• Tidak ada hasil yang ditemukan

TITIK PANGKAL

Dalam dokumen jindrich zeleny logika marx (Halaman 38-44)

Masalah titik pangkal harus diteliti dari dua aspek: 1. Penelitian suatu subjek tertentu; 2. Pemaparan suatu sistem ilmiah.1

1. Marx memulai sebagai seorang materialis, yang ideal adalah mate- rial yang berubah dan disalin ke dalam kepala manusia,2 maka ia

memulai “dengan penelitian” suatu objek dari realitas obyektif, dari pemantauan empirikal. Ini menyangkut pengelolahan pantauan-pantauan empirikal dan data menjadi konsep-konsep.3

Konsepsi Marx mengenai titik pangkal empirikal berbeda dari konsepsi Locke (yang menjadi dasar bagi analisis Smith dan Ricardo), dan dikarakterisasi oleh yang berikut ini:

(a) Pada penafsiran kontemplatif, indivdual-empirisis mengenai pengalaman, Marx menghadapkan konsepsi historis-kolektivis praktis.4

(b) Pengakuan bebas dari perkiraan-perkiraan, yang timbul dari konsepsi-konsepsi non-historis mengenai suatu tabula rasa, diganti oleh Marx dengan pengakuan bahwa semua perkiraan harus diteliti agar dapat difahami secara kritis, karena mereka secara historis dan sosial tidak dapat dipisahkan dari pendekatan ilmiah yang manapun pada realitas obyektif.5

(c) Pendirian teoritis Marx berlaku dalam semua tahap ketepatan emprikal mengenai material, dan garis umum filsafat ini (konsepsi mengenai struktur ontologik realitas dan watak dari kategori-kategori logis) digarap secara berangsur-angsur; konsepsi-konsepsi politis dan ekonomik dipahami secara teoritis dalam bentuk hipotesa. Peranan orientasi-orientasi teoritis yang “diantisipasi” seperti itu dibatasi oleh watak materialis-dialektisnya;6 operasi dialektis mereka yang khas; dan

ini sama sekali bukan suatu penggolongan sederhana dari kasus-kasus individual ke dalam suatu skema umum.

struktural-genetik yang sistematik” mengenai cara produksi kapitalis. Ia mengerjakan hal ini secara terperinci dalam diskusi metodologisnya dalam Introduction (Pengantar) yang tidak selesai di tahun 18577

maupun dalam kritiknya terhadap sistem-sistem Smith dan Ricardo dalam Theories of Surplus Value (Teori-teori Nilai Lebih).8

(a) Marx pertama-tama sekali menghubungkan masalah titik pangkal itu “dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan bersangkutan.” Usaha yang dilakukan pada awal abad ke tujuhbelas untuk menjadikan ekonomi politik ilmiah, dimulai dengan keseluruhan yang hidup (penduduk, nasion, negara, dsb.) sebagaimana semua itu tampil pada perintis-perintis ilmu pengetahuan baru itu. Totalitas-totalitas hidup ini dapat masuk ke dalam karya-karya para ekonom abad ke tujuhbelas hanya sebagai “konsepsi keseluruhan yang kacau.” Analisis-analisis mereka mulai menggarap beberapa konsep umum yang sederhana, seperti pembagian kerja, uang, nilai, dsb.

“Begitu saat-saat individual itu kurang-lebih menjadi tetap dan diabstrakkan, sistem-sistem ekonomik yang lahir dari yang [saat] sederhana, seperti kerja, pembagian kerja, kebutuhan [dan] nilai-tukar, sampai pada negara, pertukaran di antara nasion-nasion dan pasaran dunia, mulai [dirumuskan].

Yang terakhir ini jelaslah metode ilmiah yang tepat.”9

(b) Dalam batas-batas metode ilmiah yang tepat itu, berma-cam-macam teori masih dimungkinkan. Perbedaan-perbedaan penting mengenai sistem-sistem ekonomi-politik yang lahir dari ketentuan-ketentuan sederhana hingga totalitas-totalitas hidup dirumuskan dalam kritik Marx atas konstruksi sistem-sistem Ricardo dan Smith. Ini adalah masalah dua orientasi teoritis:

(i) Ricardo mulai dari ketentuan sederhana, yang difahaminya sebagai “esensi tetap”;

(ii) Marx mulai dari konsep sederhana yang difahaminya sebagai suatu sel dan yang merupakan suatu kesatuan dari pertentangan- pertentangan yang “sederhana” (elementer, seperti-benih) Pada itulah tergantung perbedaan antara penjelasan suatu keseluruhan yang kompleks dengan yang dinamakan abstraksi formal tanpa perantaraan

struktural dan genetik,1 0 dan penjelasan suatu keseluruhan yang kompleks melalui reproduksinya dalam gagasan-gagasan dengan metode analisis struktural-genetik.

