• Tidak ada hasil yang ditemukan

a. Pengertian Token Ekonomi

Token ekonomi merupakan salah satu bentuk terapi dengan cara modifikasi perilaku. Menurut Walker (dalam Purwanta 2005), “Tabungan keping adalah salah satu cara atau teknik untuk pengukuhan tingkah laku yang ditunjukkan seorang anak yang sesuai dengan target yang telah disepakati, dengan menggunakan hadiah untuk penguatan secara simbolik”.

Token ekonomi adalah salah satu teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian atau kepingan (atau satu tanda atau isyarat) sesegera mungkin setiap kali setelah perilaku sasaran muncul. Kepingan kepingan ini nantinya

dapat ditukar dengan benda atau aktivitas pengukuh lain yang diinginkan subjek, (Purwanta 2005). Senada dengan itu, Syah (1999) menyebutkan bahwa token ekonomi adalah salah satu bentuk penguatan (reinforcement) positif.

Token ekonomi adalah suatu sistem dalam modifikasi perilaku melalui penguatan positif yang berasal dari dasar operant conditioning. Respon dalam Operant conditioning ini muncul tanpa didahului stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforce. Reinforce itu sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang dapat meningkatkan kemungkinan munculnya sejumlah respon tertentu.

Prosedur tabungan kepingan (token ekonomi) tidak berbeda dengan orang bekerja yang menerima upah langsung setelah satu porsi pekerjaan selesai.

Beberapa jenis kepingan atau token sebagai symbol pengukuh yang sering digunakan antara lain : bintang emas, kertas kupon, sepotong kertas kecil warna, uang logam, sticker, perangko, kancing plastik dan sebagainya.

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa token ekonomi merupakan teknik modifikasi perilaku dengan cara pemberian suatu kepingan (sebagai simbol pengukuh) sesegera mungkin setelah perilaku yang diharapkan muncul yang nantinya dapat ditukar dengan pengukuh idaman.

b. Prinsip Token Ekonomi

Dalam pemberian keping (token) meskipun ukuran dan jumlahnya berbeda, namun karakteristik tertentu harus dimiliki oleh setiap kepingan.

Kazdin (dalam Purwanta 2005), menjelaskan mengenai prinsip token ekonomi sebagai berikut :

Kepingan itu harus dapat dilihat dengan jelas oleh anak, dapat diraba dan dapat pula dihitung, salah satu dari tiga karakteristik tersebut harus terpenuhi, anak harus memahami cara menggunakan kepingan tersebut, mengetahui berapa harga kepingan yang dimilikinya, sehingga prosedur ini dapat benar benar menjadi alat pendorong dan penguat secara fakta. Anak diberitahu bahwa kepingan dapat ditukar dengan barang yang disukainya.

Selain berhubungan dengan kepingan itu sendiri, Walker (dalam Purwanta, 2005) mengatakan ada elemen pokok sebagai prinsip dalam tabungan kepingan. Elemen pokok tersebut adalah :

1) Lingkungan bisa dikontrol, maksudnya bahwa dalam pelaksanaannya program kepingan lingkungan yang dapat menimbulkan perilaku dapat diprediksi dan dikembalikan

2) Sasaran perilaku harus spesifik, maksudnya bahwa perilaku yang akan diubah harus dideskripsikan dengan jelas. Misalnya, tidak berkelahi, tidak keluar rumah, mengucapkan salam dan mandi dengan bersih

3) Tujuan dapat terukur, maksudnya bahwa tujuan yang telah ditetapkan dapat diukur kemunculannya. Pengukuran dapat diukur dari segi frekuensi, besaran, atau intensitasnya.

4) Bentuk atau jenis benda sebagai kepingan jelas, maksudnya bahwa benda yang digunakan sebagai kepingan (token) tertentu bentuk dan jenisnya.

Misalnya uang uangan dari plasrik, materai, prangko.

5) Kepingan sebagai hadiah, maksudnya bahwa kepingan tersebut dapat berfungsi sebagai hadiah bagi anak yang telah menjelaskan program sesuai dengan rancangan. Oleh karena itu, kwalitas kepingan seyogyanya yang lebih menarik, supaya makna dari hadiah dapat terpenuhi.

6) Sesuai dengan perilaku yang diinginkan, maksudnya bahwa perilaku yang diinginkan telah muncul atau terjadi, maka segera diberi kepingan. Dalam hal ini ketetapan waktu (timming) dalam memberikan dapat meningkatkan efektivitas pelaksanaan prosedur tabungan keping.

7) Mempunyai makna lebih sebagai pengukuh, maksudnya bahwa kepingan yang diperolehnya memperoleh makna sebagai pengukuh perilaku berikutnya.

c. Keuntungan Token Ekonomi

Ada beberapa keuntungan dalam modifikasi perilaku. Purwanta (2005) menjelaskan beberapa keuntungan modifikasi perilaku antara lain sebagai berikut :

1) Langkah langkah dalam modifikasi perilaku dapat direncanakan terlebih dahulu.

