• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI A Self Efficacy (Keyakinan diri)

2. Tipe-Tipe Prestasi Belajar

Gagne mengemukakan lima tipe prestasi belajar, yaitu: a. Intellectual skill

b. Cognitive strategy

c. Verbal information

d. Motor skill

e. Attitude.

Reigeluth juga mengatakan secara spesifik bahwa prestasi belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. prestasi belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).

Menurut Benyamin S. Bloom dkk hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut akan diuraikan tiga aspek tersebut.

1. Aspek Kognitif

Menurut Benjamin S. Bloom dkk aspek kognitif adalah segala upaya yang menyangkut aktivitas otak.9 Aspek kognitif berkenaan dengan kemampuan berfikir, menghafal, memahami mengaplikasikan,

8

Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Jamil Suprihatiningrum, M. Pd. Si, hal: 37 9

Dr. Sukimkan, M. Pd, Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Sleman Jogjakarta, hal: 55.

menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi. yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.10 Aspek kognitif ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya. Aspek pengetahuan (knowledge) ini juga tidak lepas dari masalah hafalan, dan ada beberapa cara untuk dapat , menyimpannya dalam ingatan seprti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil ingatan termasuk kognitif tingkat yang paling rendah. Namun tipe hasil belajaar ini sering menjadi prasarat bagi tipe prestasi belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarrat bagi pemahaman.11

2. Pemahaman (comprehension), aspek prestasi belajar ini lebih tinggi dari pada pengetahuan (knowledge). Jenjang kemampuan yang menunttut siswa untuk memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi tiga, yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi.

10

Ibid, hal: 55. 11

3. Penerapan (application), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara, ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi baru dan konkret.

4. Analisis (analysis), adalah usaha memilah suatu integritas (suat kesatuan) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga jelas hirarkinya atau susunannya.12 Analisis merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan kertiga tipe sebelumnya. Dengan analisis siswa mempunyai pemahaman yanng komprehensif dan dapat memilahkan integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain memahami cara bekeerjanya, untuk hal lain lagi memahami sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat berkembang pada seseorang maka ia akan dapat mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.

5. Sintetis (synthetis), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan beberapa faktor. Hasil yang diperoleh bisa berupa tulisan, rencana, atau mekanisme. Berpikir sintetis merupakan salaah satu terminal untuk menjadikan orang

12

lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil yanng hendak ddicapai dalam pendidikan.13

6. Evaluasi ( evaluation), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pertnyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa, sehingga siswa mampu mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.14

2. Aspek Afektif

Aspek afektif adalah prestasi belajar yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai-nilai.15 Menurut Uno, ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.16

Menurut Benyamin S. Bloom dkk, aspek afektif ada empat yaitu:

1. Kemauan menerima (receiving), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini

13

Ibid, hal: 59. 14

Evaluasi Pembelajaran, Drs. Zainal Arifin, M. Pd. Hal: 21-22. 15

Dr. Sukimkan, M. Pd, Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Sleman Jogjakarta, hal: 67.

16

diawali dengan penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan.

2. Kemauan menanggapi (responding), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk tidak hanya peka paad satu fenomena, namun juga bereaksi terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.

3. Menilai (valuing), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menilai suatu objek , fenomena, atau tingkah laku tertentu secara konsisten.

4. Organisasi (organization), jenjang kemampuan yang menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.

3. Aspek Psikomotorik

Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik. Aspek ini memiliki tingkatan dari yang sederhana hingga yang paling kompleks, yaitu:

1. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih , berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang

khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

2. Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

3. Gerakan Terbimbing, mencakup kemampuan untuk meelakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota tubuh.

4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakkan anggota/bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat.

5. Gerakan yang kompleks, mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam satu rangkaian perbuatan

subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak gerik yang teratur.

6. Penyesuaian pada gerakan, mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran,

7. Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa daninisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang berketrampilan tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai tingkat kesempuran ini.

Prestasi pembelajaran juga dapat diklasifikasikan. Pada tingkat yang umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikanmenjadi tiga, yaitu:

1. Keefektifan (effectiveness) 2. Efisiensi (efficiency) 3. Daya tarik (appeal).

Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian siswa. Ada empat aspek penting yang daapat dipakai untuk mendeskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu:

1. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering disebut dengan “tingkat kesalahan”

3. Tingkat alih belajar

4. Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

Efisiensi pembelajaran biasanya diukurr dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.17

Dari urain diatas mengenai hasil belajar maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari perbatan belajar siswa yang hasilnyua dapat dilihat dari perilaku seorang siswa.

3. Hubungan Efikasi Diri (self efficacy) Terhadap Prestasi Belajar

Dokumen terkait