• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJUAN PUSTAKA

Dalam dokumen AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002 (Halaman 15-35)

TINJAUAN TEORI

A. Thypoid Abdominalis

1. Definisi Thypoid Abdominalis

Thypoid Abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa (Nugroho, 2011). Ada juga yang mengatakan demam thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pencernaan, dan gangguan kesadaran (Nursalam, 2005).

Anak merupakan yang paling rentan terkena demam thypoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa (Hadinegoro, 2011). Pada bayi dan anak umur <5 tahun biasanya penyakit berlangsung ringan dengan demam ringan, lesu, sehingga diagnosis sulit diterapkan (Sodikin, 2011)

2. Penyebab Thypoid Abdominalis

Penyebab penyakit ini adalah Salmonella Typhosa, kuman ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar dan tidak berspora

b. Memiliki paling sedikit 3 macam antigen, yaitu antigen O (somatic yang terdiri atas zat kompleks lipopolisakarida), antigen H (flagella), dan antigen Vi(Sodikin, 2011).

3. Manifestasi klinis Thypoid Abdominalis Tanda dan gejala menurut Muscari (2005): a. Suhu di atas 380C, biasanya 38,90C-40,60C b. Kulit kemerahan, diaphoresis, dan menggigil c. Gelisah atau letargi

d. Demam tinggi >7 hari e. Sakit kepala/pusing f. Obstipasi

g. Lidah kotor

h. Bradikardi relative

4. Patofisiologi Thypoid Abdominalis

Menurut Curtis, (2009) dalam Muttaqim (2011), kuman Salmonella Typhosa yang masuk ke saluran gastrointestinal akan ditelan oleh sel-sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang ada di lamina propia. Sebagian dari Salmonella Typhosa ada yang masuk ke usus halus (plak peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Kemudian Salmonella Typhosa masuk melalui folikel limpa ke saluran limpatik dan sirkulasi darah sistemik sehingga terjadi bakterimia. Bakteri pertama-tama menyerang sistem retikuloendotenial yaitu hati, limpa, dan tulang, kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ tubuh

di dalam tubuh di antara lain sistem saraf pusat, ginjal dan jaringan limpa.

Menurut Chatterjee, (2009) dalam Muttaqin (2011), masuknya kuman ke dalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini disebut demam intermiten (suhu yang tinggi, naik turun, dan turunya dapat mencapai suhu normal). Di samping peningkatan suhu tubuh, juga akan obstipasi sebagai akibat penurunan motilitas suhu, namun hal ini tidak selalu terjadi dan dapat pula terjadi sebaliknya. Setelah kuman melewati fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi.

5. Penatalaksanaan Thypoid Abdominalis

Pengkajian penatalaksanaan medis thypoid abdominalis menurut Muttaqin (2011) adalah :

a. Perawatan umum dan nutrisi

Penderita thypoid sebaiknya dirawat di rumah sakit yang tertujuan optimalisasikan pengobatan dan mempercepat penyembuhan, mengobservasi terhadap perjalanan penyakit, minimalkan komplikasi (Mankes, 2006).

b. Tirah baring

Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila terjadi penurunan kesadaran maka posisi tidur pasien harus di ubah-ubah pada waktu tertentu untuk mencegah komplikasi pneumonia, hipostatik, dan dekubitus. Penyakit membaik maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita (Mankes, 2006).

c. Diet

Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup, sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita thypoid biasanya di klasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa (Mankes, 2006).

d. Terapi simptomatik

Terapi simptomatik dapat di berikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan umum penderita dengan pemberian vitamin, antipiretik, antipiretik untuk kenyamanan penderita terutama untuk anak-anak. Anti emetik di perlukan bila penderita muntah hebat (Mankes, 2006).