2) Perincian pelaksanaa dapat diubah selama perlakuan atau terapi berlangsung. Perubahan disesuaikan dengan perubahan.

3) Bila dari hasil monitoring ternyata suatu teknik gagal atau kurang berhasil untuk menimbulkan perubahan, dapat segera terdeteksi dan diusahakan teknik penggantinya.

4) Teknik teknik yang dipakai dalam modifikasi perilaku dapat diterangkan dan diatur secara rasional. Hasil perlakuan dapat diramalkan dan dievaluasi secara objektif.

5) Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan perubahan lebih singkat dari pada menggantungkan perubahan yang terjadi secara insight yang diperoleh subjek.

Senada dengan ini, Martin dan Pear (dalam Sahyanni 2013) menjelaskan ada dua keuntungan menggunakan token sebagai penguat. Pertama token tersebut dapat diberikan secara langsung setelah perilaku yang diharapkan muncul dan kemudian ditukarkan untuk sebuah motif (hadiah). Hal itu dapat digunakan untuk menjembatani penundaan yang sangat antara respon perilaku target dan hadiah, ketika terjadi kesulitan atau tidak mungkin untuk memberikan penguat cadangan (hadiah) secara langsung setelah perilaku target muncul. Kedua, token mempermudah dalam mengelola konsistensi dan keefektivan penguat (hadiah) ketika menangani sekelompok individu.

Hal ini dibuktikan oleh Najmudin, (2011) dalam jurnal penelitiannya yang menyatakan bahwa “…token ekonomi secara efektif menurunkan perilaku agresif pada siswa sekolah dasar.” Selain itu, Handayani, D. T (2014) menyatakan dalam jurnal penelitiannya “…berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa penurunan perilaku memukul pada anak setelah mendapatkan perlakuan, sehingga dapat disimpulkan bahwa token ekonomi dapat mengurangi gejala agresivitas pada anak, khususnya perilaku memukul.”

d. Aturan Dalam Pelaksanaan Token Ekonomi

Beberapa aturan dan pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan token ekomomi agar efektif seperti yang dikemukakan oleh Soetarlinah Soekadji (dalam Purwanta 2005), adalah sebagai berikut :

1) Hindari Penundaan

Salah satu keunggulan dari tabungan kepingan adalah pemenuhan persyaratan evektivitas pengukuhan, ialah pemberian pengukuhan dilakukan seketika setelah perlakukan sasaran muncul.

2) Berikan Kepingan Secara Konsisten

Pemberian pengukuhan yang terus menerus (continuous) dan konsisten akan mempercepat peningkatan perilaku sasaran.

3) Memperhitungkan Pengukuhan Dengan Harga Kepingan

Harga kegiatan dan penguat dalam nilai kepingan perlu mendapat perhatian. Dalam perencanaan perlu dipertimbangkan banyaknya kepingan yang akan diterima cukup untuk ditukar dengan pengukuhan idaman.

Harga pengukuh yang terlalu banyak akan dihargai terlalu tinggi akan menimbulkan kejenuhan.

4) Persyaratan Hendaknya Jelas

Sebelum penandatanganan kontrak atau kesepakatan pelaksanaan program tabungan kepingan, aturan yang dipakai harus jelas dan mudah diikuti.

5) Pilih Pengukuhan yang Macam dan Kualitasnya Memadai

Agar pengukuh idaman yang ditawarkan efektif, perlu dicocokkan macam dan kualitasnya dengan situasi dan kondisi subjek.

6) Kelancaran Pengadaan Pengukuh Idaman

Perlu dipikirkan cara cara pengadaan pengukuh, sebab banyak program kepingan terbentur pada pengadaan pengukuh idaman ini.

7) Pemasaran Pengukuh Idaman

Makin banyak permintaan barang atau aktivitas, makin dapat dipasang harga tinggi untuk nilai tukarnya. Artinya pengukuhan yang banyak

minatnya harganya lebih tinggi dari pada pengukuhan yang tidak banyak minatnya.

8) Jodohkan Pemberian Kepingan dengan Pengukuh Sosial Positif

Bila aktivitas atau tindakan sosial positif telah efektif sebagai pengukuh, tentu tidak dibutuhkan program kepingan. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam penggunaan kepingan adalah agar subjek dapat berpindah dari pengukuhan kepingan ke pengukuh sosial.

9) Perhitungkan Efeknya Terhadap Orang Lain

Pengukuhan tabungan seharusnya melibatkan satu kelompok, teman akan iri apabila salah satu diantaranya/ diantara mereka mendapat perlakuan istimewa. Oleh karena itu perlu diusahakan agar mereka membantu subjek memperoleh kepingan.