Sel itu, yaitu bentuk elementer dalam ekonomi kapitalis bagi Marx adalah barang dagangan, bentuk-nilai dari produk. Melalui semua perubahan-perubahan dalam rencana-rencananya,1 1 Marx berpegang

tetap pada pemecahan yang telah digarapnya selama tahun-tahun pertama studi-studi ekonomiknya, yaitu, bahwa rahasia produksi barang dagangan kapitalis tersembunyi dalam barang dagangan sebagai suatu bentuk ekonomik khusus.

Karenanya timbul pertanyaan —apakah yang menjadikan suatu bentuk ekonomik tertentu memainkan peranan “sel”: analisisnya menjadilah titik pangkal dari seluruh analisis struktural-genetik tentang kapitalisme. Dalam pemaparan populer mengenai metode yang dipergunakan dalam karya-karya ekonomik Marx, Engels mengatakan: “Dengan metode ini kami mulai dengan hubungan yang pertama dan paling sederhana yang secara historis dan aktual tersedia ...”1 2 Tetapi, ada banyak hubungan

tertentu yang sederhana, historis dan faktual seperti itu. Yang manakah di antara mereka yang memainkan peranan “sel” dan titik pangkal dalam analisis struktural-genetik tidak ditentukan oleh kesederhanaan dan prioritas penampilan historis, begitu pula kenyataan bahwa kita berurusan dengan gejala yang paling lazim dan paling material dari masyarakat kapitalis itu sendiri tidaklah menentukan apa pun. Hanya fakta inilah yang memungkinkan Marx mengambil barang dagangan sebagai sel: kenyataan bahwa bentuk barang-dagangan adalah suatu gejala ekonomik yang darinya terdapat suatu keterkaitan historis-genetik dengan modal dan kapitalisme, begitu pula kenyataan bahwa di dalam mekanisme kapitalisme yang telah maju, bentuk-barang dagangan merupakan bentuk elementer. Pemahaman akan bentuk elementer itu adalah suatu perkiraan untuk memahami bentuk-bentuk ekonomik kompleks dari kapitalisme (atau, sebagaimana dikatakan Lenin,1 3 Marx

menemukan dalam barang dagangan itu semua kontradiksi, teristimewa benih-benih dari semua kontradiksi dari masyarakat kapitalis).1 4

ilmiah tidak hanya “dengan tingkat perkembangan ilmu yang bersangkutan, melainkan juga dengan tingkat perkembangan realitas yang sedang diteliti.”

Karenanya, agar nilai-tukar dan nilai dipahami sebagau titik pangkal dari seluruh sistem hubungan-hubungan kapitalis, diperlukanlah suatu tingkat perkembangan yang tinggi dari ekonomi kapitalis.1 5

Konsepsi Marxian mengenai masalah titik pangkal suatu sistem ilmiah merujuk kembali pada “Hegel,” dan sekaligus tampil dalam pertentangan (kontras) tajam dengannya. Kritik Hegel atas konsepsi-konsepsi sebelumnya mengenai masalah titik pangkal suatu sistem ilmiah mengandung unsur-unsur kebenaran dalam hal-hal: suatu keseluruhan yang berkembang-sendiri tidak dapat dimengerti dengan mengubah metode aksiomatik terdahulu dari matematik pada objek-objek lain.1 6

Prosedur ini mempersangkakan suatu esensi tetap, sedangkan konsepsi baru Hegel adalah: bahwa, seperti sudah kita sebutkan, esensi difahami sebagai berkembang-sendiri. Hegel mempersiapkan jalan bagi tesis Marxian mengenai titik pangkal ilmu dengan refleksi-refleksinya mengenai struktur sirkular dari suatu sistem ilmiah dan mengenai kombinasi yang langsung (yang tak-ditengahi) dan yang tidak langsung dalam realitas dan pikiran.1 7 Bersamaan dengan itu, pemecahan Hegel

atas masalah titik pangkal suatu sistem ilmiah –prinsip obyektif-idealis mengenai identitas pikiran dan keberadaan— adalah dikodratkan dan menyimpang. Karena ia menganggap realitas akhir adalah kategori- kategori logis yang dihipostasis (hypostatize = metafisika, substansi yang mendasari), yang perwujudannya adalah realitas material dari alam dan masyarakat. Pada awal sistemnya dalam Logic, Hegel menegakkan konsep “keberadaan, keberadaan murni, keberadaan tanpa spesifikasi lebih lanjut.”1 8 Dengan memperlakukan semua definisi dengan sangat

bebas, Hegel menghasilkan [konsep] “ketiadaan” dari “keberadaan murni.” Karena itu, ilmu sebenarnya dimulai dengan persatuan “keberadaan” dan “ketiadaan”; dan bersamaan dengan itu prinsip dari keharusan perubahan yang bersifat kekal (immanent) diajukan, yang menghasilkan kategori-kategori lebih konkret dan pada pembangunan seluruh sistem ilmiah.1 9

