• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe Antonimi dalam Bahasa Jawa

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 21-38)

a. Keberlawanan Arti Tipe Komplementer 1) Data 34 (KBJP: halaman 84)

Babu „pembantu‟ >< bandara „majikan‟

Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi:

Babu sing sregep „Pembantu yang rajin‟ >< Bandara sing sregep „Majikan

yang rajin‟. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai “ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan”, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada babu‟agak babu‟ >< rada bandara „agak majikan‟.

Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi babu „pembantu‟ >< bandara „majikan‟ merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: babu „pembantu‟ berarti bukan bandara „majikan‟, demikan juga sebaliknya bandara „majikan‟ berarti bukan babu „pembantu‟. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina.

commit to user 2) Data 35 (SBJP: halaman 50)

Jago „jantan‟ >< babon „betina‟

Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi:

Aku duwe pitik jago „Aku punya ayam jantan‟ >< Aku duwe pitik babon „Aku

punya ayam betina‟. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai “ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan”, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada jago‟agak jantan‟ >< rada babon „agak betina‟.

Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi jago „jantan‟ >< babon „betina‟ merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: jago „jantan‟ berarti bukan babon „betina‟, demikan juga sebaliknya babon „betina‟ berarti bukan jago „jantan‟. Antonimi jago „jantan‟ >< babon „betina‟ hanya untuk hewan, bukan untuk manusia. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina.

3) Data 36 (SBJP: halaman 50)

Lanang ‘laki-laki’ >< wadon ‘perempuan’

Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi:

Bocah lanang kuwi sregep „Anak laki-laki itu rajin‟ >< Bocah wadon kuwi sregep „Anak perempuan itu rajin‟. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini

sebagai “ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan”, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada lanang‟agak laki-laki‟ >< rada wadon „agak perempuan‟.

commit to user

Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi lanang „laki-laki‟ >< wadon „perempuan‟ merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: lanang „laki-laki‟ berarti bukan wadon „perempuan‟, demikan juga sebaliknya wadon „perempuan‟ berarti bukan lanang „laki-laki‟. Antonimi lanang „laki-laki‟ >< wadon „perempuan‟ hanya untuk manusia remaja dan dewasa. Di sisi lain ada antonimi lanang „laki-laki‟ >< wedok „perempuan‟, antonimi itu kecuali untuk manusia, juga berlaku untuk hewan. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina. 4) Data 37 (KBJP: halaman 86)

Mati „mati‟ >< urip „hidup‟

Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi:

Tandurane wis mati „Tanamannya sudah mati‟ >< Tandurane wis urip

„Tanamannya sudah hidup‟. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai “ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan”, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada mati‟agak mati‟ >< rada urip „agak hidup‟.

Selain itu, tipe antonimi ini juga memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, artinya pada antonimi mati „mati‟ >< urip „hidup‟ merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: mati „mati‟ berarti bukan urip „hidup‟, demikan juga sebaliknya

urip „hidup‟ berarti bukan mati „mati‟. Antonimi mati „mati‟ >< urip „hidup‟

untuk tingkat tutur ngoko, yang dapat digunakan untuk manusia, hewan dan tumbuhan. Di sisi lain, dalam ragam yang berbeda ditemukan adanya antonimi pejah „mati‟ >< gesang „hidup‟ yang berlaku untuk manusia, hewan

commit to user

dan tumbuhan, sedangkan seda „meninggal‟ >< sugeng „hidup‟ hanya untuk manusia yang mengandung nilai hormat. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina.

5) Data 38 (SBJP: halaman 50)

Mungsuh „lawan‟ >< bala „kawan‟

Keberlawanan arti tipe komplementer tersebut, dapat diperluas menjadi:

Aja golek mungsuh „Jangan mencari musuh‟ >< Aja golek bala „Jangan

mencari teman‟. Beberapa ahli semantik, menamai tipe ini sebagai “ungradable atau yang tidak dapat dipertatarkan”, sehingga dalam bahasa Jawa tidak ada bentukan rada mungsuh ‟agak lawan‟ >< rada bala „agak kawan‟.

