MASYARAKAT DI KECAMATAN KASEMEN TAHUN 2016
S K R I P S I
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh : NAJIULLAH NIM : 6662102956
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
MOTTO :
“ISKARIMAN AWW MUTHASYAHIDDAN”
PERSEMBAHAN
Najiullah. NIM. 6662102956. 2016. Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Skripsi. Pengaruh Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen Terhadap Persepsi Masyarakat di Kecamatan Kasemen Tahun 2016. Pembimbing I : Dr. Rahmi Winangsih, M.Si dan Pembimbing II : Ikhsan Ahmad, S.Ip
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gerakan amar
ma’ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap
persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen Kota Serang tahun 2016. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Desain yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari desain deskriptif dan kausal. Teknik pengambilan
sampel menggunakan proportionate stratified random sampling dengan jumlah
sebanyak 100 responden. Pengolahan data penelitian dilakukan dengan
menggunakan alat uji statistik yakni SPSS Versi 20. Berdasarkan hasil
pengolahan data, diketahui nilai R Square sebesar 0.929. Hal ini menunjukkan
bahwa variasi pada variabel Persepsi Masyarakat dapat dijelaskan sebesar 92,9%
oleh variabel Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar sedangkan sisanya sebesar
7,1% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti. Sedangkan hasil uji t,
diketahui terdapat pengaruh dari Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Front
Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap Persepsi Masyarakat di
Kecamatan Kasemen Kota Serang.
Najiullah. NIM. 6662102956. 2016. Communication Studies University of Sultan Ageng Tirtayasa. Essay. Effect of Movement Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Islamic Defenders Front (FPI) Branch Kasemen Against Public Perception in
District Kasemen Year 2016. Supervisor: Dr. Rahmi Winangsih, M.Si and
Supervisor II: Ikhsan Ahmad, S. Ip
This study aims to determine how much influence the movement of commanding the good and forbidding the evil Islamic Defenders Front (FPI) Branch Kasemen the public perception in the district of Kota Serang Kasemen 2016. The research method used is quantitative method. The design used in this study consisted of descriptive and causal. The sampling technique using proportionate stratified random sampling with a total of 100 respondents. Research data processing carried out by using the SPSS statistical test version 20. Based on the results of data processing, the known value of R Square of 0.929. This indicates that variation in the variables Public Perception of 92.9% can be explained by the movement variable Amar Ma'ruf Nahi Munkar while the remaining 7.1% is explained by other variables not examined. While the t test results, it is known there is the influence of the Movement Amar Ma'ruf Nahi Munkar Islamic Defenders Front (FPI) Branch Kasemen against Kasemen Public Perception in the district of Serang.
i
Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen Terhadap Persepsi Masyarakat Di Kecamatan Kasemen Tahun 2016”.
Maksud dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Ikom) Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam proses penyusunannya, penulis sangat bersyukur karena telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. H. Soleh Hidayat, Drs., M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
2. Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
3. Dr. Rahmi Winangsih, M.Si, sebagai Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Fisip Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang juga sebagai pembimbing I yang telah memberikan arahan dan bantuannya selama proses penyusunan skripsi.
ii
pengajarannya kepada penulis selama ini.
6. Seluruh Staf Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
7. Almarmahum Abah ku, H. Jamak Sari dan Ibu Kurotul’aeni yang telah berkorban untuk anak-anaknya selama ini. Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan Almarhum dan ditempatkan di tempat yang terbaik yaitu Jannatahu Jannata Na’im serta Penulis dapat lebih berbakti kepada Ibuku tersayang.
8. Paman ku, Drs. Humaidi Kusumanegara atas segala do’a, motivasi dan bantuan materil kepada penulis selama ini.
9. Kakak-kakak ku, Ust. Nasehudin dan Ijjuddin, SE atas segala do’a, motivasi dan bantuan materil kepada penulis sampai bisa menyelesaikan pendidikan S1 di Untirta.
10. Adik-adik ku, Siti Mukarromah, SP, Darrojatun Najah, Is’adur Rofik, Amrillah, Mukhtadi, Irni Sofriyanti dan Irfan Hubaisi yang telah menjadi penyemangat penulis selama ini.
iii
Penulis berharap kritik dan saran dari semua pihak untuk dapat memperbaiki skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Terima Kasih.
Serang, 3 Agustus 2016
iv Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan Lembar Orisinalitas Motto dan Persembahan Abstrak
Abstract
Kata Pengantar... i
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... viii
Daftar Gambar ... xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Identifikasi Masalah ...6
1.3 Rumusan Masalah ...7
1.4 Tujuan Penelitian...8
1.5 Manfaat Penelitian...9
1.5.1 Manfaat Teoritis ...9
1.5.2 Manfaat Praktis ...9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Komunikasi ...11
2.1.1 Pengertian Komunikasi.. ...11
2.1.2 Proses Komunikasi ...13
2.1.3 Pengertian Kelompok ...14
2.1.4 Pengertian Komunikasi Organisasi ...15
2.1.5 Tinjauan Pesan...15
v
2.2.3 Pengertian Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar...20
2.2.4 Mekanisme Perjuangan Amar Ma’ruf Nahi Munkar...22
2.2.5 Tindakan Penertiban Bentuk Aksi Nahi Munkar ...23
2.3 Tinjauan Persepsi...25
2.3.1 Pengertian Persepei.. ...25
2.3.2 Jenis Persepsi ...27
2.3.3 Karakter Persepsi ...28
2.3.4 Komponen Persepsi...29
2.3.5 Proses Terjadinya Persepsi...30
2.3.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi ...31
2.3.7 Persepsi Masyarakat Mengenai Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar...33
2.4 Kerangka Berfikir ...34
2.5 Hipotesis Penelitian ...37
2.6 Operasionalisasi Variabel ...38
