KREMBUNG SIDOARJO TAHUN 2015 - 2016
SKRIPSI Oleh : Firda Ade Lya NIM. D01212015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP PERSATUAN LEMUJUT KREMBUNG SIDOARJO TAHUN 2015 - 2016
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Oleh: Firda Ade Lya
D01212015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
Hubungan Self Efficacy Siswa Dan Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Di SMP Persatuan Lemujut Krembung-Sidoarjo,
Tahun 2015-2016 Firda Ade Lya
Prodi PAI. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan self efficacy (Keyakinan
Diri) Siswa DanPrestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PAI Di SMP Persatuan
Lemujut Krembung-Sidoarjo, Tahun 2015-2016. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan teknik Random Sampling. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
kuantitatif yang merupakan penelitian yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara self-efficacy siswa dan Prestasi belajar. Teknik pengambilan
Sampling pada penelitian ini menggunakan sampel penelitian sebanyak 130 orang siswa di
SMP Persatuan Lemujut, Krembung - Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan dua buah skala
sebagai alat ukur, yaitu Skala Self-efficacy dan Skala Prestasi belajar yang disusun sendiri
oleh peneliti dalam bentuk Skala Likert berdasarkan aspek-aspek self-efficacy (Bandura,
1997) dan komponen dalam Prestasi belajar di Kelas (Jeffrey S, 2005). Hasil analisis data
yang meyatakan bahwa frekuensi Self efficacy diri siswa sebesar 51,2 dan termasuk
dalam kriteria sangat kurang, dan hasil analisis data yang menyatakan bahwa
frekuensi Prestasi belajar peserta didik sebesar 79,35, dan termasuk dalam kategori
baik. Hasil analisis regresi dengan F hitung 4,465 > F tabel 3,84 dengan demikian
terdapat hubungan yang signifikansi antara self efficacy diri siswa dan Prestasi belajar
peserta didik pada mata pelajaran PAI di SMP Persatuan Lemujut Krembung
x
Sampul Dalam ... i
Pernyataan Keaslian ... i
Lembar Persetujuan Pembimbing ... iii
Motto ... iv
Persembahan ... v
Abstrak ... vi
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... x
Daftar Tabel ... vii
Pedoman Transliterasi ... ix
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 6
C.Tujuan Penelitian ... 7
D.Manfaat Penelitian ... 7
E.Asumsi Penelitian ... 8
F. Kajian Terdahulu ... 9
xi
BAB II KAJIAN TEORI
A.Self Eficacy (Keyainan Diri) ... 13
B.Prestasi Belajar ... 20
C.Hubungan Self Efficacy (Keyakinan Diri) ... 28
D.Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rencana Penelitian... 36
B.variabel dan Indikator ... 42
E.Instrumen Penelitian ... 46
C.Populasi dan Sampel ... 57
D.Teknik Pengumpulan Data ... 60
E.Ternik Analisis data ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN A.deskripsi Data ... 69
B.Analisis Data ... 75
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 69
B.Saran... 70
xii
Tabel Halaman
3.1 Indikator Variabel X ... 44
3.2 Indikator Variabel Y ... 45
3.3 Kisi-kisi Instrument Self efficacy (Keyakinan Diri) ... 47
3.4 Kisi-kisi Instrument Hasil Belajar ... 49
3.5 Validitas Angket Self Efficacy ... 52
3.6 Validitas Angket Hasil Belajar ... 55
4.1 Hasil angket variabel X ... 75
4.2 Distribusi Frekuensi Skor Data X ... 83
4.3 Hasil Agket Variabel Y ... 84
4.4 Hasil Agket Variabel Y ... 92
4.5 Koefisien korelasi antara Variabel X dan Y ... 93
4.6 Kualitas Variabel X (Self efficacy) ... 100
4.7 Kualitas Variabel Y ... 101
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aspek kehidupan selalu berkaitan erat dengan masalah
belajar. Belajar tidak sekedar menguasai sekumpulan kemampuan baru
atau hal-hal yang berkaitan dengan akademik saja, namun lebih dari itu,
belajar juga melibatkan perkembangan kepribadian, emosional, dan
interaksi soasial.
Istilah belajar berasal dari bashasa inggris learning. Belajar lebih
diberi batasan yang berbeda-beda tergantung sudut pandangnya.
Belajarmerupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara
sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat
diamati secara langsung sebagai pengalaman dalam interaksinnya dengan
lingkungan. 1
Belajar juga bisa diartikan sebagai perubahan perilaku yang relatif
permanen sebagai akibat dari adanya latihan.2 Belajar merupakan hak dan
kewajiban bagi setiap orang, apalagi kita seorang muslim wajib hukumnya
untuk belajar, seperti dalam hadits Nabi Muhammad SAW dalam
sabdanya:
ْحَللا ىل ْ لا نم مْلعلا اوبلْطا
1
Jamil Suprihatiningrum, M. Pd. Si., Strategi Pembelajaran, hal:13 dan 14. 22
Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.” Dalam
hadits Nabi diatas dapat kita ketahui bahwa menuntut ilmu atau belajar itu
tidak kenal batas usia dan waktu.
Dalam dalil lain al-quran juga menjelaskan dalam surat at-taubah
ayat 122 :
ةفئاط ْم ْنم ةق ْرف لك ْنم رفن َ ْولف ةَفاك ا رفْنيل ونمْ ْلا اك ام
ْحي ْم َلعل ْم ْيل اوعج ا ْم م ْوق ا ْنيل ني لا يف او َقفتيل
Artinya: Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila
mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga
dirinya. 3
Dalam dalil al-quran diatas kita bisa mengambil pelajaran bahwa
kita harus pergi ke suatu tempat (sekolah) untuk belajar (memperdalam
ilmu pengetahuan) dan dalam ayat tersebut kita belajar untuk memberikan
banyak pengetahuan untuk masyarakat sekitar kita. Banyak dalil-dalil
al-quran maupun hadits yang menjelaskan bahwa begitu pentingnya belajar
bagi semua orang dan orang muslim khususnya.
3
Kini pendidikan sudah tak seperti dulu ketika zaman penjajahan,
dimana yang bisa menikmati pendidikan hanya orang-orang bangsawan
atau menengah ke atas, dan mereka yang pribumi tak dapat menikmati
pendidikan karena kelas ekonomi mereka rendah. Namun kini semua
orang sudah bisa menikmati pendidikan, karena banyak bantuan dari pihak
pemerintah dalam usaha mencerdaskan anak bangsa dengan memberikan
banyak subsidi kepada sekolah-sekolah dan universitas-universitas.
Kenapa belajar sangatlah penting bagi kita generasi muda, bahkan
yang tua sekalipun. Ilmu tidak akan pernah ada habisnya untuk digali
semakin kita menggali ilmu dengan belajar semakin banyak pengetahuan
yang kita dapatkan. Selain belajar kita juga harus memiliki rasa yakin akan
kemampuan yang kita miliki. Percuma saj kita belajar, sekolah namun kita
tidak pernah yakin bahwa kita bisa menyelesaikan tantangan dan tugas
yang telah dihadapkan pada kita. Keyakinan akan kemampuan kita sendiri
akan membawa kita pada keberhasilan belajar. Keyakinan yang baik akan
membawa kita pada kebaikan dan keberhsilan belajar, namun jika
keyakinan kita tidak baik, makan yang kita yakini itu akan membawa kita
pada kegagalan hasil belajar, dan secara tidak langsung dampanya pun
akan kita rasakan sendiri. Baik dampak psikologi hingga dampak sosial.