Berdasarkan teori-salinan (copy-theory) materialis, Marx menganalisa gagasan-gagasan dialektis Hegelian perihal naik dari yang sederhana, dengan sedikit determinasi, pada yang kompleks, yang kaya akan determinasi-determinasi; ilmu sebagai sebuah lingkaran; dan hubungan antara yang langsung dengan yang tidak langsung. Bersamaan dengan itu ia mengubah, secara hakiki, teori-salinan pra-Marxis. Marx mulai dengan mereproduksi ide-ide suatu realitas kompleks yang kaya akan determinasi-determinasi, tidak dari analisis konsep-konsep abstrak, melainkan dari analisis suatu realitas lain yang sederhana, yang konkret elementer sebagai sel, yang determinasinya abstrak jika dibandingkan dengan determinasi dari keseluruhan yang kompleks.2 0 Dan apabila yang

konkret tampil sebagai suatu hasil yang naik dari yang abstrak pada yang konkret, Marx secara fondamental masih tetap jauh dari konsepsi idealis yang menyatakan bahwa realitas konkret adalah konsekuensi dari gerak-sendiri jenis pikiran obyektif apa pun, “karena ... metode naik dari yang abstrak pada yang konkret hanya cara berpikir untuk menguasai yang konkret,” untuk mereproduksinya sebagai suatu kekonkretan mental.2 1

Penelitian mengenai perbedaan antara konsepsi materialis dialektis Marx dan konsepsi idealis dialektis Hegel mengenai masalah titik tolak suatu sistem ilmiah mengarah pada masalah konsepsi-konsepsi mereka yang kontradiktori mengenai perkembangan dialektis dan hubungan antara penyajian teoritis dan sejarah aktual.

Catatan

1 Lihat Capital, vol.1, hal. xxix-xxxi. 2 Ibid.

3Introduction, hal.57, Texts on Method, hal. 73.

4 Lihat E.V. Ilenkov, Dialektika abstraktnogo i konkretnogo v ‘Kapitale’ Marksa, Moscow, 1960, hal. 38. (Selanjutnya disebut Ilenkov, ‘Dialektika’.)

5 Lihat Introduction, 1857, Texts on Method, hal. 72.

(Selanjutnya disebut The German Ideology.) Lihat di bawah, Bag. I, Bab.9. 7 Lihat Introduction, 1857, Texts on Method, hal. 71 ff.

8 Theories of Surplus Value, vol.2, hal.164-9.

9Introduction, 1857, Texts on Method, hal. 72; lihat juga A Contribution to the Critique of Political Economy, hal.57-8.

10 Lihat di bawah, Bagian I, Bab. 9.

11 Lihat F. Behrens, Zur Methode der politischen Okonomie, Berlin, 1952, teristimewa Bab.3. 12 Frederick Engels, Karl Marx, A Contribution to the Critique of Political Economy[Review], dalam A Csontribution to the Cri-tique of Political Economy, hal. 225.(Selanjutnya disebut Review, 1859.

13 “Philosophical Notebooks”, hal. 360-1.

14 Lihat Grundrisse, hal. 259; lihat di bawah, Bagian I, Bab.5 dan 6. 15 Lihat Karl Marx, Grundrisse der Kritik der politischen Okonomie,

Berlin[Timur], 1953, hal. 907.(Selanjutnya disebut Grundrisse der Kritik der politischen Okonomie.) 16 Lihat Phenomenology, hal. 99-101.

17 Lihat G.W.F. Hegel, Science of Logic, Allen and Unwin, London, 1969, hal. 71. (Selanjutnya disebut Science of Logic)

18Science of Logic, hal. 81. 19 Ibid., hal. 73.

20 Notes on Wagner, Texts on Method, hal. 198-9. 21Introduction, 1857, Texts on Method, hal. 72-4.

Bab 5

Dalam dokumen jindrich zeleny logika marx (Halaman 38-44)