2.7 Penelitian Terdahulu...39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...41
3.2 Fokus Penelitian...42
3.3 Lokasi Penelitian...42
3.4 Variabel penelitian ...43
vi
3.6 Populasi dan Sampel ...48
3.7 Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 51
3.7.1 Teknik Pengolahan Data ... 51
3.7.2 Teknik Analisis Data... 53
3.7.2.1 Analisis Korelasi Sederhana ... 53
3.7.2.2 Analisis Regresi Sederhana ... 54
3.7.2.3 Koefisien Determinasi... 55
3.7.2.4 Uji Hipotesis... 55
3.8 Jadwal Penelitian ... 57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 58
4.2 Deskripsi Data... 59
4.2.1 Karakteristik Responden ... 59
4.2.2 Uji Instrumen Penelitian ... 62
4.4.2.1 Uji Validitas ... 62
4.4.2.2 Uji Reliabilitas ... 67
4.4.2.3 Uji Normalitas ... 69
4.2.3 Tanggapan Responden Mengenai Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ... 71
4.2.4 Tanggapan Responden Mengenai Persepsi Masyarakat ... 89
4.3 Analisis Data ...110
vii
4.4 Pembahasan...115
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...118
5.2 Saran – saran ...119
viii
Tabel Hal
2.1 Operasional Variabel... 38
2.2 Penelitian Terdahulu ... 39
3.1 Jumlah Penduduk Kecematan Kasemen Kota Serang Tahun 2015 ... 42
3.2 Matrix Sub Variabel, Indikator dan Item Pernyataan ... 43
3.3 Skala Likert ... 48
3.4 Penarikan Sampel... 50
3.5 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 54
3.6 Jadwal Penelitian... 57
4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 59
4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 60
4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 60
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 61
4.5 Uji Validitas Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tahap I (Variabel X) ... 62
4.6 Uji Validitas Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Tahap II (Variabel X)... 64
4.7 Uji Validitas Persepsi Masyarakat Tahap I (Variabel Y)... 65
4.8 Uji Validitas Persepsi Masyarakat Tahap II (Variabel Y) ... 66
4.9 Uji Reliabilitas Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Variabel X)... 68
4.10 Uji Reliabilitas Persepsi Masyarakat (Variabel Y) ... 68
4.11 Uji Normalitas... 69
4.12 Tanggapan Responden Mengenai Manfaat Kegiatan Dakwah FPI ... 71
ix
4.16 Tanggapan Responden Mengenai Kegiatan Dialog atau Diskusi ... 75
4.17 Tanggapan Responden Mengenai Kegiatan Dialog Wadah Musyawarah ... 76
4.18 Tanggapan Responden Mengenai Hasil Keputusan Bersifat Mengikat... 77
4.19 Tanggapan Responden Mengenai Tindakan Demonstrasi FPI ... 78
4.20 Tanggapan Responden Mengenai Demonstrasi Memberikan Informasi ... 79
4.21 Tanggapan Responden Mengenai Demonstrasi Untuk Penyelesaian Masalah... 80
4.22 Tanggapan Responden Mengenai Demonstrasi Sesuai Ketentuan Hukum ... 81
4.23 Tanggapan Responden Mengenai Demonstrasi Memberika Kesan Yang Baik ... 82
4.24 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban Upaya Menindak Maksiat... 83
4.25 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban Tindakan Lanjutan Dialog ... 84
4.26 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban Sesuai Ketentuan Hukum ... 85
4.27 Akumulasi Tanggapan Responden Mengenai Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ... 86
4.28 Tanggapan Responden Mengenai Tindakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar ... 89
4.29 Tanggapan Responden Mengenai Gerakan Sesuai Pemahaman Individu ... 90
4.30 Tanggapan Responden Mengenai Cara Yang Keras dan Subversif... 91
4.31 Tanggapan Responden Mengenai Sikap dan Respon Yang Berbeda-beda ... 92
4.32 Tanggapan Responden Mengenai Individu Yang Proaktif dalam Gerakan... 93
4.33 Tanggapan Responden Mengenai Motivasi Individu dalam Gerakan ... 94
4.34 Tanggapan Responden Mengenai Kesadaran Agama Menjaga Lingkungan ... 95
4.35 Tanggapan Responden Mengenai Gerakan Mengikuti Ketentuan Hukum... 96
x
4.38 Tanggapan Responden Mengenai Orasi Saat Melakukan Penertiban... 99
4.39 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Yang Dapat Menarik Perhatian ...100
4.40 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Yang Berbau Intimidasi...101
4.41 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban dengan Tindakan Anarkis Dapat Memberikan Persepsi Buruk Terhadap Gerakan tersebut ...102
4.42 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban Menggunakan Simbol tertentu ...103
4.43 Tanggapan Responden Mengenai Penertiban Menggunakan Warna tertentu ....104
4.44 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Masyarakat Yang Cenderung Pasif ....105
4.45 Tanggapan Responden Mengenai Sikap Masyarakat Yang Cenderung Mengandalkan Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat lainnya ...106
4.46 Akumulasi Tanggapan Responden Mengenai Persepsi Masyarakat...107
4.47 Analisis KorelasiProduct Moment...111
4.48 Koefisien Determinasi...112
xi
Gambar Hal
4.1 Model Penelitian ... 36
3.1 Daerah Penerimaan Hipotesis (Uji t) ... 56
4.1 Kurva Histogram ... 70
4.2 Kurva Normal PP - Plot ... 70
4.3 Pengukuran Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar Secara Kontinum ... 88
4.4 Pengukuran Persepsi Masyarakat Secara Kontinum...110
1 1.1 Latar Belakang Masalah
Sejak era reformasi sampai dengan saat ini, Pemerintah memberikan
kebebasan kepada masyarakat untuk berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang dijamin oleh UUD 1945. Berbagai macam aktifitas penyampaian
aspirasi dan pendapat, kritik, gagasan bahkan pemikiran yang ditujukan kepada
pemerintah maupun kepada publik kini semakin sering kita jumpai.
Penyampaian aspirasi dan pendapat umumnya dilakukan dengan cara-cara
seperti aktifitas demonstrasi, forum dialog, audiensi dan lain sebagainya.
Cara-cara tersebut sering dilakukan oleh masyarakat seCara-cara berkelompok yang
terorganisir dalam suatu organisasi. Organisasi tersebut dapat berbentuk lembaga
swadaya masyarakat (LSM), organisasi pergerakan, organisasi kepartaian,
organisasi profesi, organisasi kedaerahan dan organisasi keagamaan dan
organisasi lain sebagainya yang diatur oleh UU No 8 Tahun 2013 Tentang
Keormasan yang menggantikan UU No 8 Tahun 1985. Berkaitan organisasi
keagamaan dimana Front Pembela Islam (FPI) termasuk didalamnya.
