• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Front Pembela Islam (FPI)di Pasuruan tahun 2015-2017.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan Front Pembela Islam (FPI)di Pasuruan tahun 2015-2017."

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

GERAKAN FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN TAHUN 2015-2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh M. Sadidul Bayad NIM: A0.22.13.061

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

viii

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di Pasuruan

2015-2017”. Dari judul tersebut muncul beberapa pembahasan yang menjadi kajian

skripsi ini sebagaimana tercantum dalam rumusan masalah, yaitu: (1) Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan? (2) Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi masyarakat Islam di Pasuruan? (3) Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?

Pendekatan yang digunakan untuk menjawab permasalahan tersebut adalah pendekatan historis yang bertujuan untuk mendeskripsikan perjalanan FPI dari tahun ke tahun sebagai ormas Islam. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode historis yang mengacu kepada wawancara langsung terhadap pelaku sejarah. Adapun teori yang digunakan adalah Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan). Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian

Islam bahkan “sejarah masa depan”.

(7)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ... v

MOTTO ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 11

D.Kegunaan Penelitian ... 11

E. Pendekatan dan Kerangka Teori... 12

F. PenelitianTerdahulu ... 13

G.Metode Penelitian ... 16

H.Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN A.Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 21

B.Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan ... 26

(8)

xiii

C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI.28

1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi ……….28

2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat ..………...…34

3. Kekuasaan Organisasi ……….34

4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan ..………...36

D.Visi dan misi Front Pembela Islam ………... 37

E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah..……… 39

F. Faham keagamaan Front Pembela Islam………...41

BAB III SINERGITAS ANTARA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DENGAN ORGANISASI MASYARAKAT ISLAM DI PASURUAN A.Hubungan FPI dengan Nahdlotul Ulama’ (NU) di Pasuruan…..44

B.Hubungan FPI dengan Muhammadiyah di Pasuruan ... 53

C.Hubungan FPI, NU, dan Muhammadiyah di Pasuruan ... 56

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) SEJAK BERDIRINYA HINGGA SEKARANG DI PASURUAN A.Tokoh Nahdlotul Ulama’ (NU) ... 63

B.Tokoh Muhammadiyah ... 72

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 77

B.Saran ... 78 DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Latar belakang berdirinya FPI adalah akibat merajalelanya kezoliman dan

maraknya kemaksiatan ditengah masyarakat. Yang oleh karenanya terjadi

kerusakan dimana-mana, bahkan telah mengundang berbagai musibah di seantero

negeri. Sehingga tidak bisa tidak harus ada dari bagian umat ini yang sudi tampil

kedepan untuk melawan.kedzoliman dan memerangi segala kemunkaran, dengan

segala resiko perjuangan, agar terhindar dari segala malapetaka yang bisa

menghancurkan negari dengan segala isinya. Untuk itulah Front Pembela Islam

lahir.

Alloh Swt berfirman dalam Q.S Ali-Imron : 104

“dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Mereka

itulah orang-orang yang beruntung”.

Disebut Front karena orientasi kegiatan yang dikembangkan lebih pada

tingkatan konkrit berupa aksi frontal yang nyata dan terang dalam menegakkan

amar ma’ruf nahi munkar. Sehingga diharapkan agar senantiasa berada di garis

terdepan untuk melawan dan memerangi kebatilan, baik dalam keadaan senang

maupun susah.1

Dan disebut Pembela dengan harapan agar senantiasa pro akktif dalam

melakukan pembelaan terhadap nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dan

1

Muhammad Riziq Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Jakarta: Ibnu Saidah, 2008),

(10)

2

dengannya diharapkan pula bisa menjadi pendorong untuk tidak berfikir tentang

apa yang bisa didapat, namun sebaliknya agar berfikir tentang apa yang bisa

diberi. Dengan kata lain FPI harus siap melayani bukan dilayani. Sikap seperti

inilah yang diharapkan bisa menjadi penyubur keberanian dan pembangkit

semangat berkorban dalam perjuangan FPI.

Adapun kata Islam menunjukan bahwa perjuangan FPI harus berjalan

diatas ajaran Islam yang benar lagi mulia.

Jadi jelas bahwa pemberian nama organisasi dengan Front Pembela Islam

adalah sebagai identitas perjuangan, yang dengan membaca atau mendengar

namanya saja, maka secara spontan terlintas dibenak mereka yang tidak kusut

pemikirannya dan tidak berkudis hatinya, bahwa organisasi ini siap berada di

barisan terdepan untuk menegakkan Syari’at Islam. Sehingga identitas perjuangan

jelas dan mudah dipahami.2

FPI merupakan salah satu organisasi Islam yang cukup penting di era

reformasi Indonesia. Dimana ketika itu, hampir tidak ada kekuatan sosial dominan

yang bisa mengendalikan masyarakat. Bahkan, aparat negara juga tidak memiliki

peran efektif untuk menjalankan fungsinya sebagai penjaga ketertiban sosial

kemasyarakatan.3 Dan ketiku terjadi lost power dipihak pemerintah sehingga

dimana tepat terjadi penjarahan, pemerkosaan, penyaniyayaan dan pembunuhan.

Maka dari itu, FPI sebagai salah satu komponen bangsa yang tampil untuk

mencegah masyarakat agar tidak melakukan penjarahan, pemerkosaan,

penyaniyayaan dan pembunuhan.

2

Ibid., 129. 3

(11)

3

Tak hanya disibukkan dalam persoalan dalam negeri. FPI juga dijustifkasi

kelompok Islam yang dicap sebagai Fundamentalis oleh dunia barat. Lantaran

kegigihannya dalam menegakkan syari’at Islam.4

gerakannya yang kerap

diwujudkan dalam tindakan-tindakan dan aksi-aksi yang cukup tegas dan keras

didalam menghantam tempat-tempat yang didalam bahasa kepolisian disebut

dengan penyakit masyarakat atau bisa disebut dengan maksiat didalam ajaran

Islam. Jargon-jargon yang mereka pakai memang tidak jauh dari doktrin terhadap

pembelaan Islam, lebih khusus lagi pemberlakuan syariat Islam dan sangat kritis

terhadap barat. Organisasi ini dengan cepat dikenal masyarakat sejak beberapa

tahun belakangan. Hal ini berhubungan erat dengan fokus perjuangan mereka

yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar. Kegiatan-kegiatan amar ma’ruf seperti

kajian-kajian, sholawatan, maulid nabi Muhammad saw, mengirim anggota-anggota

lascar kekorban bencana Tsunami di Aceh untuk mengefakuasi jenazah dll.

Sedangkan nahi munkarnya seperti menutup dan merazia tempat-tempat hiburan

yang mereka percaya sebagai sarang maksiat seperti klub malam, diskotik, kafe,

kasino dll.5

Front pembela Islam kini menjadi icon amar ma’ruf nahi munkar.

Dimana-mana daerah orang sudah mendengar tentang FPI. tak heran ketika disuatu tempat

terdapat kemukaran sering kali masyarakat memanggil FPI. Maka dari itu atas

dorongan dan tokoh agama FPI banyak didirikan diberbagai kota / kabupaten di

seluruh Indonesia atas permintaan masyarakat.

4Rand Corporation, “Civil Democratic Islam (2003)” dan “Building Moderate Muslim Network (2007) Amerika Serikat.

5

(12)

4

Tidak ketinggalan di kota Pasuruan, kota kecil yang dikenal dengan

sebuah sebutan kota santri, sehingga sebagian besar ajaran-ajaran Islam yang

berada di kota ini seakan sudah menkultur kuat ditengah-tengah masyarakatnya.

Kata santri sebagai julukan kota Pasuruan tidak lepas dari adanya lembaga

pendidikan yang disebut dengan pesantren. Pesantren adalah sebuah pendidikan

tradisional yang para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan

guru yang dikenal dengan sebutan kiai dan mempunyai asrama untuk tempat

menginap para siswa atau santri. Santri tersebut berada dalam kompleks yang juga

menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan kegiatan

keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk dapat

mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.6

Berbagai banyaknya sistem pendidikan berupa pesantren di kota Pasuruan. Maka,

tidak heran apabila kota Pasuruan dijuluki sebagai kota santri.

Bukan menjadi rahasia umum, basis Nahdotul Ulama (NU) sebagai ormas

di kota Pasuruan. Sangat kuat dan militan. Terbukti dengan banyaknya pondok

pesantren disetiap pelosok kota Pasuruan. NU didalam menyebarkan paham

keagamaannya tidak lepas dari para kyai-kyai sebagai pimpinan pondok

pesantren. Bagi para kyai di Pasuruan organisasi kemasyarakatan Nahdotul Ulama

mempunyai prinsip yang lurus dan sejalan dangan perintah agama. Berikut

beberapa dari landasan dasar paham keagamaan Nahdotul Ulama sehingga dapat

diterima oleh para kyai-kyai terutama oleh masyarakat di Pasuruan.

