan parkir cukup luas banyak sekali dikunjungi konsumen karena sebagian besar konsumen produk AMIU menggunakan kendaraan bermotor terutama sepeda motor untuk mengangkat galon AMIU yang cukup berat.
Lamanya waktu buka juga berhubungan dengan keputusan konsumen dalam memilih depot AMIU. Hal ini disebabkan karena air minum adalah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Depot AMIU yang waktu bukanya hingga malam atau buka pada saat hari libur akan banyak dikunjungi konsumen karena konsumen dapat mengisi ulang air minum setiap saat dibutuhkan.
Depot air yang terlihat bersih dari segi fisik dan desain interior yang memberi kesan bersih dan sehat akan memberikan pengaruh besar terhadap keputusan konsumen dalam memilih depot AMIU. Sebagian besar konsumen AMIU cenderung melihat depot hanya dari tampak luar saja untuk memberikan penilaian depot itu bersih dan sehat. Hal ini menyebabkan banyak sekali depot AMIU yang menggunakan desain dengan warna cat biru dan putih
serta menggunakan lantai keramik berwarna putih. Hal ini untuk memberi kesan bersih, higenis dan sehat sehingga banyak konsumen yang memutuskan untuk membeli produk AMIU di depot itu. Besar bangunan depot AMIU tidak begitu diperhatikan dan tidak memberi pengaruh besar terhadap keputusan konsumen karena rata-rata besar bangunan depot AMIU sebesar rumah toko (ruko) dengan luas bangunan kurang lebih tiga meter kali tiga meter.
Dari pembahasan di atas disimpulkan bahwa fasilitas fisik depot AMIU terutama pemilihan lokasi depot, luas lahan parkir dan ruang tunggu, kebersihan depot dan lamanya waktu buka depot mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU. Hal ini membuat pengusaha depot memperhatikan fasilitas fisik depot untuk memperoleh konsumen.
Hasil ini sejalan dengan temuan Erna Wijayanti (2001) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor fasilitas fisik mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di “Laris” Departement Store, Klaten. Hasil ini juga sejalan dengan temuan Widargo (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor fasilitas fisik di restoran Boyong Kalegan Sleman mempunyai pengaruh/hubungan positif dan signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih warung lesehan.
3. Hubungan antara produk AMIU dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU
Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara produk dan keputusan konsumen. Produk AMIU yang dimaksud dalam
penelitian ini menyangkut kualitas produk, kesehatan produk, kemasan produk, merek produk dan lain sebagainya.
Dalam penelitian ini, produk yang diteliti adalah air minum mineral yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU. Hal ini disebabkan karena konsumen diduga tidak perlu menimbang dan memutuskan terlalu lama ketika harus memilih produk AMIU di antara produk sejenis. Air minum adalah kebutuhan hidup primer yang mutlak harus dipenuhi sehingga konsumen tidak terlalu memperhatikan produk AMIU yang akan dipilih dan dibeli oleh konsumen AMIU ini. Kualitas produk AMIU hanya menjadi pertimbangan kecil dari konsumen yang dapat diacuhkan. Sebagian besar konsumen berpandangan jika produk AMIU yang dijual depot tersebut bersih/jernih, tidak berbau dan tidak berwarna maka produk tersebut dapat dikonsumsi. Padahal produk AMIU yang dijual di pasaran harus berkualitas baik dan berstandar SNI serta lulus uji kelayakan produk AMIU dari Dinas Kesehatan.
Penulis mengamati konsumen yang membeli produk AMIU di beberapa depot AMIU sering kali tidak memperhatikan kualitas air minum mineral yang dibeli, dan bertanya pada petugas depot darimana asal/ sumber air yang menjadi bahan baku produk AMIU, apalagi memperhatikan sertifikat uji kelayakan air yang pasti terpasang di setiap depot AMIU. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran konsumen tentang kesehatan dan perlindungan konsumen. Banyak sekali kasus yang mengungkapkan depot
AMIU yang menjual produk AMIU yang tidak berkualitas baik dan berstandar SNI dan banyak mengandung bakteri E-coli.