6. Komplikasi Thypoid Abdominalis

Komplikasi thypoid abdominalis yang sering terjadi adalah pada usus halus, tapi jarang terjadi. Apabila komplikasi ini dialami oleh

seorang anak, dapat berakibat fatal. Komplikasi yang terjadi menurut Susilaningrum (2013) antara lain :

a. Pendarahan usus

Jika pendarahan banyak maka akan terjadi melena yang dapat disertai nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.

b. Peritonitis

Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen yang tegang (defense musculair), dan nyeri tekan. c. Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat ditemukan bila

terdapat udara di antara hati dan diafraghma pada rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.

7. Pemeriksaan Penunjang Thypoid Abdominalis Pemeriksaan penunjang menurut Nugroho (2011):

a. Darah rutin, urin rutin b. Tes widal

c. Kultur darah d. Terapi

1) Tirah baring sampai 7 hari bebas demam 2) Diet lunak

B. Termoregulasi Suhu Tubuh

Regulasi merupakan suatu proses untuk mencapai keadaan yang stabil. Regulasi dilakukan dalam banyak bentuk, misalnya regulasi untuk mempertahankan cairan tubuh, osmolaritas tubuh, keasaman, suhu, kadar lemak, gula dan protein darah. Pada tubuh manusia, regulasi diperankan oleh antara lain syaraf dan hormon. Karena kedua komponen merupakan pengendali utama dalam proses regulasi dalam tubuh. Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen dari homeostasis. Temoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat di tolelir (camphell, 2004). Termoregulasi manusia berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu yang konstan biasanya lebih tinggi di bandingkan lingkungan sekitarnya. Ketidakefektifan termoregulasi adalah keadaan ketika individu mengalami atau beresiko mengalami ketidakmampuan untuk mempertahankan kestabilan suhu tubuh inti normal dengan adanya dampak buruk atau perubahan berbagai faktor eksternal (Carpenito, 2009).

Normalnya suhu tubuh berkisar 360C sampai 370C suhu tubuh dapat diartikan sebagai keseimbangan antara panas yang di produksi dengan panas yang hilang dari tubuh. Kulit merupakan organ tubuh yang

bertanggung jawab untuk memelihara suhu tubuh agar tetap normal dengan mekanisme tertentu. Produksi panas dapat meningkat atau menurun dapat dipengaruhi oleh berbagai sebab, misalnya penyakit atau stress. Suhu tubuh yang terlalu ekstrim baik panas maupun dingin dapat memicu kematian (Hidayat, 2009).

Salah satu masalah yang terjadi pada suhu tubuh adalah hipertermi. Hipertermi merupakan suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya, dan merupakan gejala dari suatu penyakit (Mohammad, 2013). Salah satu alternatif tindakan yang paling tepat menurut teori Mohammad (2013) adalah dengan cara mengompres hangat.

C. Kompres Hangat 1. Pengertian

Kompres hangat adalah metode penanganan demam secara fisik yang memungkinkan tubuh kehilangan panas secara konveksi yaitu pelepasan panas melalui penguapan dari kulit (Djuwariyah, 2011). 2. Macam-macam kompres

Ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat, kompres dingin (es), alkohol (Djuwariyah, 2011).

a. Kompres hangat

Metode yang paling efektif dan dapat menurunkan suhu tubuh pada anak dalam menangani kasus klien yang mengalami thypoid abdominalis.

b. Kompres dingin (es)

Kompres dingin tidak direkomendasikan untuk mengatasi demam karena dapat meningkatkan pusat pengatur suhu tubuh (set point) hipotalamus, sehingga dapat mengakibatkan anak menggigil.

c. Kompres alkohol

Kompres alkohol tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan anak keracunan.

3. Manfaat

Cara sederhana yang efektif untuk menurunkan demam adalah dengan mengompres dengan air hangat. Pemberian kompres yang disepakati saat ini adalah pemberian kompres dengan air suam-suam (air hangat), karena kompres hangat adalah cara yang paling efektif untuk menurunkan demam dibanding dengan kompres yang lainya seperti kompres dengan air es atau alkohol, karena air es dapat menyebabkan anak menggigil sedangkan alkohol dapat menyebabkan anak keracunan (Djuwariyah, 2011)

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan efektifitas kompres dingin dan kompres hangat dalam menurunkan suhu tubuh.