6

(13)

5

Rosululloh bersabda: Demi dzat, yang jiwaku ada didalam genggaman-Nya, umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: 1 masuk surge dan yang 72 masuk neraka. Seorang sahabat bertanya: siapakah itu ya rosul? Jawab nabi; Ia

adalah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah (HR at-thabrani).

Dalil kedua, berdasarkan pada hadis nabi:

Rosululloh bersabda; umatku akan terpecah menjadi 73 golongan: satu selamat (masuk surga) dan lainnya rusak (masuk neraka). Sahabat bertanya: siapakah yang

selamat itu ya rosul? Jawab nabi: golongan Ahlussunnah wal Jama’ah. Seorang

sahabat lain bertanya: siapakah golongan Ahlussunnah wal Jama’ah itu? Jawab nabi: yang sekarang bersamaku dan sahabat-sahabatku. (HR. at-tirmidzi).7

Dalil-dalil tersebut ialah pendapat yang dikemukakan golongan

Ahlussunnah wal Jama’ah. Golongan yang satu-satunya diklaim oleh semua

kelompok dalam Islam, salah satunya Nahdotul Ulama (NU).

Nahdotul Ulama (NU) memilki corak yang khas dibanding organisasi lain.

Dalam sosial budaya yang religius di kota Pasuruan. mereka sungguh pandai

dalam melakukan pendekatan-pendekatan ditengah-tengah masyarakat. Paham

yang selama ini dirasa sangat bijak dalam menanggapi persoalan agama dan

Negara ternyata dapat dijawab dengan sangat baik. Slogan-slogan yang tak asing

didengar ialah “cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman” (hub

al-wathan minal iman). Ada yang menyebutkan ungkapan ini berasal dari perkataan

dan hadist nabi Muhammad saw. Sebagai panutan tradisi Nahdotul Ulama (NU),

para walisongo di masa lalu justru banyak mengajarkan kepada kita bagaimana

mencintai bangsa dan tanah air. Gagasan tentang “sebangsa”,”menjadi

sebangsa”,”dan hidup bersama dalam satu kebangsaan”, adalah ungkapan

-ungkapan kebersamaan, solidaritas, kemandirian, dan kesatuan sebagaimana

7

Munawir Abdul Fattah, Tradisi Orang-orang NU (Yogyakarta: Pustaka Pesantren cet 1, 2006),

(14)

6

terbentuk imajinasi tentang Nusantara.8 Dengan paham dan pemikiran seperti ini

membuat kota Pasuruan yang mayoritas beragama Islam dan kalangan Nahdiyin

lebih bijak didalam menanggapi kewajiban agama bagi seorang muslim dan

kewajiban seorang masyarakat dan rakyat di dalam pemerintahan yakni di depan

negara.

Selain mengemban jabatan sebagai pengurus Nahdotul Ulama (NU) dan

kyai di pondok pesantren, aktifitas. Doktrin agama di kalangan mereka lebih

tertanam dengan baik dan mengakar erat terhadap para santri yang tidak lain

muridnya sendiri. Paham-paham agama dan tradisi-tradisi Nahdliyin juga lebih

fasih jika yang membawakan para santri termasuk amaliah-amaliah lainnya.

Peran dan sumbangsih Nahdotul Ulama (NU) pun dirasa sangat besar dan

maksimal melalui pondok pesantren yang hakikatnya adalah suatu lembaga yang

multifaset yang memiliki banyak fungsi beragam. Misalnya melihat pondok

pesantren sebagai lembaga tradisional yang mengemban fungsi sebagai lembaga

sosial dan penyiaran agama.9 Sementara itu, pendapat lain menyebutkan adanya

tiga fungsi pondok pesantren yaitu, fungsi transmisi dan transfer ilmu-ilmu Islam,

fungsi pemeliharaan tradisi Islam dan fungsi reproduksi ulama.10

Hal ini juga

disebutkan mengenai tiga fungsi pondok pesantren, yang rumusnya agak berbeda

dari fungsi-fungsi yang dikemukakan Azyumardi Azra. Menurut pendapat lain

ialah, tiga fungsi pondok pesantren dimaksud: (1) sebagai lembaga pendidikan

yang mentransfer ilmu-ilmu agama dan nilai-nilai Islam, (2) sebagai lembaga

8

Ahmad Baso, NU Studies Pergolakan Pemikiran Antara Fundamentalisme Islam dan

Fundamentalisme Neo-Liberal (Jakarta: Erlangga, 2006), 385.

9

H. Horikoshi, Kiai dan Perubahan Sosial, terj. Umar Balasain dkk (Jakarta: P3M 1987), 232.

10

(15)

7

keagamaan yang melakukan kontrol sosial, dan (3) sebagai lembaga keagamaan

yang melakukan rekayasa sosial.11

Dengan tabungan ilmu yang diperoleh dari

pondok pesantren inilah kader-kader Nahdotul Ulama (NU) yang biasanya jebolan

dari santri terbaik atau anak dari pemilik pondok pesantren yang bisanya menjadi

bibit penerus perjuangan.

Perjuangan dalam mensiarkan Islam di kota Pasuruan tidak hanya dimotori

oleh Nahdotul Ulama (NU) semata. Ormas lain seperti Muhammadiyah turut

membantu didalam mensiarkan Islam. Hampir di seluruh kota Pasuruan basis

Muhammadiyah sangat kuat ditandai dengan dengan pemikiran-pemikiran modern

yang di kembangkan secara Islami. Ditengah zaman yang serba modern ini umat

Islam dituntut bisa untuk menjawab berbagai tantangan zaman. Terlebih di zaman

yang serba maju yang erat kaitanya dengan zaman tehnologi, dimana akibat

kemajuan ini mempunyai dampak positif dan negatif. Salah satu dampaknya

adalah masuknya berbagai budaya-budaya asing yang justru bertentangan dengan

agama Islam. Sehingga berakibat merusak budaya Islami yang sebelumnya sudah

terbentuk.

Muhammadiyah sebagai ormas Islam yang melakukan gerakan-gerakan

dengan cara melakukan pembaharuan (Tajdid) dan pemberdayaan pada

masyarakat dengan cara mentransfer ilmu agar supaya terbentuk sebuah

masyarakat yg beradab dan bewawasan agar lebih mudah membimbingnya kearah

yang lebih baik.12

Muhammadiyah memiliki Peran dan sumbangsih yang tidak

boleh dilupakan dalam memajukan umat Islam. Pada era globalisasi ini semakin

11

M. Sulthon dan Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global (Yogyakarta: LaKsBang Pressindo, 2006), 8.

12Kholil Asy’ari,

(16)

8

banyak perkembangan-perkembangan ekstrem atau radikal dari yang cenderung

radikal konservatif-fundamentalistik hingga radikal liberal-sekularistik, yang

menimbulkan pertentangan yang kian tajam dan hingga batas tertentu kehilangan

jangkar teologis dan moral yang kokoh dalam menghadapi gelombang kehidupan

modern yang dahsyat.13 Peran Muhammadiyah juga mempunyai pengaruh yang

kuat seperti Nahdotul Ulama (NU) khususnya di kota Pasuruan. sehingga, adanya

Muhammadiyah dapat menjadi penyeimbang dan pelengkap dalam mengambil

sebuah keputusan perihal agama seperti, mengambil keputusan awal puasa

ramadhan dan menentukan hari raya idul fitri. Bahkan menurut Prof. Dr. Mitsuo

Nakamura mengatakan bahwasanya harus adanya kerja sama antara Nahdotul

Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Atau, saya katakan sebenarnya saat ini tidak

ada lagi tembok yang tebal atau tinggi yang menjadi antara Nahdotul Ulama (NU)

dan Muhammadiyah.

Muhammadiyah juga mengambil fokus posisi dibidang pendidikan formal

seperti SD Muhammadiyah hingga SMA bahkan Universitas. Jadi lengkap dan

bersyukurlah dengan adanya Muhammadiyah dan Nahdotul Ulama (NU)

masyarakat Pasuruan bisa sangat leluasa melakukan aktifitas dakwah dan hidup

berdampingan antar ormas yang mempunyai visi dan misi yang sama yakni

menegakkan hukum-hukum alloh ditengah masyarakat Pasuruan.

Di tengah-tengah mayoritas ormas besar seperti Nahdotul Ulama (NU) dan

Muhammadiyah yang senantiasa menyaring dan menfilter adanya berbagai

penyimpangan agama. Membuat masyarakat Pasuruan menjadi tenang dan

13

(17)

9

tentram didalam melakukan berbagai aktifitas sosial maupun keagamaan. Namun

sekarang kota Pasuruan telah kedatangan saudara atau adik kandung yang

bernama Front Pembela Islam.

Front Pembela Islam (FPI) adalah organisasi kemasyrakatan berasaskan

Islam yang banyak fokus dalam amar ma’ruf nahi munkar untuk memberantas

para pelaku-pelaku kejahatan dan kemaksiatan yang berada di kota Pasuruan.