Untuk kesempatan kali ini peneliti akan membahas mengenai
hubungan self efficacy (Keyakinan diri) siswa dan prestasi belajar peserta
Krembuung-Sidoarjo. Selain belajar ada hal penting yang mempengaruhi kesuksesan
prestasi belajar peserta didik, yaitu self efficacy (Keyakinan diri).
Seiring berjalannya waktu teori self efficacy (Keyakinan diri)
memiliki pengaruh sangat besar dalam psikologi kognitif, yang dimana
self efficacy (Keyakinan diri) akan menentukan kesuksesan prestasi belajar
peserta didik. Apa itu self efficacy (Keyakinan diri). Albert Bandura
mendefinisika self efficacy (Keyakinan diri) adalah keyakinan individu
mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil tertentu.4
Apakah hubungan antara self efficacy (Keyakinan diri) dengan
prestasi belajar peserta didik, mengapa efikasi diri sangat penting dalam
menentukan keberhasilan prestasi belajar peserta didik. Hubungan self
efficacy (Keyakinan diri) dengan prestasi belajar peserta didik adalah
ketika peserta didik memiliki rasa self efficacy (Keyakinan diri) tinggi
maka, dia akan cenderung memilih tugas baru yang menantang dan
wawasannya pun juga akan lebih banyak, selain itu jika dia memiliki rasa
self efficacy (Keyakinan diri) tinggi dia akan melakukan tugas-tugasnya
dengan rasa senang dan mood yang baik, dan itu akan mempengaruhi
prestasi belajarnnya di sekolah.
self efficacy (Keyakinan diri)merupakan hal yang terpenting dalam
dunia pembelajaran, dimana seorang harus meyakini terhadap kemampuan
4
yang dimilikinya untuk menghadapi permasalahan-permasalahan di dalam
dunia pembelajaran, karena dari kemampuan yang dimiliki itulah
seseorang dapat dengan tegas menyampaikan apa yang dia ketahui dan
dapat dengan mudah menyelesaikan permasalahan-permasalahn yang
sedang di hadapi. self efficacy (Keyakinan diri)sendiri merupakan suatu
keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap kemampuan diri yang ada
pada dirinya untuk melakukan sesuatu. self efficacy (Keyakinan diri)
sendiri merupakan sebuah bentuk kepercayaan diri seseorang dalam
melakukan berbagai hal salah satunya yaitu ketika seorang siswa
mengerjakan tugas di kelas maka seorang siswa tersebut harus memiliki
kepercayaan diri agar dapat mengerjakan tugas dengan baik di kelas.
Namun jika peserta didik memiliki rasa self efficacy (Keyakinan
diri) yang rendah dia kan cenderung memilih tugas yang biasa dan kurang
menantang, sehingga peserta didik kurang memiliki wawasan yang luas.
Selain itu peserta didik yang memiliki self efficacy (Keyakinan diri)
rendah dia akan lebih memilih untuk tidak mengerjakan tugasnya karena
memiliki rasa mood yang buruk karena dia tidak yakin akan
kemampuannya dalam dirinya.
Jadi sudah jelas bahwa self efficacy (Keyakinan diri) sangatlah
penting dalam perkembangan peserta didik khususnya dalam segi hasil
belajarnya di sekolah. Albert Bandura dalam tulisannya yang berjudul
hanya ditentukan oleh ketrampilan yang dimilikinya. Bila seseorang siswa
memiliki prestasi tinggi dibidang akademik, kemampuan mereka tidak
semerta-merta akan lebih tinggi dibanding siswa lain yang kecakapan
akademiknya sedikit dibawah mereka. Ada hal lain yang diperlukan agar
kompetensi yang dimiliki benar-benar berfungsi efektif. Yaitu efikasi diri
(self efficacy) harapan atau keyakinan untuk meraik sukses.” Penelitian bandura menyebutkan bahawa self efficacy (Keyakinan diri) berhubungan
dengan kesuksesan akademik.5
Disini peneliti akan mengupas tentang Hubungan self efficacy
(Keyakinan diri) Siswa dan Prestasi Belajar Peserta Didik Dalam
Pembelajaran PAI Di SMP Persatuan Lemujut, Krembung - Sidoarjo
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka hubungan self
efficacy (Keyakinan diri) dengan prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran PAI sangatlah penting dalam kesuksesan prestasi belajar para
peserta didik.
Untuk mendapatkan penelitian yang terarah maka fokus penelitian
peneliti yaitu:
1. Bagaimana self efficacy (Keyakinan diri) pada peserta didik terhadap
penyelesaian tugas-tugas PAI?
2. Bagaimana prestasi belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI?
3. Adakah kolerasi self efficacy (Keyakinan diri) terhadap prestasi
belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengungkapkan self efficacy (Keyakinan diri) pada peserta didik
terhadap penyelesaian tugas-tugas mata pelajaran PAI pada SMP
Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
2. Untuk mengungkapkan prestasi belajar peserta didik pada mata
pelajaran PAI di SMP Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
3. Untuk mengungkapkan ada tidaknya korelasi antara self efficacy
(Keyakinan diri) terhadap hasil belajar peserta didil pada mata pelajaran
PAI di SMP Persetuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, baik
secara teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangan dalam memahami apa hubungan self
b. Merangsanng peneliti-peneliti selanjutnya agar tertarik untuk
menelaah aspek psikologi lainnya seperti self efficacy (Keyakinan
diri) ini pada prestasi pembelajaran
2. Manfaat Praktis
Bila hasil penelitian ini berhasil membuktikan adanya
hubungan antara self efficacy (Keyakinan diri) siswa terhadap prestasi
pembelajaran PAI di SMP Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo,
maka diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk:
1. Memberikan masukan pada siswa SMP Persatuan Lemujut,
Krembung-Sidoarjo mengenai pentingnya self efficacy
(Keyakinan diri) yang positif bagi prestasi pembelajaran PAI
mereka, sehingga siswa dapat menumbuhkan dan
mempertahankan rasa self efficacy (Keyakinan diri) mereka.
2. Memberikan masukan kepada orang tua dan guru terkait
pentingnya menumbuhkan rasa self efficacy (Keyakinan diri) yang
positif pada anak peserta didik, sehingga tingkat kegagalan hasil
pembelajaran bis ditekan.
E. Asumsi Penelitian
Dari hasil permasalahan dalam penelitian, penulis menganggap
bahwa antara pemahaman dengan pengalaman terdapat suatu hubungan.
akan suatu hal. Sedangkan pengamalan merupakan kata kerja yang
menunjukkan jenis kegiatan yang dilakukan. Pengamalan merupakan hal
(perbuatan) mengamalkan.
Dari beberapa pernyataan penulis di atas yang telah, tampaknya
antara proses pemahaman dan pengamalan terdapat hubungan kronologis
artinya berurutan atau satu sama lain saling berkesinambungan. Artinya
jika individu memahami akan sesuatu hal, kemudian diikuti adanya
pengamalan dilapangan sebagai bentuk dari pemahaman yang didapatkan
sebelumnya. Kalau dihubungkan dengan self efficacy (Keyakinan diri) dan
prestasi belajar.