Selain itu, tipe antonimi ini juga tipe memenuhi kriteria tipe antonimi komplementer yang lain, pada antonimi mungsuh „lawan‟ >< bala „kawan‟ merupakan pengakuan terhadap yang satu berarti penyangkalan terhadap yang lain: mungsuh „lawan‟ >< berarti bukan >< bala „kawan‟, demikan juga sebaliknya bala „kawan‟ berarti bukan mungsuh „lawan‟. Antonimi tersebut bukan merupakan ajektiva, namun merupakan nomina.

b. Keberlawanan Arti dapat Dipertatarkan atau “Gradability”

Maksudnya, antara pasangan yang berlawanan itu dapat dibuat tataran. Misalnya:

1) Data 1 (KBJP: halaman 84)

Abot „berat‟ >< entheng „ringan‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Gawananku abot „Bawaan saya berat‟ >< Gawananku entheng „Bawaan saya ringan‟.

commit to user

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Gawananku rada abot „Bawaan saya agak berat‟ >< Gawananku rada entheng „Bawaan saya agak ringan‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi abot „berat‟ >< entheng „ringan‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: abot banget „berat sekali‟ >< entheng banget „ringan

sekali‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

2) Data 2 (PBJ: halaman 71)

Adoh „jauh‟ >< cedhak „dekat‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Joko adoh „Rumah Joko jauh‟ >< Omahe Joko cedhak „Rumah Joko dekat.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Omahe Joko adoh banget „Rumah Joko jauh sekali‟ >< Omahe Joko cedhak banget „Rumah Joko dekat sekali. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi adoh „jauh‟ >< cedhak „dekat‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: rada adoh „agak jauh‟ >< rada cedhak „agak dekat‟.

Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

3) Data 6 (PBJ: halaman 74)

Dawa „panjang‟ >< cendhak „pendek‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Rambute Sinta dawa „Rambut Sinta panjang‟ >< Rambute Sinta cendhak „Rambut Sinta pendek‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Rambute Sinta dawa banget „Rambut Sinta panjang sekali‟ >< Rambute Sinta cendhak banget „Rambut

commit to user

Sinta pendek sekali‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi dawa „panjang‟ >< cendhak „pendek‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: rada dawa „agak panjang‟ >< rada cendhak „agak pendek‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan,

sehingga termasuk kelas ajektiva. 4) Data 7 (PBJ: halaman 74)

Dhuwur „tinggi‟ >< endhek „pendek‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wit jatine dhuwur „Pohon jatinya tinggi‟ >< Wit jatine endhek „Pohon jatinya pendek‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Wit jatine dhuwur banget „Pohon jatinya tinggi sekali‟ >< Wit jatine endhek banget „Pohon jatinya pendek sekali‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi dhuwur „tinggi‟ >< endhek „pendek‟

„pendek‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: rada dhuwur „agak tinggi‟ >< rada endhek „agak pendek‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan,

sehingga termasuk kelas ajektiva. 5) Data 8 (SBJP: halaman 50)

Gedhe „besar‟ >< cilik „kecil‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Omahe Pak Joyo gedhe „Rumah Pak Joyo besar‟ >< Omahe Pak Joyo cilik „Rumah Pak Joyo kecil‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Omahe Pak Joyo gedhe

banget „Rumah Pak Joyo besar‟ >< Omahe Pak Joyo cilik banget „Rumah

Pak Joyo kecil‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi gedhe „besar‟ >< cilik „kecil‟ juga dapat

commit to user

dibuat tataran menjadi: rada gedhe „agak besar‟ >< rada cilik „agak kecil‟.

Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

6) Data 39 (SBJP: halaman 50)

Jembar „luas‟ >< ciyut „sempit‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Dalan ngarep omahku jembar „Jalan depan rumahku luas‟ >< Dalan ngarep omahku ciyut „Jalan depan rumahku sempit‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Dalan ngarep omahku rada

jembar „Jalan depan rumahku agak luas‟ >< Dalan ngarep omahku rada ciyut „Jalan depan rumahku agak sempit‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam

tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi jembar „luas‟ ><

ciyut „sempit‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: jembar banget „luas sekali‟

>< ciyut banget „sempit sekali‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

7) Data 40 (PBJ: halaman 72)

Jero „dalam‟ >< cethek „dangkal‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kalen ngarep omahku jero „Selokan depan rumah saya dalam‟ >< Kalen ngarep omahku cethek „Selokan depan rumah saya dangkal‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Kalen ngarep omahku rada

jero „Selokan depan rumah saya agak dalam‟ >< Kalen ngarep omahku rada cethek „Selokan depan rumah saya agak dangkal‟. Antonimi jenis ini

commit to user

jero „dalam‟ >< cethek „dangkal‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: jero

banget „dalam sekali‟ >< cethek banget „dangkal sekali‟. Mengingat data

tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva. 8) Data 41 (PBJ: halaman 73)

Padhang „terang‟ >< peteng „gelap‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Langite sore iki ketok padhang „Langit sore ini terlihat terang‟ >< Langite sore iki ketok peteng „Langit sore ini terlihat gelap‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Langit sore iki ketok rada

padhang „Langit sore ini terlihat agak terang‟ >< Langit sore iki ketok rada peteng „Langit sore ini terlihat agak gelap‟. Antonimi jenis ini termasuk

dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi padhang „terang‟ >< peteng „gelap‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: padhang banget

„terang banget‟ >< peteng banget „gelap sekali‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

9) Data 12 (PBJ: halaman 73)

Resik „bersih‟ >< reged „kotor‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kamarku wis resik „Kamar saya sudah bersih‟ >< Kamarku wis reged „Kamar saya sudah kotor‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Kamarku wis rada resik „Kamar saya sudah agak bersih‟ >< Kamarku wis rada reged „Kamar saya sudah agak kotor‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi resik „bersih‟ >< reged „kotor‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: resik banget „agak bersih sekali‟ >< reged

commit to user

banget „agak kotor sekali‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan,

sehingga termasuk kelas ajektiva. 10) Data 42 (PBJ: halaman 74)

Wareg „kenyang‟ >< luwe „ lapar‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Wetengku krasa wareg „Perut saya terasa kenyang‟ >< Wetengku krasa luwe „Perut saya terasa lapar‟.

Antonimi tersebut dapat dibuat tataran seperti: Wetengku krasa wareg banget „Perut saya terasa kenyang sekali‟ >< Wetengku krasa luwe banget „Perut saya terasa lapar sekali‟. Antonimi jenis ini termasuk dalam tipe arti yang berciri dapat dipertatarkan, karena antonimi wareg „kenyang‟ >< luwe „lapar‟ juga dapat dibuat tataran menjadi: rada wareg „agak kenyang‟ >< rada luwe

„agak lapar‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

c. Keberlawanan Arti Berbalikan (Converseness Relation)

Relasi berbalikan adalah relasi antara dua hal (atau orang) di mana ada relasi yang berlawanan namun penyebutannya mempersyaratkan bahwa yang satu harus disebutkan lebih dulu daripada yang lain atau dalam urutan yang berbalikan.

Contoh:

1) Data 14 (PBJ: halaman 76)

Adol „jual‟ >< tuku „beli‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku adol klambi neng pasar „Saya menjual baju di pasar‟ >< Aku tuku klambi neng pasar „Saya membeli baju di pasar‟.

commit to user

Contoh: X nuku klambi saka Y „X membeli baju dari Y‟ >< Y ngedol

klambi marang X „Y menjual baju kepada X‟. Dalam contoh ini yang

merupakan relasi berbalikan adalah nuku „membeli‟ >< ngedol „menjual‟ dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan nuku „membeli‟ >< ngedol „menjual‟ termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas.