Sebagaimana tertulis dalam dokumen rislah historis dan garis perjuangan FPI.

Tujuan berdirinya FPI adalah untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar

ma’ruf adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum

syara dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap kejahatan

/ kemunkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara dan hukum

akal.14 Ruang lingkup penerapan amar ma’ruf nahi munkar ini sangat luas dan

meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, diperlukan kerja

kolektif dari seluruh elemen umat Islam untuk melaksanakannya.

Front Pembela Islam berani tampil ditengah-tengah ormas yang kuat di

kota Pasuran yakni NU dan Muhammadiyah. Beranai tampil sebagai solusi di

tengah-tegah pondok Pesantren yang selalu mengajarkan kepada kebaikan dan

mengajarkan kepada paham-paham kegamaan ditengah-tengah masyarakat serta

tampil di tengah-tengah Muhammadiyah yang senantiasa mencerdaskan bangsa

dibidang keilmuan dan pembaharuan. Masyarakat pada umumnya, khususnya

Pasuruan biasanya mengharapkan seorang kyai dapat menyelesaikan persoalan-

persoalan keagamaan praktis sesuai dengan kedalaman pengetahuan yang

14

(18)

10

dimilikinya. Semakin tinggi kitab yang ia ajarkan, ia akan semakin di kagumi. Ia

juga di harapkan dapat menunjukkan kepemimpinannya, kepercayaannya kepada

diri sendiri dan kemampuannya, karena banyak orang yang datang meminta

nasehat dan bimbingan dalam banyak hal. Ia juga di harapkan untuk rendah hati,

menghormati semua orang, tanpa melihat tinggi rendah sosialnya, kekayaan dan

pendidikannya, banyak prihatin dan penuh pengabdian kepada Tuhan dan tidak

pernah berhenti memberikan kepemimpinan dan keagamaan, seperti memimpin

sembahyang lima waktu, memberikan khutbah jum’ah dan menerima undangan

perkawinan, kematian khususnya problem sosial yang terjadi masyarakat.15

Namun kini dengan adanya FPI merasa menjadi teman baru dan kawan untuk

diajak kerjasama dibidang keagamaan maupun sosial.

Fenomena seperti inilah yang melatar belakangi penulis ingin

mengungkapkan sebuah fakta dan data mengenai problem sosial keagamaan yang

terjadi di kota Pasuruan mengenai sejarah gerakan Front Pembela Islam. serta

adakah perbedaan dan gesekan antara dua organisasi kemasyarakatan yang

berbasis Islam terbesar yang berada di Pasuruan yang sama-sama mempunyai

banyak jama’ah. Dan penulis juga akan mendeskripsikan awal terbentuknya Front

Pembela Islam dari tahun 2015 hingga 2017.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan?

15

(19)

11

2. Bagaimanakah sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan organisasi

masyarakat Islam di Pasuruan?

3. Bagaimanakah respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam

(FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

2. Untuk mengetahui sinergitas antara Front Pembela Islam (FPI) dengan

organisasi masyarakat Islam di Pasuruan.

3. Untuk mengetahui respon masyarakat terhadap eksistensi Front Pembela Islam

(FPI) sejak berdiri hingga sekarang di Pasuruan.

D. Kegunaan Penelitian

Peneliti berharap tulisan ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat

bagi kalangan intelektual Islam khususnya perkembangan sejarah Nasional dan

berbagai pihak :

1. Sisi Akademik

Semoga penelitian ini dapat berguna dan memberikan kontribusi bagi khasanah

keilmuan dibidang sejarah maupun gerakan. Peneliti juga berharap agar

penelitian ini dapat membantu peneliti selanjutnya yang ingin membahas

tentang Front Pembela Islam (FPI). sebagai kampus yang berlabel Islam,

semoga tulisan ini dapat berkembang dengan terus adanya peneliti yang kritis

(20)

12

mengungkap fakta dan data, akan menjadi nilai lebih apabila dapat

mengungkapkan suatu kebenaran yang ilmiah dalam kalangan akademisi.

2. Sisi Praktis

Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini dapat dibaca oleh khalayak

umum. Selain bermanfaat untuk menghindari gesekan antar organisasi

kemasyarakatan. Peneliti juga berharap dengan adanya tulisan ini akan

bertambah rasa persaudaraan antar organisasi kemasyarakatan sehingga akan

menimbulkan persatuan dan kesatuan sesama warga negara negara khususnya

sesama Islam.

E. Pendekatan dan kerangka teoritik

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan sejarah

sebagai sebuah disiplin ilmu menunjukan fungsinya yang sejajar dengan

ilmu-ilmu lainnya didalam upaya penulisan sejarah kritis itu setidaknya terdapat dua

implikasi metodologis. Pertama, kewajiban memakai metode study sejarah yang

lebih Problem Oriented. Kedua, penjelasan serta memahami sejarah didasari pada

analisis yang bersifat social scientific. Gambaran pendekatan terhadap suatu

peristiwa akan terlihat ketika seseorang melihat dari sudut pandang mana, maka

dalam hal ini penulis menggunakan pendekatan Historis, dengan harapan

(21)

13

yang mampu mengungkapkan gejala-gejala yang kronologis, relevan dengan

waktu dan tempa peristiwa sejarah.16

Dalam pengertian luas teori adalah seperangkat kaidah yang memandu

seorang peneliti dalam menyusun bahan-bahan (data sejarah) yang telah diperoleh

dari serangkaian pengumpulan data, analisis sumber sekaligus evaluasi sumber

penemuannya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori challange dan respons

yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah yang dalam hal

ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela Islam) di kota/kabupaten

Pasuruan.

Teori challange dan respons ini menyatakan bahwa pola gerak sejarah

adalah kausalitas antara teori challange (tantangan) dan respons (tanggapan).

Antara krisis dan revivalisme. Pendekatan teori ini masih tetap relevan

menjelaskan peristiwa-peristiwa kekinian Islam bahkan “sejarah masa depan”.17

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai FPI (Front Pembela Islam) memang menarik untuk

diteliti. Pergerakan yang begitu dikenal oleh banyak masyarakat ini telah menyita

perhatian dan daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa penelitian yang

membahas mengenai FPI (Front Pembela Islam):

16

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), 78. 17Moefich, “Krisis Ekonomi dan Revilisme Islam di Asia Tenggeara”, dalam

(22)

14

1. Nurotul Badriyah, Amar Ma’ruf Nahi Munkar dalam Prespektif FPI (Front

Pembela Islam) Study kasus di Surabaya.Surabaya: skripsi fakultas ushuluddin

Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel, 2013. Pada penelitian ini

pembahasannya hanya mengacu kepada pergerakan Amar Ma’ruf Nahai

Munkar FPI yang menjadi solusi bagi kelalaian pemerintah didalam

melaksanakan tugas yang terjadi di kota Surabaya sebagai pengayom

masyarakat. Dalam hal ini kesejahteraan, kenyamanan dan rasa aman telah

terusik dengan adanya tempat-tempat maksiat. Disinilah adanya FPI menjadi

solusi bagi problem yang ada di masyarakat untuk memberikan rasa aman

kepada masyrakat.

2. Anugerah Zakya Rafsanjani, Respon Masyarakat terhadap Fundamentalisme

terhadapa Font Pembela Islam (study tentang respon masyarakat desa Blimbing

kecamatan Paciran kabupaten Lamongan terhadap Front pembela Islam

blimbing). Surabaya: skripsi fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel, 2016. Fokus pembahasan pada skripsi ini membahas mengenai

respon Mayarakat desa Blimbing kecamatan Paciran kabupaten Lamongan

terhadap adanya Front pembela Islam dan gerakan Fundamentalismenya.

Masyarakatpun menerima dan mendukung perjuangan Amar Ma’ruf Nahi

Munkarnya.

3. Muhammad Tikno Mulyono, Dakwah Front Pembela Islam di Bangkalan

(study ekploratif tentang gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar). Surabaya:

skripsi fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri, 2009. Skripsi membahas

(23)

15

Islam di Bangkalan. Konsep dakwah dan hisbhah yang dijadikan menjadi satu

kesatuan.

4. Azilatul Rohmaniah, Tinjauan hukum pidana Islam dan undang-undang no 17

tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan terhadap perihal model Amar

ma’ruf nahi munkar oleh Front Pembela Islam (Studi Kasus di Dusun Dengok

Desa Kandang Semangkon Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan).

Surabaya: Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel, 2014. Dalam skrpisi ini menjelaskan dan fokus terhadap pergerakan

Amar ma’ruf nahi munkar yang dinilai telah melampai batas sehingga terjadi

penganiyayaan terhadap korban yang terjadi di Kabupaten Lamongan serta

termasuk tindak pidana yang tertera didalm undnag-undang no 17 tahun 2013

tentang organisasi kemasyarakatan.

Sedangkan dalam penelitian ini akan menjelaskan tentang sejarah

perkembangan awal mula adanya Front Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan,

aktifitas-aktifitas, peran didalam masyarakat dan perjuangannya di kota/kabupaten

Pasuruan.