F. Kajian Terdahulu
Judul yang peneliti temukan di dalam penulusuran opac, berjudul :
“Hubungan self efficacy dengan kecemasan Berbicara pada siswa di SMA
walisongo Gempol pasuruan”. Disusun oleh : Ria Rahmawati, tahun :
2014, Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi dan Kesehatan.
Dapat ditegaskan bahwa terdapat pengaruh self efficacy terhadap
kecemasan bicara, dalam penelitian ini guru guru sekaligus sebagai
peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap
tindakan nyata di dalam kelas berupa kegiatan belajar untuk memperbaiki
G. Definisi Operasional
Soedarmayanti mengatakan bahwa definisi operasional adalah
definisi yang terdapat dalam hipotesis, atau definisi yang pada intinya
merupakan merupakan penjabaran lebih lanjut secara lebih konkrit dan
tegas dari suatu konsep.6
Untuk menghindari kesalah pahaman dalam pengertian yang
dimaksud dalam judul penelitian di atas, maka penulis memberikan
batasan dan penjelasan pada beberapa istilah pokok maupun kata yang
menjadi variabel penelitian berikut:
1. Hubungan
Hubungan atau korelasi diartikan “Saling Ketergantungan antarasatu
dengan yang lain”.7
Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, bahwa korelasi
atau hubungan adalah “hubungan timbal balik”.8
Hubungan adalah bila
nilai satu variabel ditingkatkan, maka akan meningkatkan variabel yang
lain, dan sebaliknya bila nilai satu variabel diturunkan maka akan
menurunkan variabel yang lain.9
2. Self efficacy (Keyakinan diri)
6
Soedarmayanti. Metodologi Penelitian. (Bandung: Mandar Maju, 2006), h.52. 7
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1997), h.358.
8
Sutrisno Hadi, Metodologi Research , (Yogyakarta: Andi Offset, 2002), Jilid. 3, h.271. 9
self efficacy (Keyakinan diri) adalah keyakinan individu
mengetahui kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau tindakan
untuk mencapai hasil tertentu.10
Jadi self efficacy (Keyakinan diri) itu siswa harus bisa yakin
dengan tugas-tugas kelas dengan sendiri dan tidak hanya lihat hasil
temannya yang sudah selesai.
3. Prestasi Belajar
Definisi tentang prestasi belajar merupakan perubahan perilaku
siswa akibat belajar, perubahan itu diupayakan dalam proses belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan,
pengukuran prestasi belajar dilakukan dengan test untuk membandingkan
kemampuan siswa yang diukur. 11
Sedangkan menurut Gagne & Briggs prestasi belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimilliki siswa sebagai akibat perbuatan
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Sedangkan Reigeluth
berpendapat bahwa hasil belajar dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang
memberikan suatu ukuran nilai dari metode alternatif dalam kondisi yang
berbeda. 12
10
Teori-teori psikologi, M Nur ghufron 7 Rini Risnawita S, hal: 73 11
Evaluasi Hasil Belajar, Dr. Purwanto, M. Pd, hal: 34 Tujuan Pendidikan dan Hasil Belajar. 12
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan ini terdiri darib lima bab dan masing-masing
bab dibagi menjadi beberapa sub bab yang secara legkap dapat disajikan
sebagai berikut:
Bab Pendahuluan, yang berisikan Latar belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Hipotesis Penelitian,
Pembatasan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematka Pembahasan.
Bab Kajian Pustaka, dalam kajian pustaka terdiri dari pembahasan
tentang self efficacy (Keyakinan diri) siswa, hasil belajar siswa, hubungan
antara variabel dasar teori dan hipotesis peelitian.
Bab Metodologi penelitian menjelaskan tentang rancangan penelitian,
variabel penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik
analisa data.
Bab Hasil penelitian merupakan paparan penelitian yang meliputi
gambaran umum objek penelitian, deskriptif data, analisis data tentang
hubungan antar self efficacy (Keyakinan diri) siswa dan hasil belajar PAI di
SMP Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
Bab Kesimpulan, hasil penelitian merupakan paparan penelitian yang
13
KAJIAN TEORI
A. Self Efficacy (Keyakinan diri)
1. Pengertian Self Efficacy (Keyakinan diri)
Banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa seperti faktor gen (keturunan) drai orang tuanya, faktor lingkungan
juga bisa mempengaruhi prestasi belajar dari siswa itu sendiri. Dilihat dari
sisi psikologi banyak juga yang mempengaruhi prestasi belajar para siswa,
seperti rendah tingginya rasa percaya diri (confident), tinggi rendahnya
motivasi akan belajar, tinggi rendahnya rasa optimisme, dantinggi
rendahnya rasa yakin akan kemampuan yang ada pada dirinya atau biasa
disebut self efficacy (Keyakinan Diri).
Dan untuk kessempatan kali ini saya akan membahas mengenai
hubungan self efficacy (Keyakinan Diri). terhadap prestasi belajar PAI
siswa. Namun sebelum terlalu jauh untuk awalan dibawah ini akan
dijelaskan tentang self efficacy (Keyakinan Diri) dan prestasi belajar, untuk
yang pertama akan dibahas mengenai self efficacy (Keyakinan Diri),
berikut penjelasannya.
Banyak definisi-definisi tentang self efficacy (Keyakinan Diri), self
efficacy (Keyakinan Diri) adalah ekspektasi, keyakinan (harapan) tentang
situasi tertentu.1 Baron dan Byrne mendefinisikan self efficacy (Keyakinan
Diri) sebagai evaluasi seseorang mengenai kemampuan atau kompetensi
dirinya untuk melakukan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi
hambatan. Bandura dan Wood menjelaskan bahwa self efficacy
(Keyakinan Diri) mengacu pada keyakinan akan kemampuan kognitif, dan
tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan situasi.2.
Menurut Bandura self efficacy (Keyakinan Diri) tidak ada
kaitannya dengan kecakapan yang dimiliki, tetapi berkaitan dengan
keyakinan individu mengenai hal yang dapat dilakukan dengan kecakapan
yang ia miliki seberapa pun besarnya.3 self efficacy (Keyakinan Diri)
menekankan pad keyakinan diri yang dimiliki seseorang untuk
menghadapi situasi yang akan datang yang tidak dapat ditebak dan kadang
penuh dengan tekanan. Meski self efficacy (Keyakinan Diri) memiliki
pengaruh pada tindakan kita, namun self efficacy (Keyakinan Diri) bukan
satu-satunya penentu tindakan.
Gist dan Mitchell mengatakan bahwa self efficacy (Keyakinan
Diri) dapat membawa pada perilaku yang sama karena self efficacy
(Keyakinan Diri) mempengaruhi pilihan, tujuan, pengatasan masalah, dan
kegigihan dalam berusaha.4 Seseorang dengan self efficacy (Keyakinan
Diri) yang tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukansesuatu untuk
mengubah kejadian dan keadaan di sekitarnya. Sedangkan seseorang
1
Kepribadian Teori Klasik dan Riset Modern, Howard S. Friedman, Miriam W. Schustack, hal: 283.
2
Teori-teori Psikologi, M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, hal: 73-74. 3
Ibid hal: 75. 4
dengan self efficacy (Keyakinan Diri) renadah akan menganggap dirinya
tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya.