Kompres hangat telah diketahui mempunyai manfaat yang baik dalam menurunkan suhu tubuh anak yang mengalami panas tinggi di rumah sakit karena menderita berbagai penyakit infeksi.

4. Langkah-langkah pemberian kompres hangat: a. Fase orientasi

1) Memberikan salam 2) Memperkenalkan diri 3) Kontrak waktu

4) Menjelaskan tujuan tindakan dan langkah prosedur 5) Menyiapkan alat

b. Fase kerja

1) Mencuci tangan

2) Mengecek terlebih dahulu air hangat dengan menggunakan jari tangan (hangat suam-suam kuku).

3) Membantu klien pada posisi nyaman, terlentang, posisi duduk, atau tergantung kondisi klien.

4) Mengukur suhu tubuh sebelum diberikan kompres hangat. 5) Kompres air hangat dilakukan sebelum pemberian antipiretik,

kompres air hangat dilakukan sebanyak 3 kali.

6) Mengukur pengukuran suhu tubuh kembali setelah diberikan kompres hangat

9) Mencuci tangan c. Fase Terminasi

1) Melakukan evaluasi tindakan

2) Melakukan kontrak waktu untuk tindak lanjut 3) Berpamitan

D. Asuhan Keperawatan Thypoid Abdominalis a. Pengkajian Thypoid Abdominalis

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2012), antara lain:

1) Identitas pasien, sering ditemukan pada anak berumur di atas satu tahun.

2) Keluhan utama berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, dan kurang bersemangat, serta nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).

3) Suhu tubuh, pada kasus yang khas, demam berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten, dan suhunya tidak tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap harinya, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua pasien terus

berada dalam keadaan demam. Pada minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga. 4) Kesadaran, umumnya kesadaran pasien menurun walaupun tidak

berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. 5) Pemeriksaan fisik

(a) Mulut terdapat nafas yang berbau tidak sedap serta bibir kering dan pecah-pecah. Lidah tertutup selaput putih kotor, sementara ujung dan tepinya berwarna kemerahan dan jarang disertai tremor.

(b) Abdomen, dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Bisa terjadi konstipasi, atau mungkin diare atau normal.

(c) Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. 6) Pemeriksaan laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopeni, limfositosis relative, dan aneosinofilia pada permukaan. b. Darah untuk kultur (biakan, empedu) dan widal.

c. Biakan empedu basil Salmonella Typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien pada minggu pertama sakit. Selanjutnya, lebih sering ditemukan dalam urin dan feses.

Untuk membuat diagnosis, pemeriksaan yang diperlukan adalah titer zat antigen O. Titer yang bernilai 1/200 atau lebih menunjukkan kenaikan yang progresif.

b. Masalah keperawatan thypoid abdominalis

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap masalah kesehatan proses kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang keperawatan yang muncul menurut Nursalam (2005) antara lain:

1. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit. 2. Gangguan suhu tubuh.

3. Gangguan rasa aman dan nyaman 4. Resiko terjadi komplikasi

5. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakit. c. Perencanaan keperawatan thypoid abdominalis

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan 2012).

Intervensinya antara lain:

1. Kebutuhan nutrisi atau cairan dan elektrolit thypoid abdominalis: a. Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah

serat, tinggi protein, dan tidak menimbulkan gas.

b. Jika kesadaran pasien masih baik, berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam atau wortel yang di masak lunak sekali. Boleh juga dengan diberikan tahu, telur setengah matang yang di rebus. Susu diberikan 2x1 gelas atau lebih, jika makanan tidak habis berikan susu ekstra.

c. Berikan makanan cair per sonde jika kesadarannya menurun dan berikan kalori yang sesuai dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan secara bertahap dari cair ke lunak.

d. Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien memburuk, seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang berikan makanan per sonde, disamping itu infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori. Sementara setengahnya lagi masih per infus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan

e. Observasi intake dan output 2. Hipertermi

a. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat sesuai program dokter.

b. Anjurkan klien untuk istirahat sampai suhu tubuh turun dan diteruskan 2 minggu lagi.

c. Atur rungan agar ventilasi cukup. d. Berikan kompres hangat.

e. Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).

f. Berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat. g. Observasi suhu tubuh.