Penelitian ini juga berbeda dengan penelitian diatas. Jika penelitian diatas

hanya fokus terhadap gerakan Amar ma’ruf nahi munkar. Namun disini Peneliti

akan mengungkapkan hubungan antara Front Pembela Islam (FPI) dengan

(24)

16

G. Metode Penelitian

Dalam penelitian yang bersifat historis tentu peneliti menggunakan metode

sejarah yaitu sebuah proses yang meliputi analisis, gagasan pada masa lampau,

untuk menemukan generalisasi yang berguna dalam usaha untuk memenuhi

kenyataan-kenyataan sejarah. Metode ini juga berguna untuk memehami situasi

sekarang dan meramalkan yang akan datang.18

Metode penelitian sejarah dalam pengertian secara umum adalah suatu

penyelidikan atau penggalian data yang terkait dengan peristiwa atau

permasalahan yang sedang dihadapi dengan mengaplikasikan metode sebagai

jalan pemecahnya dari sudut pandang historis. Data (tunggal datum) adalah bahan

atau keterangan tentang suatu obyek penelitian yang diperoleh di lokasi penelitian.

Definisi data sebenarnya hampir sama dengan definisi informasi, hanya saja

informasi lebih ditonjolkan dari segi pelayanan, sedangkan data lebih

menonjolkan aspek materi hasil peristiwa sejarah.19

Dalam pengumpulan data

kadang-kadang nampak bahwa pengumpulan data atau peristiwa-peristiwa sejarah

dalam bentuk terinci itu merupakan hal yang ada kaitannya dengan cara

pemaparan atau historiografi sejarah. Aspek pengumulan data merupakan fase

penting yang mendahului penulisan sejarah dalam bentuknya yang final, ini

merupakan langkah penting bagi peneliti agar dapat mengungkapkan peristiwa

sejarah yang samar-samar dengan bahasa yang pas dan efisien. Maka peneliti

18

Suhartono W Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 29. 19

(25)

17

tidak boleh menggunakan bahasa yang mungkin memberikan sifat ilmiah tetapi

menjauhkan peneliti dari peristiwa-peristiwa yang pasti dan terperinci.20

Berikut adalah tahapan-tahapan metode penelitian sejarah yang meliputi

empat langkah yaitu: Heuristik (pengumpulan data), Verifikasi (kritik sejarah dan

keabsahan sumber, Interpretasi (analisis data), penulisan (historiografi).21

1. Heuristik (pengumpulan data)

Dalam penelitian yang berjudul “Gerakan Front Pembela Islam di kota

Pasuruan”. Peneliti mencoba mengmpulkan data yang berupa refrensi maupun

arsip-arsip berupa foto-foto dan video yang menjelaskan atau menggambarkan

tentang aktifitas kegiatan FPI maupun perjuangan yang berupa Dakwah,

Hishbah Amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan dari jejak adanya Front

Pembela Islam (FPI) di kota Pasuruan.

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Sumber primer

1) Sumber lisan

a) Wawancara kepada salah satu penggagas Front Pembela Islam di

Pasuruan yaitu Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad dan Gus

Muhammad Nawawi.

2) Sumber tulisan/doumentasi

a) Surat keputusan Front Pembela Islam (FPI) tentang pengesahan DPW

FPI di Pasuruan.

b) AD/ART (anggaran dasar/anggaran rumah tangga), dll.

20

Hasan Usman, Metode Penelitian Sejarah (Duqqi: Darul Ma’arif, 1964), 214. 21

(26)

18

c) Buku karangan Al-Habib Dr. Muhammad Rizieq bin Husein Syihab

Lc, MA, DPMSS yang berjudul Amar ma’ruf nahi munkar. Buku ini

juga menjadi rujukan bagi seluruh cabang FPI di semua wilayah.

d) Arsip-arsip berupa foto-foto dan video DPW FPI Pasuruan.

b. Sumber sekunder

1)Sumber lisan

a. Wawancara kepada ketua NU (Nahdlotul Ulama’) dan

Muhammadiyah tentang Front Pembela Islam di Pasuruan.

2)Sumber tulisan

a) Al-Zatrouw, Gerakan Islam Simbolik; Politik Kepentingan FPI.

2. Verifikasi

Verifikasi atau kritik sumber merupakan metode tahap kedua dalam

meneliti sumber sejarah. Verifikasi terbagi menjadi dua macam cara/langkah

yaitu:

a. Otensitas atau kritik keaslian sumber (kritik ekstern), yaitu sebagai seorang

peneliti kita harus meneliti secara seksama dari berbagai aspek sumber data

seperti aspek kertas, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, kata-kata dan

semua penampilan luarnya untuk mengetahui otensitasnya (keaslian

sumber). Selain dokumen tertulis, sumber data yang mendukung lainnya

seperti artefak, sumber lisan, dan sumber kuantitatif lainnya.

b. Kredibilitas sumber atau kesahihan sumber (kritik intern) adalah mengakui

(27)

19

dipertanggung jawabkan setelah dilakukan diberbagai penelitian dan kritik

terhadap sumber.22

3. Interpretasi

Dalam langkah ini peneliti berusaha menafsirkan data yang telah

diverifikasi. Berdasarkan pendekatan historis dan menggunakan teori challange

dan respons yang dikemukakan oleh Arnold untuk menganalisis gerak sejarah

yang dalam hal ini mengenai sejarah dan perjuangan FPI (Front Pembela

Islam) di kota Pasuruan. Karena pendekatan dan teori ini dinilai sangat cocok

untuk mengungkap sebuah perjalan masa lalu atau gerak sejarah sehingga akan

menghasilkan suatu penelitian atau skripsi yang benar-benar otentik.

4. Historiografi

Historiografi adalah cara penulisan, pemaparan, atau pelaporan hasil

penelitian sejarah yang telah dilakukan. Layaknya laporan penelitian ilmiah,

penulisan hasil penelitian hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas

mengenai proses penelitian, sejak dari awal (fase perencanaan) sampai dengan

akhir (penarikan kesimpulan).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan konsep sinkronik dimana

dalam aspek kajiannya lebih pada atau masa waktu tertentu dengan lebih

mendalam

22

(28)

20

H. Sistematika pembahasan

Sistematika penulis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penjelasan

mengenai runtutan mengenai ke lima bab yang akan dijabarkan ke dalam bab-bab

berikut :

Bab pertamaberisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, pendekatan dan kerangka teoritik,

penelitian terdahulu, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua membahas tentang sejarah dan latar belakang berdirinya Front

Pembela Islam (FPI) di Pasuruan .

Bab ketiga membahas tentang hubungan Front Pembela Islam (FPI)

dengan organisasi masyarakat Islam seperti NU dan Muhammadiyah.

Bab keempat membahas tentang respon masyarakat Pasuruan terhadap

eksistensi Front Pembela Islam (FPI) sejak berdiri hingga sekarang.

(29)

BAB II

SEJARAH BERDIRINYA FRONT PEMBELA ISLAM (FPI) DI PASURUAN

A. Latar belakang berdirinya Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

Front Pembela Islam (FPI) merupakan suatu organisasi Islam yang

muncul akibat menurunnya peran Negara yang berdampak pada hilangnya tertib

hukum di masyarakat. FPI lahir secara resmi pada 17 Agustus 1998, bertepatan

dengan 24 rabiuts Tsani 1419 H, di Pondok Pesantren Al-umm, kampong Utan,

Ciputat, Jakarta Selatan. FPI didirikan oleh sejumlah haba’ib, ulama, muballigh,

serta aktivis muslim dan umat Islam. Tokoh yang melopori berdirinya FPI adalah

Habib Muhammad Riziq Shihab. Sebagai sebuah organisasi gerakan, para aktivis

ini telah melakukan berbagai aktivitas keagamaan seperti tabligh akbar, audensi,

silaturahmi, dan juga demonstrasi. Sebagai bagian dari masyarakat, FPI merasa

memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam memberikan kontribusi positif

untuk kemajuan bangsa.23

Front Pembela Islam (FPI) ketika berdiri juga mencanangkan deklarasi

gerakan nasional anti maksiat pada saat deklarasi berdirinya FPI pada tanggal 17

Agusrus 1998 milladiyah, berbagai kritik, kecaman, tuduhan, tudingan, fitnah dan

caci maki, bahkan teror, ancaman dan intimidasi, kerap kali dilamatkan ke FPI.

Berbagai ujian dan cobaan menghantam FPI dan para aktivisnya. Pada tanggal 22

23

(30)

22

November 1998 M, terjadi tragedi ketapang, yang menyeret FPI kedalam tragedy

berdarah yang menggemparkan dunia.

Dan pada tanggal 11 April 1999 M, Habib Rizieq selaku ketua umum FPI

ditembak orang tidak dikenal, dan dengan pertolongan Alloh swt. Habib Rizieq

selamat dari usaha percobaan pembunuhan tersebut.

