GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN TAHUN 2015-2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Oleh M. Sadidul Bayad NIM: A0.22.13.061
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di Pasuruan
2015-2017”. Dari judul tersebut muncul beberapa pembahasan yang menjadi kajian
skripsi ini sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan? (2) Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi masyarakat Islam di Pasuruan? (3) Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?
Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah pendekatan historis yang bertujuan untuk mendeskripsikan perjalanan FPI dari tahun ke tahun sebagai ormas Islam. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode historis yang mengacu kepada wawancara langsung terhadap pelaku sejarah. Adapun teori yang digunakan adalah Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan). Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian
Islam bahkan “sejarah masa depan”.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah ... 11
C.Tujuan Penelitian ... 11
D.Kegunaan Penelitian ... 11
E. Pendekatan dan Kerangka Teori... 12
F. PenelitianTerdahulu ... 13
G.Metode Penelitian ... 16
H.Sistematika Pembahasan ... 20
BAB II SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN A.Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 21
B.Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 26
xiii
C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI.28
1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi ……….28
2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat ..………...…34
3. Kekuasaan Organisasi ……….34
4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan ..………...36
D.Visi dan misi Front Pembela Islam ………... 37
E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah..……… 39
F. Faham keagamaan Front Pembela Islam………...41
BAB III SINERGITAS ANTARA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT ISLAM DI PASURUAN A.Hubungan FPI dengan Nahdlotul Ulama’ (NU) di Pasuruan…..44
B.Hubungan FPI dengan Muhammadiyah di Pasuruan ... 53
C.Hubungan FPI, NU, dan Muhammadiyah di Pasuruan ... 56
BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) SEJAK BERDIRINYA HINGGA SEKARANG DI PASURUAN A.Tokoh Nahdlotul Ulama’ (NU) ... 63
B.Tokoh Muhammadiyah ... 72
BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 77
B.Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang berdirinya FPI adalah akibat merajalelanya kezoliman dan
maraknya kemaksiatan ditengah masyarakat. Yang oleh karenanya terjadi
kerusakan dimana-mana, bahkan telah mengundang berbagai musibah di seantero
negeri. Sehingga tidak bisa tidak harus ada dari bagian umat ini yang sudi tampil
kedepan untuk melawan.kedzoliman dan memerangi segala kemunkaran, dengan
segala resiko perjuangan, agar terhindar dari segala malapetaka yang bisa
menghancurkan negari dengan segala isinya. Untuk itulah Front Pembela Islam
lahir.
Alloh Swt berfirman dalam Q.S Ali-Imron : 104
“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka
itulah orang-orang yang beruntung”.
Disebut Front karena orientasi kegiatan yang dikembangkan lebih pada
tingkatan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang dalam menegakkan
amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga diharapkan agar senantiasa berada di garis
terdepan untuk melawan dan memerangi kebatilan, baik dalam keadaan senang
maupun susah.1
Dan disebut Pembela dengan harapan agar senantiasa pro akktif dalam
melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan
1
Muhammad Riziq Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: Ibnu Saidah, 2008),
2
dengannya diharapkan pula bisa menjadi pendorong untuk tidak berfikir tentang
apa yang bisa didapat, namun sebaliknya agar berfikir tentang apa yang bisa
diberi. Dengan kata lain FPI harus siap melayani bukan dilayani. Sikap seperti
inilah yang diharapkan bisa menjadi penyubur keberanian dan pembangkit
semangat berkorban dalam perjuangan FPI.
Adapun kata Islam menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan
diatas ajaran Islam yang benar lagi mulia.
Jadi jelas bahwa pemberian nama organisasi dengan Front Pembela Islam
adalah sebagai identitas perjuangan, yang dengan membaca atau mendengar
namanya saja, maka secara spontan terlintas dibenak mereka yang tidak kusut
pemikirannya dan tidak berkudis hatinya, bahwa organisasi ini siap berada di
barisan terdepan untuk menegakkan Syari’at Islam. Sehingga identitas perjuangan
jelas dan mudah dipahami.2
FPI merupakan salah satu organisasi Islam yang cukup penting di era
reformasi Indonesia. Dimana ketika itu, hampir tidak ada kekuatan sosial dominan
yang bisa mengendalikan masyarakat. Bahkan, aparat negara juga tidak memiliki
peran efektif untuk menjalankan fungsinya sebagai penjaga ketertiban sosial
kemasyarakatan.3 Dan ketiku terjadi lost power dipihak pemerintah sehingga
dimana tepat terjadi penjarahan, pemerkosaan, penyaniyayaan dan pembunuhan.
Maka dari itu, FPI sebagai salah satu komponen bangsa yang tampil untuk
mencegah masyarakat agar tidak melakukan penjarahan, pemerkosaan,
penyaniyayaan dan pembunuhan.
2
Ibid., 129. 3
3
Tak hanya disibukkan dalam persoalan dalam negeri. FPI juga dijustifkasi
kelompok Islam yang dicap sebagai Fundamentalis oleh dunia barat. Lantaran
kegigihannya dalam menegakkan syari’at Islam.4
gerakannya yang kerap
diwujudkan dalam tindakan-tindakan dan aksi-aksi yang cukup tegas dan keras
didalam menghantam tempat-tempat yang didalam bahasa kepolisian disebut
dengan penyakit masyarakat atau bisa disebut dengan maksiat didalam ajaran
Islam. Jargon-jargon yang mereka pakai memang tidak jauh dari doktrin terhadap
pembelaan Islam, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat Islam dan sangat kritis
terhadap barat. Organisasi ini dengan cepat dikenal masyarakat sejak beberapa
tahun belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan fokus perjuangan mereka
yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kegiatan-kegiatan amar ma’ruf seperti
kajian-kajian, sholawatan, maulid nabi Muhammad saw, mengirim anggota-anggota
lascar kekorban bencana Tsunami di Aceh untuk mengefakuasi jenazah dll.
Sedangkan nahi munkarnya seperti menutup dan merazia tempat-tempat hiburan
yang mereka percaya sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik, kafe,
kasino dll.5
Front pembela Islam kini menjadi icon amar ma’ruf nahi munkar.
Dimana-mana daerah orang sudah mendengar tentang FPI. tak heran ketika disuatu tempat
terdapat kemukaran sering kali masyarakat memanggil FPI. Maka dari itu atas
dorongan dan tokoh agama FPI banyak didirikan diberbagai kota / kabupaten di
seluruh Indonesia atas permintaan masyarakat.
4Rand Corporation, “Civil Democratic Islam (2003)” dan “Building Moderate Muslim Network (2007) Amerika Serikat.
5
4
Tidak ketinggalan di kota Pasuruan, kota kecil yang dikenal dengan
sebuah sebutan kota santri, sehingga sebagian besar ajaran-ajaran Islam yang
berada di kota ini seakan sudah menkultur kuat ditengah-tengah masyarakatnya.
Kata santri sebagai julukan kota Pasuruan tidak lepas dari adanya lembaga
pendidikan yang disebut dengan pesantren. Pesantren adalah sebuah pendidikan
tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan
guru yang dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat
menginap para siswa atau santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga
menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan
keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat
mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.6
Berbagai banyaknya sistem pendidikan berupa pesantren di kota Pasuruan. Maka,
tidak heran apabila kota Pasuruan dijuluki sebagai kota santri.
Bukan menjadi rahasia umum, basis Nahdotul Ulama (NU) sebagai ormas
di kota Pasuruan. Sangat kuat dan militan. Terbukti dengan banyaknya pondok
pesantren disetiap pelosok kota Pasuruan. NU didalam menyebarkan paham
keagamaannya tidak lepas dari para kyai-kyai sebagai pimpinan pondok
pesantren. Bagi para kyai di Pasuruan organisasi kemasyarakatan Nahdotul Ulama
mempunyai prinsip yang lurus dan sejalan dangan perintah agama. Berikut
beberapa dari landasan dasar paham keagamaan Nahdotul Ulama sehingga dapat
diterima oleh para kyai-kyai terutama oleh masyarakat di Pasuruan.
