BAB II KAJIAN TEORI
B. TINJUAN RUANG
a. Pengertian
Area yang digunakan untuk bekerja, baik bekerja secara pribadi (kantor pribadi) maupun secara bersama-sama (kantor
publik). Area ini menggambarkan kredibilitas perusahaan, instansi maupun badan usaha serta perorangan yang bekerja di dalamnya. Penyatuan kepentingan ekonomi dan faktor-faktor manusia dalam proses perancangan akan membutuhkan kepekaan dan kewaspadaan perancang yang lebih besar pada hubungan dimensi manusia dan ruang interior.
b. Fungsi
1) Area untuk bekerja pihak pengelola atau yayasan. Merupakan
area beraktivitas yang berhubungan dengan program kegiatan manusia, baik pengelola maupun pengunjung.
2) Area untuk memberikan informasi berkenaan dengan fasilitas
rehabilitasi yang diberikan. c. Fasilitas
1) Tersedia meja informasi yang terletak di area lobi/resepsionis. Serta kursi tunggu untuk para pengunjung.
2) Tersedia meja-meja kerja serta berbagai alat penunjang lainnya, seperti lemari penyimpanan, rak buku, dll.
Ruang-ruang yang terdapat di kantor/sekretariat adalah : a) Lobi
b) Ruang Kepala & Wakil Kepala Yayasan
c) Ruang Kepala Sekolah & Wakil Kepala Sekolah
d) Ruang Guru
e) Ruang Advokasi
Ruang yang digunakan untuk melakukan tes fisik bagi para calon peserta didik untuk mengetahui kemampuan dalam melaksanakan tugas pekerjaan yang akan diberikan. (Handbook Prof. Dr. Soeharso Surakarta, 2009 : 15)
2. Ruang Rehabilitasi Medis a. Pengertian
Suatu bentuk pelayanan kesehatan yang terpadu, dengan pendekatan medik, psikologi sosial-edukasional–vokasional untuk mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin.
Ruang yang digunakan untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan secara utuh dan terpadu melalui pendekatan medis,
psikososial, educational, dan vokasional untuk mencapai
kemampuan fungsional seoptimal mungkin. b. Fungsi
1) Meningkatkan kemampuan fungsional pasien berdasarkan
kemampuan yang masih dimiliki.
2) Untuk mempertahankan/meningkatkan kualitas hidup
masyarakat dengan cara mencegah, mengurangi
impairment/kelainan, disability/ketidakmampuan dan
handicap/ketunaan beserta dampaknya melalui peningkatan fungsi semaksimal mungkin sehingga dapat melakukan fungsinya di masyarakat.
c. Fasilitas
1) Tersedianya fasilitas kesehatan, seperti tempat tidur atau
matras.
2) Tersedia area untuk berkonsultasi antara tenaga medis dan
pasien.
3) Tersedianya area loket pendaftaran serta ruang tunggu pasien berupa kursi atau sofa tunggu.
Ruang-ruang pendukung dalam ruang rehabilitasi medis adalah : a) Ruang Fisioterapi
Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi berupa pemijatan maupun terapi yang dikhususkan untuk melatih anggota gerak tubuh serta keseimbangan tubuh yang tergganggu akibat pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sempurna. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang fisioterapi adalah :
1. Matras (2x3 m) 2. Crawler 3. Walker 4. Tripot 5. Wall Bar 6. Paralel Bar 7. Standing Frame
8. Alat untuk duduk
9. Lemari
b) Ruang Hydroterapi
Ruang yang digunakan untuk melakukan terapi yang memakai media air, baik air dingin maupun air panas. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang hydroterapi adalah :
2. Area untuk berganti pakaian. c) Ruang Terapi Okupasi
Ruang yang dipakai untuk melakukan terapi pengobatan untuk gangguan fisik,mental dan sosial dengan melakukan aktivitas yang bermakna untuk mencapai tingkat kemandirian yang optimal. Adapun fasilitas yang tersedia di ruang terapi okupasi adalah :
1. Matras (2x3 m)
2. Bola keseimbangan
3. Mainan untuk anak-anak
d) Ruang Terapi Psikologi
Ruang yang dipakai untuk berkonsultasi dengan psikolog mengenai masalah yang berhubungan dengan kepribadian, pergaulan, etika, dan masalah sosial masyarakat.
e) Ruang Pengukuran Prothetis & Orthotis f) Loket Pendaftaran Pasien
g) Ruang Tunggu
3. Ruang Rehabilitasi Pendidikan a. Pengertian
1) Definisi awam
Suatu cara untuk mengembangkan ketrampilan, kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik. Tujuannya untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang.