Sedang pada tanggal 23 Juli 2000 M, Habib Sholeh Alattas, salah seorang

penasehat DPP-FPI, terbunuh ditembak orang tidak dikenal didepan halaman

rumahnya, usai mengimami sholat shubuh di masjid.

Esoknya, tanggal 24 Juli 2000 M sore hari, KH. Cecep Bustomi, salah

seorang deklator FPI, ketika keluar dari markas grup l kopasus di Serang, usai

bertemu wakil komandan grup 1, dikerjar sejumlah orang tak dikenal dengan

mengendarai motor tril, sambil terus membrondong tembakan hingga pasar Rawu,

Serang, Banten. Akhirnya beliaupun terbunuh secara tragis.

Sampai tahun 2000 inilah pulalah, terjadi penangkapan besar-besaran

terhadap aktivis FPI diberbagai wilayah. Bahkan pada tanggal 11 Desember 2000

M, menjelang sahur, aparat kepolisian dengan sangat brutal menembaki tim

monitoring lakar FPI pusat secara membabi buta, sepanjang jalan S. Parman –

katamso – K.S Tubun. Penembakan tersebut dilator belakangi oleh kekecewaan

dan sakit hati sejumlah oknumkepolisian, karena lahan setoran judiya diserang

salah satu posko lascar FPI di wilayah Jakarta Barat.

Dua hari kemudian, tanggal 17 Ramadhan1421 H / 13 Desember 2000 M,

(31)

23

preman, rumah tinggalnya dijarah dan dibakar. Beliau dan keluarga berhasil

meloloskan diri.

Puncaknya, pada tanggal 28 ramadhan 1421 H / 24 Desember 2000 M,

malam Natal, di SCTV lewat suatu acara dialog dengan Presiden RI ke-4 yang

didampingi dan dipandu oleh salah seorang presenter SCTV. Presiden

menyatakan bahwasannya FPI harus dibubarkan karena melanggar hukum,

mendirikan Negara dalam Negara dan mengganggu kesejahteraan rakyat. Batas

waktu yang diberikan adalah sampai akhir Januari tahun 2001.24

Lahirnya FPI Menurut habib Rizieq tidak lepas dari menurunnya peran

Negara yang berdampak pada hilangnya tertib hukum di masyarakat. Banyak

peraturan pemerintah yang dilanggar oleh masyarakat, termasuk disini adalah

mengenai judi dan kemaksiatan. Pada era reformasi, pemerintah tidak dapat

mengendalikan terjadinya tindak kemaksiatan, seperti perjudian, narkoba,

minuman keras, dan beroperasinnya tempat-tempat maksiat secara terbuka. Oleh

karena itu, FPI berkewajiban mengambil inisiatif membantu pemerintah untuk

memerangi kemaksiatan tersebut.25

Al-Zastrouw Ng mengatakan latar belakang berdirinya FPI tak lepas dari

situasi sosial-politik antara lain; Pertama, adanya penderitaan panjang yang di

alami umat Islam Indonesia sebagai akibat adanya pelanggaran HAM yang di

lakukan oleh oknum penguasa. Kedua, kegagalan aparat Negara untuk

menegakkan hukum dan menjamin ketertiban masyarakat, ketiga, adanya

kewajiban bagi setiap muslim untuk menjaga dan mempertahankan harkat dan

24

Ibid., 3-4.

25

(32)

24

martabat Islam. Keempat, adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk dapat

menegakkan amar makruf nahi munkar. Tampaknya, latar belakang kelahiran FPI

tersebut tidak bisa lepas dari peristiwa reformasi sebagai momentum perubahan

sosial politik di Indonesia.26

Sedangkan Front Pembela Islam di Pasuruan lahir pada pada hari ahad /

minggu tanggal 7 Rajab 1436 H / 26 April 2015. Pada waktu itu dilaksanakanlah

hasil hasil musyawarah wilayah yang bertempat di Jl. Ponpes Attahzib, Lekok,

Pasuruan - Jawa Timur.27

FPI berdiri untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Amar ma’ruf

adalah perintah untuk melakukan segala perkara yang baik menurut hukum syara’

dan hukum akal. Sedangkan nahi munkar adalah mencegah setiap

kejahatan/kemungkaran, yakni setiap perkara yang dianggap buruk oleh syara’

dan hukum akal. Dalam mencapai tujuan amar ma’ruf, FPI mengutamakan

metode bijaksana dan lemah lembut melalui langkah-langkah mengajak dengan

hikmah (kebijaksanaan, lemah lembut), member mau’idzah hasanah (nasihat yang

baik), dan berdiskusi dengan cara yang terbaik. Sedangkan dalam melakukan nahi

munkar, FPI mengutamakan sikap yang tegas melalui langkah-langkah

menggunakan kekuatan/kekuasaan bila mampu dan menggunakan lisan dan

tulisan, bila kedua langkah tersebut tidak mampu dilakukan maka nahi munkar

dilakukan dengan menggunakan hati yang tertuang dalam ketegasan sikap untuk

tidak menyetujui segala bentuk kemungkaran.28

26

Al-Zastrouw, Gerakan Islam Simbolik: Politik Kepentingan FPI, 90.

27

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor : 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

28

(33)

25

Namun, latar belakang medan di Pasuruan yang cukup kondusif dan

banyak sekali pondok-pondok Pesantren maka terbentuknya FPI lahir agar lebih

pada dakwah dan sosial. Seiring semakin cepatnya perubahan dan perkembangan

dalam tubuh umat Islam dan seluruh aspek kehidupannya, serta sejalan dengan

fenomena akhir zaman dan juga penyikapannya sebagaimana ditetapkan oleh

Alloh dan Rasul-Nya, maka pergerakan dan eksistensi dakwah Front Pembela

Islam (FPI) diseluruh wilayah Indonesia pada umumnya dan diwilayah Pasuruan

pada khusunya, semakin dibutuhkan. Dan dinantikan oleh umat di negeri ini.

Harus disadari, saat ini organisasi FPI telah menjadi “buah bibir” tidak

hanya di NKRI tetapi juga dikancah dunia internasional. Konsekuensinya mau

tidak mau, semua mata akan melihat, menyaksikan, mengkritisi, mendukung atau

bisa jadi berusaha menghambatnya, menghalangi, bahkan merusak gerakan

dakwahnya. Maka dari itu, FPI sendiri harus mampu memainkan perannya

sebagai organisasi yang layak dan pantas menjadi ujung tombak khoiru ummah,

menjadi pelindung umat Islam, menjadi pembela Alloh dan Rasul-Nya di garda

terdepan.29

Pada hari hari kamis tanggal 7 Januari 2016 kota Pasuruan kedatangan dua

tokoh besar yakni Habib Muhammad Rizieq bin Syihab Lc, MA. DPMSS (Imam

Besar FPI) dan KH. Hasyim Muzadi (tokoh ulama NU – Dewan Pertimbangan

Presiden RI) dalam acara Pelantikan DPW dan DPC FPI se-Pasuruan, Maulid

Akbar dan Diskusi Syari’ah dengan tema “ PEMAPARAN DAN PENGUATAN

ASWAJA SERTA WAPADA PKI ” mulai pukul 08.00 wib sampai 13.30 wib

29

(34)

26

bertempat di Jl. Panglima Sudirman No. 28 (sebelah rumah walikota) Pasuruan

Jawa Timur tepatnya di Gedung Gradika Pasuruan. Acara ini diselanggarakan

oleh Imam Derah Front Pembela Islam Jawa Timur Habib Abdurrohman bin

Husein Assegaf Bahlega.

Kedua tokoh ini memaparkan dalam pemaparannya mengajak ribuan

jamah untuk senantiasa menjaga faham Ahlu Sunnah Wal Jama’ah (Aswaja) dari

semua faham yang merusak. Habib Rizieq mengingatkan bahaya faham radikal

seperti yang dianut ISIS hingga Komnisme. Dan beliau juga menolak keras

wacana Negara meminta maaf secara resmi pada keluarga eks PKI. Serta,

menyatakan bahwa FPI siap menjadi benteng ulama NU Dan berkeyakinan bahwa

dalam tragedi 65, Negara dan para ulama NU tidak bersalah, melainkan PKI yang

harus bertanggung jawab.30

B. Tokoh yang berperan dalam pembentukan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

1. Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad

Habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad adalah sekretaris dewan syura yang

awalnya menjadi ketua FPI di Pasuruan. Beliau masuk dan mengenal FPI pada

tahun 2000 sebagai simpatisan dibawah ketua habib Abdurrahma Bahlega

Assegaf. Namun, takberselang lama habib Abdullah ditarik dan dikasih

mandat menjadi ketua FPI di Pasuruan. Lantaran habib Abdurrahman Bahlega

Assegaf yang awalnya sebagai ketua FPI Pasuruan akhirnya naik ketingkat

30

(35)

27

Provinsi. Posisi habib Abdullah yang masih remaja dan duduk dibangku

sekolah menengah pertamatelah menjadi ketua Tak heran menuai pujian dari

habib Rizieq bin Syihab sebagai ketua FPI paling muda.