Sebagai organisasi keagamaan, Front Pembela Islam (FPI) berdiri pada
tanggal 17 Agustus 1998 di Jakarta. Berdirinya FPI didasarkan kepada kondisi
masyarakat baik individu maupun kelompok yang semakin terseret arus aktifitas
minuman keras, peredaran narkoba, perjudian, prostitusi berikut dengan
komplemen pornografi dan pornoaksi, aktifitas perdukunan, tempat hiburan
malam maksiat dan premanisme merupakan gejala degrasi aqidah dan moral yang
harus dilawan oleh segenap elemen Bangsa (FPI, 2008:11).
Kondisi tersebut diatas mendorong Front Pembela Islam (FPI) melakukan
perlawanan dan memberantas berbagai bentuk tindakan kemaksiatan. Tidak hanya
sebatas mereduksi kemaksiatan, FPI juga menggelorakan semangat kepada
seluruh masyarakat untuk menyemarakkan gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
Gerakan amar ma’ruf nahi munkar pada dasarnya adalah gerakan yang
menyerukan amar ma’ruf dan nahi munkar kepada umat atau masyarakat untuk
dapat membangun benteng yang kokoh untuk menjaga, melindungi, memelihara
dan meningkatkan iman tawqa umat guna memperoleh keberkahan dunia dan
akhirat (FPI, 2008:45).
Penegakkan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh Front Pembela
Islam (FPI) baik pada tingkatan pusat maupun cabang di seluruh Indonesia
bersumber dari Tertib Aksi Amar Ma’ruf dan Nahi Mungkar dengan tetap
berpedoman “mengedepankan kelembutan daripada ketegasan”. Aksi amar ma’ruf
meliputi dakwah, majelis dzikir, majelis ilmu, dialog dan diskusi dengan
masyarakat maupun aparatur Pemerintah sedangkan wilayah aksi nahi munkar
meliputi demonstrasi, tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat legal maupun ilegal atas laporan masyarakat maupun rawan kejahatan yang didalamnya
menjadi tempat praktek prostitusi, perjudian, Narkotika dan obat-obatan,
Berkaitan dengan aksi nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang
Kasemen di Kota Serang, khususnya tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat berkedok tempat hiburan malam yang beroperasi di Desa Banten
Kawasan Dermayon Kecamatan Kasemen mendapatkan tanggapan yang beragam
dari masyakarat. Pada dasarnya tindakan penertiban yang dilakukan oleh FPI
Cabang Kasemen telah melalui prosedur organisasi FPI yang diawali dari
menerima laporan keluhan masyarakat maupun yang meresahkan atau rawan
kejahatan, dilanjutkan kepada diskusi dengan masyarakat dan aparatur pemerintah
terkait, pemberitahuan atau peringatan melalui penyuratan kepada obyek
penertiban hingga pelaksanaan tindakan penertiban di lapangan apabila kegiatan
dialog dengan piahk terkait tidak mendapatkan hasil yang diharapkan.
Dampak positif dari tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat tersebut adalah aktifitas kemaksiatan seperti prostitusi, Narkoba dan minuman keras dapat
diminimalisir, daerah yang berpotensi rawan kejahatan atau kriminalitas semakin
berkurang, lingkungan masyarakat menjadi lebih sehat dan kondusif dan
penguatan aqidah di lingkungan masyarakat sekitar. Adapun dampak negatif dari
tindakan penertiban tempat maksiat berupa persepsi buruk dari masyarakat
terhadap FPI Cabang Kasemen, khususnya apabila tindakan penertiban tersebut
diwarnai dengan aksi kekerasan dan kericuhan dalam prosesnya.
Dengan demikian, upaya tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen atas aktifitas prostitusi, perjudian,
narkotika dan obat-obatan dan minuman keras yang dilakukan di tempat hiburan
kasus yang terjadi pada beberapa daerah di Kecamatan Kasemen. Penertiban
tersebut tentunya menghasilkan persepsi masyarakat yang berbeda-beda antara
satu dengan yang lainnya, baik persepsi yang bersifat positif yakni mendukung
tindakan penertiban aktifitas maksiat atau persepsi yang bersifat negatif yakni
menolak tindakan penertiban aktifitas maksiat yang ada di tempat hiburan malam.
Upaya perbaikan dirasakan perlu demi memperbaiki kekurangan yang
dimiliki oleh FPI Cabang Kasemen dalam melakukan penegakkan amar ma’ruf
nahi munkar. Salah satu bentuk aksi Nahi Munkar yang dilakukan oleh FPI
Cabang Kasemen adalah melakukan penertiban (sweeping) tempat-tempat maksiat yang berkedok warung remang-remang (warem), lokalisasi prostitusi, perjudian,
minuman keras dan lain sebagainya yang berada di kawasan Desa Dermayon
Banten Lama. Tindakan penertiban (sweeping) tersebut dapat membentuk persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen, baik persepsi yang positif maupun negatif
atas gerakan amar ma’ruf nahi munkar dari FPI Cabang Kasemen.
Persepsi adalah suatu proses pengenalan atau identifikasi sesuatu dengan
menggunakan panca indera (Sasanti, 2011). Kesan yang diterima individu sangat
tergantung kepada seluruh pengalaman yang telah diperoleh melalui proses
berfikir dan belajar serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri
individu. Sedangkan Mar’at dalam Aryanti (2009) mendefinisikan persepsi adalah
suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus
menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Rahmat dalam
Aryanti (2009) mengemukakan persepsi juga ditentukan oleh faktor fungsional
personal sedangkan faktor struktural merupakan faktor dari luar individu.
Faktor-faktor personal terdiri dari pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan
pengetahuan terhadap obyek fisiologis. Sedangkan faktor struktural terdiri dari
keadaan sosial, hukum yang berlaku dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat.
