• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEOR

2.1 Tinjaun Teoritis 1 Teori Produks

Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin Suherman, (2000). Produksi adalah suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat efisien dan hasil produksi yang didapat menjadi optimal.

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut Sukirno, (2002).

Dalam proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi, menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan. Tentu saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti. Menurut Salvatore, (2005) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan

pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha untuk setiap kombinasi masukan tertentu.

2.1.1.1 Teori Produksi Pertanian

Produksi adalah jumlah hasil. Dalam usaha tani, guna memperoleh hasil produksi petani melakukan usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi yang dimiliki seperti; luas tanah, modal seperti pupuk, obat-obatan, bibit dan lain-lain, tenaga kerja, keahlian. Kemudian produktivitas adalah kemampuan suatu faktor produksi, seperti luas tanah, untuk memperoleh hasil produksi per hektar. Produksi dan produktivitas ditentukan oleh banyak faktor seperti kesuburan tanah, varitas bibit yang ditanam, penggunaan pupuk yang memadai baik jenis maupun dosis, tersedianya air dalam jumlah yang cukup, teknik bercocok tananam yang tepat dan penggunaan alat-alat produksi pertanian yang memadai dan tersedianya tenaga kerja .

Dalam kondisi nyata luas dan kesuburan tanah yang dimiliki petani adalah berbeda-beda, demikian pula keadaan lingkungan kehidupan sosial ekonomi mereka. Dengan perbedaan yang ada ini maka usahatani dapat dikelompokkan menjadi: a.) Usahatani yang bersifat subsisten yakni dengan cirri-ciri sebagai berikut: 1.Produksi subsisten (subsistence production) dengan tingkat komersial yang rendah dan produksi digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri. 2.Tingkat kehidupan subsisten (subsistence living) yakni yang berhubungan dengan kemampuan memenuhi tingkat kebutuhan hidup yang minimum. b. Usahatani yang bersifat seperti sebuah perusahaan (farm bussines) dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Pengalokasian biaya disesuaikan dengan kegiatan usaha yang dilakukan.

2. Pencapaian tingkat efisiensi teknis (penggunaan tenaga kerja dan modal) agar diperoleh kuantitas produksi yang optimum dan pencapaian tingkat efisiensi ekonomis yakni laba yang maksimum.

2.1.2 Proses Produksi Padi

Padi dapat terdiri dari padi sawah dan padi ladang. Padi sawah adalah padi yang ditanam di tanah persawahan. Sedangkan padi ladang adalah jenis padi yang ditanam di ladang, kebun, atau tegal.

Proses produksi yang dilakukan untuk menghasilkan padi sudah umum dipelajari. Proses ini membutuhkan tiga kali musim tanam dan tiga kali musim panen dalam setiap tahun. Benih padi umumnya diperoleh dari pedagang eceran atau penjual di pasar dan bantuan dari pemerintah. Hal-hal yang dilakukan dalam proses produksi padi adalah:

a. Pengolahan lahan

Pengolahan lahan ini dilakukan agar kondisi struktur tanah dapat sesuai dengan ketentuan tanah untuk ditanami padi. Lahan yang ada dipersiapkan dengan mensterilkan tanah dari rumpun rumput, mempertimbangkan kadar air, curah hujan, hari hujan, tekstur, dan solum tanah.

b. Penanaman

Penanaman yang baik dapat dilakukan dengan pola jajar legowo. Cara tanam padi jajar legowo adalah teknik penanaman padi untuk menghasilkan produksi yang cukup tinggi. Pengaturan jarak tanam jajar legowo dapat menghasilkan tambahan jumlah populasi tanaman.

c. Pemeliharaan

Tahap pemeliharaan adalah tahap yang cukup penting dalam keberlangsungan hidup tanaman. Tahap ini dapat menentukan apakah luas panen akan bertambah atau mengalami gagal panen. Para petani harus mengetahui dengan baik adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim yang dapat memicu adanya faktor-faktor lain penyebab gagal panen. Penyemaian yang tepat sangat diperlukan dalam tahap ini. Penggunaan pupuk dan obat pembasmi OPT perlu dilakukan secara bijak.