Pada tahun 2002 habib Abdullah berhenti dan fakum dari posisi sebagai

ketua FPI lanntaran usia yang masih muda dengan alasan ingin melanjutkan

pendidikan terlebihi dahulu.

Pada tahun 2014 habib Abdullah bin Yahya Al-Haddad kembali aktif dan

mencoba untuk membangun kembali aktifitas FPI yang sempat fakum dari

kegiatan-kegitan. Habib Abdullah mencoba untuk melobi dan meminta

pendapat Habib Abdurrahman sebagai Imam Daerah Jatim untuk

mengaktifkan kembali FPI di Pasuruan. Setelah mendapat izin Habib

Abdurrahman, habib Abdullahpun mencoba mengumpulkan dan menelusuri

setiap pengurus FPI di Pasuruan untuk diajak kembali menghidupkan FPI.

Dan pada akhirnya terkumpullah para pengurus yang pada akhirnya di usulkan

kepada pusat untuk dibuatkan SK, dari pusatpun menyetujui beberapa nama

yang diusulkan oleh Habib Abdillah. Dari usaha inilah habib Abdullah

berhasil mengumpulkan para pengurus dan mengadakan Musyawarah wilayah

untuk syarat pembentukan FPI di Pasuruan.31

31

(36)

28 C. Format Kepemimpinan, Struktur dan Kekuasaan Dalam FPI

1. Kepemimpinan dan Struktur Organisasi

a. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) di tingkat pusat terdiri dari Imam Besar,

Majelis Syura dan Dewan Tanfidzi.

b. Dewan Pimpinan Luar Negeri (DPLN) di Luar Negeri terdiri dari Imam,

Majelis Syura Dewan Tanfidzi.

c. Dewan Pimpinan Daerah (DPD) di tingkat Propinsi terdiri dari Imam,

Majelis Syura Dewan Tanfidzi.

d. Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) di tingkat Kota / Kodya / kabupaten

adalah Dewan Tanfidzi Wilayah.

e. Dewan Pimpinan Cabang (DPC) di tingkat Kecamatan adalah Dewan

Tanfidzi Cabang.

f. Dewan Pimpinan Ranting (DPRa) di tingkat Kelurahan / Desa adalah

Tanfidzi Kelurahan.

g. Pengurus Inti :

1) Pengurus Inti Majelis Syura Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan

Pimpinan Daerah adalah :

Seorang Ketua, seorang sekretaris, lima orang ketua Majelis Tinggi

Front, yaitu : Majelis Syari’at, majelis Pembina, majelis Penasehat,

Majelis Pengawas, dan majelis Kehormatan, yang beranggotakan

(37)

29

2) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat Pusat ialah :

Seorang Ketua Umum, seorang Wakil Ketua Umum, beberapa

orang Ketua, seorang Sekretaris Umum, beberapa orang Wakil

Sekretaris Umum, dan beberapa Wakil Bendahara Umum.

3) Pengurus Inti Dewan Tanfidzi di tingkat sealin Pusat ialah :

Seorang Ketua, beberapa orang Wakil Ketua, seorang Sekretaris,

seorang Bendahara. 32

h. Organisasi FPI memiliki lima badan khusus yaitu :

1) BIF: Badan Investigasi Front

BIF bertugas untuk melakukan investigasi terhadap berbagai

persoalan yang berdampak buruk terhadam Islam dan FPI. BIF

memiliki dua visi.

a) Devisi Inteljen

Devisi ini bertugas melakukan pengawasan secara rahasia

terhadap segala aktivitas yang merugikan Islam dan FPI.

b) Devisi Pencari Fakta

Devisi ini bertugas mencari dan menghimpun berbagai

fakta dan data untuk membuktikan keakuratan inteljen FPI.

2) BTF: badan anti Teror Front

Ancaman, intimidasi, dan berbagai terror hampir setiap saat

menghampiri setiap aktivitas FPI. dalam hal ini BTF memainkan

32

(38)

30

peranan penting untuk mengantisipasi, menghadapi dan melawan

segala bentuk terror tersebut. BTF bekerja sama dengan BIF untuk

melakukan “kontra teror” maupun “kontra intelijen” terhadap

musuh-musuh Islam yang melakukan terror ataupun penyusupan ke

dalam aktivitas umat Islam.

3) BPF: badan Pengkaderan Front

BPF adalah badan khusus yang bertanggung jawab menangani

sistem pengkaderan FPI badan inilah yang mengelola pembinaan,

pendidikan, dan pelatihan para kader FPI.

4) BAF: Badan Ahli Front

BAF adalah laboratorium strategi FPI dalam pengkajian persoalan

kehidupan dan di segala sector keilmuan. Di BAF inilah para pakar

FPI dari berbagai disiplin ilmu berkumpul. Ke depan diharapkan BAF

mampu menjadi think-think bagi FPI, bahkan bagi kehidupan

masyarakat secara umum.

5) BAZ: Badan Amil zakat

BAZ adalah bertugas untuk penyuluhan dan menyadarkan zakat,

pengumpulan dan pendistribusian zakat sesuai syari’at Islam. Serta

mengadakan rekrutmen keanggotaan wajib zakat secara tetap dan

membangun informasi, pengelolaan zakat yang professional dan

terintegrasi.33

i. Organisasi FPI memiliki lima Lembaga Otonom yaotu :

33

(39)

31

1) PMF: Lembaga Pemantau Ma’siat Front

Lembaga ini bertugas sebagai pemantau independen terhadap

aktivitas kemaksiatan di Indonesia. Khususnya, terhadap pelanggaran

hokum hukum yang dilakukan oleh para pengusaha masiat dan para

pelindungnya dari kalangan pejabat Negara, termasuk aparat

keamanan.

2) LDF: Lembaga Dakwah Front

LDF adalah wadah silaturrohim para muballigh/ da’I FPI,

sekaligus sebagai pusat pengembangan da’wah islam yang

diprogramkan FPI. LDF memiliki dua fungsi, internal dan eksternal.

Fungsi internal adalah mensosialisasikan da’wah dikalangan aktifis

FPI, termasuk pembinaan mental spiritual dan pengembangan Sumber

Daya Da’wah yang dimiliki FPI. sedangkan fungsi eksternalnya

adalah mensosialisasikan da’wah Islam ditengah masyarakat.

3) LEF: lembaga Ekonomi Front

Tugas LEF adalah membangun ekonomi FPI agar tidak menjadi

organisasi yang lemah. Untuk itu, LEF berkewajiban melakukan

terobosan-terobosan bisnis yang berprospek, sehingga kedepan FPI

mampu memiliki “Profit Center” yang ditangguh untuk mendanai

perjuangan amar ma’ruf nahi munkar.

4) BHF: Lembaga Bantuan Front

BHF telah menunjukkan eksistensinnya sebagai Lembaga Bantuan

(40)

32

tanpa pamrih secara terus-menerus melakukan litigasi advokasi untuk

aktivitas FPI.

5) HILMI : Lembaga Kemanusiaan Front Bernama Hilal Merah

Indonesia

HILMI adalah relawan untuk tugas-tugas kemanusiaan dalam

bencana kemanusiaan dan bencana alam.34

j. Organisasi FPI memiliki empat Anak Organisasi yang otonom dan

Independen serta memiliki AD / ART, Struktur organisasi, garis

komando, progam kerja dan pertanggung jawaban sendiri, Yaitu :

1) Laskar Pembela Islam (LPI)

LPI adalah barisan pemuda FPI yang menjadi satuan tugas

organisasi dengan fungsi serba guna. Struktur kepemimpinan LPI

berdasarkan jabatan dan kepangkatan yang ditentukan mulai karir dan

prestasi para anggotanya. Pemimpin LPI di tingkat Nasional disebut

Imam Besar Laskar. Di tingkat provinsi disebut Imam Laskar. Di

tingkat kecamatan disebut Qoid laskar. Di tingkat Kelurahan/ Desa

disebut Amir Laskar. Ditingkat Front (regu) disebut Rois Laskar.

Sedangkan para laskar disebut Jundi.

2) Mujahidah Pembela Islam (MPI)

MPI adalah barisan muslimat FPI selama ini aktivitasnya masih

terfokus kepada masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Namun

demikian, tidak jarang MPI ikut melibatkan diri secara aktif dalam

34

(41)

33

berbagai aksi damai FPI. kehadiran MPI sebagai sayap FPI

dimaksudkan untuk menampung dan menyalurkan aspirasi serta

semangat amar ma’ruf nahi munkar para kaum wanita islam. Misi

utamannya adalah memperjuangkan kaum wanita agar berada pada

posisi yang mulia dan terhormat di dunia dan akhirat.