Dengan demikian, persepsi masyarakat didefinisikan sebagai proses
pengamatan dan identifikasi seseorang terhadap sesuatu obyek baik secara
personal maupun struktural yang dilakukan secara terus menerus dan dapat
dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Hal ini menunjukkan
bahwasanya persepsi masyarakat dapat terbentuk dan dibentuk dari proses
identifikasi dan informasi terbaru mengenai suatu obyek yang dapat berasal dari
penilaian diri sendiri maupun maupun penilaian dari lingkungan sosial masyarakat
(Rahmat dalam aryanti, 2009). Dalam konteks gerakan amar ma’ruf nahi munkar,
persepsi masyarakat diterjemahkan sebagai proses pengamatan dan identifikasi
terhadap gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang
Kasemen dalam upaya memberantas aktifitas kemaksiatan serta perangkat
pendukungnya berupa penilaian atas individu maupun kelompok.
Umumnya persepsi masyarakat memberikan kesan yang baik atau kesan
yang buruk tergantung kepada apa yang dilihatnya. Bila penegakkan amar ma’ruf
nahi munkar tersebut dilihat oleh masyarakat sarat dengan nuansa aksi kekerasan,
kericuhan, anarkis dan tindakan lain sebagainya yang dianggap tidak patut oleh
masyarakat maka persepsi masyarakat terhadap penegakkan amar ma’ruf nahi
munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen akan mendapatkan persepsi
Pergeseran gaya hidup dan norma di masyarakat yang kini mengkristal
dalam bentuk semboyan “membenarkan kebiasaan” bukan “membiasakan yang
benar” semakin mengkhawatirkan dari waktu ke waktu. Upaya pencegahan dan
penanganan atas beragam jenis aktifitas kemaksiatan tersebut seyogyanya dapat
dilakukan secara menyeluruh oleh lapisan masyarakat baik secara individu
maupun berkelompok yang tergabung dalam organisasi kemasyarakatan dan
organisasi kepemudaan dan tidak sebatas organisasi keagamaan semata.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
lebih mendalam lagi guna mengetahui bagaimana gerakan amar ma’ruf nahi
munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen berpengaruh terhadap
terbentuk persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen Kota Serang. Hal ini
dirasakan penting mengingat gerakan yang berkaitan dengan suku, agama dan ras
(SARA) merupakan hal yang krusial dan berpotensi diskriminatif dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari. Kemudian penelitian ini diangkat dalam bentuk
proposal skripsi yang diberi judul “Pengaruh Gerakan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen Terhadap Persepsi
Masyarakat di Kecamatan Kasemen Tahun 2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian
ini antara lain :
1. Bagaimanakah persepsi masyarakat atas gerakan amar ma’ruf nahi
2. Seberapa besar pengaruh gerakan amar ma’ruf nahi munkar Front
Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap persepsi masyarakat
di Kecamatan Kasemen Kota Serang tahun 2016 ?
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti melakukan identifikasi
masalah sebagai berikut :
1. Gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh Front
Pembela Islam Cabang Kasemen, khususnya tindakan penertiban
tempat maksiat dianggap sebagai tindakan main hakim dan cenderung
bersifat anarkis ditandai dengan tindakan menghancurkan produk
seperti minuman keras dan sering terjadi kericuhan dengan pemilik
dalam proses tindakan penertiban tersebut. Selain itu sebagian anggota
masyarakat yang kurang berkenan dengan penggunaan simbol-simbol
dan atribut agama tertentu, tindakan demonstrasi dan kegiatan lainnya
yang menggunakan pengerahan massa dan lain sebagainya yang
membuat penilaian sebagian anggota masyarakat yang kurang baik
atas gerakan amar ma’ruf nahi munkar.
2. Persepsi masyarakat atas gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang
dilakukan oleh Front Pembela Islam Cabang Kasemen yang
cenderung bersifat pragamatis dan cenderung dogmatis atas suatu
kegiatan yang berbentuk penertiban aktifitas atau kegiatan yang ada di
masyarakat yang cenderung membiarkan kegiatan maksiat tanpa
adanya pencegahan dan penindakan dan cenderung menyerahkan
semuanya kepada pihak-pihak terkait seperti aparat pemerintah desa,
institusi kepolisian dan perangkatnya atas kegiatan maksiat yang juga
berpotensi menimbulkan tindakan kriminal atau melanggar hukum.
Sedangkan sifat dogma masyarakat ditunjukkan dari masyarakat yang
menganggap bahwa tindakan penertiban kegiatan dan tempat maksiat
adalah tindakan yang anarkis dan distigmakan tindakan terorisme
yang mungkin saja akibat lemahnya pemahaman masyarakat,
kurangnya informasi yang diterima masyarakat dan pembentukan
opini dari media massa maupun elektronik yang cenderung
menyudutkan beberapa organisasi keagamaan yang memberikan
perlawanan atas kondisi yang ada saat ini.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan dan identifikasi masalah, maka tujuan yang
ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat atas gerakan amar ma’ruf nahi
munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gerakan amar ma’ruf nahi
munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap
1.5 Manfaat Penelitian
Dari pelaksanaan penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan
manfaat yang berarti baik secara teoritis maupun secara praktis. Berikut ini
manfaat yang diharapkan oleh peneliti yang antara lain :
1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran
berkaitan dengan pemahaman atas konsep gerakan amar ma’ruf nahi
munkar yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) Cabang
Kasemen dan persepsi masyarakat yang terbentuk atas gerakan
tersebut.
2. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran khususnya bagi
pengembangan ilmu komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa berkaitan dengan pengaruh
gerakan amar ma’ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang
Kasemen terhadap persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen Kota
Serang tahun 2016.
3. Diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya yang
memiliki kesamaan variabel penelitian.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Penelitian ini dapat menjadi informasi, saran dan pertimbangan
kepada Pimpinan Front Pembela Islam Cabang Kasemen dalam
melakukan gerakan amar ma’ruf nahi munkar di masa mendatang agar
gerakan amar ma’ruf nahi munkar dapat diterima dengan baik oleh
seluruh lapisan masyarakat.
2. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini dapat memberikan
informasi secara umum mengenai gerakan amar ma’ruf nahi munkar
yang dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen dan
11 2.1 Tinjauan Komunikasi
2.1.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, ia selalu memerlukan bantuan orang lain dalam keadaan atau situasi apapun. Dalam hal ini berkomunikasi. Komunikasi merupakan alat untuk menyampaikan pikiran atau maksud-maksud yang ada dalam pikiran kita kepada orang lain sehingga orang lain dapat mengerti apa yang kita maksud.
Menurut Cooley yang dikutip Winarso (2005:15) menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu mekanisme di mana relasi manusia ada dan berkembang melalui simbol pikiran, bersama dengan alat untuk menyalurkannya melalui ruang dan mempertahankannya sepanjang waktu yang meliputi ekspresi wajah, sikap, gestur, suara, kata-kata, tulisan dan cetakan. Sedangkan Hovland yang dikutip Effendy (2010:33), mengungkapkan bahwa komunikasi adalah proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang atau stimulus (biasanya berupa lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).
masyarakat dibangun atas dasar kapasitas anggotanya untuk saling memenuhi melalui komunikasi sedangkan maksud maksud dari kata mendasar adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi dengan orang lain memerlukan pengawasan sosial guna mempertahankan atau menyempurnakan pranata sosial yang telah ada. Selain itu, komunikasi dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau untuk menguba sikap, pendapat atau perilaku, baik langsung secara lisan, maupun tidak langsung melalui media (Effendy, 2010:33).
Berdasarkan definisi di atas dapati diambil kesimpulan bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan manusia yang dilakukan dalam mengadakan hubungan pergaulan hidup sehari-hari dalam mengungkapkan suatu pernyataan, gagasan, kemampuan, harapan atau informasi kepada pihak lain dengan menggunakan lambang-lambang yang berarti berupa bahasa (kata-kata) isyarat, tanda-tanda atau gambar-gambar yang dapat dipahami oleh semua pihak serta perubahan sikap dan tingkah laku dari diri seorang komunikan sesuai dengan harapan komunikator.
Menurut dikutip Effendy (2010:34-35), unsur – unsur yang umumnya ada didalam setiap kegiatan komunikasi atau paradigma komunikasi Laswell terdiri dari lima unsur antara lain :
1. Who (unsur siapa) adalah komunikator, yakni orang yang menyampaikan pesan, mengatakan atau menyiarkan pesan-pesan baik secara lisan ataupun tulisan.
3. In which channel (melalui saluran apa) adalah media atau alat yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan agar pesan menjadi lebih mudah untuk diterima dan dipahami. Biasanya media yang digunakan adalah pers, radio, tv dan lain-lain.
4. To whom(kepada siapa) adalah komunikan, yaitu orang yang menjadi sasaran komunikator dalam menyampaikan pesan.
5. Effect(efek) yaitu pengaruh kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator kepada komunikan, sehingga terlihat adanya perubahan yang terjadi dalam diri komunikan.(Effendy, 1992: 56)
Menurut Laswell, pengertian komunikasi lebih terperinci karena terdapat lima unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, juga ditambahkan adanya media yang menjadi saluran komunikasinya dan efek yang terjadi dari diri komunikan sehingga terlihat adanya perubahan.
2.1.2 Proses Komunikasi
Kegiatan komunikasi dapat dinyatakan berhasil apabila proses komunikasi tersebut dapat dilalui dengan baik. Menurut Effendy (2010:45) klasifikasikan proses komunikasi menjadi dua yaitu:
1. Proses komunikasi primer, adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain yang menggunakan lambang-lambang atau simbol sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan sebagainya yang secara langsung mampu menterjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.
2. Proses komunikasi sekunder, adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya dikarenakan komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak.
2.1.3 Pengertian Kelompok
Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society, sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi.
Menurut (Sumarjan, 2005:22) menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Komponen masyarakat diantaranya :
1. Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik
2.1.4 Pengertian Komunikasi Organisasi
Setiap manusia selalu terlibat dalam kehidupan berkelompok. Untuk mencapai tujuannya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, manusia secara sadar maupun tidak telah membentuk kelompok-kelompok. Sejak terbentuknya suatu kelompok, maka faktor komunikasi sangat menentukan bagaimana berjalannnya kelompok atau organisasi tersebut nantinya. Pratikto (2002:24) menyatakan bahwa faktor komunikasi merupakan faktor yang bisa mempertahankan kesatuan kelompok. Setiap anggota dalam kelompok menjadi sumber dalam berkomunikasi seperti sumber kata-kata, isyarat, lambang-lambang yang semuanya mengandung arti. Komunikasi ditujukan kepada sesama anggota kelompok maupun individu di luar kelompok.
Menurut Mulyana (2007:83) menyatakan bahwa komunikasi organisasi adalah komunikasi yang terjadi didalam suatu organisasi, bersifat formal maupun dan juga informal dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi seringkali melibatkan juga komunikasi antarpribadi dan komunikasi publik.
2.1.5 Tinjauan Pesan
pesan adalah sesuatu yang disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau melalui media komunikasi. Isi pesan dapat berupa pengetahuan, informasi, himbauan ataupun propaganda. Dengan demikian pesan adalah suatu gagasan baik berupa pemikiran, penilaian, haraapan yang dituangkan dalam lambang-lambang untuk disebarkan dan kemudian diteruskan oleh komunikator kepada komunikan.
Untuk menciptakan komunikasi yang baik dan tepat antara komunikator dan komunikan, pesan harus disampaikan dengan sebaik mungkin. hal yang perlu dipertimbangkan dalam penyampaian pesan yaitu:
1. Pesan itu harus cukup jelas (clear). Bahasa yang mudah dipahami, tidak berbelit-belit tanpa denotasi yang menyimpang dan tuntas. 2. Pesan itu mengandung kebenaran yang sudah diuji (correct). Pesan itu
berdasarkan fakta, tidak mengada-ada dan tidak meragukan. 3. Pesan itu ringkas (concise) tanpa mengurangi arti sesungguhnya. 4. Pesan itu mencakup keseluruhan (comprehensive). Ruang lingkup
pesan mencakup bagian-bagian yang penting yang patut diketahui komunikan.
5. Pesan itu nyata (concrite), dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan data dan fakta yang ada dan tidak sekedar kabar angin.