Dalam situasi yang sulit seseorang yang memiliki self efficacy
(Keyakinan Diri) tinggi akan berusaha lebih keras dan lebih giat lagi untuk
mengatasi kesulitan tantangannya. Sedangkan seseorang yang memiliki
self efficacy (Keyakinan Diri) rendah akan cenderung menyerah dalam
menyelesaikan tantanghannya.
Dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam dunia pendidikan,
self efficacy (Keyakinan Diri) memimpin siswa untuk menentukan
cita-cita, serta membantu siswa untuk mendapatkan dan mempertahankan
prestasi belajar yang baik.
Dari banyak uraian diatas mengenai self efficacy (Keyakinan Diri)
dapat disimpulkan bahwa, self efficacy (Keyakinan Diri) adalah suatu
keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam melakukan suatu hal
dalam situasi tertentu untuk bisa mencapai tujuannya. self efficacy
(Keyakinan Diri) memiliki kaitan dengan keyakinan individu terhadap
yang dihadapinya. self efficacy (Keyakinan Diri) mempengaruhi beberapa
aspek kognisi dan perilaku seseorang, oleh karena itu perilaku individu
satu dengan yang lain berbeda.
1. Perkembangan Self Efficacy (Keyakinan Diri)
Menurut Bandura bahwa persepsi terhadap self efficacy (Keyakinan
Diri) pada setiap individu berkembang dari pencapaian secara
Kemampuan memprepsikan secara kognitif terhadap kemampuan yanng
dimiliki memunculkan keyakinan atau kemantapan diri yang akan
digunakan sebagai landasan bagi individu untuk berusaha semaksimal
mungkin mencapai target yang ttelah ditetapkan.
Menurut Bandura self efficacy (Keyakinan Diri) dapat ditumbuhkan
dan dipelajari melalui empat sumber informasi utama,5 yaitu:
1. Pengalaman Keberhasilan (master experience)
Sumber informasi ini memberikan pengaruh besar pada efikasi diri
individu karena didasarkan pada pengalaman-pengalaman pribadi
individu secara nyata yang berupa keberhasilan dan kegagalan.
Pengalaman keberhasilan akan meningkatkan efikasi diri individu,
sedangkan pengalaman kegagalan akan menurunkannya. Setelah
efikasi diri yang kuat berkembang melalui serangkaian keberhasilan,
dampak negatif dari kegagalan-kegagalan yang umum akan
terkurangi. Bahkan, kemudian kegagalan diatasi dengan usaha-usaha
tertentu yang dapat memperkuat motivasi diri apabila seseorang
menemukan lewat pengalaman bahwa hambatan tersulit pun dapat
diatasi melalui usaha yang terus menerus.
2. Pengalaman Orang Lain (vicariuos experience)
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan
yang sebanding dalam menngerjakan suatu tugas akan meningkatkan
efikasi diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula
5
sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan
menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan
individu akan mengurangi usaha yang dilakukan.
3. Persuasi verbbal (verbal persuasion)
Pada persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan
bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinan-keyakinannya
tentang kemampuan-kemampuan yang dimiliki yang dapat membantu
mencapai tujuan yang diinginkan. Individu yang diyakinkan secara
verbal cenderung akan berusaha lebih keras untuk mencapai suatu
keberhasilan. Menurut Bandura, pengaruh persuasi verbal tidaklah
terlalu besar karena tidak memberikan suatu pengalaman yang dapat
langsung dialami atau diamati individu. Dalam kondisi yang menekan
dan kegagalan terus menerus, pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika
mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan.
4. Kondisi Fisiologis (physiological state)
Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis
mereka untuk menilai kemampuannya. Ketegangan fisik dalam situasi
yang menekan dipandang individu sebagai suatu tanda
ketidakmampuan karena hal itu dapat melemahkan performansi kerja
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa efikasi
diri dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat sumber informasi
utama, yaitu pengalaman keberhasilan (master experience),
pengalaman orang lain ( vicarious experience), persuasi verbal (verbal
persuasion), dan kondisi fisiologi ( physiological state).
Menurut Bandura, efikasi diri pada tiap-tiap individu akan berbeda
antara satu individu dengan yang lainnya berdasarkan tiga dimensi,
yaitu:
1. Dimensi Tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika
individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu
dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat
kesulitannya, mungkin efikasi diri iondividu mungkin akan terbatas
pada tugas-tugas yang mudah, sedang, atauu bahkan meliputi
tugas-tugas yang paling sulit., sesuai dengan batas kemampuan
yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan
pad masing-masing tingkat. Dimensi ini memiliki implikasi
terhadap pemilih tingkah laku yang akan dicoba atau dihindari.
Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
dilakukannya dengan menghindari tingkah laku yang berada diluar
batas kemampuan yang dirasakannya.
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan
atau penghargaan individu mengenai kemampuannya. Penghargaan
yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman
yang tidak mendukung. Sebalinya, pengharapan yang mantap
mendorong individu tetap tertahan dalam usahanya. Meskipun
mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi
ini biasanya berkaitan langsung dengan dimensi level, yaitu makin
tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan
untuk menyelesaikannya.
3. Dimensi Genelarisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang
mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat
merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada
suatu aktivitasa dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas
dan situasi yang bervariasi.
Dari paparan definisi dan penjelasan diatas tadi, kita dapat
menarik kesimpulan bahwasannya self efficacy (Keyakinan Diri)
adalah suatu keyakinan yang tinggi pada diri seseorang sejauh
mana dia mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan
kepadanya pada kondisi tertentu.
Sedangkan efikasi diri ini dipengaruhi oleh empat faktor,
yakni:
b. Pengalaman Orang Lain (vicariuos experience)
c. Persuasi verbbal (verbal persuasion)
d. Kondisi Fisiologis (physiological state)
2. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar
Sebelum kita masuk pada definisi mengenai prestasi belajar, perlu
kita ketahui apa tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Tujuan pembelajaran
merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam
merencanakan pembelajaran, sebab segala kegiatan pembelajaran
muaranya pada tercapainya tujuan tersebut.
Robert F Mager memberikan pengertian tujan pembelajaran
sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan olek
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.6 Berikut akan
dijelaskan mengenai apa itu hasil belajar.
Definisi tentang hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa
akibat belajar, perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam pendidikan, pengukuran hasil
belajar dilakukan dengan test untuk membandingkan kemampuan siswa
yang diukur. 7
Sedangkan menurut Gagne & Briggs hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimilliki siswa sebagai akibat perbuatan
6
Dr. Hamzah B. Uno, M. Pd, Perencanaan Pembelajaran, PT. Bumi Aksara, Jl. Sawo Raya Jakarta, hal:35.
7
belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa. Sedangkan Reigeluth
berpendapat bahwa hasil belajar dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang
memberikan suatu ukuran nilai dari metode alternatif dalam kondisi yang
berbeda. 8
2. Tipe-Tipe Prestasi Belajar
Gagne mengemukakan lima tipe prestasi belajar, yaitu:
a. Intellectual skill
b. Cognitive strategy
c. Verbal information
d. Motor skill
e. Attitude.
Reigeluth juga mengatakan secara spesifik bahwa prestasi belajar
adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu
kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. prestasi belajar selalu
dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja).
Menurut Benyamin S. Bloom dkk hasil belajar dapat dikelompokkan
kedalam tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Berikut akan diuraikan tiga aspek tersebut.
