• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENS

B. Tokoh Muhammadiyah

hubungan antara santri dan FPI pun ikut menjadi baik dan respon para santripun dinilai mendukung dengan adanya FPI.

Sehingga tidak heran dalam beberapa kesempatan alumni santri Sidogiri yang tergabung dalam Ikatan Aklumni Santri Sidogiri menggandeng FPI dalam kegiatan seminar remaja yang bertemakan bahaya pergaulan bebas yang dilaksanakan di MA YTI Sedarum, Nguling, Pasuruan yang bertepatan pada hari

Ahad tanggal 22 Sya’ban 1437 H / 29 Mei 2016.97

Dibeberapa kesempatan yang lain para santri yang tergabung dalam Aliansi Santri Pasuruan dengan FPI mengeluarkan pernyataan sikap terkait kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok (Basuki Cahya Purnama) selaku gubernur DKI Jakarta, dengan melakukan aksi damai dan tertib serta terhormat dan martabat pada tanggal 28 Oktober 2016.98

Maka dari itu tidak heran basis NU dan pondok pesantren di Pasuruan sangat menerima keberadaan FPI. Karena selain sepaham dengan paham ahlu

sunnah wal jamaa’ah, NU dan ponpes di Pasuruan juga memiliki kedekatan

hubungungan emosional yang sangat baik dengan petinggai FPI. sehingga dapat menjadi pendukung dan perekat para jajaran tokoh-tokoh NU dibawah dan para santri serta masyarakat bahwa tujuan adanya FPI Di Pasuruan adalah sama dengan yang dicita-citakan oleh NU, santri dan masyarakat pada umummnya adalah li

I’lakalimatillah.

B. Tokoh Muhammadiyah. 97

Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan, t.h 98

72

Ketua PDM di Pasuruan KH. Kholil Asy’ari meyambut positif adanya FPI di Pasuruan. FPI yang selama ini banyak fokus dibidang amar ma’ruf nahi munkar

ternyata mempunyai kesamaan dengan Muhammadiyah. Menurutnya sebuah gerakan yang berasaskan Islam, selama yang bersangkutan sama-sama menegakkan kalimat li’ilakalimatillah maka kita wajib sinergi. Untuk memajukan dan menggolkan cita-cita tersebut semua elemen yang berkaitan dengan perjuangan Islam harus bersatu dalam ketauhitan. Tidak termasuk FPI yang selama ini telah di tuduh oleh sebagian oknum bahwa mereka anti pancasila dan kebinekaan.99

Dalam gerakan keagamaan, sosial dan kemanusian Muhammadiyah juga terdapat persoalan yang membahas keesaan tuhan. Substansi kalimat tiada tuhan kecuali Alloh dan Muhammad utusan Alloh adalah merupakan perwujudan

dialektis qura’an dan sunnah dalam realitas kehiduapan Muhammadiyah yang

bertumpu pada pada universitas Islami, dimana tauhid meletakkan kesatuan umat manusia dan moralitas kehidupan. 100 Sehingga dimanapun Muhammadiyah berpijak disitulah jargonnya Lailaha illallah, Muhammad Rasulullah sebagai karakteristik dalam memberi tauladan yang dalam lingkup institusi sosial budayanya. Sendi tauhid Muhammadiyah diabaikan dalam bentuk kebesaran, yaitu prasasti berwarna hijau (bendera) dengan lambing matahari yang berarti memberi penerangan terhadap kegelapan.101

99Kholil Asy’ari, Wawancara, Pasuruan,28 Juni 2017. 100

Lihat Amien Rais, Lima Doktrin Muhammadiyah. Dalam Dinamika Pemiiran Islam dan Muhammadiyah. Lembaga Pustaka dan Dokumentasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1996. Hal 1-2.

101

Subhan Mas, Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme Islam Sebuah Presisi Modernitas (Surabaya: CV. Al-Hikmah, 2005), 36.