2) Data 43 (KBJP: halaman 86)

Mabur „terbang‟ >< mencok „hinggap‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kinjenge wis mabur saka wit

gedhang „Capungnya sudah terbang dari pohon pisang‟ >< Kinjenge wis

mencok neng wit gedhang „Capungnya sudah hinggap di pohon pisang‟.

Contoh: X mabur saka Y „X terbang dari Y‟ >< Y mencok neng X „Y hinggap di X‟. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah

mabur „terbang‟ >< mencok „hinggap‟ dan juga ikutannya dari >< kepada.

Pasangan mabur „terbang‟ >< mencok „hinggap‟ termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas. 3) Data 44 (KBJP: halaman 87)

Mlebu „masuk‟ >< metu „keluar‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku mlebu kelas jam sewelas „Saya masuk kelas pukul sebelas‟ >< Aku metu saka kelas jam sewelas „Saya keluar dari kelas pukul sebelas‟.

commit to user

Contoh: X mlebu neng Y „X masuk di Y‟ >< Y metu saka X „Y keluar dari X‟. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah mlebu „masuk‟ >< metu „keluar‟ dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan

mlebu „masuk‟ >< metu „keluar‟ termasuk relasi berbalikan karena yang satu

mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas.

4) Data 13 (PBJ: halaman 74)

Teka „datang‟ >< lunga „pergi‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bayu teka jam wolu „Bayu datang jam delapan‟ >< Bayu lunga jam wolu „Bayu pergi jam delapan‟.

Contoh: X teka neng Y „X datang di Y‟ >< Y lunga saka X „Y pergi dari X‟. Dalam contoh ini yang merupakan relasi berbalikan adalah teka „datang‟ >< lunga „pergi‟ dan juga ikutannya dari >< kepada. Pasangan teka „datang‟ >< lunga „pergi‟ termasuk relasi berbalikan karena yang satu mensyaratkan hadirnya yang lain. Antonimi tersebut merupakan jenis kelas kata kerja, karena menyatakan adanya suatu aktivitas.

d. Keberlawanan Arti Direksional (Keberlawanan Arti Tipe Arah)

Keberlawanan arti direksional yaitu apabila antonimi itu menyatakan arti bergerak ke arah yang berlawanan.

Data yang termasuk antonimi direksional adalah. 1) Data 43 (KBJP: halaman 86)

commit to user

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Kinjenge wis mabur saka wit

gedhang „Capungnya sudah terbang dari pohon pisang‟ >< Kinjenge wis

mencok neng wit gedhang „Capungnya sudah hinggap di pohon pisang‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu mabur „terbang‟ >< mencok „hinggap‟ yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi mabur „terbang‟ berarti menjauhi dari benda atau hal yang dihinggapi >< mencok „hinggap‟ berarti mendekati benda atau hal yang dihinggapi. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja.

2) Data 44 (KBJP: halaman 87)

Mlebu „masuk‟ >< metu „keluar‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku mlebu kelas jam sewelas „Saya masuk kelas pukul sebelas‟ >< Aku metu saka kelas jam sewelas „Saya keluar dari kelas pukul sebelas‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu mlebu „masuk‟ >< metu „keluar‟ yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi mlebu „masuk‟ berarti mendatangi suatu tempat >< metu „keluar‟ berarti meninggalkan suatu tempat. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja.

3) Data 13 (PBJ: halaman 74)

Teka „datang‟ >< lunga „pergi‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Bayu teka jam wolu „Bayu datang jam delapan‟ >< Bayu lunga jam wolu „Bayu pergi jam delapan‟.

commit to user

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti tipe arah yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yaitu teka „datang‟ >< lunga „pergi‟ yang artinya bergerak ke arah berlawanan. Antonimi teka „datang‟ berarti mendatangi atau tiba di suatu tempat >< lunga „pergi‟ berarti meninggalkan suatu tempat. Data tersebut menyatakan suatu aktivitas, sehingga termasuk kata kerja.

e. Keberlawanan Arti Berkeanggotaan Ganda atau Banyak Contoh antonimi:

1) Data 45 (C: SMP)

Abang „merah‟ >< ireng „hitam‟ >< putih „putih‟ >< biru „biru‟ >< ijo „hijau‟.