6
5
Rosululloh bersabda: Demi dzat, yang jiwaku ada didalam genggaman-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: 1 masuk surge dan yang 72 masuk neraka. Seorang sahabat bertanya: siapakah itu ya rosul? Jawab nabi; Ia
adalah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah (HR at-thabrani).
Dalil kedua, berdasarkan pada hadis nabi:
Rosululloh bersabda; umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: satu selamat (masuk surga) dan lainnya rusak (masuk neraka). Sahabat bertanya: siapakah yang
selamat itu ya rosul? Jawab nabi: golongan Ahlussunnah wal Jama’ah. Seorang
sahabat lain bertanya: siapakah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah itu? Jawab nabi: yang sekarang bersamaku dan sahabat-sahabatku. (HR. at-tirmidzi).7
Dalil-dalil tersebut ialah pendapat yang dikemukakan golongan
Ahlussunnah wal Jama’ah. Golongan yang satu-satunya diklaim oleh semua
kelompok dalam Islam, salah satunya Nahdotul Ulama (NU).
Nahdotul Ulama (NU) memilki corak yang khas dibanding organisasi lain.
Dalam sosial budaya yang religius di kota Pasuruan. mereka sungguh pandai
dalam melakukan pendekatan-pendekatan ditengah-tengah masyarakat. Paham
yang selama ini dirasa sangat bijak dalam menanggapi persoalan agama dan
Negara ternyata dapat dijawab dengan sangat baik. Slogan-slogan yang tak asing
didengar ialah “cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman” (hub
al-wathan minal iman). Ada yang menyebutkan ungkapan ini berasal dari perkataan
dan hadist nabi Muhammad saw. Sebagai panutan tradisi Nahdotul Ulama (NU),
para walisongo di masa lalu justru banyak mengajarkan kepada kita bagaimana
mencintai bangsa dan tanah air. Gagasan tentang “sebangsa”,”menjadi
sebangsa”,”dan hidup bersama dalam satu kebangsaan”, adalah ungkapan
-ungkapan kebersamaan, solidaritas, kemandirian, dan kesatuan sebagaimana
7
Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren cet 1, 2006),
6
terbentuk imajinasi tentang Nusantara.8 Dengan paham dan pemikiran seperti ini
membuat kota Pasuruan yang mayoritas beragama Islam dan kalangan Nahdiyin
lebih bijak didalam menanggapi kewajiban agama bagi seorang muslim dan
kewajiban seorang masyarakat dan rakyat di dalam pemerintahan yakni di depan
negara.
Selain mengemban jabatan sebagai pengurus Nahdotul Ulama (NU) dan
kyai di pondok pesantren, aktifitas. Doktrin agama di kalangan mereka lebih
tertanam dengan baik dan mengakar erat terhadap para santri yang tidak lain
muridnya sendiri. Paham-paham agama dan tradisi-tradisi Nahdliyin juga lebih
fasih jika yang membawakan para santri termasuk amaliah-amaliah lainnya.
Peran dan sumbangsih Nahdotul Ulama (NU) pun dirasa sangat besar dan
maksimal melalui pondok pesantren yang hakikatnya adalah suatu lembaga yang
multifaset yang memiliki banyak fungsi beragam. Misalnya melihat pondok
pesantren sebagai lembaga tradisional yang mengemban fungsi sebagai lembaga
sosial dan penyiaran agama.9 Sementara itu, pendapat lain menyebutkan adanya
tiga fungsi pondok pesantren yaitu, fungsi transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam,
fungsi pemeliharaan tradisi Islam dan fungsi reproduksi ulama.10
Hal ini juga
disebutkan mengenai tiga fungsi pondok pesantren, yang rumusnya agak berbeda
dari fungsi-fungsi yang dikemukakan Azyumardi Azra. Menurut pendapat lain
ialah, tiga fungsi pondok pesantren dimaksud: (1) sebagai lembaga pendidikan
yang mentransfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, (2) sebagai lembaga
8
Ahmad Baso, NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan
Fundamentalisme Neo-Liberal (Jakarta: Erlangga, 2006), 385.
9
H. Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Balasain dkk (Jakarta: P3M 1987), 232.
10
7
keagamaan yang melakukan kontrol sosial, dan (3) sebagai lembaga keagamaan
yang melakukan rekayasa sosial.11
Dengan tabungan ilmu yang diperoleh dari
pondok pesantren inilah kader-kader Nahdotul Ulama (NU) yang biasanya jebolan
dari santri terbaik atau anak dari pemilik pondok pesantren yang bisanya menjadi
bibit penerus perjuangan.
Perjuangan dalam mensiarkan Islam di kota Pasuruan tidak hanya dimotori
oleh Nahdotul Ulama (NU) semata. Ormas lain seperti Muhammadiyah turut
membantu didalam mensiarkan Islam. Hampir di seluruh kota Pasuruan basis
Muhammadiyah sangat kuat ditandai dengan dengan pemikiran-pemikiran modern
yang di kembangkan secara Islami. Ditengah zaman yang serba modern ini umat
Islam dituntut bisa untuk menjawab berbagai tantangan zaman. Terlebih di zaman
yang serba maju yang erat kaitanya dengan zaman tehnologi, dimana akibat
kemajuan ini mempunyai dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya
adalah masuknya berbagai budaya-budaya asing yang justru bertentangan dengan
agama Islam. Sehingga berakibat merusak budaya Islami yang sebelumnya sudah
terbentuk.
Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang melakukan gerakan-gerakan
dengan cara melakukan pembaharuan (Tajdid) dan pemberdayaan pada
masyarakat dengan cara mentransfer ilmu agar supaya terbentuk sebuah
masyarakat yg beradab dan bewawasan agar lebih mudah membimbingnya kearah
yang lebih baik.12
Muhammadiyah memiliki Peran dan sumbangsih yang tidak
boleh dilupakan dalam memajukan umat Islam. Pada era globalisasi ini semakin
11
M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaKsBang Pressindo, 2006), 8.
12Kholil Asy’ari,
8
banyak perkembangan-perkembangan ekstrem atau radikal dari yang cenderung
radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang
menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan
jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan
modern yang dahsyat.13 Peran Muhammadiyah juga mempunyai pengaruh yang
kuat seperti Nahdotul Ulama (NU) khususnya di kota Pasuruan. sehingga, adanya
Muhammadiyah dapat menjadi penyeimbang dan pelengkap dalam mengambil
sebuah keputusan perihal agama seperti, mengambil keputusan awal puasa
ramadhan dan menentukan hari raya idul fitri. Bahkan menurut Prof. Dr. Mitsuo
Nakamura mengatakan bahwasanya harus adanya kerja sama antara Nahdotul
Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Atau, saya katakan sebenarnya saat ini tidak
ada lagi tembok yang tebal atau tinggi yang menjadi antara Nahdotul Ulama (NU)
dan Muhammadiyah.
Muhammadiyah juga mengambil fokus posisi dibidang pendidikan formal
seperti SD Muhammadiyah hingga SMA bahkan Universitas. Jadi lengkap dan
bersyukurlah dengan adanya Muhammadiyah dan Nahdotul Ulama (NU)
masyarakat Pasuruan bisa sangat leluasa melakukan aktifitas dakwah dan hidup
berdampingan antar ormas yang mempunyai visi dan misi yang sama yakni
menegakkan hukum-hukum alloh ditengah masyarakat Pasuruan.
Di tengah-tengah mayoritas ormas besar seperti Nahdotul Ulama (NU) dan
Muhammadiyah yang senantiasa menyaring dan menfilter adanya berbagai
penyimpangan agama. Membuat masyarakat Pasuruan menjadi tenang dan
13
9
tentram didalam melakukan berbagai aktifitas sosial maupun keagamaan. Namun
sekarang kota Pasuruan telah kedatangan saudara atau adik kandung yang
bernama Front Pembela Islam.