1. Aspek Kognitif
Menurut Benjamin S. Bloom dkk aspek kognitif adalah segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak.9 Aspek kognitif berkenaan
dengan kemampuan berfikir, menghafal, memahami mengaplikasikan,
8
Strategi Pembelajaran Teori dan Aplikasi, Jamil Suprihatiningrum, M. Pd. Si, hal: 37 9
menganalisis, dan kemampuan mengevaluasi. yang berawal dari
tingkat pengetahuan sampai tingkat yang lebih tinggi, yaitu evaluasi.10
Aspek kognitif ini memiliki enam jenjang kemampuan, yaitu:
1. Pengetahuan (knowledge), jenjang kemampuan yang
menuntut siswa untuk dapat mengenali atau mengetahui
adanya konsep, prinsip, fakta, atau istilah tanpa harus
mengerti atau dapat menggunakannya. Aspek pengetahuan
(knowledge) ini juga tidak lepas dari masalah hafalan, dan
ada beberapa cara untuk dapat , menyimpannya dalam
ingatan seprti teknik memo, jembatan keledai, mengurutkan
kejadian, membuat singkatan yang bermakna. Tipe hasil
ingatan termasuk kognitif tingkat yang paling rendah. Namun
tipe hasil belajaar ini sering menjadi prasarat bagi tipe
prestasi belajar berikutnya. Hafal menjadi prasarrat bagi
pemahaman.11
2. Pemahaman (comprehension), aspek prestasi belajar ini lebih
tinggi dari pada pengetahuan (knowledge). Jenjang
kemampuan yang menunttut siswa untuk memahami atau
mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru dan
dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya
dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi tiga,
yaitu menerjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi.
10
Ibid, hal: 55. 11
3. Penerapan (application), jenjang kemampuan yang
menuntut siswa untuk menggunakan ide-ide umum, tata
cara, ataupun metode, prinsip, dan teori-teori dalam situasi
baru dan konkret.
4. Analisis (analysis), adalah usaha memilah suatu integritas
(suat kesatuan) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian
sehingga jelas hirarkinya atau susunannya.12 Analisis
merupakan kecakapan yang kompleks, yang memanfaatkan
kertiga tipe sebelumnya. Dengan analisis siswa mempunyai
pemahaman yanng komprehensif dan dapat memilahkan
integritas menjadi bagian-bagian yang tetap terpadu, untuk
beberapa hal memahami prosesnya, untuk hal lain
memahami cara bekeerjanya, untuk hal lain lagi memahami
sistematikanya. Bila kecakapan analisis telah dapat
berkembang pada seseorang maka ia akan dapat
mengaplikasikannya pada situasi baru secara kreatif.
5. Sintetis (synthetis), jenjang kemampuan yang menuntut
siswa untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara
menggabungkan beberapa faktor. Hasil yang diperoleh bisa
berupa tulisan, rencana, atau mekanisme. Berpikir sintetis
merupakan salaah satu terminal untuk menjadikan orang
12
lebih kreatif. Berpikir kreatif merupakan salah satu hasil
yanng hendak ddicapai dalam pendidikan.13
6. Evaluasi ( evaluation), jenjang kemampuan yang menuntut
siswa untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,
pertnyataan, atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal
penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi
sedemikian rupa, sehingga siswa mampu mengembangkan
kriteria atau patokan untuk mengevaluasi sesuatu.14
2. Aspek Afektif
Aspek afektif adalah prestasi belajar yang berkaitan dengan
minat, sikap dan nilai-nilai.15 Menurut Uno, ada lima tingkat
afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu
kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan,
penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian.16
Menurut Benyamin S. Bloom dkk, aspek afektif ada empat
yaitu:
1. Kemauan menerima (receiving), jenjang kemampuan
yang menuntut siswa untuk peka terhadap eksistensi
fenomena atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini
13
Ibid, hal: 59. 14
Evaluasi Pembelajaran, Drs. Zainal Arifin, M. Pd. Hal: 21-22. 15
Dr. Sukimkan, M. Pd, Pengembangan Sistem Evaluasi, Insan Madani, Sleman Jogjakarta, hal: 67.
16
diawali dengan penyadaran kemampuan untuk
menerima dan memperhatikan.
2. Kemauan menanggapi (responding), jenjang
kemampuan yang menuntut siswa untuk tidak hanya
peka paad satu fenomena, namun juga bereaksi
terhadap salah satu cara. Penekanannya pada kemauan
siswa untuk menjawab secara sukarela, membaca tanpa
ditugaskan.
3. Menilai (valuing), jenjang kemampuan yang menuntut
siswa untuk menilai suatu objek , fenomena, atau
tingkah laku tertentu secara konsisten.
4. Organisasi (organization), jenjang kemampuan yang
menuntut siswa untuk menyatukan nilai-nilai yang
berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu
sistem nilai.
3. Aspek Psikomotorik
Menurut klasifikasi Simpson aspek psikomotorik mencakup
tujuan yang berkaitan dengan keterampilan (skill) yang bersifat
manual atau motorik. Aspek ini memiliki tingkatan dari yang
sederhana hingga yang paling kompleks, yaitu:
1. Persepsi (perception), mencakup kemampuan untuk
mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang
khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan
ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan
kesadaran akan hadirnya rangsangan dan perbedaan antara
seluruh rangsangan yang ada.
2. Kesiapan, mencakup kemampuan untuk menempatan dirinya
dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian
gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan
jasmani dan mental.
3. Gerakan Terbimbing, mencakup kemampuan untuk
meelakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan
contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan
dalam menggerakkan anggota tubuh.
4. Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan untuk
melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena
sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contoh
yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam
menggerakkan anggota/bagian tubuh, sesuai dengan prosedur
yang tepat.
5. Gerakan yang kompleks, mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa
komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya
kemampuan ini dinyatakan dalam satu rangkaian perbuatan
subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak gerik yang
teratur.
6. Penyesuaian pada gerakan, mencakup kemampuan untuk
mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu
taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran,
7. Kreativitas, mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka
pola gerak gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa
daninisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang berketrampilan
tinggi dan berani berpikir kreatif, akan mampu mencapai
tingkat kesempuran ini.
Prestasi pembelajaran juga dapat diklasifikasikan. Pada tingkat
yang umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikanmenjadi tiga,
yaitu:
1. Keefektifan (effectiveness)
2. Efisiensi (efficiency)
3. Daya tarik (appeal).
Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat
pencapaian siswa. Ada empat aspek penting yang daapat dipakai untuk
mendeskripsikan keefektifan pembelajaran, yaitu:
1. Kecermatan penguasaan perilaku yang dipelajari atau sering
3. Tingkat alih belajar
4. Tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efisiensi pembelajaran biasanya diukurr dengan rasio antara
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa atau jumlah biaya
pembelajaran yang digunakan.
Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati
kecenderungan siswa untuk tetap belajar. Daya tarik pembelajaran erat sekali
kaitannya dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran
biasanya akan mempengaruhi keduanya. Itulah sebabnya pengukuran
kecenderungan siswa untuk terus atau tidak terus belajar dapat dikaitkan
dengan proses pembelajaran itu sendiri atau dengan bidang studi.17
Dari urain diatas mengenai hasil belajar maka dapat diambil suatu
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari perbatan belajar siswa yang
hasilnyua dapat dilihat dari perilaku seorang siswa.