73

Pergerakan FPI dalam amar ma’ruf nahi munkar menimbulkan reaksi

berbeda dalam kalangan masyarakat umum. Ada sebagian yang kurang mengerti dan awam mudah sekali terprofokasi dan terpengaruh oleh media-media yang kurang proporsional dalam memberitakan mengenai pergerakan FPI.102

Maka dari itu, dalam tataran organisasi sikap Muhammadiyah mengenai

amar ma’ruf nahi munkar tertuang dalam muqoddimah anggaran dasar

Muhammadiyah yang mengandung 7 (tujuh) pokok pikiran / prinsip / pendirian yang tertera pada pokok pikiran yang ke enam.103 Pokok pikiran tersebut dirumuskan dalam muqoddimah Anggaran Dasar sebaga berikut:

Untuk meaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat dan rahmat alloh swt dan dengan didorong oleh firmah Alloh dalam al-Qur’an:

“adakanlah dari kamu sekalian golongan yang mengajak kepada keislaman,

menyuruh kebaikan dan mencegah dari pada kemukaran. Mereka itu golongan

yang beruntung berbahagia” (QS. Ali Imron ; 104).

Berdasarkan ayat diatas jelas bahwa tugas pokok Muhammadiyah adalah: 1. Dakwah Islam

2. Amar Ma’ruf

3. Nahi Munkar

Dakwah Islam ialah menyeru / mengajak manusia / masyarakat kepada ajaran Islam, dengan memberikan pengertian dan kesadaran akan kebenaran

102Kholil Asy’ari, Wawancara, Pasuruan,28 Juni 2017. 103

74

ajaran Islam, sehingga manusia atau masyarakat dapat menginsyafi akan kebaikan, kelebihan dan keutamaan ajaran Islam untuk membentuk prpibadi manusia dan mengatur kehidupan ketetrtiban bersama, dalam sebuah aspek kehidupan bersama, dalam seluruh aspek kehidupan masusia / masyarakat.104

Unsur Amar ma’ruf nahi munkar. Direfleksikan dengan jelas dalam “amal usaha” Muhammadiyah. Para pemimpin Muhammadiyah berpendapat bahwa tujuan utma dakwahnya adalah menyebarkan ajaran amar ma’ruf nahi munkar.

Oleh karena itu, tujuan dakwah adalah pembentukan karakter individual, dakwah

yang mementingkan amar ma’ruf nahi munkar yang mempunyai dua tujuan

utama. Pertama, pada level individual, ia bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan keagamaan orang Islam yang mengajak non-muslim unyuk memeluk Islam. Kedua, pada level sosial, ia berkonsentrasi pada perbaikan kehidupan sosial didasarkan pada musyawarah dan taqwa.105

Beberapa persamaan dalam gerakan Islam sudah terpateri dalam Muhammadiyah dan FPI. Ketua Muhammadiyah mengatakan bahwasannya FPI

adalah ormas yang begitu gencar melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Tidak

kami pungkiri itu karena mereka memang mengambil wilayah-wilayah yang sedikit kosong dalam perjuangan menegakkan kalimat Alloh. Saking begitu

gencarnya melakukan gerakan amar ma’ruf nahi munkar. Dapat dilihat dari

adanya aksi bela Islam 411 dan 212.

104

Hamdan Hambali, Ideologi Dan Strategi Muhammadiyah (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah: 2006), 32.

105

Ahmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis (Surabaya: Lembaga Pebgkajian Agama dan

75

Demo besar-besaran yang meraka lakukan untuk menuntut penista agama itu sudah benar. Umat Islam harus bersatu untuk menegakkan yang haq dan mengatakan yang bathil. Namun kami secara organisasi wilayah juang kami berbeda. Akan tetapi siapapun yang memperjuangkan nama dan harkat martabat Islam pasti kami dukung termasuk FPI.106

KH. Kholil Asy’ari mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat di

Pasuruan memang NU dan Muhammadiyah. Jadi, wajar saja jika mungkin ada warga Muhammadiyah yang ikut berjuang bersama FPI. Dan kami pun tidak mempermaslahkan karena kami disini mayoritas maka tentu kalau tidak NU pasti ya muhammadiyah yang masuk ke FPI.