Front Pembela Islam (FPI) adalah organisasi kemasyrakatan berasaskan
Islam yang banyak fokus dalam amar ma’ruf nahi munkar untuk memberantas
para pelaku-pelaku kejahatan dan kemaksiatan yang berada di kota Pasuruan.
Sebagaimana tertulis dalam dokumen rislah historis dan garis perjuangan FPI.
Tujuan berdirinya FPI adalah untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar
ma’ruf adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum
syara dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap kejahatan
/ kemunkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara dan hukum
akal.14 Ruang lingkup penerapan amar ma’ruf nahi munkar ini sangat luas dan
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan kerja
kolektif dari seluruh elemen umat Islam untuk melaksanakannya.
Front Pembela Islam berani tampil ditengah-tengah ormas yang kuat di
kota Pasuran yakni NU dan Muhammadiyah. Beranai tampil sebagai solusi di
tengah-tegah pondok Pesantren yang selalu mengajarkan kepada kebaikan dan
mengajarkan kepada paham-paham kegamaan ditengah-tengah masyarakat serta
tampil di tengah-tengah Muhammadiyah yang senantiasa mencerdaskan bangsa
dibidang keilmuan dan pembaharuan. Masyarakat pada umumnya, khususnya
Pasuruan biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan persoalan-
persoalan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman pengetahuan yang
14
10
dimilikinya. Semakin tinggi kitab yang ia ajarkan, ia akan semakin di kagumi. Ia
juga di harapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya, kepercayaannya kepada
diri sendiri dan kemampuannya, karena banyak orang yang datang meminta
nasehat dan bimbingan dalam banyak hal. Ia juga di harapkan untuk rendah hati,
menghormati semua orang, tanpa melihat tinggi rendah sosialnya, kekayaan dan
pendidikannya, banyak prihatin dan penuh pengabdian kepada Tuhan dan tidak
pernah berhenti memberikan kepemimpinan dan keagamaan, seperti memimpin
sembahyang lima waktu, memberikan khutbah jum’ah dan menerima undangan
perkawinan, kematian khususnya problem sosial yang terjadi masyarakat.15
Namun kini dengan adanya FPI merasa menjadi teman baru dan kawan untuk
diajak kerjasama dibidang keagamaan maupun sosial.
Fenomena seperti inilah yang melatar belakangi penulis ingin
mengungkapkan sebuah fakta dan data mengenai problem sosial keagamaan yang
terjadi di kota Pasuruan mengenai sejarah gerakan Front Pembela Islam. serta
adakah perbedaan dan gesekan antara dua organisasi kemasyarakatan yang
berbasis Islam terbesar yang berada di Pasuruan yang sama-sama mempunyai
banyak jama’ah. Dan penulis juga akan mendeskripsikan awal terbentuknya Front
Pembela Islam dari tahun 2015 hingga 2017.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan?
15
11
2. Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi
masyarakat Islam di Pasuruan?
3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam
(FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?
C. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.
2. Untuk mengetahui sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan
organisasi masyarakat Islam di Pasuruan.
3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam
(FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan.
D. Kegunaan Penelitian
Peneliti berharap tulisan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat
bagi kalangan intelektual Islam khususnya perkembangan sejarah Nasional dan
berbagai pihak :
1. Sisi Akademik
Semoga penelitian ini dapat berguna dan memberikan kontribusi bagi khasanah
keilmuan dibidang sejarah maupun gerakan. Peneliti juga berharap agar
penelitian ini dapat membantu peneliti selanjutnya yang ingin membahas
tentang Front Pembela Islam (FPI). sebagai kampus yang berlabel Islam,
semoga tulisan ini dapat berkembang dengan terus adanya peneliti yang kritis
12
mengungkap fakta dan data, akan menjadi nilai lebih apabila dapat
mengungkapkan suatu kebenaran yang ilmiah dalam kalangan akademisi.
2. Sisi Praktis
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat dibaca oleh khalayak
umum. Selain bermanfaat untuk menghindari gesekan antar organisasi
kemasyarakatan. Peneliti juga berharap dengan adanya tulisan ini akan
bertambah rasa persaudaraan antar organisasi kemasyarakatan sehingga akan
menimbulkan persatuan dan kesatuan sesama warga negara negara khususnya
sesama Islam.
E. Pendekatan dan kerangka teoritik
Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan sejarah
sebagai sebuah disiplin ilmu menunjukan fungsinya yang sejajar dengan
ilmu-ilmu lainnya didalam upaya penulisan sejarah kritis itu setidaknya terdapat dua
implikasi metodologis. Pertama, kewajiban memakai metode study sejarah yang
lebih Problem Oriented. Kedua, penjelasan serta memahami sejarah didasari pada
analisis yang bersifat social scientific. Gambaran pendekatan terhadap suatu
peristiwa akan terlihat ketika seseorang melihat dari sudut pandang mana, maka
dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Historis, dengan harapan
13
yang mampu mengungkapkan gejala-gejala yang kronologis, relevan dengan
waktu dan tempa peristiwa sejarah.16
Dalam pengertian luas teori adalah seperangkat kaidah yang memandu
seorang peneliti dalam menyusun bahan-bahan (data sejarah) yang telah diperoleh
dari serangkaian pengumpulan data, analisis sumber sekaligus evaluasi sumber
penemuannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori challange dan respons
yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah yang dalam hal
ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela Islam) di kota/kabupaten
Pasuruan.
Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah
adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan).
Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan
menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian Islam bahkan “sejarah masa depan”.17
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai FPI (Front Pembela Islam) memang menarik untuk
diteliti. Pergerakan yang begitu dikenal oleh banyak masyarakat ini telah menyita
perhatian dan daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa penelitian yang
membahas mengenai FPI (Front Pembela Islam):
16
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 78. 17Moefich, “Krisis Ekonomi dan Revilisme Islam di Asia Tenggeara”, dalam
14
1. Nurotul Badriyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Prespektif FPI (Front
Pembela Islam) Study kasus di Surabaya.Surabaya: skripsi fakultas ushuluddin
Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2013. Pada penelitian ini
pembahasannya hanya mengacu kepada pergerakan Amar Ma’ruf Nahai
Munkar FPI yang menjadi solusi bagi kelalaian pemerintah didalam
melaksanakan tugas yang terjadi di kota Surabaya sebagai pengayom
masyarakat. Dalam hal ini kesejahteraan, kenyamanan dan rasa aman telah
terusik dengan adanya tempat-tempat maksiat. Disinilah adanya FPI menjadi
solusi bagi problem yang ada di masyarakat untuk memberikan rasa aman
kepada masyrakat.
2. Anugerah Zakya Rafsanjani, Respon Masyarakat terhadap Fundamentalisme
terhadapa Font Pembela Islam (study tentang respon masyarakat desa Blimbing
kecamatan Paciran kabupaten Lamongan terhadap Front pembela Islam
blimbing). Surabaya: skripsi fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel, 2016. Fokus pembahasan pada skripsi ini membahas mengenai
respon Mayarakat desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan
terhadap adanya Front pembela Islam dan gerakan Fundamentalismenya.
Masyarakatpun menerima dan mendukung perjuangan Amar Ma’ruf Nahi
Munkarnya.
3. Muhammad Tikno Mulyono, Dakwah Front Pembela Islam di Bangkalan
(study ekploratif tentang gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Surabaya:
skripsi fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri, 2009. Skripsi membahas
15
Islam di Bangkalan. Konsep dakwah dan hisbhah yang dijadikan menjadi satu
kesatuan.
4. Azilatul Rohmaniah, Tinjauan hukum pidana Islam dan undang-undang no 17
tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan terhadap perihal model Amar
ma’ruf nahi munkar oleh Front Pembela Islam (Studi Kasus di Dusun Dengok
Desa Kandang Semangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan).
Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan
Ampel, 2014. Dalam skrpisi ini menjelaskan dan fokus terhadap pergerakan
Amar ma’ruf nahi munkar yang dinilai telah melampai batas sehingga terjadi
penganiyayaan terhadap korban yang terjadi di Kabupaten Lamongan serta
termasuk tindak pidana yang tertera didalm undnag-undang no 17 tahun 2013
tentang organisasi kemasyarakatan.
Sedangkan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang sejarah
perkembangan awal mula adanya Front Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan,
aktifitas-aktifitas, peran didalam masyarakat dan perjuangannya di kota/kabupaten
Pasuruan.
Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian diatas. Jika penelitian diatas
hanya fokus terhadap gerakan Amar ma’ruf nahi munkar. Namun disini Peneliti
akan mengungkapkan hubungan antara Front Pembela Islam (FPI) dengan
16
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian yang bersifat historis tentu peneliti menggunakan metode
sejarah yaitu sebuah proses yang meliputi analisis, gagasan pada masa lampau,
untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memenuhi
kenyataan-kenyataan sejarah. Metode ini juga berguna untuk memehami situasi
sekarang dan meramalkan yang akan datang.18
Metode penelitian sejarah dalam pengertian secara umum adalah suatu
penyelidikan atau penggalian data yang terkait dengan peristiwa atau
permasalahan yang sedang dihadapi dengan mengaplikasikan metode sebagai
jalan pemecahnya dari sudut pandang historis. Data (tunggal datum) adalah bahan
atau keterangan tentang suatu obyek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.
Definisi data sebenarnya hampir sama dengan definisi informasi, hanya saja
informasi lebih ditonjolkan dari segi pelayanan, sedangkan data lebih
menonjolkan aspek materi hasil peristiwa sejarah.19
Dalam pengumpulan data
kadang-kadang nampak bahwa pengumpulan data atau peristiwa-peristiwa sejarah
dalam bentuk terinci itu merupakan hal yang ada kaitannya dengan cara
pemaparan atau historiografi sejarah. Aspek pengumulan data merupakan fase
penting yang mendahului penulisan sejarah dalam bentuknya yang final, ini
merupakan langkah penting bagi peneliti agar dapat mengungkapkan peristiwa
sejarah yang samar-samar dengan bahasa yang pas dan efisien. Maka peneliti
18
Suhartono W Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 29. 19
17
tidak boleh menggunakan bahasa yang mungkin memberikan sifat ilmiah tetapi
menjauhkan peneliti dari peristiwa-peristiwa yang pasti dan terperinci.20
Berikut adalah tahapan-tahapan metode penelitian sejarah yang meliputi
empat langkah yaitu: Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik sejarah dan
keabsahan sumber, Interpretasi (analisis data), penulisan (historiografi).21
1. Heuristik (pengumpulan data)
Dalam penelitian yang berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di kota
Pasuruan”. Peneliti mencoba mengmpulkan data yang berupa refrensi maupun
arsip-arsip berupa foto-foto dan video yang menjelaskan atau menggambarkan
tentang aktifitas kegiatan FPI maupun perjuangan yang berupa Dakwah,
Hishbah Amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan dari jejak adanya Front
Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan.
Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:
a. Sumber primer
1) Sumber lisan
a) Wawancara kepada salah satu penggagas Front Pembela Islam di
Pasuruan yaitu Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad dan Gus
Muhammad Nawawi.
2) Sumber tulisan/doumentasi
a) Surat keputusan Front Pembela Islam (FPI) tentang pengesahan DPW
FPI di Pasuruan.
b) AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga), dll.
20
Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah (Duqqi: Darul Ma’arif, 1964), 214. 21
18
c) Buku karangan Al-Habib Dr. Muhammad Rizieq bin Husein Syihab
Lc, MA, DPMSS yang berjudul Amar ma’ruf nahi munkar. Buku ini
juga menjadi rujukan bagi seluruh cabang FPI di semua wilayah.
d) Arsip-arsip berupa foto-foto dan video DPW FPI Pasuruan.
b. Sumber sekunder
1)Sumber lisan
a. Wawancara kepada ketua NU (Nahdlotul Ulama’) dan
Muhammadiyah tentang Front Pembela Islam di Pasuruan.
2)Sumber tulisan
a) Al-Zatrouw, Gerakan Islam Simbolik; Politik Kepentingan FPI.
2. Verifikasi
Verifikasi atau kritik sumber merupakan metode tahap kedua dalam
meneliti sumber sejarah. Verifikasi terbagi menjadi dua macam cara/langkah
yaitu:
a. Otensitas atau kritik keaslian sumber (kritik ekstern), yaitu sebagai seorang
peneliti kita harus meneliti secara seksama dari berbagai aspek sumber data
seperti aspek kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, kata-kata dan
semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensitasnya (keaslian
sumber). Selain dokumen tertulis, sumber data yang mendukung lainnya
seperti artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif lainnya.
b. Kredibilitas sumber atau kesahihan sumber (kritik intern) adalah mengakui
19
dipertanggung jawabkan setelah dilakukan diberbagai penelitian dan kritik
terhadap sumber.22
3. Interpretasi
Dalam langkah ini peneliti berusaha menafsirkan data yang telah
diverifikasi. Berdasarkan pendekatan historis dan menggunakan teori challange
dan respons yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah
yang dalam hal ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela
Islam) di kota Pasuruan. Karena pendekatan dan teori ini dinilai sangat cocok
untuk mengungkap sebuah perjalan masa lalu atau gerak sejarah sehingga akan
menghasilkan suatu penelitian atau skripsi yang benar-benar otentik.
4. Historiografi
Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah,
penulisan hasil penelitian hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai proses penelitian, sejak dari awal (fase perencanaan) sampai dengan
akhir (penarikan kesimpulan).
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep sinkronik dimana
dalam aspek kajiannya lebih pada atau masa waktu tertentu dengan lebih
mendalam
22
20
H. Sistematika pembahasan
Sistematika penulis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penjelasan
mengenai runtutan mengenai ke lima bab yang akan dijabarkan ke dalam bab-bab
berikut :
Bab pertamaberisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik,
penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Front
Pembela Islam (FPI) di Pasuruan .
Bab ketiga membahas tentang hubungan Front Pembela Islam (FPI)
dengan organisasi masyarakat Islam seperti NU dan Muhammadiyah.
Bab keempat membahas tentang respon masyarakat Pasuruan terhadap
eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang.
BAB II
SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN
A. Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.
Front Pembela Islam (FPI) merupakan suatu organisasi Islam yang
muncul akibat menurunnya peran Negara yang berdampak pada hilangnya tertib
hukum di masyarakat. FPI lahir secara resmi pada 17 Agustus 1998, bertepatan
dengan 24 rabiuts Tsani 1419 H, di Pondok Pesantren Al-umm, kampong Utan,
Ciputat, Jakarta Selatan. FPI didirikan oleh sejumlah haba’ib, ulama, muballigh,
serta aktivis muslim dan umat Islam. Tokoh yang melopori berdirinya FPI adalah
Habib Muhammad Riziq Shihab. Sebagai sebuah organisasi gerakan, para aktivis
ini telah melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti tabligh akbar, audensi,
silaturahmi, dan juga demonstrasi. Sebagai bagian dari masyarakat, FPI merasa
memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam memberikan kontribusi positif
untuk kemajuan bangsa.23
Front Pembela Islam (FPI) ketika berdiri juga mencanangkan deklarasi
gerakan nasional anti maksiat pada saat deklarasi berdirinya FPI pada tanggal 17
Agusrus 1998 milladiyah, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan
caci maki, bahkan teror, ancaman dan intimidasi, kerap kali dilamatkan ke FPI.
Berbagai ujian dan cobaan menghantam FPI dan para aktivisnya. Pada tanggal 22
23
22
November 1998 M, terjadi tragedi ketapang, yang menyeret FPI kedalam tragedy
berdarah yang menggemparkan dunia.