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku tuku klambi werna abang „Saya beli baju warna merah‟ >< Aku tuku klambi werna ireng „Saya beli baju warna hitam‟ >< Aku tuku klambi werna putih „Saya beli baju warna putih‟ >< Aku tuku klambi werna biru „Saya beli baju warna biru‟ >< Aku tuku

klambi werna ijo „Saya beli baju warna hijau‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu abang „merah‟ >< ireng „hitam‟ >< putih „putih‟. Abang „merah‟ merupakan warna bukan ireng „hitam‟ >< ireng „hitam‟ merupakan warna bukan putih „putih‟ >< putih „putih‟ merupakan warna bukan abang „merah‟ >< biru „biru‟ merupakan warna bukan ijo „hijau‟ >< ijo „hijau‟ merupakan warna bukan biru „biru‟. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

commit to user 2) Data 46 (C: SMP)

Ngisor „bawah‟ >< tengah „tengah‟ >< dhuwur „atas‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku turu neng kamar ngisor „Saya tidur di kamar bawah‟ >< Aku turu neng kamar tengah „Saya tidur di kamar tengah‟ >< Aku turu neng kamar dhuwur „Saya tidur di kamar atas‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu ngisor „bawah‟ >< tengah „tengah‟ >< dhuwur „dhuwur‟. Ngisor „bawah‟ menunjukkan letak tingkat rendah >< tengah „tengah‟ menunjukkan letak tingkat menengah >< dhuwur „dhuwur‟ menunjukkan letak ketinggian tingkat atas. Antonimi tersebut merupakan kelas kata tugas, karena menyatakan suatu keterangan.

3) Data 47 (C: SMP)

Panas „panas‟ >< anget „hangat‟ >< adhem „dingin‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku gawe teh rada panas „Saya membuat teh agak panas‟ >< Aku gawe teh rada anget „Saya membuat teh agak hangat‟ >< Aku gawe teh rada adhem „Saya membuat teh agak dingin‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota ganda yaitu panas „panas‟ >< anget „hangat‟ >< adhem „dingin‟. Panas „panas‟ menunjukkan suhu yang tinggi >< anget „hangat‟ menunjukkan tingkat suhu sedang >< adhem „dingin‟ menunjukkan suhu yang rendah. Mengingat data tersebut dapat dipertatarkan, sehingga termasuk kelas ajektiva.

commit to user 4) Data 48 (DA: Mahasiswa)

Senin „Senin‟ >< Selasa „Selasa‟ >< Rabu „Rebo‟ >< Kamis „Kemis‟ >< Jumat „Jumat‟ >< Sabtu „Setu‟ >< Minggu „Minggu‟

Antonimi itu bisa diperluas menjadi: Aku olah raga saben dina Senin „Saya olah raga setiap hari Senin‟ >< Aku olah raga saben dina Selasa „Saya olah raga setiap hari Selasa‟ >< Aku olah raga saben dina Rebo „Saya olah raga setiap hari Rabu‟ >< Aku olah raga saben dina Kemis „Saya olah raga setiap hari Kamis‟ >< Aku olah raga saben dina Jumat „Saya olah raga setiap hari Jumat‟ >< Aku olah raga saben dina Setu „Saya olah raga setiap hari Sabtu‟ >< Aku olah raga saben dina Minggu „Saya olah raga setiap hari Minggu‟.

Antonimi tersebut termasuk dalam keberlawanan arti berkeanggotaan ganda atau banyak yang ditandai dengan adanya relasi berlawanan yang memiliki anggota banyak yaitu Senin „Senin‟ >< Selasa „Selasa‟ >< Rebo

Dalam dokumen BAB IV ANALISIS DATA (Halaman 21-38)

Dokumen terkait