3. Resiko terjadi komplikasi

Penyakit tifus abdominalis menyebabkan kelainan pada tukak-tukak mukosa usus halus dan dapat menjadi penyebab timbulnya komplikasi perdarahan usus atau perforasi usus jika tidak mendapatkan pengobatan, diet, dan perawatan yang adekuat. Yang perlu diperhatikan untuk mencegah komplikasi adalah:

a) Pemberian terapi sesuai program dokter, obat yang dapat diberikan adalah kloramfenikol dengan dosis 100mg/kg BB/hari yang diberikan 4 kali sehari. Agar berhasil dengan baik, obat harus diberikan setiap 6 jam. Daftar yang mudah

diingat, misalnya: pukul 6.12.18.24 dan diberikan tanda bila obat lain yang mungkin adalah:

(1) Amoksisilin 100mg/kg BB/hari secara oral 3X sehari selama 14 hari.

(2) Kotrimaksasol 8-10 mg/kg BB/hari secara oral 2-3X /hari selama 10-14 hari.

b) Istirahat, pasien yang menderita tifus abdominalis perlu istirahat selama demam, kemudian diteruskan 2 minggu lagi setelah suhu turun menjadi normal. Setelah 1 minggu suhu normal, 3 hari kemudian pasien dilatih duduk. Jika tidak timbul demam lagi, pasien boleh mulai belajar jalan mengelilingi tempat tidur. Selama masa istirahat, pengawasan tanda vital mutlak dilakukan 3 kali sehari. Jika terdapat suhu tinggi yang melebihi suhu biasanya, maka ukur suhu dan catat pada catatan perawatan. Berikan kompres hangat kemudian periksa lagi 1 jam kemudian. Apabila panas tidak turun, hubungi dokter.

c) Pengawasan komplikasi, komplikasi yang mungkin terjadi dan tindakan yang dilakukan adalah:

(1) Perdarahan usus. Dapat terjadi pada saat demam tinggi, ditandai dengan suhu mendadak turun, nadi meningkat cepat dan kecil, serta tekanan darah menurun. Jika dilihat

garis suhu yang biasanya di atas akan terbalik. Pasien terlihat pucat, kulit terasa lembab, dan kesadarannya makin menurun. Jika perdarahan ringan mungkin, gejalanya tidak terlalu jelas, karena darah dalam feses hanya dapat dibuktikan dengan tes benzidin. Sementara bila perdarahan berat maka akan terlihat melena. Jika hal ini yang terjadi maka tindakannya adalah menghentikan makan dan minum, pasang infus segera jika sebelumnya tidak di pasang, dan hubungi segera dokter.

(2) Perforasi usus. Komplikasi ini dapat terjadi pada minggu ketika suhu sudah turun. Oleh karena itu, walaupun suhu sudah normal, istirahat masih harus diteruskan sampai 2 minggu. Gejala perforasi usus adalah adanya keluhan pasien akan sakit perut hebat dan yang akan lebih nyeri lagi jika ditekan, perut terlihat tegang dan kembung, pasien menjadi pucat, dapat juga mengeluarkan keringat dingin, dan nadinya kecil. Pasien juga dapat mengalami syok. Apabila dijumpai gejala yang demikian, segera hubungi dokter dan siapkan foto rontgent. Biasanya pasien akan dikonsul ke bagian bedah. Pasang infus, hentikan makan dan minumnya. Jika terjadi kedua komplikasi tersebut dapat terjadi (mungkin karena terlambat berobat atau karena kuman penyakitnya sangat

ganas) dan diminta agar membantu menenangkan pasien (beri penjelasan secara bijaksana agar orang tua tidak cemas).