3. Hubungan Efikasi Diri (self efficacy) Terhadap Prestasi Belajar 1. Dimensi tingkat (level)
Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika
individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila dihadapkan
pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self
efficacy individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah,
sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang sulit, sesuai dengan
17
batas kemampuan yang dirasakan oleh masing-masing tingkat. Pada
dimensi ini individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu
dilakukan dan menghindari tingkah laku yang dirasa di luar batas
kemampuannya.
2. Dimensi kekuatan (strengh)
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau
pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang
lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak
mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong
individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin
ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. Dimensi ini biasanya
berkaitan langsung dengan dimensi level , yaitu makin tinggi taraf
kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk
menyelesaikan.
3. Dimensi generalisasi (generality)
Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana
individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa
yakin terhadapa kemampuan dirinya. Apakah terbatas pada situasi
tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi. M.
Pada poin sebelumnya peneliti sudah banyak membahas mengenai
pengertian-pengertian dari efikasi diri (self efficacy) yang dimana dari banyak
definisi-definisi diatas kita sudah menarik sebuah kesimpulan tentang self
efficacy (Keyakinan Diri). self efficacy (Keyakinan Diri), yaitu adalah suatu
keyakinan yang tinggi pada diri seseorang sejauh mana dia mampu
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya pada kondisi tertentu.
self efficacy (Keyakinan Diri) sendiri juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu Pengalaman Keberhasilan (master experience), Pengalaman Orang Lain
(vicariuos experience), Persuasi verbbal (verbal persuasion), dan Kondisi
Fisiologis (physiological state).
Selain self efficacy (Keyakinan Diri) peneliti juga telah banyak
membahas mengenai pengertian dari apa itu hasil belajar. Setelah kita
menelaah dari pengertian-pengertian diatas peneliti dapat menarik sebuuah
kesimpulan bahwa hasil belajar adalah hasil dari perbatan belajar siswa yang
hasilnyua dapat dilihat dari perilaku seorang siswa.
Dan pada poin kali ini kita akan menghubungkan antara efikasi diri
(self efficacy) dengan hasil belajar siswa. self efficacy (Keyakinan Diri) sangat
erat kaitannya dengan hasil belajar siswa. Lalu apa hubungan itu, jika seorang
siswa tidak memiliki rasa self efficacy (Keyakinan Diri) atau efikasi dirinya
rendah maka siswa tersebut akan cenderung berada pada statement bahwa
dirinya memang tidak mampu melaksanakan dan mengerjakan tugas-tugas
sekolah yang telah diembankan padanya. Dan ini akan mempengaruhi
menjadi jeblok dan menurun sehingga, untuk kedepannya dia bisa-bisa
tinggal kelas, dan ini secara tidak langsung akan berdampak juga pada
kondisi psikologi siswa tersebut.
Sedangkan jika siswa memiliki self efficacy (Keyakinan Diri) atau
efikasi dirinya tinggi, maka secara tidak otomatis prestasi belajar siswa
tersebut juga akan jauh lebih baik, karena siswa mampu meyakinkan dirinya
bahwa saya bisamelaksanakan dan mengerjakan tugas-tugas yang sudah
diberikan bapk, ibu guru saya disekolah. Jika siswa memiliki rasa self efficacy
(Keyakinan Diri) tinggi maka dalam kondisi dan situasi apapun dia akan
mampu melakukan segala apa yang menjadi tantangannya. Siswa yang efikasi
diri (self efficacy) nya tinggi akan mendapatkan hasil belajar sanagt baik,
karena keyakinannya yang tinggi terhadap kemampuannya dalam menjawab
soal-sol yang dihadapkan padanya.
Berbeda jauh dengan siswa yang efikasi dirinya rendah. Sselain itu
siswa yang memiliki self efficacy (Keyakinan Diri) yang rendah akan
cenderung memilih tantangan yang itu-itu saja sesuai zona amannya, dan ini
akan memeprkecil kesempatannya unttuk mendapatkan ilmu dan wawasan
yang lebih untuknya, dan sedangkan siswa yang self efficacy (Keyakinan
Diri)nya tinggi, dia akan lebih suka untuk bereksperimen dan mengeksplor
kemampuannya untuk memilih soal atau hal-hal baru yang lebih menantang
dan lebih berani untuk keluar dari zona amanya. Dan secara tidak langsung
untuk mendapatkan ilimu dan wawasan yang lebih banyak dibanding siswa
lain yang efikasi dirinya rendah.
Mesdkipun banyak faktor lain yang dapat mendukung keberhasilan
siswa dalam belajar seperti kepercayaan diri, optimisme, dan motivasi
tentunya self efficacy (Keyakinan Diri) juga tak kalah penting dalam
menentukan hasil belajar siswa disekolah. Dukungan orang tua dan teman
sebaya juga cukup membantu siswa untuk lebih berprestasi dalam belajarnya.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya self efficacy (Keyakinan
Diri) siswa seperti:
Pengalaman keberhasilan ini memberikan pengaruh cukup besar untuk
menentukan hasil belajar siswa. Pengalaman siswa yang memiliki hasil
belajar yang baik akan meningkatkan hasil belajar siswa berikutnya, dan hasil
belajar yang gagal akan menurunkan rasa efikasi diri siswa itu untuk
kedepannya. Disinilah peran orang tua, guru serta teman-teman. Untuk orang
tua, guru, serta teman-temannya diharapkan tidak menjudge bahwa anaknya
bodoh atau apalah, jangan pula memarahi dan membully anak tersebut,
karena ini juga akan menurunkan efikasi diri anak/siswa tersebut. Hendaknya
mereka memberikan support, motivasi, dan bimbingan serta arahan yang baik
agar mental anak juga tidak akan down, serta rasa efikasi dirinya tidak luntur
karena omongan dan sikap yang negatif dari orang-orang terdekatnya. Dan
untuk anak yang memiliki hasil belajar yang baik juag hendaknya tidak
meprioriitaskannya karena akan timbul kecemburuan sosial, dan efek negatif
karena dianggap anak emas. Seharunya kita berusaha untuk seimbang dalam
menyikapi semua itu.
Selanjutnya pengalaman orang lain. Siswa yang melihat temannya
mengerjakan soal dengan benar dan ttepat dapat meningkatkan efikasi dirinya
secara tiddak langsung. Siswa yang tadinya tidak yakin bahwa dirinya tidak
mampu mengerjakan soal yang sama maka akan terdorong untuk memiliki
keyakinan bahwa dia juga bisa mengerjakan soal yang sama seperti
temannya. Namun, jika siswa melihat temannya gagal dalam mengerjakan
suatu soal, makan efikasi dirinya akan ikut turun, karena dia menganggap
bahwa temannya saja tidak bisa apalagi saya, apalagi teman yang gagal itu
adalah siswa yang cukup pandai dikelas. Agar siswa tidak kendur efikasi
dirinya guru harus pandai-pandai meningkatkan efikasi diri siswa siswa
seperti ini.
Lalu ada juga persuasi verbal atau ajakan verbal. Siswa yang diberi
ajakan verbal seperti nasihat, motivasi, dorongan akan cenderung akan lebih
giat lagi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan persuasi verbal
terhadap siswanya guru diharapkan mampu memberikan sugesti positif yang
mudah ditangkap dan dipahami serta mampu memabakar kembali rasa efikasi
diri siswa tersebut. Dengan demikian siswa diharapkan mampu meyakinkan
dirinya bahwa dia bisa melakukan semua tugas yang dihadapkannya.