Sering kali dijumpai produk AMIU yang tidak memiliki merek. Konsumen sering kali menggunakan galon air mineral bermerek atau sering disebut air minum mineral dalam kemasan (AMDK) untuk diisi ulang dengan produk AMIU di depot AMIU. Hal ini yang menyebabkan pihak air minum mineral dalam kemasan juga dirugikan secara materi dan juga citra perusahaan karena penggunaan botol/galon dari perusahaan AMDK yang digunakan di depot-depot AMIU.
Pembahasan di atas menunjukkan konsumen kurang memperhatikan kualitas, standar kesehatan, bahan baku dan merek produk AMIU yang dijual di depot AMIU sehingga tidak terjadi hubungan signifikan antara produk dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU.
Hasil ini berbeda dengan temuan Erna Wijayanti (2001) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor produk mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di “Laris” Departement Store, Klaten. Hasil ini juga berbeda dengan temuan Widargo (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor produk (menu) di restoran Boyong Kalegan Sleman mempunyai pengaruh/hubungan positif dan signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih warung lesehan.
4. Hubungan antara harga produk dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU
Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara harga dan keputusan konsumen. Harga yang dimaksud disini adalah harga eceran (retail price) dari produk AMIU. Harga merupakan suatu informasi yang penting dimana proses penilaian terletak pada produk-produk yang dijual. Harga produk AMIU per galon berada pada kisaran Rp 3.000 sampai Rp 4.000 ketika penelitian ini dilaksanakan. Jika harga produk AMIU per galon dibandingkan dengan harga produk isi ulang per galon AMDK maka harga produk AMIU jauh lebih murah dibandingkan dengan harga isi ulang AMDK yang pada saat penelitian ini dilakukan berada pada kisaran Rp 7.000 sampai Rp 9.000 per galon.
Bagi konsumen produk AMIU, harga yang murah dibanding harga produk isi ulang AMDK memang menjadi salah satu faktor yang sangat berpengaruh pada keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU meskipun dari segi kualitas dan standar kesehatan, produk isi ulang AMDK lebih baik dan terjamin daripada produk AMIU yang dijual di depot AMIU.
Pada penelitian ini, faktor harga ternyata tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU. Hal ini diduga disebabkan konsumen menganggap bahwa harga produk AMIU yang dijual di pasaran berada pada kisaran harga yang sama dan masih lebih murah dibandingkan dengan harga AMDK isi ulang sehingga konsumen tidak memperhatikan harga produk AMIU yang dijual antara depot AMIU satu dengan depot yang lain.
Hal lain yang menyebabkan tidak ada hubungan yang signifikan antara harga dengan keputusan konsumen diduga produk AMIU adalah produk air minum yang menjadi kebutuhan primer yang harus dipenuhi sehingga konsumen akan tetap membeli dan mengkonsumsi produk AMIU pada kisaran harga jual produk dan tingkat pendapatan konsumen manapun.
Pembahasan di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara harga produk AMIU dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU. Meskipun demikian pengusaha depot AMIU akan tetap memperhatikan permintaan pasar dan persediaan bahan baku AMIU dalam menentukan harga AMIU agar konsumen tetap membeli dan mengkonsumsi produk AMIU di depot miliknya.
Hasil ini berbeda dengan temuan Erna Wijayanti (2001) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor harga mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di “Laris” Departement Store, Klaten. Hasil ini juga berbeda dengan temuan Widargo (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor harga di restoran Boyong Kalegan Sleman mempunyai pengaruh/hubungan positif dan signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih warung lesehan.
5. Hubungan antara promosi dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU
Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara promosi dan keputusan konsumen. Promosi yang dimaksud adalah berbagai usaha untuk menarik konsumen agar dapat datang ke depot dan mengkonsumsi
produk AMIU. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai cara dan media, misalnya melalui iklan televisi, radio, surat kabar, bioskop, poster dan spanduk bahkan dari mulut ke mulut. Pada saat-saat tertentu bisa dilakukan dengan memberikan diskon sebagai bentuk dari promosi khusus.