(3) Komplikasi lain. Komplikasi ini yang dapat terjadi adalah pneumonia baringan (pneumonia hipostatik) karena pasien lama berbaring terus. Gejala yang dapat dijumpai adalah suhu mendadak naik tinggi setelah sebelumnya sudah turun atau suhu menjadi lebih tinggi dan tidak pernah turun walaupun pagi hari, selain terlihat adanya sesak nafas. Untuk mencegah komplikasi tersebut, pasien yang memburuk perlu diubah sikap baringnya tiap 3 jam. Apabila perlu, dapat dibuat daftar perubahan sikap pasien agar tidak terjadi kesalahan, misalnya setelah pasien miring ke kiri lalu dimiringkan ke kanan sesudah terlentang. Mengubah sikap baring secara teratur, mengelap dengan air, serta membedaki juga dapat mencegah timbulnya dekubitus dan memberi rasa nyaman (jangan menggosok kulit dengan kamfer spritus karena hal tersebut merangsang sekali untuk anak).

d) Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang hal-hal berikut: (1) Pasien tidak boleh tidur dengan anak-anak lain. Mungkin

ibunya harus menemaninya, tetapi jangan tidur bersama-sama dengan yang lain. Anak-anak lain yang mengunjungi pasien tidak boleh duduk ditempat tidur pasien.

(2) Pasien juga harus istirahat mutlak. Setelah demam turun istirahat masih dilanjutkan selama 2 minggu berikutnya. Jelaskan bahwa untuk mandi danm buang air besar/kecil diatas tempat tidur harus ditolong dan siapapun yang menolong setelah itu harus mencuci tangannya dengan desinfektan.

(3) Pemberian obat dan pengukuran suhu dilakukan seperti di rumah sakit. Orang tua diminta untuk membuat catatan suhu dan makanan yang diberikan, seperti pasien yang dirawat di rumah sakit, karena penyakit pasien dianggap ringan, maka biasanya diperbolehkan untuk memberikan bubur atau makanan lunak dengan lauk pauk yang lunak pula, biasanya dokter memberikan obat yang sudah diperhitungkam sampai suhu dapat turun. Jika obat hampir habis dan suhu masih tetap tinggi, orang tua diminta untuk kembali ke dokter. Disamping

obat, berikan juga penjelasan mengenai cara mengompres dengan air hangat. Feses dan urin harus di buang ke dalam lubang WC dan di siram air sebanyak-banyaknya. WC dan sekitarnya harus bersih agar tidak ada lalat. Pispot setelah di pakai harus direndam ke dalam cairan desinfektan sebelum di cuci. Pakaian pasien/ alat tenun bekas pakai juga harus di rendam dahulu dalam desinfektan sebelum di cuci, dan jangan di cuci bersama-sama dengan pakaian anak lainnya.

B. Kerangka teori

Gambar 2.1 Faktor yang mempengaruhi

demam thypoid: 1. Suhu di atas 380C,

biasanya 38,90C-40,60C 2. Kulit kemerahan,

diaphoresis, dan menggigil 3. Gelisah atau letargi

4. Demam tinggi >7 hari 5. Sakit kepala/pusing 6. Obstipasi 7. Lidah kotor 8. Bradikardi relative Demam thypoid Hipertermi Farmakologi : -Kloramfenikol 100 mg -Amoksisilin 100 mg -Kotrimaksasol 8-10 mg Non farmakologi -Kompres hangat -Kompres Dingin (es) -Kompres alkohol

Pemberian kompres hangat

Suhu tubuh dalam batas normal

Dalam dokumen AGIN GINANJAR NOVIANTO NIM. P13002 (Halaman 15-35)

Dokumen terkait