d. Pemanenan

Pemanenan biasanya dilakukan 3 kali dalam satu tahun pada bulan Januari- Maret, Juni-Agustus, dan Oktober-November. Pada saat panen, luas panen mungkin dapat berbeda dengan luas pada saat tanam sehingga menghasilkan sisa tanam. Hal ini dikarenakan kemungkinan pada saat pemeliharaan petani

melakukan kesalahan. Dapat juga terjadi karena serangan hama di beberapa tanaman sehingga tidak bisa dipanen, atau kerusakan tanaman karena perubahan iklim.

e. Pascapanen

Pada tahap pasca panen, umumnya hasil panen ini dijual kepada tengkulak atau penebas dengan ukuran yang berbeda tergantung jenis gabah kering atau gabah basah pada saat dijual. Sebagian besar hasil panen akan diolah menjadi beras dan dipasarkan ke masyarakat sebagai konsumsi.

2.1.2.1Curah Hujan

Curah hujan adalah butir-butir atau kristal es yang keluar dari awan. Bila curah dapat mencapai bumu disebut “hujan”, apabila setelah keluar dari dasar awan tidak sampai ke bumi karena habis menguap segera setelah keluar dari awan disebut “virga”. Alat yang digunakan untuk mengukur curah hujan dinamakan “Penakar Hujan”. Akat ini berfungsi untuk mengukur jumlah curah hujan yang jatuh dan masuk kedalam corong penakar curah hujan dalam periode 24 jam dan diamati dalam periode waktu tertentu.

Butir air yang dapat keluar dari awan mencapi bumi sekurang- kurangnya bergaris tengah 200 mikrometer, bila kurang dari 200 mikrometer, butir-butir air tersebut sudah habis menguap sebelummencapai bumi (1 mikrometer = 0,001 cm).

Perubahan iklim tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, akan tetapi juga dipengaruhi oleh curah hujan yang tidak merata dan dalam waktu yang tidak dapat diprediksi. Besar kecilnya curah hujan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan metabolisme tanaman sehingga curah hujan yang terlalu tinggi dapat menyababkan banjir. Banjir berdampak pada kegagalan panen karena tanaman rusak dan tergenang air.

2.1.2.2Hari Hujan

banyaknya hari 30, terjadi 9 hari hujan maka kepadatan hujan 9/30 Rumus umumnya ditulis:

D= h/B Dengan:

D = menyatakan kepadatan hujan h = banyaknya hari hujan

B = banyaknya hari dalamsebulan

Hari hujan adalah hari ada hujan lebih dari 0,5 mm. Curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan hari hujan meningkat sehingga dapat menyebabkan banjir yang berdampak pada kegagalan panen.

2.1.2.3Penggunaan Pupuk

Tingkat produktivitas usahatani padi pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tingkat penerapan teknologinya, dan salah satu diantaranya adalah pemupukan. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai dosis maka produtivitas per satuan lahan dapat menjadi berkurang. Oleh karena itu berapa dan dalam kondisi bagaimana faktor-faktor produksi digunakan, semuanya diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha untuk mencapai keuntungan yang maksimum. Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep “ pengelolaan hara spesifik lokasi” (PHSL) adalah salah satu konsep penetapan rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: (a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, dan (d) menghindari pencemaran lingkungan. 2.1.2.4Sisa Tanam Akhir Tahun Lalu

Di dalam dunia pertanian, ada kalender tersendiri mengenai siklus satu tahunan atau sering disebut dengan “Musim Tanam (MT)” dan biasanya dilakukan sampai tiga kali penanaman. Musim Tanam sering disebut dengan MT 1 diawali pada bulan November sampai pertengahan Februari (musim hujan), MT2 dimulai awal atau pertengahan Maret samapi akhir Juni (musim gadu atau pancaroba) dan MT3

diawali bulan Juli samapi akhir Oktober (musim kering). Secara umum pola tanam tanam di negara kita ada 3 yaitu:

1. Pola tanam yang biasa dilakukan dengan menanam Padi-Padi-Padi. 2. Pola tanam yang biasa dilakukan dengan menanam Padi-Padi-Palawija. 3. Pola tanam yang biasa dilakukan dengan menanam Padi-Palawija-Padi.

Di dalam Musim Tanam Pertama dilakukan penanaman padi diawal November dan akan dipanen pada pertengahan bulan Februari, hal ini mengakibatkan produksi padi tercatat sebagai produksi tahun lalu atau sering disebut dengan sisa tanam akhir tahun lalu.

Dokumen terkait