2) Menurut kamus dan ensiklopedi
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dengan usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, dan pembuatan mendidik. (Kamus Besar Bahasa Indonesia) “Education is a social science that encompasses teaching and learning specific knowledge, beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare meaning to raise, to bring up, to train, to rear, via educationis, bringing up, raising.” (Ensiklopedi Wikipedia)
3) Menurut Undang-Undang
a) UU SISDIKNAS No. 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
b) UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. 4) Menurut bahasa (etimologi)
Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children).
b) Bahasa Romawi: berasal dari kata
Educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
5) Menurut para ahli
Pendidikan adalah berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik nalar peserta didik dan mengatur moral mereka. (Warta Politeknik Negeri Jakarta, April 2007)
a) Langefeld : mendidik adalah membimbing anak dalam
mencapai kedewasaan.
b) Heageveld: mendidik adalah membantu anak dalam mencapai
kedewasaan.
c) Bojonegoro: mendidik adalah memberi tuntunan kepada
manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya sampai tercapai kedewasaan.
d) Ki Hajar Dewantara: mengartikan pendidikan sebagai daya
upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup
dan menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
e) Rosseau: mendidik adalah memberikan pembekalan yang
tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa dewasa.
6) Definisi psikologi
Pendidikan mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam kehidupan bermasyarakat dengan tujuan untuk mencakup segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Jadi yang dimaksud dengan ruang rehabilitasi pendidikan adalah ruang yang digunakan untuk memberikan bimbingan, pengajaran, dan latihan secara terstruktur guna mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk berinteraksi antara tenaga pendidik dan peserta didik.
2) Sarana untuk mendapatkan informasi tentang ilmu
pengetahuan, teknologi dan hal-hal yang berhubungan dengan sosial masyarakat.
c. Fasilitas
1) Tersedia prasarana yang menunjang pendidikan, seperti alat peraga materi pendidikan.
2) Tersedia meja kursi untuk belajar, serta papan untuk menulis. Ruang-ruang yang termasuk dalam ruang rahabilitasi pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Ruang Kelas
2. Ruang Pendidikan Orang Tua
3. Perpustakaan
4. Ruang Rehabilitasi Karya/Ketrampilan a. Pengertian
Ruang yang dipakai untuk melakukan berbagai aktivitas yang berguna untuk kemampuan latih serta dapat menjadi bekal untuk terjun ke masyarakat dan sekaligus menjadi metode terapi yang dapat membantu melatih anggota gerak yang tergganggu.
b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
latih seseorang.
2) Sebagai area yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan
kerja serta kemampuan motoriknya. c. Fasilitas
1) Area kerja yang terdiri dari meja kursi untuk bekerja.
5. Bengkel Prothetis & Orthotis a. Pengertian
Prothetis adalah alat Bantu yang menggantikan bagian tubuh yang hilang.
Orthotis adalah alat yang diterapkan atau melekat pada tubuh atau anggota gerak tubuh.
Jadi yang dimaksud dengan bengkel Prothetis & Orthotis adalah ruang yang dipakai untuk membuat berbagai alat bantu yang berguna untuk membantu mobilisasi penyandang cacat atau untuk mengurangi rasa nyeri atau sakit pada bagian tubuh yang
tergganggu. (Ahmad Toha Muslim & M. Sugirmin, Orthopedi
Dalam Pendidikan Anak Tuna Daksa : 195-200) b. Fungsi
1) Sebagai sarana untuk membantu penyandang cacat untuk
beraktivitas dengan lebih baik. c. Fasilitas
1) Tersedia meja kerja untuk pembuatan alat-alat prothetis & orthotis.
2) Mesin-mesin untuk mencetak bahan baku prothetis & orthotis. 6. Pintu
a. Pengertian
Pintu adalah bagian dari suatu tapak, bangunan atau ruang yang merupakan tempat untuk masuk dan keluar, pada umumnya
dilengkapi dengan penutup (daun pintu). (dalam M. Sholahuddin, 2006)
b. Fungsi
Menurut Wibisono, W. E. (1981), fungsi utama dari sebuah pintu adalah :
1) Akses dari suatu ruangan kebagian ruangan lain 2) Sebagai pelindung privasi
3) Sebagai rintangan pengaman
4) Sebagai rintangan dari batas suatu lingkungan (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
c. Analisa Khusus
1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan
ditutp oleh penyandang cacat.
2) Pintu keluar/masuk utama memiliki lebar minimal 90 cm,
dan pintu-pintu yang kurang penting memiliki lebar minimal 80 cm.
3) Di daerah sekitar pintu masuk sedapat mungkin dihindari
adanya ramp atau perbedaan ketinggian lantai.
4) Jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan adalah
pintu geser, pintu yang berat, dan sulit untuk dibuka/ditutup, pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil, pintu yang terbuka ke dua arah (dorong dan tarik) dan pintu dengan bentuk pegangan yang sulit dioperasikan.
5) Hindari penggunaan bahan lantai yang licin di sekitar pintu. 6) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu
dapat menutup dengan sempurna, karena pintu yang terbuka sebagian dapat membahayakan penyandang cacat.
7) Plat tendang yang diletakkan di bagian bawah pintu
diperlukan bagi pengguna kursi roda. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 3 Ruang bebas pada pintu untuk penyandang cacat Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
7. Ramp
a. Pengertian
Ramp adalah jalur sirkulasi yang memiliki bidang dengan kemiringan tertentu, sebagai alternatif bagi orang yang tidak dapat menggunakan tangga.
b. Analisa Khusus
1) Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh
melebihi 7 derajat, perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (crub ramps/landing). Kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum 6 derajat.
2) Panjang mendatar dari suatu ramp (dengan kemiringan 7
derajat) tidak boleh lebih dari 900 cm. Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
3) Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi
pengaman, dan 120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp Gambar II. 5 Pegangan pintu otomatis
yang juga digunakan sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama lebarnya, sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi roda dengan ukuran minimal 160 cm.
5) Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus
memiliki tekstur sehingga tidak licin baik diwaktu hujan.
6) Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang
untuk menghalangi roda kursi roda agar tidak teperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu lintas jalan umum atau persimpangan harus dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
7) Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan
(handrail) yang dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 6 Tipikal ramp
Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 7 Kemiringan ramp
Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 8 Kemiringan ramp dan pintu di ujung ramp
8. Toilet
a. Pengertian
Toilet adalah fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.
b. Analisa Khusus
1) Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus
dilengkapi dengan tampilan rambu/simbol dengan sistem cetak timbul “penyandang cacat” pada bagian luarnya.
2) Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak
yang cukup untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
3) Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan
ketinggian pengguna kursi roda skitar 45-50 cm. Gambar II. 9 Letak ramp untuk trotoar
4) Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan
pegangan rambat (handrail) yang memiliki posisi den
ketinggian disesuaikan dengan pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
5) Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower) dan pelengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki keterbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
6) Semua kran sebaiknya dengan menggunakan sistem
pengungkit dipasang pada washtafel, dll. 7) Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
8) Pintu harus mudah dibuka dan ditutup untuk memudahkan
pengguna kursi roda.
9) Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka dari luar jika terjadi kondisi darurat.
10)Pada tempat-tenpat yang mudah dicapai, seperti pada
daerah pintu masuk, dianjurkan untuk menyediakan tombol
bunyi darurat (emergency sound button) bila sewaktu-
waktu terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 10 Analisa ruang gerak toilet dengan pendekatan diagonal dan pendekatan samping
Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 12 Ruang gerak dalam toilet dan perletakan urinoir Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 11 Sirkulasi masuk dan tinggi perletakan kloset
Gambar II. 13 Kran wudhu dan potongan bilik pancuran
Sumber : Persyaratan Akesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, 2010
Gambar II. 14 Tipikal pemasangan dan ketinggian washtafel
9. Perlengkapan dan Peralatan Kontrol a. Pengertian
Perlengkapan dan peralatan kontrol merupakan perlengkapan dan peralatan pada bangunan yang bias mempermudah semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat, orang tua, orang sakit, balita dan ibu-ibu hamil) untuk melakukan control peralatan tertentu, seperti sistem alarm, tombol/stop kontak dan pencahayaan.
b. Analisa Khusus
1) Sistem alarm/peringatan
a) Harus tersedia peralatan peringatan yang terdirir dari
sistem peringatan suarta (vocal alarms), sistem
peringatan bergetar (vibrating alarms) dan berbagai Gambar II. 16 Ruang bebas area washtafel
petunjuk serta penandaan untuk melarikan diri pada situasi darurat.
b) Stop kontak harus dipasang dekat tempat tidur untuk
memeprmudah pengoperasian sistem alarm, termasuk perlatan bergetar (vibrating alarms) di bawah bantal.
c) Semua pengontrol peralatan listrik harus dapat
dioperasikan dengan satu tangan dan tidak memerlukan pegangan yang sangat kencang atau sampai dengan memutar lengan.
2) Tombol dan stop kontak
Tombol dan stop kontak dipasang pada tempat yang posisi dan tingginya sesuai dan mudah dijangkau oleh penyandang cacat. (Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan)
Gambar II. 17 Perletakan peralatan
C. TinjauanSistem Sirkulasi