Dan yang terakhir yaitu kondisi fisiologis siswa tersebut. Siswa
sehingga siswa yang fisiologinya kurang akan merasa tidak bisa mkasimal
performanya dalam melakukan banyak kegiatan. Dan sekali lagi guru juga
dibantu orang tua dan temannya diharapkan tidak lelah memberikan
dorongan, nasihat, motivasi, dan sugesti yang positif agar ras efikasi dirinya
semakin berkobar, yakinkan siswa tersebut bahwa dia mampu melampaui
siswa lain jika dia mau berusaha dan yakin pada kemampuannya.
Sudah jelas sekali bahwa self efficacy (Keyakinan Diri) mempunyai
hubungan dengan hasil belajar siswa. Diharapkan siswa memiliki efikasi diri
yang tinggi agar tujuan pendidikandapat dicapai dengan maksimal, agar hasil
belajr disekolah juga akan meningkat agar kedepannya siswa siswa ini tidak
terus berada dalam statement yang negatif bahwa dirinya lemah, bahwa
dirinya tidak bisa, namun dengan wacana diatas siswa mampu meningkatkan
dan membangunkan raya keyakinan yang ada pada dirinya yang mungkin
sudah hampir mati.
4. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permaslahan penelitian, sampai terbukti data yang terkumpul.18 Hipotesis
juga menjadi kendali bagi seorang peneliti agar penelitian sesuai dengan
18Muhammad Arif Fadhilah, “Hubungan Antara Efektifitas Waktuv Belajar Di Rumah
tujuan penelitiannya.19Disini akan dipaparkan hipotesis yang ada dalam
rumusan penulis, yaitu:
1. Hipotesis Nol (Ho) yaitu tidak adanya hubungan self efficacy
(Keyakinan Diri) siswa terhadap prestasi pembelajaran PAI di SMP
Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
2. Hipotesis Kerja (Ha) yaitu hubungan antara self efficacy (Keyakinan
Diri) siswa terhadap prestasi pembelajaran PAI di SMP Persatuan
Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
Jadi, hipotesis dalam penelitian ini yaitu hipotesis kerta (Ha), yaitu
adanya hubungan self efficacy (Keyakinan Diri) siswa terhadap prestasi
pembelajaran PAI di SMP Persatuan Lemujut, Krembung-Sidoarjo.
19
36 BAB III
METODE PENELITIAN
Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan
dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya
dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1
Metode penelitian dalam penulisan karya ilmiah mutlah diperlukan agar
alur penulisan karya tersebut betul-betul sistematis, tidak simpang siur sehingga alur
permasalahan dan penyelesaian masalahnya dapat ditulis dengan lancar dan
sempurna. Metode penelitian menurut Moelong adalah seperangkat cara dalam
proses yang sistematis diperlukan dalam perencanaan dan juga dalam pelaksanaan
penelitian.2 Oleh karena itu di sini akan dipaparkan mengenai:
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau kancah (field
research), yaitu penelitian yang pengumpulan datanya dilakukan di lapangan,
seperti di lingkungan masyarakat, lembaga-lembaga dan organisasi
kemasyarakatan, dan lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal.
1
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ke-5, 24.
2
Penelitian lapangan yang dimaksud dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian kuantitatif karena penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada
proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika
hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.3
Untuk menjawab permasalahan yaitu tentang self efficacy (Keyakinan
diri) siswa dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran PAI, digunakan
metode analisis eksplanatif kuantitatif. Pengertian metode eksplanatif
kuantitatif menurut Bungin adalah dimana penelitian tidak terlalu
menitikberatkan pada kedalaman data, yang penting dapat merekaam data
sebanyaknya dari populasi yang luas.4
Pada penelitian eksplanatif, metode yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian
hipotesis. Menurut Kriyanto peneliti perlu melakukan kegiatan berteori untuk
mengahasilkan dugaan awal (hipotesis) antar variabel yang satu dengan yang
lainnya.5 Sama halnya dengan Bungin bahwa kuantitatif eksplanatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan suatu variabel dengan
variabel yang lain untuk menguji suatu hipotesis.6 Penelitian eksplanatif
dilakukan terhadap sample dan hasil penelitian tersebut dapat digeneralisasikan
terhadap populasinya.
3
Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah “pendekatan
penelitian kuantitatif korelasional artinya uji statistik yang digunakan untuk
mengetahui derajat korelasi antara dua variable atau lebih, ditandai dengan
besaran koefisien korelasi”. Penelitian korelasional bertujuan untuk
menentukan keeratan hubungan dua variabel atau lebih.7 Pada penelitian ini,
penulis melaksanakan penelitian dengan maksud untuk memperoleh jawaban
atas suatu pernyataan yang spesifik sejak awal tentang hubungan dua variable X
dan Y. Dalam penelitian ini ada dua variabel, adapun jenis variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk variabel independen (bebas) adalah self efficacy (Keyakinan diri)
siswa.
b. Untuk variabel dependen (terikat) adalah prestasi belajar peserta didik.
Setelah kita mengatahui jenis variabel-variabelnya, maka kita
menentukan paradigma penelitiannya. Berdasarkan pengertian tentang
paradigma, maka paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pandangan atau
model, atau pola pikir yang dapat menjabarkan beberapa variabel yang lain,
sehingga akan mudah dirumuskan masalah penelitiannya, pemilihan teori yang
relevan, rumusan hipotesis yang diajukan, metode/strategi penelitian, instrumen
7
penelitian, teknik analisa data yang akan digunakan serta kesimpulan yang
diharapkan.8
Paradigma dalam penelitian ini adalah paradigma sederhana di mana
penelitian ini terdiri dari satu variabel independent dan satu variabel dependen
jadi untuk mencari besarnya hubungan X dengan Y digunakan teknik korelasi
sederhana.9
Adapun paradigma penelitian adalah sebagai berikut :
Keterangan :
X: self efficacy (Keyakinan diri) siswa.
Y: Hasil belajar peserta didik.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yaitu rancangan yang menggambarkan atau
menjelaskan apa yang hendak diteliti dan bagaimana penelitian dilaksanakan.
Dalam penelitian ini, beberapa tahapan yang harus ditempuh adalah sebagai
berikut:10
a. Judul Penelitian
8
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.66 9
Sugiono, Metodologi Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta. 2001), h.24 10
Nana sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung:Sinar Baru Algensindo,2009),1690173.
Judul harus jelas dan spesifik. Judul yang jelas harus menggambarkan
variabel yang diteliti, sehingga pembaca bisa menduga permasalahan yang
tersirat dalam penelitian. Judul juga memberikan kesan di mana atau dalam
kontek apa penelitian itu dilaksanakan.
b. Pendahuluan
Dalam pendahuluan berisi tentang uraian argumentasi pentingnya
penelitian tersebut dilaksanakan dalam hubungannya dengan ilmu,
pemecahan masalah, kebijaksanaan atau berkaitan dengan pembangunan.