Dan pada tanggal 11 April 1999 M, Habib Rizieq selaku ketua umum FPI
ditembak orang tidak dikenal, dan dengan pertolongan Alloh swt. Habib Rizieq
selamat dari usaha percobaan pembunuhan tersebut.
Sedang pada tanggal 23 Juli 2000 M, Habib Sholeh Alattas, salah seorang
penasehat DPP-FPI, terbunuh ditembak orang tidak dikenal didepan halaman
rumahnya, usai mengimami sholat shubuh di masjid.
Esoknya, tanggal 24 Juli 2000 M sore hari, KH. Cecep Bustomi, salah
seorang deklator FPI, ketika keluar dari markas grup l kopasus di Serang, usai
bertemu wakil komandan grup 1, dikerjar sejumlah orang tak dikenal dengan
mengendarai motor tril, sambil terus membrondong tembakan hingga pasar Rawu,
Serang, Banten. Akhirnya beliaupun terbunuh secara tragis.
Sampai tahun 2000 inilah pulalah, terjadi penangkapan besar-besaran
terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah. Bahkan pada tanggal 11 Desember 2000
M, menjelang sahur, aparat kepolisian dengan sangat brutal menembaki tim
monitoring lakar FPI pusat secara membabi buta, sepanjang jalan S. Parman –
katamso – K.S Tubun. Penembakan tersebut dilator belakangi oleh kekecewaan
dan sakit hati sejumlah oknumkepolisian, karena lahan setoran judiya diserang
salah satu posko lascar FPI di wilayah Jakarta Barat.
Dua hari kemudian, tanggal 17 Ramadhan1421 H / 13 Desember 2000 M,
23
preman, rumah tinggalnya dijarah dan dibakar. Beliau dan keluarga berhasil
meloloskan diri.
Puncaknya, pada tanggal 28 ramadhan 1421 H / 24 Desember 2000 M,
malam Natal, di SCTV lewat suatu acara dialog dengan Presiden RI ke-4 yang
didampingi dan dipandu oleh salah seorang presenter SCTV. Presiden
menyatakan bahwasannya FPI harus dibubarkan karena melanggar hukum,
mendirikan Negara dalam Negara dan mengganggu kesejahteraan rakyat. Batas
waktu yang diberikan adalah sampai akhir Januari tahun 2001.24
Lahirnya FPI Menurut habib Rizieq tidak lepas dari menurunnya peran
Negara yang berdampak pada hilangnya tertib hukum di masyarakat. Banyak
peraturan pemerintah yang dilanggar oleh masyarakat, termasuk disini adalah
mengenai judi dan kemaksiatan. Pada era reformasi, pemerintah tidak dapat
mengendalikan terjadinya tindak kemaksiatan, seperti perjudian, narkoba,
minuman keras, dan beroperasinnya tempat-tempat maksiat secara terbuka. Oleh
karena itu, FPI berkewajiban mengambil inisiatif membantu pemerintah untuk
memerangi kemaksiatan tersebut.25
Al-Zastrouw Ng mengatakan latar belakang berdirinya FPI tak lepas dari
situasi sosial-politik antara lain; Pertama, adanya penderitaan panjang yang di
alami umat Islam Indonesia sebagai akibat adanya pelanggaran HAM yang di
lakukan oleh oknum penguasa. Kedua, kegagalan aparat Negara untuk
menegakkan hukum dan menjamin ketertiban masyarakat, ketiga, adanya
kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan
24
Ibid., 3-4.
25
24
martabat Islam. Keempat, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat
menegakkan amar makruf nahi munkar. Tampaknya, latar belakang kelahiran FPI
tersebut tidak bisa lepas dari peristiwa reformasi sebagai momentum perubahan
sosial politik di Indonesia.26
Sedangkan Front Pembela Islam di Pasuruan lahir pada pada hari ahad /
minggu tanggal 7 Rajab 1436 H / 26 April 2015. Pada waktu itu dilaksanakanlah
hasil hasil musyawarah wilayah yang bertempat di Jl. Ponpes Attahzib, Lekok,
Pasuruan - Jawa Timur.27
FPI berdiri untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf
adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syara’
dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap
kejahatan/kemungkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara’
dan hukum akal. Dalam mencapai tujuan amar ma’ruf, FPI mengutamakan
metode bijaksana dan lemah lembut melalui langkah-langkah mengajak dengan
hikmah (kebijaksanaan, lemah lembut), member mau’idzah hasanah (nasihat yang
baik), dan berdiskusi dengan cara yang terbaik. Sedangkan dalam melakukan nahi
munkar, FPI mengutamakan sikap yang tegas melalui langkah-langkah
menggunakan kekuatan/kekuasaan bila mampu dan menggunakan lisan dan
tulisan, bila kedua langkah tersebut tidak mampu dilakukan maka nahi munkar
dilakukan dengan menggunakan hati yang tertuang dalam ketegasan sikap untuk
tidak menyetujui segala bentuk kemungkaran.28
26
Al-Zastrouw, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI, 90.
27
Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor : 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.
28
25
Namun, latar belakang medan di Pasuruan yang cukup kondusif dan
banyak sekali pondok-pondok Pesantren maka terbentuknya FPI lahir agar lebih
pada dakwah dan sosial. Seiring semakin cepatnya perubahan dan perkembangan
dalam tubuh umat Islam dan seluruh aspek kehidupannya, serta sejalan dengan
fenomena akhir zaman dan juga penyikapannya sebagaimana ditetapkan oleh
Alloh dan Rasul-Nya, maka pergerakan dan eksistensi dakwah Front Pembela
Islam (FPI) diseluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan diwilayah Pasuruan
pada khusunya, semakin dibutuhkan. Dan dinantikan oleh umat di negeri ini.
Harus disadari, saat ini organisasi FPI telah menjadi “buah bibir” tidak
hanya di NKRI tetapi juga dikancah dunia internasional. Konsekuensinya mau
tidak mau, semua mata akan melihat, menyaksikan, mengkritisi, mendukung atau
bisa jadi berusaha menghambatnya, menghalangi, bahkan merusak gerakan
dakwahnya. Maka dari itu, FPI sendiri harus mampu memainkan perannya
sebagai organisasi yang layak dan pantas menjadi ujung tombak khoiru ummah,
menjadi pelindung umat Islam, menjadi pembela Alloh dan Rasul-Nya di garda
terdepan.29
Pada hari hari kamis tanggal 7 Januari 2016 kota Pasuruan kedatangan dua
tokoh besar yakni Habib Muhammad Rizieq bin Syihab Lc, MA. DPMSS (Imam
Besar FPI) dan KH. Hasyim Muzadi (tokoh ulama NU – Dewan Pertimbangan
Presiden RI) dalam acara Pelantikan DPW dan DPC FPI se-Pasuruan, Maulid
Akbar dan Diskusi Syari’ah dengan tema “ PEMAPARAN DAN PENGUATAN
ASWAJA SERTA WAPADA PKI ” mulai pukul 08.00 wib sampai 13.30 wib
29
26
bertempat di Jl. Panglima Sudirman No. 28 (sebelah rumah walikota) Pasuruan
Jawa Timur tepatnya di Gedung Gradika Pasuruan. Acara ini diselanggarakan
oleh Imam Derah Front Pembela Islam Jawa Timur Habib Abdurrohman bin
Husein Assegaf Bahlega.
Kedua tokoh ini memaparkan dalam pemaparannya mengajak ribuan
jamah untuk senantiasa menjaga faham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) dari
semua faham yang merusak. Habib Rizieq mengingatkan bahaya faham radikal
seperti yang dianut ISIS hingga Komnisme. Dan beliau juga menolak keras
wacana Negara meminta maaf secara resmi pada keluarga eks PKI. Serta,
menyatakan bahwa FPI siap menjadi benteng ulama NU Dan berkeyakinan bahwa
dalam tragedi 65, Negara dan para ulama NU tidak bersalah, melainkan PKI yang
harus bertanggung jawab.30
B. Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.
1. Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad
Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad adalah sekretaris dewan syura yang
awalnya menjadi ketua FPI di Pasuruan. Beliau masuk dan mengenal FPI pada
tahun 2000 sebagai simpatisan dibawah ketua habib Abdurrahma Bahlega
Assegaf. Namun, takberselang lama habib Abdullah ditarik dan dikasih
mandat menjadi ketua FPI di Pasuruan. Lantaran habib Abdurrahman Bahlega
Assegaf yang awalnya sebagai ketua FPI Pasuruan akhirnya naik ketingkat
30
27
Provinsi. Posisi habib Abdullah yang masih remaja dan duduk dibangku
sekolah menengah pertamatelah menjadi ketua Tak heran menuai pujian dari
habib Rizieq bin Syihab sebagai ketua FPI paling muda.
Pada tahun 2002 habib Abdullah berhenti dan fakum dari posisi sebagai
ketua FPI lanntaran usia yang masih muda dengan alasan ingin melanjutkan
pendidikan terlebihi dahulu.
Pada tahun 2014 habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad kembali aktif dan
mencoba untuk membangun kembali aktifitas FPI yang sempat fakum dari
kegiatan-kegitan. Habib Abdullah mencoba untuk melobi dan meminta
pendapat Habib Abdurrahman sebagai Imam Daerah Jatim untuk
mengaktifkan kembali FPI di Pasuruan. Setelah mendapat izin Habib
Abdurrahman, habib Abdullahpun mencoba mengumpulkan dan menelusuri
setiap pengurus FPI di Pasuruan untuk diajak kembali menghidupkan FPI.
Dan pada akhirnya terkumpullah para pengurus yang pada akhirnya di usulkan
kepada pusat untuk dibuatkan SK, dari pusatpun menyetujui beberapa nama
yang diusulkan oleh Habib Abdillah. Dari usaha inilah habib Abdullah
berhasil mengumpulkan para pengurus dan mengadakan Musyawarah wilayah
untuk syarat pembentukan FPI di Pasuruan.31
31
28 C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI
1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi
a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di tingkat pusat terdiri dari Imam Besar,
Majelis Syura dan Dewan Tanfidzi.
b. Dewan Pimpinan Luar Negeri (DPLN) di Luar Negeri terdiri dari Imam,
Majelis Syura Dewan Tanfidzi.
c. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat Propinsi terdiri dari Imam,
Majelis Syura Dewan Tanfidzi.
d. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat Kota / Kodya / kabupaten
adalah Dewan Tanfidzi Wilayah.
e. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kecamatan adalah Dewan
Tanfidzi Cabang.
f. Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) di tingkat Kelurahan / Desa adalah
Tanfidzi Kelurahan.
g. Pengurus Inti :
1) Pengurus Inti Majelis Syura Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan
Pimpinan Daerah adalah :
Seorang Ketua, seorang sekretaris, lima orang ketua Majelis Tinggi
Front, yaitu : Majelis Syari’at, majelis Pembina, majelis Penasehat,
Majelis Pengawas, dan majelis Kehormatan, yang beranggotakan
29
2) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat Pusat ialah :
Seorang Ketua Umum, seorang Wakil Ketua Umum, beberapa
orang Ketua, seorang Sekretaris Umum, beberapa orang Wakil
Sekretaris Umum, dan beberapa Wakil Bendahara Umum.
3) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat sealin Pusat ialah :
Seorang Ketua, beberapa orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris,
seorang Bendahara. 32
h. Organisasi FPI memiliki lima badan khusus yaitu :
1) BIF: Badan Investigasi Front
BIF bertugas untuk melakukan investigasi terhadap berbagai
persoalan yang berdampak buruk terhadam Islam dan FPI. BIF
memiliki dua visi.
a) Devisi Inteljen
Devisi ini bertugas melakukan pengawasan secara rahasia
terhadap segala aktivitas yang merugikan Islam dan FPI.
b) Devisi Pencari Fakta
Devisi ini bertugas mencari dan menghimpun berbagai
fakta dan data untuk membuktikan keakuratan inteljen FPI.
2) BTF: badan anti Teror Front
Ancaman, intimidasi, dan berbagai terror hampir setiap saat
menghampiri setiap aktivitas FPI. dalam hal ini BTF memainkan
32
30
peranan penting untuk mengantisipasi, menghadapi dan melawan
segala bentuk terror tersebut. BTF bekerja sama dengan BIF untuk
melakukan “kontra teror” maupun “kontra intelijen” terhadap
musuh-musuh Islam yang melakukan terror ataupun penyusupan ke
dalam aktivitas umat Islam.
3) BPF: badan Pengkaderan Front
BPF adalah badan khusus yang bertanggung jawab menangani
sistem pengkaderan FPI badan inilah yang mengelola pembinaan,
pendidikan, dan pelatihan para kader FPI.
4) BAF: Badan Ahli Front
BAF adalah laboratorium strategi FPI dalam pengkajian persoalan
kehidupan dan di segala sector keilmuan. Di BAF inilah para pakar
FPI dari berbagai disiplin ilmu berkumpul. Ke depan diharapkan BAF
mampu menjadi think-think bagi FPI, bahkan bagi kehidupan
masyarakat secara umum.
5) BAZ: Badan Amil zakat
BAZ adalah bertugas untuk penyuluhan dan menyadarkan zakat,
pengumpulan dan pendistribusian zakat sesuai syari’at Islam. Serta
mengadakan rekrutmen keanggotaan wajib zakat secara tetap dan
membangun informasi, pengelolaan zakat yang professional dan
terintegrasi.33
i. Organisasi FPI memiliki lima Lembaga Otonom yaotu :
33
31
1) PMF: Lembaga Pemantau Ma’siat Front
Lembaga ini bertugas sebagai pemantau independen terhadap
aktivitas kemaksiatan di Indonesia. Khususnya, terhadap pelanggaran
hokum hukum yang dilakukan oleh para pengusaha masiat dan para
pelindungnya dari kalangan pejabat Negara, termasuk aparat
keamanan.
2) LDF: Lembaga Dakwah Front
LDF adalah wadah silaturrohim para muballigh/ da’I FPI,
sekaligus sebagai pusat pengembangan da’wah islam yang
diprogramkan FPI. LDF memiliki dua fungsi, internal dan eksternal.
Fungsi internal adalah mensosialisasikan da’wah dikalangan aktifis
FPI, termasuk pembinaan mental spiritual dan pengembangan Sumber
Daya Da’wah yang dimiliki FPI. sedangkan fungsi eksternalnya
adalah mensosialisasikan da’wah Islam ditengah masyarakat.
3) LEF: lembaga Ekonomi Front
Tugas LEF adalah membangun ekonomi FPI agar tidak menjadi
organisasi yang lemah. Untuk itu, LEF berkewajiban melakukan
terobosan-terobosan bisnis yang berprospek, sehingga kedepan FPI
mampu memiliki “Profit Center” yang ditangguh untuk mendanai
perjuangan amar ma’ruf nahi munkar.
4) BHF: Lembaga Bantuan Front
BHF telah menunjukkan eksistensinnya sebagai Lembaga Bantuan
32
tanpa pamrih secara terus-menerus melakukan litigasi advokasi untuk
aktivitas FPI.
5) HILMI : Lembaga Kemanusiaan Front Bernama Hilal Merah
Indonesia
HILMI adalah relawan untuk tugas-tugas kemanusiaan dalam
bencana kemanusiaan dan bencana alam.34
j. Organisasi FPI memiliki empat Anak Organisasi yang otonom dan
Independen serta memiliki AD / ART, Struktur organisasi, garis
komando, progam kerja dan pertanggung jawaban sendiri, Yaitu :
1) Laskar Pembela Islam (LPI)
LPI adalah barisan pemuda FPI yang menjadi satuan tugas
organisasi dengan fungsi serba guna. Struktur kepemimpinan LPI
berdasarkan jabatan dan kepangkatan yang ditentukan mulai karir dan
prestasi para anggotanya. Pemimpin LPI di tingkat Nasional disebut
Imam Besar Laskar. Di tingkat provinsi disebut Imam Laskar. Di
tingkat kecamatan disebut Qoid laskar. Di tingkat Kelurahan/ Desa
disebut Amir Laskar. Ditingkat Front (regu) disebut Rois Laskar.