Dari pengamatan penulis, pengusaha depot AMIU jarang sekali mempromosikan depot AMIU melalui berbagai media massa seperti televisi, radio dan surat kabar. Pengusaha depot hanya mengandalkan pada kebutuhan konsumen dan pemilihan lokasi depot yang strategis. Konsumen yang membutuhkan air minum ini mengetahui lokasi depot dan mengkonsumsi produk AMIU melalui promosi dari mulut ke mulut atau mencari dan menemukan sendiri lokasi depot. Pembahasan ini menunjukkan bahwa faktor promosi tidak terjadi hubungan yang signifikan dengan keputusan konsumen.
Hasil ini berbeda dengan temuan Erna Wijayanti (2001) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor promosi mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di “Laris” Departement Store, Klaten. Hasil ini juga berbeda dengan temuan Widargo (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor promosi di restoran Boyong Kalegan Sleman mempunyai pengaruh/hubungan positif dan signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih warung lesehan.
6. Hubungan antara pelayanan dan keputusan konsumen dalam memilih produk AMIU
Dari analisis diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara pelayanan dan keputusan konsumen. Pelayanan yang dimaksud adalah usaha
yang dilakukan oleh pengusaha/retailer depot agar dapat menarik konsumen untuk berbelanja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan suasana nyaman dan menyenangkan, pelayanan penjual yang baik dan ramah dan menyediakan jasa layanan antar pesanan sehingga konsumen memutuskan untuk membeli produk.
Pada penelitian ini, pelayanan ternyata tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan konsumen produk AMIU. Hal ini diduga disebabkan sebagian besar konsumen AMIU ini adalah pria yang kurang memperhatikan pelayanan dibandingkan konsumen wanita. Dari pengamatan penulis di beberapa depot AMIU, konsumen pria tidak terlalu peduli dengan pelayanan yang diberikan depot AMIU. Konsumen pria tidak memperhatikan keramahan para pelayan/petugas isi ulang yang hampir semua depot karyawannya adalah pria. Bahkan konsumen pria sering kali hanya meninggalkan galon AMIU kosong untuk diisi ulang di depot dan mengambil galon yang telah terisi AMIU sekitar lima sampai sepuluh menit kemudian setelah pergi untuk urusan yang lain. Hal ini menyebabkan konsumen pria kurang memberikan perhatian lebih terhadap pelayanan. Konsumen pria juga tidak menggunakan jasa layanan antar pesanan karena konsumen pria mengangkut sendiri galon AMIU dengan motor. Dari pengamatan penulis, di depot AMIU jarang pula ditemukan layanan pengaduan konsumen dan jarang ditemukan konsumen mengadu jika ada pelayanan yang kurang memuaskan konsumen.
Akan tetapi, pelayanan dari depot AMIU tidak berarti berkurang, karena pelayanan depot tetap mengutamakan keramahan, kebersihan, kecepatan dan kenyamanan. Pelayanan kepada konsumen tetap mengacu pada pendekatan pemasaran moderen yang berpedoman pada konsumen. Konsumen AMIU terutama wanita sering memberi perhatian terhadap pelayanan depot dan sering menggunakan jasa layanan antar galon AMIU. Pada penelitian ini, faktor pelayanan ternyata tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keputusan konsumen produk AMIU karena diduga faktor kebutuhan lebih menjadi prioritas konsumen AMIU. Hasil ini berbeda dengan temuan Erna Wijayanti (2001) yang menyimpulkan hasil penelitiannya bahwa faktor pelayanan mempunyai pengaruh/hubungan yang signifikan terhadap keputusan konsumen dalam berbelanja di “Laris” Departement Store, Klaten. Hasil ini juga berbeda dengan temuan Widargo (2003) yang menyimpulkan bahwa faktor pelayanan di restoran Boyong Kalegan Sleman mempunyai pengaruh/hubungan positif dan signifikan dengan keputusan konsumen dalam memilih warung lesehan.
C. Relevansi UU No.7/2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air dengan Hasil