Adanya FPI di Pasuruan secara kelembagaan memang suatu tuntutan, dari pusat pasti akan ada yang namanya wilayah, daerah dan cabang-cabang. Sedangakan secara gerakan memang adanya kelompok-kelompok baru di Pasuruan jika dalam konteks NU dan Muhammadiyah dilatarbelakangi oleh adanya sikap yang ingin menoonjolkan suatu gerakan yang tidak ada dari NU dan Muhammadiyah. Dengan artian sikap NU dan Muhammadiyah yang dinilai kurang reaksi atas adanya problem-problem ditengah masyarakat. 107

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah yang

diwakili oleh ketua PDM KH. Kholil Asy’ari menyatakan sikap netralnya

terhadap adanya FPI sebagai kelompok baru. Ditemui dikediaman JL. Anggrek Raya B4/13 Perum Gading Permai Pasuruan. Menurutnya problematika yang ada jika ditinjau dari seting sejarah masa lalu nabi sendiri sudah memprediksi diakhir

106KH. Kholil Asy’ari

, Wawancara, Pasuruan, 28 Juni 2017. 107

76

zaman akan muncul 74 kelompok. jadi wajar jika muncul adanya kelompok baru karena memang fokus masing-masing memang berbeda. FPI di stigma oleh pihak luar sebagai kelompok yang intoleran, radikal, dan anti pancasila. Penilaian tersebut juga tidak didasari oleh sumber, mengapa FPI melakukan gerakan- gerakan pencegahan kemunkaran yang bersifat terbuka dan tersistem rapi secara kelompok. Problem semacam ini memang terjadi dikarenakan tidak adanya diaolog terbuka antara yang menuduh intoleran dengan yang dituduh.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas yang diperoleh dari penelitian lapangan maka dapat disimpulkan bahwasannya :

1. Front Pembela Islam lahir di Pasuruan secara resmi pada tanggal hari ahad / minggu tanggal 7 Rajab 1436 H / 26 April 2015. Pada waktu dilaksanakan musyawarah wilayah yang bertempat di Jl. Ponpes Attahzib, Lekok, Pasuruan - Jawa Timur. Latar belakang berdirinya FPI di Pasuruan berbeda dengan FPI diberbagai daerah yang notabennya berdiri atas dasar kemunkaran yang telah merajalela. FPI di Pasuruan pada awal berdirinya sudah berkomitmen untuk lebih fokus berjuang pada medan dakwah dan sosial. Karena FPI lebih melihat kepada tuntutan dilapangan yang dibutuhkan oleh masyarakat Pasuruan. Namun, meskipun FPI fokus dalam medan dakwah dan sosial, tidak menutup kemungkinan FPI akan berjuang kembali sebagaimana mestinya dalam medan

amar ma’ruf nahi munkar.

2. Hubungan FPI dangan ormas Islam khususnya NU dan Muhammadiyah terbilang sangat harmonis, lantaran ketiga Ormas yang berasaskan Islam tersebut memiliki faham keagamaan yang sama, yakni ahlu sunnah wal

jamaa’ah. Setiap perbedaan yang bersifat furu’ antara ketiga ormas tersebut

dapat disikapi dengan penuh toleran. Sedangkan setiap persamaan antara FPI, NU dan Muhammadiyah di Pasuruan disikapi dengan penuh suka cita,

78

sehingga timbulalah kekompakan dan sikap saling bahu-membahu serta mendukung antara ketiga ormas tersebut. Maka tidak heran apabila FPI, NU dan Muhammadiyah sering terlihat bergandengan tangan dalam mensikapi penyimpangan-penyimpangan yang diarahkan terhadap Islam.