Argumentasi tersebut bisa dilihat dari fakta empiris atau deduksi teori.
c. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan lanjutan uraian pendahuluan, artinya
spesifikasi atau penajaman uraian pendahuluan terhadap hakikat masalah
yang diteliti. Perumusan masalah diawali dengan identifikasi atau analisis
masalah, menetapkan ruang lingkup masalah yang diteliti, membatasi
masalah dan merumuskan masalah penelitian.
d. Kajian Teori dan Kerangka Penelitian
Dalam kajian teori dijelaskan kedudukan masalah yang ditinjau dari
khasanah pengetauan artinya permasalahan tersebut dapat dijelaskan
maknanya dari sudut ilmu pengetahuan. Variabel yang berkenaan dengan
masalah dikaji secara rasional, bahkan kalau ada didukung dengan data
empirik dari hasil penelitian yang relevan.
Tujuan penelitian pada dasarnya adalah rumusan apa yang ingin
dicapai dari penelitian tersebut. Tujuan penelitian bisa juga dibedakan
menjadi tujuan umum yang mengacu kepada makna yang tersirat dalam
judul dan tujuan khusus yang mengacu kepada pertanyaan penelitian atau
pada hipotesis penelitian.
f. Manfaat penelitian
Manfaat Penelitian bertujuan untuk pemecahan masalah, untuk
merumuskan kebijaksanaan, untuk pengembangan ilmu, untuk
memperbaiki suatu model kerja yang lebih efektif dan lain-lain bergantung
kepada masalah dan lingkup penelitiannya.
g. Metodologi penelitian
Metodologi penelitian menjelaskan bagaimana prosedur penelitian itu
akan dilaksanakan. Artinya, cara bagaimana memperoleh data empiris
untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Unsur yang
harus terdapat dalam metodologi penelitian adalah metode dan jenis
penelitian, instrumen pengumpul data, sampel penelitian dan analisis data.
h. Jadwal waktu penelitian
Jadwal Waktu Penelitian berisi uraian tentang berapa lama penelitian
itu dilaksanakan sampai selesai laporan hasil penelitian. Kegiatan yang
ditempuh biasanya ada beberapa tahapan, yakni tahap persiapan penelitian,
tahap pengumpulan data dilapangan, tahap analisis data, dan tahap
i. Perkiraaan Biaya
Dalam uraian atau penjelasan biaya dikemukakan besarnya biaya yang
diperlukan untuk penelitian yang diajukan serta rincian penggunaanya
sesuai dengan tahapan penelitian seperti dijelaskan dalam komponen waktu
penelitian.
j. Hasil peneltian
Hasil Penelitian bisanya merupakan bagian terakhir yang penting
peranannya. Pada bab ini menunjukkan hasil akhir dari proses penelitian.
Disamping itu, bab ini umumnya berisi tentang implikasi atau hasil penelitian
peneliti atas diperolehnya hasil penelitian dalam pemanfaatan hasil penelitian
dan saran-saran yang direncanakan untuk lebih memanfaakan hasil
penelitian.11
B. Variabel, Indikator 1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang
hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.12 Dalam penelitian ini digunakan
dua variabel yaitu:
a. Satu variabel bebas (X) yaitu self efficacy (Keyakinan diri) siswa.
11
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarata: PT BumiAksara,2009), 72. 12
b. Satu variabel terikat (Y) yaitu prestasi belajar peserta didik.
2. Indikator Penelitian
Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.13
Variabel X (variabel bebas) : “Self Efficacy”
Variable Y(variabel terikat) : “PrestasiBelajar”
Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu, yang pertama adalah efikasi
diri (self efficacy) sebagai variabel bebas (X). Variabel yang kedua adalah
prestasi belajar sebagai variabel terikat (Y). Penjelasan dari kedua variabel yang
digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:
a. Variabel bebas (variabel X)
Adapunyang menjadi variabel bebas (X) adalah self efficacy
(Keyakinan diri) peserta didik dengan indikatornya sebagai berikut:
13
Tabel 3.1
Indikator Variabel X
Variabel Sub Variabel Indikator
self efficacy terhadap tindakan yang perlu dilakukan untuk memenuhi tuntutan sebagai remaja
b. Keyakinan serta usaha untuk dapat mengatasi tugas - tugas yang memiliki
derajat kesulitan yang tinggi.
Dimensi Kekuatan (Strenght)
a. Keyakinan bahwa besarnya usaha yang dilakukan dapat mencapai tujuan
atau tuntutan yang harus dicapai.
b. Tingkat ketahanan diri dalam usaha berbagai macam tugas atau aktifitas.
b Menampilkan keyakinan atas kemampuan diri dalam situasi-situasi
sosial.
b. Variabel bebas (variabel Y)
Adapunyang menjadi variabel bebas (Y) adalah hasil belajar peserta
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diola. Sesuai dengan
data yang akan diambil dalam penelitian ini, maka instrument yang digunakan
adalah angket self efficacy (Keyakinan diri) dan prestasi belajar peserta didik.
Angket disusun berdasarkan landasan teori yang relevan dengan variabel
penelitian. selanjutnya disususn kisi-kisi yang berisikan indikator dengan
butir-buutir pertanyaan angket. dan angket yang disusun dilengkapi dengan identitas
dan petunjuk pengisian.
Uraian lebih rinci instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Kisi-kisi Instrumen
a. Angket self efficacy (Keyakinan diri)
Angket self efficacy (Keyakinan diri) terdiri dari aspek dimensi tingkat
(level), dimensi kekuatan (strenght), dan dimensi generalisasi (generality)
yang digunakan untuk memperoleh informasi didalam mengukur tingkat
lebih jelas akan dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi instrumen sebagai
berikut:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrument Self efficacy (Keyakinan Diri)
No Sub Variabel
Indikator NO.ITEM Jumlah
F UF
1.
Dimensi
Tingkat
(level)
a. Perencanaan atau pengaturan diri
terhadap tindakan yang perlu
dilakukan untuk memenuhi
tuntutan sebagai remaja.
38, 25 18,12 4
b. Keyakinan serta usaha untuk
dapat mengatasi tugas-tugas
yang memiliki derajat kesulitan
yang tinggi.
36, 6 44, 17 4
2.
Dimensi
Kekuatan
a. Keyakinan bahwa besarnya
usaha yang dilakukan dapat
mencapai tujuan atau
(Strenght) tuntutan yang harus dicapai.
b. Tingkat ketahanan diri dalam
usaha atau tindakan yang
dilakukan.
11, 3 16, 45 4
3. Dimensi
Generalisasi
(Generality)
a. Keyakinan diri atas
kemampuan yang dimiliki
dalam menghadapi berbagai
macam tugas atau aktifitas.
22, 27 32, 9 4
b. Menampilkan keyakinan atas
kemampuan diri dalam
situasi-situasi sosial.
5, 7 41, 15 4
Jumlah 24
Dengan kisi-kisi instrument self efficacy (Keyakinan diri), penulis
sudah mempersiapkan pernyataan sejumlah 24 item pernyataan. Angket
yang digunakan adalah angket tertutup, yakni sudah disediakan
jawabannya sehingga responden tinggal memilih salah satu jawaban.
Angket ini digunakan untuk memperoleh data dalam mengukur hasil
belajar peserta didik. Aspek-aspek yang ada dalam prestasi belajar adalah
faktor intern dan faktor ekstern. Pernyataan disusun dengan berdasarkan
kisi-kisi insttrument. Kisi-kisi instrument prestasi belajar dirinci sebagai
berikut:
Variabel Indikator Deskriptor