6. Pesan itu lengkap (complete) dan disusun secara sistematis.
7. Pesan itu menarik dan meyakinkan (convinsing). Menarik karena dengan dirinya sendiri menarik dan meyakinkan karena logis.
8. Pesan itu disampaikan dengan segar.
9. Nilai pesan itu sangat mantap, artinya isi pesan mengandung pertentangan antara bagian satu dengan lainnya. (Siahaan, 2012:73)
Menurut Effendy (2010:17) menyatakan bahwa pertimbangan didalam menyampaikan pesan agar efektif dan terdampak kepada komunikan antara lain :
1. Waktu yang tepat untuk suatu pesan
2. Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti 3. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan secara efektif
Supaya pesan komunikasi mencapai sasaran yang dituju, maka diperlukan adanya faktor daya tarik, kejelasan dan kelengkapan yang dipergunakan. Dikatakan oleh Schramm, untuk menciptakan daya tarik, pesan hendaknya dirancang dan disampaikan dengan sedemikian rupa dan dilandasi upaya membangkitkan kebutuhan pribadi dan menyarankan beberapa cara memperoleh kebutuhan tersebut. (Effendy, 2010:17) Faktor daya tarik pesan berkaitan dengan motif komunikan. Disini dibutuhkan suatu imbauan pesan yang maksudnya adalah upaya komunikator untuk menyentuh motif yang dapat menggerakkan atau mendorong perubahan perilaku komunikan (Rakhmat, 2009:74)
2.2 Front Pembela Islam (FPI)
2.2.1 Sejarah Front Pembela Islam (FPI)
Sebagai organisasi keagamaan, Front Pembela Islam atau yang sering disebut FPI berdiri pada tanggal 17 Agustus 1998 di Jakarta. Berdirinya FPI didasarkan kepada kondisi masyarakat baik individu maupun kelompok yang mulai terseret kepada berbagai bentuk aktifitas kemaksiatan yang dilakukan secara masif dan tandem dari waktu ke waktu.
Latar belakang didirikannya FPI sebagai “organisasi amar ma’ruf nahi munkar” antara lain :
1. Adanya penderitaan panjang umat islam Indonesia karena lemahnya kontrol sosial penguasa sipil maupun militer akibat banyaknya pelanggaran HAM yang dilakukan oleh oknum penguasa.
2. Adanya kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin merajarela di seluruh sektor kehidupan.
Bentuk kemungkaran dan kemaksiatan yang semakin nyata dalam kehidupan kita sehari-hari yang dilakukan baik secara terang-terangan maupun tersembunyi tersebut seperti sindikat pemurtadan, pemujaan iblis dalam kedok perdukunan, sindikat perdagangan minuman keras, peredaran narkoba, perjudian, prostitusi berikut dengan komplemen pornografi dan pornoaksi, tempat hiburan malam maksiat dan premanisme adalah gejala degrasinya aqidah dan moral Bangsa Indonesia secara menyeluruh. Sehingga FPI tergerak untuk melakukan perlawanan dan memberantas berbagai bentuk tindakan kemaksiatan tersebut. Tidak hanya sebatas perlawanan dalam mereduksi kemaksiatan, FPI juga menggelorakan semangat kepada seluruh lapisan masyarakat untuk menyemarakkan amar ma’ruf nahi munkar melalui majelis dzikir, majelis ilmu, aksi demonstrasi dan berbagai tindakan lainnya yang selaras dengan penegakkan amar ma’ruf nahi munkar di seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.
2.2.2 Asasi Perjuangan Front Pembela Islam (FPI)
Front Pembela Islam (FPI) sebagai “organisasi amar ma’ruf nahi munkar” dalam melakukan segala bentuk aktifitas penegakkan amar ma’ruf nahi munkar bersandarkan kepada asas perjuangan, visi dan misi dan pedoman FPI yang wajib dilaksanakan oleh setiap anggota FPI pada setiap tingkatan kepengurusannya.
1. Asas perjuangan
FPI adalah organisasi yang berdasarkan Islam dan beraqidahkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, sebagai aqidah organisasi, akan menjadi benteng kokoh bagi perjuangan organisasi dari segala pemikiran dan keyakinan yang sesat lagi menyesatkan.
Ahlus Sunnah wal Jama’ah sesuai dengan namanya, maka organisasi ini wajib berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah karenya tidak ada tempat dalam organisasi ini b agi siapa pun yang menolak salah satunya, apalagi keduanya. Khusus As-Sunnah, maka segenap Ahlus Sunnah wal Jama’ah telah sepakat bahwa: “setiap hadist shahih, baik mutawatir mau pun ahad, wajib hukumnya dijadikan pedoman dan hujjah dalam aqidah, syariat serta akhlaq”.
Ciri Khas Ahlus Sunnah wal Jama’ah lainnya adalah berpegang teguh kepada Al-Ijma’ dan Al-Qiyas, sebagaimana telah dijadikan pedoman hukum syar’i oleh para salaf yang terdiri dari Shahabat, Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in. jadi, FPI dengan asas Islam dan Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah menjadikan Al-Qur’an, As-Sunnah, Al-Ijma dan Al-Qiyas sebagai sumber hukum islam.
2. Visi dan Misi Front Pembela Islam
Visi FPI adalah menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, adalah salah satunya solusi untuk menjauhkan kezholaman dan kemunkaran. FPI bermaksud menegakkan amar ma’ruf nahi munkar secara Kaffah di segenap sektor kehidupan, dengan tujuan menciptakan umat sholihat yang hidup dalam baidah thoyyibah dengan limpahan keberkahan dan keridhoan Allah ‘Azza wa Jalla. Inilah misi FPI.
3. Pedoman
Para pendiri organisai ini mengadopsi lima prinsip perjuangan Islam yang pernah diletakkan oleh seorang Mujahid Da’wah, Al-Imam Hasan Al-Banna rhm, sebagai pedoman perjuangan FPI, antara lain : a. Pertama, bahwa Allah SWT adalah Tuhan kami dan Dia-lah
tujuan kami
b. Kedua, bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan kami c. Ketiga, bahwa Al-Qur’anul Karim adalah imam kami d. Keempat, bahwa Al-Jihad adalah jalan kami
4. Semboyan
Semboyan perjuangan FPI adalah “hidup mulia atau mati syahid”. Maksud dari semboyan tersebut bahwasanya hidup mulia dan mati syahid adalah dua hal yang menyatu saling menyempurnakan. Artinya, seorang muslim tak akan hidup mulia jika tak berharap syahid dan mustahil mendapatkan syahid jika ia tidak hidup mulia. Hidup mulia adalah hidup dengan iman dan taqwa, karena kemulian seseorang ditentukan oleh tingkat ketaqwaannya.