10) Perlu Persetujuan Berbagai Pihak

Pelaksanaan program kepingan biasanya mengganggu acara program utama yang dirumpanginya, oleh karena itu perlu persetujuan dari guru, kepala sekolah atau orang yang mengelola program ini.

11) Perlu Kerjasama Subjek

Program tabungan kepingan sulit berhasil bila tidak ada komunikasi yang jelas dengan subjek. Makin jelas aturannya maka makin lancar pelaksanan program dan makin efektif hasilnya.

12) Perlu Pelatihan bagi Pelaksanaan

Latihan tersebut berhubungan dengan ketetapan mengamati perilaku yang muncul, ketepatan dalam memberikan kepingan, ketepatan menukarkan nilai kepingan dengan pengukuhan, dan kepekaan terhadap perilaku pengganggu yang lain.

13) Perlu Pencatatan

Pencataan cermat terhadap frekuensi sasaran dan perilaku lain perlu dilakukan.

14) Kombinasi dengan Prosedur Lain

Program kepingan dapat dikombinasikan dengan program lain seperti denda dan penyisihan.

15) Follow Up dan Penundaan

Bila program kepingan telah berhasil meningkatkan perilaku, sedang pengukuh sosial belum dapat menggantikan keseluruhan program kepingan, maka perlu diadakan latihan penundaan pemberian kepingan.

e. Penerapan Tabungan Kepingan

Sebelum modifikasi perilaku dengan meggunakan teknik tabungan kepingan (token ekonomi) diterapkan, guru terlebih dahulu menjelaskan peraturan yang harus dilakukan oleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas, kemudian disepakati bersama beberapa nilai keping dari setiap perilaku yang telah dilaksanakan. Kegiatan semacam ini disebut kontrak perilaku.

Menurut Walker dan Sea (dalam Yusuf dan Legowo, 2007) “Kontrak adalah persetujuan, tertulis atau verbal. Antara dua orang atau lebih, individual atau kelompok, yang menetapkan tanggung jawab antara mereka tentang aktivitas atau item tertentu”.

Agar kontrak dapat digunakan secara efektif hendaknya melibatkan siswa dalam merencanakan dan memutuskannya. Yusuf dan Legowo (2007) menjelaskan beberapa poin yang perlu diperhatikan dalam pelibatan siswa dalam manajemen kontrak, yaitu :

1) Pemilihan tingkah laku sasaran.

2) Pemahaman terhadap tingkah laku khusus yang akan diubah melalui diskusi dengan guru, dengan memberikan contoh dan penjelasan serta dalam mendefinisikan tingkah laku.

3) Pemilihan Reinforcement.

4) Mengevaluasi sistem tersebut dari sudut pandang siswa.

Adapun beberapa manfaat dan kelebihan dari kontrak perilaku menurut Smith dan Scholoss (dalam Yusuf dan Legowo , 2007) adalah sebagai berikut:

1) Siswa dapat belajar melakukan negosiasi dalam proses membuat kontrak 2) Hasil masukan siswa dari proses negosiasi, bernilai informasi bagi guru

tentang potensis siswa dan dalam menentukan reinforce yang potensial bagi siswa untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Siswa, orangtua, atau staff sekolah, atau orang lain yang signifikan terhadap program perubahan tingkah laku siswa yang semula tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan didalam program ini menjadi bertambah pengetahuan dan keterampilannya melalui keterlibatannya dalam negosiasi kontrak.

4) Kontrak yang telah dibuat bagi setiap siswa, memungkinkan guru untuk melaukan pengajaran individual.

Senada dengan itu, Purwanta (2005) menyebutkan ada beberapa tahap yang perlu dipersiapkan dalam melaksanakan sistem token ekonomi :

1) Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan ini ada empat hal yang perlu dipersiapkan.

Yang pertam adalah menentukan tingkah laku atau kegiatan yang akan diubah, kemudian yang kedua menentukan barang atau benda yang dapat menjadi penukar kepingan, yang ketiga memberi nilai atau harga untuk setiap kepingan atau tingkah laku yang ditargetkan dengan kepingan, selanjutnya yang ke empat adalah menentukan harga barang barang atau kepingan penukar.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan diawali dengan pembuatan kontrak antara subjek dengan terapis. Kontrak biasanya dibuat secara sederhana, cukup dengan lisan dan keduanya saling memahami, tetapi untuk kegiatan yang kompleks kontrak sering ditulis dan ditandatangani.

3) Tahap Evaluasi

Pada tahap evaluasi ini akan diketahui faktor faktor apa yang perlu ditambah ataupun dikurangi dalam daftar pengukuhan ataupun pengubahan tingkah laku yang telah dilaksanakan tersebut.

Dokumen terkait