3. Front Pembela Islam sebagai ormas yang baru eksis dalam jajaran ormas tingkat nasional mendapattkan respon yang cukup baik dari masyarakat Pasuruan, khususnya dari para tokoh NU dan Muhammadiyah. Adanya FPI di Pasuruan dinilai bukanlah sebuah ancaman dan saingan bagi para ormas sebelumnya yakni NU dan Muhammadiyah. Namun, adanya FPI merupakan seorang saudara seperjuanagan yang melengkapi dan mengisi kekosongan

perjuangan medan amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan sebuah

kewajiban setiap muslim.

B. Saran

Sebagai akhir dari penutup ini akan disampaikan saran atau rekomendasi yang ditujukan untuk :

1. Kepada mahasiswa dan jajaran akedemisis khususnya mahasiswa jurusan Sejarah Peradaban Islam, mengenai tulisan karya Ilimiah tentang organisasi kemasyarakatan dirasa penting untuk dikaji lebih dalam, mengingat pentingnya mengetahui suatu gerakan yang berasaskan Islam. Seperti Front Pembela Islam di Pasuruan yang sukses tampil sebagai ormas yang mendapat respon baik dari ormas Islam lainnya seperti NU dan Muhammadiyah.

79

2. Untuk masyarakat luas, masih banyak yang perlu diketahui mengenai Front Pembela Islam khususnya di Pasuruan (yang tercantum dalam penulisan ini) juga penting untuk dikaji, bukan hanya mengetahui fokus perjuangannya tetapi juga mengetahui sejarah lahir Front Pembela Islam hingga mendapat hati ditengah-tengah para tokoh-tokoh NU dan Muhammadiyah khususnya masyarakat pasuruan.

Penulisan ini diharapkan dapat menjadi kontribusi tersendiri bagi sejarawan dan masyarakat untuk bijak dalam mensikapi setiap perbedaan- perbedaan dalam gerakan yang berasaskan Islam, sehingga dapat timbulnya persatuan dan kesatuan dalam Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjudin. I’tiqad Ahlu sunnah wal jamaa’ah. Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983.

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Abbas, Siradjudin. I’tiqad Ahlu sunnah wal jamaa’ah. Jakarta, Pustaka Tarbiyah, 1983.

Ahmad Hamdani dan Suyuti Abdullah. Penyimpangan Terhadap Ahlussunnah wal

Jama’ah. Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1997.

Al-Audah, Salman bin Fahd. Urgensi Amar Ma’ruf Nahi Munkar, terj. Ummu

„Udhma Azmi. Solo: Pustaka Mantiq, t.th.

al-Syawi, Taufiq Muhammad. Syura bukan Demokrasi. Jakarta: Gema Insani Press, 1997.

Baso,Ahmad. NU Studies Pergolakan Pemikiran antara Fundamentalisme Islam dan Fundamentalisme Neo-Liberal. Jakarta: Erlangga, 2006.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, Dan Kebijakan Public Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta:Kencana, 2009. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Yogyakarta : LP3ES, 1982.

Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta, LP3S, 1983.

Fattah, Munawir Abdul. Tradisi Orang-orang NU. Yogyakarta: Pustaka Pesantren cet 1, 2006.

Hambali, Hamdan. Ideologi Dan Strategi Muhammadiyah. Yogyakarta, Suara Muhammadiyah: 2006.

Hamka. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Yayasan nurul islam, 1981.

Horikoshi, H. Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Balasain dkk. Jakarta: P3M 1987.

Nata, Abudiin (ed.). Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Lembaga- Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2001.

Jahroni, Jamhari Jajang. Gerakan salafi radikal di Indonesia. Jakarta,PT Raja grafindo persada, 2004.

Jainuri, Ahmad. Ideologi Kaum Reformis. Surabaya, Lembaga Pebgkajian Agama

dan Masyarakat “LPAM”.

Jawas, Yazid bin Abdul Qodir. Amar Ma’ruf nahi munkar menurut ahlu sunnah

wal jama’ah. Bogor: Pustaka at-Taqwa, 2013.

Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: yayasan bentang budaya, 1995.

Lihat Amien Rais, Lima Doktrin Muhammadiyah. Dalam Dinamika Pemiiran Islam dan Muhammadiyah. Lembaga Pustaka dan Dokumentasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 1996.

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor : 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

Lihat Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan

M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo. Manajemen Pondok Pesantren Dalam Perspektif Global. Yogyakarta: LaKsBang Pressindo, 2006.

Marijan, Kacung. Quo Vadis NU, setelah kembali ke Khitbah 1926. Jakarta: Erlangga, 1992.

Mas, Subhan. Muhammadiyah Pintu Gerbang Protestanisme Islam Sebuah Presisi Modernitas. Surabaya: CV. Al-hikmah, 2005.

Mundhur, Ibnu. Lisan al-Arab jilid XI (Beirut: : Dar al-Sodir, t.th.

Nashir, Haedar. Meneguhkan Ideologi Gerakan Muhammadiyah. Malang: Universitas Negeri Malang, 2006.

Ng, Al-Zastrouw. Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI. Yogyakarta: LKiS, 2006.

Nurdin, Ali. Quranic Society: Menelusuri Konsep Masyarakat Ideal dalam al-

Qur’an. Jakarta: Erlangga, 2006.

Nurhidayat, Muhammad. Lebih Dalam Tentang NU. Surabaya: Bina Aswaja. 2012.

Pedoman Front Pembela Islam (AD/ART)

Pranoto, Suhartono W. Teori dan Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.

Shihab, M. Quraish. Tafsir al-Misbah Jilid 2. Jakarta: Lentera hati, 2002.

Quthb, Sayyid. Tafsir fi Zhilalil Qur’an, terj. As‟ad Yasin dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

Rand Corporation, “Civil Democratic Islam (2003)” dan “Building Moderate

Muslim Network (2007) Amerika Serikat

Shihab, Habib Muhammad Riziq. Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Jakarta, Ibnu Saidah, 2008.

Taimiyah, Ibnu. Etika Beramar Ma’ruf Nahi Munkar, Penj. Abu fahmi, (Jakarta: gema Insani Press, 1995),

Thalib, Ja’far Umar. Mengenal Sejarah dan Pemahaman Ahlussunah wal

Jama’ah. Yogyakarta: Yayasan Assunnah, 1995.

Usman, Hasan. Metode Penelitian Sejarah. Duqqi: Darul maarif, 1964. Umam,Khairul. Ushul Fiqh II. Bandung: Pustaka Setia, 1998.

Skripsi

Ana Maulida, “Amar Ma‟ruf Nahi Munkar menurut Sayyid Quthb dalam Tafsir fi Zhilalil Qur‟an” (Skripsi tidak diterbitkan, Jurusan Tafsir Hadis Fakultas

Ushuluddin UIN Sunan Ampel, 2005),

Wawancara

Kholil asyari, Wawancara, Pasuruan, 28 Juni 2017.

Habib Abdullah bin Yahya Al-haddad, wawancara, Pasuruan, 1 Juli 2017. Muhammad Nawawi, wawancara, Pasuruan, 22 Juni 2017.

Kholil Asy’ary, wawancara, Pasuruan, 28 Juni 2017.

Internet http://moefichsitusgd.web.Id/2007/11/28/krisis-sosial-ekonomi-dan-revilisme- islam-di-asia-tenggara. 7 September 2013. http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia- islam/islamnusantara/17/03/28/onixgc396-said-aqil-siradj-politik-dan-agama- tidak-boleh-saling-bersama, ( 30 Juni 2017).

https://sachrony.wordpress.com/2008/06/11/gus-dus-vs-habib-riziq-syihab/, ( 30 Juni 2017).

http://dalamislam.com/akhlaq/pengertian-ukhuwah-islamiyah-insaniyah-dan- wathaniyah. (20 Juli 2017)

Dokumen terkait