Seorang muslim akan hidup mulia dengan berjuang menjaga ketaqwaannya kepada Allah SWT. Ia tidak akan rela kemuliaan hidupnya dirusak oleh siapapun. Ia siap mempertahankan kemuliaan hidupnya dan mati dalam mempertahankannya adalah syahid.
5. Motto
Motto manajemen strategi perjuangan FPI adalah “haq tanpa sistem dikalahkan dengan bathil dengan sistem”. Yang dimaksud dengan ungkapan diatas adalah teknis perjuangan haq dan bathil, bukan inti dari haq dan bathil itu sendiri.
Setiap yang Haq pasti tersistem, dan bukan Haq namanya jika tidak tersistem. Karenanya, teknis perjuangan untuk menegakkan yang Haq juga harus memiliki sistem yang rapih jika ingin kuat dan kokoh. Kebathilan dasarnya lemah karena tidak tersistem, namun karena teknisnya di sistem oleh ahli kebathilan menjadi kuat dan kokoh. Motto FPI menerangkan bahwasanya pejuang kebenaran yang tidak disiplin akan dikalahkan oleh para ahli kebathilan yang disiplin. 6. Filsafat
Filsafat perjuangan FPI adalah “bagi mujahid ; difitnah biasa, dibunuh berarti syahid, dipenjara berarti “uziah, diusir berarti tamasya.
7. Doktrin
FPI dalam membangun militansi perjuangan organisasi disandarkan kepada lima doktrin, antara lain :
a. Mengikhlaskan diri b. Memulai dari diri sendiri c. Kebenaran harus ditegakkan d. Setiap orang pasti mati
e. Mujahid di atas para musuhnya (FPI, 2008:633-639)
2.2.3 Pengertian Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Al Amru artinya menuntut pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup perintah, seruan, suruhan, ajakan, himbauan serta lainnya yang menuntut dikerjakannya sesuatu. Sedang Al Ma’ruf artinya adalah sesuatu yang dikenal baik (kebajikan), yaitu segala perbuatan baik menurut syari’at Islam dan mendekatkan pelakunya kepadanya Allah SWT. Dengan demikian, Al Amru bil Ma’ruf adalah menuntut mengadakan segala kebajikan (FPI, 2008:36). Sedangkan An Nahyu artinya mencegah pengadaan sesuatu, sehingga pengertiannya mencakup melarang, menjauhkan, menghindarkan, menentang, mengancam, melawan, peringatan, teguran, menyudahi serta lainnya yang mencegah dikerjakannya sesuatu. Sedang Al Munkar artinya sesuatu yang diingkari (kemungkaran), yaitu segala perbuatan munkar menurut syari’at Islam dan menjauhkan pelakunya dari pada Allah SWT. Dalam istilah Fiqih, amar ma’ruf nahi munkar biasa disebut dengan istilah Al Hisbah. Dengan demikian, An Nahyu ‘anil Munkar artinya mencegah mengadakan segala kemunkaran (FPI, 2008:36).
Dengan demikian, penegakkan amar ma’ruf nahi munkar merupakan tindakan membangun benteng yang kokoh untuk menjaga, melindungi, memelihara bahkan meningkatkan iman dan tawqa umat dan mencegah segala bentuk kemunkaran guna memperoleh keberkahan hidup di dunia dan akhirat kelak (FPI, 2008:45). Manfaat yang dapat diperoleh antara lain :
1. Pintu gerbang keberuntungan (Q.s Ali Imran : 104) 2. Ciri umat yang terbaik (Q.s Ali Imran : 110)
3. Sendi pembangunan akhlak shalihah (Q.s Ali Imran : 114) 4. Tugas mulia para nabi (Q.s Al A’raf : 157)
5. Penyebab turunnya rahmat (Q.s At Taubah :71) 6. Sifat mu’min (Q.s Al Hajj : 41)
2.2.4 Mekanisme Perjuangan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Sesuai dengan pola juang FPI, mekanisme perjuangan atau gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang diletakkan oleh organisasi antara lain :
1. Pengambilan keputusan berdasarkan syari’at Islam
2. Pelaksanaan keputusan dengan menempuh prosedur hukum formal negara terlebih dahulu
3. Penggunaan dan pemanfaatan kekuatan umat saat menemui jalan buntu
Sehubungan dengan mekanisme perjuangan di atas maka FPI membagi wilayah sasaran aksi amar ma’ruf nahi munkar menjadi dua:
1. Wilayah Aksi Amar Ma’ruf
Yaitu wilayah yang padat ma’siat dan didukung oleh masyarakat setempat atau setidaknya masyarakat tersebut tidak merasa terganggu dengan kema’siatan yang ada.
2. Wilayah Aksi Nahi Munkar
Yaitu wilayah yang padat ma’siat dan ditolak oleh masyarakat setempat atau setidaknya masyarakat tersebut sudah diresahkan dan diganggu oleh aktivitas kema’siatan yang ada.
Kemudian FPI memandang perlu untuk menggariskan Tertib Aksi Amar Ma’ruf Nahi Mungkar dengan tetap memegang ketentuan: “mengedepankan kelembutan daripada ketegasan”.
1. Tertib Aksi Amar Ma’ruf
Allah SWT berfirman Q.S. 16. An-Nahl ayat 125:
“Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang terbaik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dialah yang lebih mengetahui tentang orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Berdasarkan ayat ini maka tertib amar m,a’ruf yang digariskan FPI adalah:
2. Tertib Aksi Nahi Munkar Rasulullah SAW bersabda:
“barangsiapa di antara kamu melihat suatu kemunkaran maka hendaklah ia marubahnya dengan tangannya, dan jika ia tidak mampu maka dengan lisannya, dan jika ia tidak mampu juga maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman”.