Sedangkan para laskar disebut Jundi.
2) Mujahidah Pembela Islam (MPI)
MPI adalah barisan muslimat FPI selama ini aktivitasnya masih
terfokus kepada masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Namun
demikian, tidak jarang MPI ikut melibatkan diri secara aktif dalam
34
33
berbagai aksi damai FPI. kehadiran MPI sebagai sayap FPI
dimaksudkan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi serta
semangat amar ma’ruf nahi munkar para kaum wanita islam. Misi
utamannya adalah memperjuangkan kaum wanita agar berada pada
posisi yang mulia dan terhormat di dunia dan akhirat.
3) Serikat Pekerja Front (SPF)
SPF adalah perhimpunan para anggota FPI yang bekerja sebagai
buruh/ pegawai/ karyawan di berbagai pabrik dan perusahaan. Untuk
pertama kalinnya DPP-FPI mencanangkan dan mendeklarasikan SPF
di wilayah Tanggerang atas desakan para aktivis FPI Tanggerang
yang kebanyakan berasal dari kalangan buruh pabrik
4) Front Mahasiswa Islam (FMI)
Sejumlah mahasiswa yang selama ini aktif di kelaskaran FPI
berkeinginan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar bukan saja
secara fisik. Namun mereka juga ingin beramar ma’ruf nahi munkar
dengan berkemampuan intelektual yang dimilikinnya, sehingga
wawasan akademiknya tidak mubadzir. Akhirnya, digulirkan ide
pembentukan FMI. FMI tersebut dirintas oleh para mahasiswa FPI,
namun pada perkembangan selanjutnya FMI lebih mandiri dan mulai
dimintai mahasiswa dari berbagai kalangan.35
2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat
Dewan Pimpinan Pusat FPI terdiri dari:
35
34
1) IMAM BESAR sebagai Pimpinan Tertinggi
2) Majellis Syura yang dipimpin oleh seorang Ketua dibantu seorang
Sekretaris dan 5 (Lima) orang Ketua Dewan Tinggi Front, yaitu:
Dewan Syari’at Dewan Kehormatan, Dewan Pembina, Dewan
Penasihat dan Dewan Pengawas yang jumlahnya keanggotaannya
minimal 33 orang dan maksimal 99 orang.
3) Dewan Tanfidzi yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang
dibantu oleh beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum yang
dibantu beberapa Wakil Bendahar Umum, 5 (Lima) Badan Khusus, 5
(Lima) Lembaga Otonom, dan 4 anak Organisasi.36
3. Kekuasaan Organisasi
Kekuasaan tertinggi organisasi FPI adalah MUSYAWARAH, sesuai
tingakat kepemimpinan organisasi:
a. Musyawarah di tingakat Nasional terdiri dari Musyawarah Nasional
(MUNAS), Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB),
Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) dan Musyawarah Pimpinan
Nasional (MUSPIMNAS).
b. Musyawarah di tingkat Luar Negeri adalah MLN yang pesertanya adalah
IMAM dan semua pengurus Dewan Pimpinan Luar Negeri yang
kekuasaannya akan diatur lebih lanjut di daam Anggaran Rumah Tangga
yang diselenggarakan setiap 5 Tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Luar
Negeri.
36
35
c. Musyawarah di tingkat Daerah terdiri dari Musyawarah Daerah
(MUSDA), Musyawara Daerah Luar Biasa (MUSDALUB),
Musyawarah Kerja Daerah (MUKERDA), dan Musyawarah Pimpinan
Daerah (MUSPIMDA), yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur
dalam Anggaran Rumah Tangga.
d. Musyawarah di tingakat Wilayah terdiri dari Musyawarah Wilayah
(MUSWIL) Musyawarah Wialyah Luar Biasa (MUSWILUB),
Musyawarah Kerja Wilayah (MUSPIMWIL), yang kekuasaannya lebih
lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.
e. Musyawarah di tingkat Cabang adalah Musyawarah Cabang
(MUSCAB), diselenggarakan setiap 4 Tahun sekali oleh DPC, yang
pesertanya adalah seluruh pengurus DPC–FPI, dan para ketua dan
sekretaris Dewan tiap-tiap DPRa-FPI serta 1 Oarang UTUSAN DPD FPI
setempat, yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga.
f. Musyawarah di tingkat Ranting adalah Musyawarah Ranting
(MUSRAN), diselenggarakan setiap 3 Tahun sekali oleh DPRa, yang
pesertanya adalah seluruh pengurus DPRa–FPI, dan para Anggota FPI di
Ranting tersebut serta utusan DPW-FPI setempat, yang kekuasaannya
36
g. Pimpinan Sidang MUNAS, MLN, MUSDA, MUSWIL, MUSCAB, dan
MUSRAN adalah Dewan Pimpinan periode berjalan di Tiap Tingkatan.
37
4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan
a. Ketua : KH. Lukman Aziz
b. Sekretaris : Ust. Ahmad Qusyairi
c. Bendahara : Ust. Ahmad Syafi’i
1) Wakil ketua bidang dakwah : Ust. M. Nizar
2) Wakil ketua bidang hisbah : Ust. H. Malik Asyiq
3) Wakil ketua bidang jihad : Ust. H. Mujayyin
4) Wakil ketua bidang organisasi : Gus Muhammad Nawawi, SH
Sedangkan disayap juang antara lain :
a) Front Mahasiswa Islam : Eka Sugeng Ariadi, M.Pd.
b) Mujahidah Front Islam : Ustadzah Hofsoh
c) Laskar Pembela Islam : Ust. Sunardi.38
Sistem struktur keorganisasian dan kepemimpinan FPI di atas telah
dituangkan secara rinci dan jelas dalam AD/ART FPI. namun perlu dicatat
pula AD/ART FPI sebenarnya adalah al-Qur’an, As-Sunnah, AL-Ijma’, dan
al-Qiyas.39 Artinnya seluruh kandungan AD/ART FPI wajib tunduk kepada
keempat sumber hukum Islam autentik tersebut.
37
Pedoman Front Pembela Islam (AD/ART) 2013. 38
Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor: 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.
39
37 D. Visi dan misi Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.
1. Arti penerapan Syariat secara Kaffah adalah penerapan syariat islam
diseluruh bidang kehidupan yaitu Akidah, Ibadah, Munakahat, Muamalat
dan Jinayat. Arti Penerapan Syariat Islam secara Kafah adalah kewajiban
menjalankan Syariat Islam secara Individu, dalam kehidupan Masyarakat
dan Negara.
2. Arti Khilafah Islamiyyah adalah diterapkannya kesatuan sistem ekonomi,
politik, pertahanan, sosial, pendidikan dan hukum di dunia islam.
Visi dan Misi organisasi FPI adalah penerapan Syariat Islam secara Kaffah
dibawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui
pelaksanaan Da’wah, penegakan Hisbah dan pengalaman jihad.
FPI harus ikut berperan aktif dalam upaya menegakkan Khilafah Islamiyyah
Alamiyyah sesuai Syariat Islam, melalui langkah-langkah logis realistis yang
elegan dan bertanggung-jawab, serta sejalan dengan nafas kemajuan Dunia, antara
lain:
a. Mendorong peningkatan Fungsi dan Peran Organisasi Konferensi Islam(OKI).
b. Mendorong pembentukan Parlemen Bersama Dunia Islam.
c. Mendorong pembentukan Pasar Bersama Dunia Islam.
d. Mendorong pembentukan Pakta Pertahanan Bersama Dunia Islam.
e. Mendorong penyatuan Mata Uang Dunia Islam.
f. Mendorong penghapusan Paspor dan Visa antar Dunia Islam.