3) Serikat Pekerja Front (SPF)

SPF adalah perhimpunan para anggota FPI yang bekerja sebagai

buruh/ pegawai/ karyawan di berbagai pabrik dan perusahaan. Untuk

pertama kalinnya DPP-FPI mencanangkan dan mendeklarasikan SPF

di wilayah Tanggerang atas desakan para aktivis FPI Tanggerang

yang kebanyakan berasal dari kalangan buruh pabrik

4) Front Mahasiswa Islam (FMI)

Sejumlah mahasiswa yang selama ini aktif di kelaskaran FPI

berkeinginan untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar bukan saja

secara fisik. Namun mereka juga ingin beramar ma’ruf nahi munkar

dengan berkemampuan intelektual yang dimilikinnya, sehingga

wawasan akademiknya tidak mubadzir. Akhirnya, digulirkan ide

pembentukan FMI. FMI tersebut dirintas oleh para mahasiswa FPI,

namun pada perkembangan selanjutnya FMI lebih mandiri dan mulai

dimintai mahasiswa dari berbagai kalangan.35

2. Struktur Dewan Pimpinan Pusat

Dewan Pimpinan Pusat FPI terdiri dari:

35

(42)

34

1) IMAM BESAR sebagai Pimpinan Tertinggi

2) Majellis Syura yang dipimpin oleh seorang Ketua dibantu seorang

Sekretaris dan 5 (Lima) orang Ketua Dewan Tinggi Front, yaitu:

Dewan Syari’at Dewan Kehormatan, Dewan Pembina, Dewan

Penasihat dan Dewan Pengawas yang jumlahnya keanggotaannya

minimal 33 orang dan maksimal 99 orang.

3) Dewan Tanfidzi yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum yang

dibantu oleh beberapa orang Ketua, seorang Sekretaris Umum yang

dibantu beberapa Wakil Bendahar Umum, 5 (Lima) Badan Khusus, 5

(Lima) Lembaga Otonom, dan 4 anak Organisasi.36

3. Kekuasaan Organisasi

Kekuasaan tertinggi organisasi FPI adalah MUSYAWARAH, sesuai

tingakat kepemimpinan organisasi:

a. Musyawarah di tingakat Nasional terdiri dari Musyawarah Nasional

(MUNAS), Musyawarah Nasional Luar Biasa (MUNASLUB),

Musyawarah Kerja Nasional (MUKERNAS) dan Musyawarah Pimpinan

Nasional (MUSPIMNAS).

b. Musyawarah di tingkat Luar Negeri adalah MLN yang pesertanya adalah

IMAM dan semua pengurus Dewan Pimpinan Luar Negeri yang

kekuasaannya akan diatur lebih lanjut di daam Anggaran Rumah Tangga

yang diselenggarakan setiap 5 Tahun sekali oleh Dewan Pimpinan Luar

Negeri.

36

(43)

35

c. Musyawarah di tingkat Daerah terdiri dari Musyawarah Daerah

(MUSDA), Musyawara Daerah Luar Biasa (MUSDALUB),

Musyawarah Kerja Daerah (MUKERDA), dan Musyawarah Pimpinan

Daerah (MUSPIMDA), yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur

dalam Anggaran Rumah Tangga.

d. Musyawarah di tingakat Wilayah terdiri dari Musyawarah Wilayah

(MUSWIL) Musyawarah Wialyah Luar Biasa (MUSWILUB),

Musyawarah Kerja Wilayah (MUSPIMWIL), yang kekuasaannya lebih

lanjut akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

e. Musyawarah di tingkat Cabang adalah Musyawarah Cabang

(MUSCAB), diselenggarakan setiap 4 Tahun sekali oleh DPC, yang

pesertanya adalah seluruh pengurus DPC–FPI, dan para ketua dan

sekretaris Dewan tiap-tiap DPRa-FPI serta 1 Oarang UTUSAN DPD FPI

setempat, yang kekuasaannya lebih lanjut akan diatur dalam Anggaran

Rumah Tangga.

f. Musyawarah di tingkat Ranting adalah Musyawarah Ranting

(MUSRAN), diselenggarakan setiap 3 Tahun sekali oleh DPRa, yang

pesertanya adalah seluruh pengurus DPRa–FPI, dan para Anggota FPI di

Ranting tersebut serta utusan DPW-FPI setempat, yang kekuasaannya

(44)

36

g. Pimpinan Sidang MUNAS, MLN, MUSDA, MUSWIL, MUSCAB, dan

MUSRAN adalah Dewan Pimpinan periode berjalan di Tiap Tingkatan.

37

4. Dewan Tanfidzi DPW Pasuruan

a. Ketua : KH. Lukman Aziz

b. Sekretaris : Ust. Ahmad Qusyairi

c. Bendahara : Ust. Ahmad Syafi’i

1) Wakil ketua bidang dakwah : Ust. M. Nizar

2) Wakil ketua bidang hisbah : Ust. H. Malik Asyiq

3) Wakil ketua bidang jihad : Ust. H. Mujayyin

4) Wakil ketua bidang organisasi : Gus Muhammad Nawawi, SH

Sedangkan disayap juang antara lain :

a) Front Mahasiswa Islam : Eka Sugeng Ariadi, M.Pd.

b) Mujahidah Front Islam : Ustadzah Hofsoh

c) Laskar Pembela Islam : Ust. Sunardi.38

Sistem struktur keorganisasian dan kepemimpinan FPI di atas telah

dituangkan secara rinci dan jelas dalam AD/ART FPI. namun perlu dicatat

pula AD/ART FPI sebenarnya adalah al-Qur’an, As-Sunnah, AL-Ijma’, dan

al-Qiyas.39 Artinnya seluruh kandungan AD/ART FPI wajib tunduk kepada

keempat sumber hukum Islam autentik tersebut.

37

Pedoman Front Pembela Islam (AD/ART) 2013. 38

Lihat Surat Keputusan, Dewan tanfidzi Pusat – Front Pembela Islam, nomor: 0051/ SK-DPW / DT - / Dzuljijjah / 1436 H.

39

(45)

37 D. Visi dan misi Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

1. Arti penerapan Syariat secara Kaffah adalah penerapan syariat islam

diseluruh bidang kehidupan yaitu Akidah, Ibadah, Munakahat, Muamalat

dan Jinayat. Arti Penerapan Syariat Islam secara Kafah adalah kewajiban

menjalankan Syariat Islam secara Individu, dalam kehidupan Masyarakat

dan Negara.

2. Arti Khilafah Islamiyyah adalah diterapkannya kesatuan sistem ekonomi,

politik, pertahanan, sosial, pendidikan dan hukum di dunia islam.

Visi dan Misi organisasi FPI adalah penerapan Syariat Islam secara Kaffah

dibawah naungan Khilafah Islamiyyah menurut Manhaj Nubuwwah, melalui

pelaksanaan Da’wah, penegakan Hisbah dan pengalaman jihad.

FPI harus ikut berperan aktif dalam upaya menegakkan Khilafah Islamiyyah

Alamiyyah sesuai Syariat Islam, melalui langkah-langkah logis realistis yang

elegan dan bertanggung-jawab, serta sejalan dengan nafas kemajuan Dunia, antara

lain:

a. Mendorong peningkatan Fungsi dan Peran Organisasi Konferensi Islam(OKI).

b. Mendorong pembentukan Parlemen Bersama Dunia Islam.

c. Mendorong pembentukan Pasar Bersama Dunia Islam.

d. Mendorong pembentukan Pakta Pertahanan Bersama Dunia Islam.

e. Mendorong penyatuan Mata Uang Dunia Islam.

f. Mendorong penghapusan Paspor dan Visa antar Dunia Islam.

(46)

38

h. Mendorong penyeragaman kurikulum pendidikan Agama & Umum Dunia

Islam.

i. Mendorong pembuatan satelit Komnikasi Bersama Dunia Islam.

j. Mendorong pendirian Mahkamah Islam Internasional.

Sesuai dengan latar belakang pendiriannya, maka FPI mempunyai sudut

pandang yang menjadi kerangka berfikir organisasi, bahwa penegakan amar

ma´ruf nahi munkar adalah satu-satunya solusi untuk menjauhkan kezholiman dan

kemunkaran. Tanpa penegakan amar ma´ruf nahi munkar, mustahil kezholiman

dan kemunkaran akan sirna dari kehidupan umat manusia di dunia.

FPI bermaksud menegakkan amar ma´ruf nahi munkar secara káffah di

segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup

dalam baldah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ´Azza

wa Jalla. Inilah misi FPI.40 Sifat organisasi ini bersifat mandiri dan tidak menjadi

bagian dari ormas/orsospol manapun juga, di mana pedoman yang digunakan

adalah Allah SWT sebagai tujuan kami, Muhammad Saw adalah teladan kami,

Al-Qur’an adalah pedoman kami dan syahid adalah cita-cita kami. Dan juga

semboyan dari FPI adalah hidup mulia atau mati syahid.41

E. Standart Operasional Prosedur (SOP) Hisbah.

Front Pembela Islam sebagai ormas yang fokus dalam amar ma’ruf nahi

munkar mempunyai gerakan yang sistematis. dalam setiap tindakan dan sikap

yang diambil FPI manapun harus memenuhi syarat prosedur standart yang telah

40

Shihab, Dialog FPI-Amar Ma’ruf Nahi Munkar, 142. 41

(47)

39

ditentukan organisasi. Berikut langkah-langkah penanganan tempat maksiat / SOP

amar ma’ruf nahi munkar:

1. Harus adanya laporan dari masyarakat akan adanya tempat maksiat.

2. Jika dirasa laporan tersebut dinilai sudah memenuhi beberapa syarat dalam

artian adanya laporan dari masyarakat lain dengan tempat maksiat yang sama.