38
h. Mendorong penyeragaman kurikulum pendidikan Agama & Umum Dunia
Islam.
i. Mendorong pembuatan satelit Komnikasi Bersama Dunia Islam.
j. Mendorong pendirian Mahkamah Islam Internasional.
Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut
pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi, bahwa penegakan amar
ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezholiman dan
kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar, mustahil kezholiman
dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia.
FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di
segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup
dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza
wa Jalla. Inilah misi FPI.40 Sifat organisasi ini bersifat mandiri dan tidak menjadi
bagian dari ormas/orsospol manapun juga, di mana pedoman yang digunakan
adalah Allah SWT sebagai tujuan kami, Muhammad Saw adalah teladan kami,
Al-Qur’an adalah pedoman kami dan syahid adalah cita-cita kami. Dan juga
semboyan dari FPI adalah hidup mulia atau mati syahid.41
E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah.
Front Pembela Islam sebagai ormas yang fokus dalam amar ma’ruf nahi
munkar mempunyai gerakan yang sistematis. dalam setiap tindakan dan sikap
yang diambil FPI manapun harus memenuhi syarat prosedur standart yang telah
40
Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 142. 41
39
ditentukan organisasi. Berikut langkah-langkah penanganan tempat maksiat / SOP
amar ma’ruf nahi munkar:
1. Harus adanya laporan dari masyarakat akan adanya tempat maksiat.
2. Jika dirasa laporan tersebut dinilai sudah memenuhi beberapa syarat dalam
artian adanya laporan dari masyarakat lain dengan tempat maksiat yang sama.
3. FPI akan mengirim badan khusus yakni Badan Investigasi Front untuk
menyelidiki tempat maksiat tersebut dan nantinya akan disusul kepada laporan
kepada DPW dan DPD tentang medan tempat maksiat
4. Menentukan medan tempat maksiat tersebut dengan melihat dari keberpihakan
warga dan masyarakat terhadap adanya tempat maksiat.
5. Opsi pertama, Jika memang warga dan masyarakat masih mendukung tempat
maksiat, maka pihak dari FPI dilarang menggunakan medan amar ma’ruf nahi
munkar. Melainkan medan yang digunakan adalah dakwah dengan mengirim
dai’-da’i untuk dilakukan langkah penyadaran kepada masyarakat.
Opsi kedua, jika masyarakat menolak dengan adanya tempat maksiat tersebut,
maka dari pihak FPI menindak lanjut dengan berkordinasi dengan pihak
berwenang:42
a. Kirimkan surat protes dan tuntutan pertama ke Lurah, dengan tembusan
kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, Binmas, Babinsa, dan Ulama
kelurahan setempat, serta ke Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan.
b. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat
protes dan tuntutan kedua ke Camat dengan tembusan ke pemilik / penguasa
42
40
tempat maksiat tersebut, Kapaolsek, Danramil, dan Ulama kecamatan
setempat. Serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan
satu surat pertama).
c. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat
protes dan tuntutan ketiga ke Walikota / Bupati dengan tembusan kepemilik
/ penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. II, Kapolres, Dandim dan
ulama Kotamadya / Kabupaten. Setempat Serta Mabes LPI sebagai laporan
dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama dan kedua).
d. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat
protes dan tuntutanterakhir (Ultimatum) ke Gubernur dengan tembusan
kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. I, Kapolwil,
Kapolda, Danrem, Pangdam, dan ulama Propinsi setempat, Serta Mabes LPI
sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama, kedua
dan ketiga).
e. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka libatkan
masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif lain dalam upaya menutup
tempat maksiat tersebut, yang dalm pelaksanaannya wajib koordinasi
dengan Mabes LPI dan aparat Pemerintah / keamanan yang berwenang.43
Contoh kasus perjudian yang terjadi di Warungdowo, Pasuruan. Atas
laporan masyarakat dan hasil pemantauan dari pihak FPI. Sarang perjuadian yang
awalnya mengganggu masyarakat sekitar pada akhirnya dapat ditutup dengan
tidak adanya kekerasan dan kericuhan. Dari pihak kepolisianpun langsung
43
41
merespon dan menangani laporan FPI. Sehingga dalam penanganannya bisa
segera teratasi. Justru ada yang menarik dalam kasus perjuadian ini karenakan dari
pimpinan dan penguasa perjudian tersebut akhirnya bertobat, berjanji tidak akan
mengulangi perbuatannya dan bersedia melakukan pimbinaan yang diadakan FPI
Pasuruan.44
F. Faham keagamaan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.
Sebagaimana yang sudah diatur dalam AD/ART Front Pembela Islam
bahwasannya organisasi FPI beraqidahkan Ahlu sunnah wal jama’ah, bermahzab
aqidah Asy’ary dan bermahzab fiqih Asy-syafi’i.
Kami dengan NU dan Muhammadiyah sama-sama ahlu sunnah
waljama’ah, penganut dari 4 yang telah disepakati yakni Syafi’I, Hanafi, Maliki
dan Hambali.45
Akan tetapi, dijelaskan dalam bukunya Ja’far Umar Thalib, bahwa aswaja
yang dipahami FPI tidaklah sama dengan yang difahami oleh kalangan NU
maupun Muhammadiyah. Aswaja yang dipahami para aktivis FPI lebih mendekati
pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh Ustadz Ja’far
Umar Thalib di Yogyakarta. Menurut kelompok ini, Aswaja adalah mereka yang
telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera
dalam al-Qur’an dan al-Hadist dan mereka itu adalah para sahabat dan tabi’in
(orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan ilmu).46
44
Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan, t.h 45
Muhammad Nawawi, Wawancara, Pasuruan, 22 Juni 2017. 46Ja’far Umar Thalib,
42
Mereka tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa asal mula
Aswaja adalah dari Abu Hasan al-Asy’ari dan abu Mansur al-Maturidi. Yang
menjadi acuan paham keislaman warga NU, dalam bukanya Achmad Masduq
Konsep Dasar Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah menjelaskan bahwa paham
Aswaja mengikuti madzab al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam bidang akidah,
mengikuti salah satu dari madzab empat (Hanafi, Maliki, syafi’I, Hambali) dalam
bidang fiqh, mengikuti al-Ghazali dan Abu al-Qosim al-Junaidy dalam bidang
tasawuf, dan mengikuti al-Bukhari dan Muslim dalam bidang Hadits.
Menanggapi pernyata Achmad Masduqini, Ahmad Hamdani dan Suyuti
Abdaullah, keduannya adalah aktivis Jama’ah Salafiyah, berkomentar:
kalau yang dimaksud oleh penulis (Achmad Masduq) adalah
Ahlussunnah wal Jama’ah ala Indonesia (yang sebenarnya mereka asy’arian), barangkali dibenarkan danya tarekat-tarekat tersebut. Namun
permasalahannya, Ahlussunnah wal Jama’ah bukan milik orang Indonesia
atau kelompok tertentu saja. Akan tetapi, Ahlussunnah wal jama’ah adalah satu-satunya jalan atau metode yang haq yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga tidak diperbolehkan seorang pun menentukan cara sendiri ketika menjalankan ibadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Barang siapa mengamalkan suatu cara dalam agama tanpa mengikuti petunjuk Nabi SAW, maka amalannya tertolak dan dia telah berbuat
bid’ah47
Dari unkapan di atas terlihat satu hal yang membedakan paham Aswaja
kelompok ini dengan ormas Islam lainnya (NU dan Muhammadiyah) bahwa
mereka berusaha menjaga otentisitas agama, sampai pada hal-hal yang sifatnya
simbolik. Perbedaan atas ritus dan symbol dianggap sebagai penyimpangan ajaran
agama. Dalam pemahaman kelompok ini, paham keagamaan para sahabat harus
47