3. FPI akan mengirim badan khusus yakni Badan Investigasi Front untuk

menyelidiki tempat maksiat tersebut dan nantinya akan disusul kepada laporan

kepada DPW dan DPD tentang medan tempat maksiat

4. Menentukan medan tempat maksiat tersebut dengan melihat dari keberpihakan

warga dan masyarakat terhadap adanya tempat maksiat.

5. Opsi pertama, Jika memang warga dan masyarakat masih mendukung tempat

maksiat, maka pihak dari FPI dilarang menggunakan medan amar ma’ruf nahi

munkar. Melainkan medan yang digunakan adalah dakwah dengan mengirim

dai’-da’i untuk dilakukan langkah penyadaran kepada masyarakat.

Opsi kedua, jika masyarakat menolak dengan adanya tempat maksiat tersebut,

maka dari pihak FPI menindak lanjut dengan berkordinasi dengan pihak

berwenang:42

a. Kirimkan surat protes dan tuntutan pertama ke Lurah, dengan tembusan

kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, Binmas, Babinsa, dan Ulama

kelurahan setempat, serta ke Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan.

b. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat

protes dan tuntutan kedua ke Camat dengan tembusan ke pemilik / penguasa

42

(48)

40

tempat maksiat tersebut, Kapaolsek, Danramil, dan Ulama kecamatan

setempat. Serta Mabes LPI sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan

satu surat pertama).

c. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat

protes dan tuntutan ketiga ke Walikota / Bupati dengan tembusan kepemilik

/ penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. II, Kapolres, Dandim dan

ulama Kotamadya / Kabupaten. Setempat Serta Mabes LPI sebagai laporan

dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama dan kedua).

d. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka kirimkan surat

protes dan tuntutanterakhir (Ultimatum) ke Gubernur dengan tembusan

kepemilik / penguasa tempat maksiat tersebut, DPRD tk. I, Kapolwil,

Kapolda, Danrem, Pangdam, dan ulama Propinsi setempat, Serta Mabes LPI

sebagai laporan dan pemberitahuan (dilampirkan satu surat pertama, kedua

dan ketiga).

e. Bila setelah satu minggu / satu bulan tidak ditanggapi, maka libatkan

masyarakat setempat untuk mengambil inisiatif lain dalam upaya menutup

tempat maksiat tersebut, yang dalm pelaksanaannya wajib koordinasi

dengan Mabes LPI dan aparat Pemerintah / keamanan yang berwenang.43

Contoh kasus perjudian yang terjadi di Warungdowo, Pasuruan. Atas

laporan masyarakat dan hasil pemantauan dari pihak FPI. Sarang perjuadian yang

awalnya mengganggu masyarakat sekitar pada akhirnya dapat ditutup dengan

tidak adanya kekerasan dan kericuhan. Dari pihak kepolisianpun langsung

43

(49)

41

merespon dan menangani laporan FPI. Sehingga dalam penanganannya bisa

segera teratasi. Justru ada yang menarik dalam kasus perjuadian ini karenakan dari

pimpinan dan penguasa perjudian tersebut akhirnya bertobat, berjanji tidak akan

mengulangi perbuatannya dan bersedia melakukan pimbinaan yang diadakan FPI

Pasuruan.44

F. Faham keagamaan Front Pembela Islam (FPI) di Pasuruan.

Sebagaimana yang sudah diatur dalam AD/ART Front Pembela Islam

bahwasannya organisasi FPI beraqidahkan Ahlu sunnah wal jama’ah, bermahzab

aqidah Asy’ary dan bermahzab fiqih Asy-syafi’i.

Kami dengan NU dan Muhammadiyah sama-sama ahlu sunnah

waljama’ah, penganut dari 4 yang telah disepakati yakni Syafi’I, Hanafi, Maliki

dan Hambali.45

Akan tetapi, dijelaskan dalam bukunya Ja’far Umar Thalib, bahwa aswaja

yang dipahami FPI tidaklah sama dengan yang difahami oleh kalangan NU

maupun Muhammadiyah. Aswaja yang dipahami para aktivis FPI lebih mendekati

pemahaman Aswaja menurut kelompok Salafi yang dipimpin oleh Ustadz Ja’far

Umar Thalib di Yogyakarta. Menurut kelompok ini, Aswaja adalah mereka yang

telah sepakat untuk berpegang dengan kebenaran yang pasti sebagaimana tertera

dalam al-Qur’an dan al-Hadist dan mereka itu adalah para sahabat dan tabi’in

(orang yang belajar dari sahabat dalam pemahaman dan pengambilan ilmu).46

44

Arsip Foto dan Video FPI Pasuruan, t.h 45

Muhammad Nawawi, Wawancara, Pasuruan, 22 Juni 2017. 46Ja’far Umar Thalib,

(50)

42

Mereka tidak sepakat dengan pendapat yang mengatakan bahwa asal mula

Aswaja adalah dari Abu Hasan al-Asy’ari dan abu Mansur al-Maturidi. Yang

menjadi acuan paham keislaman warga NU, dalam bukanya Achmad Masduq

Konsep Dasar Pengertian Ahlussunnah wal Jama’ah menjelaskan bahwa paham

Aswaja mengikuti madzab al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam bidang akidah,

mengikuti salah satu dari madzab empat (Hanafi, Maliki, syafi’I, Hambali) dalam

bidang fiqh, mengikuti al-Ghazali dan Abu al-Qosim al-Junaidy dalam bidang

tasawuf, dan mengikuti al-Bukhari dan Muslim dalam bidang Hadits.

Menanggapi pernyata Achmad Masduqini, Ahmad Hamdani dan Suyuti

Abdaullah, keduannya adalah aktivis Jama’ah Salafiyah, berkomentar:

kalau yang dimaksud oleh penulis (Achmad Masduq) adalah

Ahlussunnah wal Jama’ah ala Indonesia (yang sebenarnya mereka asy’arian), barangkali dibenarkan danya tarekat-tarekat tersebut. Namun

permasalahannya, Ahlussunnah wal Jama’ah bukan milik orang Indonesia

atau kelompok tertentu saja. Akan tetapi, Ahlussunnah wal jama’ah adalah satu-satunya jalan atau metode yang haq yang telah ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya sehingga tidak diperbolehkan seorang pun menentukan cara sendiri ketika menjalankan ibadah atau mendekatkan diri kepada Allah. Barang siapa mengamalkan suatu cara dalam agama tanpa mengikuti petunjuk Nabi SAW, maka amalannya tertolak dan dia telah berbuat

bid’ah47

Dari unkapan di atas terlihat satu hal yang membedakan paham Aswaja

kelompok ini dengan ormas Islam lainnya (NU dan Muhammadiyah) bahwa

mereka berusaha menjaga otentisitas agama, sampai pada hal-hal yang sifatnya

simbolik. Perbedaan atas ritus dan symbol dianggap sebagai penyimpangan ajaran

agama. Dalam pemahaman kelompok ini, paham keagamaan para sahabat harus

47

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini, untuk melihat dampak kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, dan estimasi kematian akibat gempabumi dengan pendekatan empiris di

internal yang menjadi kekuatan utama dalam pengembangan usahatani sayuran organik kelompok tani Bangkit Merbabu adalah proses budidaya tidak menggunakan pestisida

Fraksi etil asetat memiliki kandungan total fenolik dan aktivitas penangkal radikal bebas lebih tinggi dibandingkan dengan fraksi butanol, etanol 70% dan n-heksan selain itu

Di kalangan umat Islam, Islamic Studies bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkan

Sementara di sisi lain, peran para pemikir dan aktivis lingkungan Muslim turut mengartikulasikan pentingnya pesan teologis Islam dalam membangun pendidikan lingkungan

Variabel prediktor yang signifikan terhadap HIV ( ) adalah persentase kelompok umur 25-49 tahun terhadap jumlah penduduk ( ) danvariabel yang signifikan terhadap

Bahwa berkaca penelitian ini pembaharuan hukum pidana khususnya dalam perkara kekerasan dalam rumah tangga menjadi sebuah kebutuhan. Perlunya Pembaharuan hukum

Penerapan community based tourism dalam pengelolaan Desa Wisata Gubugklakah dapat dilihat melalui beberapa hal seperti memastikan keikutsertaan anggota dalam setiap