Hadist tersebut menyadarkan kita bahwasanya perjuangan amar ma’ruf nahi munkar memiliki tiga kondisi: pertama, kondisi tangan yang harus bekerja. Kedua, kondisi lisan yang harus bicara. Ketiga, kondisi cukup hati yang bersikap.
Dari pemaparan hadits di atas pula bahwasanya tertib aksi nahi munkar yang digariskan FPI adalah:
a. Nahi munkar dengan tangan/tenaga/kekuatan/kekuasaan b. Nahi munkar dengan lisan
c. Nahi munkar dengan hati/sikap
Sejak awal pembentukannya, FPI telah meletakkan prosedur standar Gerakan Anti Ma’siat bagi Lasker FPI yaitu:”Dilarang Melanggar Hukum Agama dan Hukum Negara”. Kemudian disepakatilah Juklak Prosedur Standar Gerakan Anti Ma’siat bagi Laskar FPI sebagai berikut:
1. Prosedur menutup Tempat Maksiat ilegal (tanpa izin pemerintah) 2. Prosedur menutup Tempat Maksiat Legal (resmi dengan izin
pemerintah)
3. Prosedur Administratif
4. Prosedur internal menutup Tempat Maksiat 5. Larangan dalam Prosedur Standar
6. Prosedur membela diri 7. Sanksi pelanggaran prosedur 8. Prosedur menangani resiko aksi
9. Prosedur memenuhi permintaan umat dalam menutup Tempat Ma’siat
2.2.5 Tindakan Penertiban (Sweeping) Bentuk Aksi Nahi Munkar
Ma’ruf meliputi dakwah, majelis dzikir, majelis ilmu, dialog dan diskusi dengan masyarakat maupun aparatur Pemerintah.
Aksi nahi munkar meliputi demonstrasi, tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat legal maupun ilegal atas laporan masyarakat maupun rawan kejahatan yang didalamnya menjadi tempat praktek prostitusi, perjudian, Narkotika dan obat-obatan, minuman keras dan lain sebagainya. Salah satu bentuk aksi Nahi Munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen adalah melakukan penertiban (sweeping) tempat-tempat maksiat yang berkedok warung remang-remang (warem) dan lokalisasi prostitusi yang berada di kawasan Desa Dermayon Banten Lama.
Tindakan penertiban (sweeping) yang dilakukan FPI Cabang Kasemen pada tanggal 23 Desember 2015 tepatnya pukul 21.00 s.d 23.00 WIB yang berlokasi di kawasan Desa Dermayon Banten Lama dengan target penertiban adalah tempat maksiat berkedok warung remang-remang dan tempat prostitusi yang bersumber dari laporan keluhan dari masyarakat setempat. Tempat maksiat tersebut menjual aneka minuman keras, alat kontrasepsi dan lain sebagainya yang mendukung kegiatan prostitusi yang sangat meresahkan dan mengganggu kehidupan masyarakat di lingkungan sekitar.
Kepolisian setempat dan Ormas keagamaan lainnya seperti Jamaah Anshorus Syariah (JAS) untuk meminta izin dan partisipasinya dalam proses penertiban yang akan dilakukan nantinya.
Pelaksanaan tindakan penertiban tempat maksiat tersebut melibatkan sebanyak kurang lebih 30 anggota FPI Cabang Kasemen dan sekitar 20 anggota masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar dan beberapa anggota dari ormas Jamaah Anshorus Syariah (JAS) yang turut berpartisipasi dalam proses penertiban tersebut. Setelah mendatangi tempat maksiat atau TKP, anggota FPI Cabang Kasemen melakukan penggeledahan untuk mencari barang bukti seperti minuman keras, alat kontrasepsi dan beberapa pelaku Pekerja Seks Komersial (PSK), setelah ditemukan barang bukti yang dicari kemudian sebagian barang bukti tersebut diserahkan kepada pihak kepolisian dan sebagian lainnya dihancurkan di tempat tersebut. Selain itu, anggota FPI Cabang Kasemen memberikan himbauan dan membuat perjanjian secara lisan kepada pemilik tempat untuk tidak lagi menjual minuman keras serta menutup tempat prostitusi tersebut. Setelah proses penertiban selesai, seluruh anggota FPI Cabang Kasemen dan orang-orang yang terlibat dalam proses tersebut meninggalkan tempat tersebut dengan tertib.
2.3 Tinjauan Persepsi
2.3.1 Pengertian Persepsi
berfikir dan belajar serta dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu. Sedangkan Mar’at dalam Aryanti (2009) mendefinisikan persepsi adalah suatu proses pengamatan seseorang yang berasal dari suatu kognisi secara terus menerus dan dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya.
Mulyana (2010:167) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses internal yang memungkinkan kita untuk memilih, mengorganisasikan serta menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita dan dari proses tersebut dapat mempengaruhi perilaku kita nantinya. Persepsi yang akan menentukan kita untuk memperhatikan suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antara individu, dan sebagai konsekuensinya maka semakin cenderung membentuk suatu kelompok budaya ataupun kelompok identitas tertentu yang memiliki kesamaan persepsi terhadap suatu hal.
Berikut ini beberapa pengertian persepsi yang didefinisikan oleh beberapa pakar komunikasi untuk memperjelas pengertian dari persepsi, antara lain :
1. Rudolf R. Verdeber
“Persepsi adalah suatu proses dalam menafsirkan informasi indrawi”. 2. J.Cohen
“Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai penerimaan objek eksternal. Persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada diluar sana”.
3. Brian Fellows
“Persepsi adalah proses yang memungkinkan suatu organisme dalam menerima dan menganalisis sebuah informasi”.
4. Kenneth A. Sereno dan Edward M. Bodaken
“Persepsi adalah proses mental yang digunakan untuk menggali sebuah rangsangan”.
5. Joseph A. Devito
Persepsi merupakan sebuah inti dari komunikasi, karena jika persepsi tidak akurat maka tidak akan memungkinkan kita berkomunikasi secara efektif. Jadi dapat disimpulkan secara sederhana bahwa untuk membentuk sebuah persepsi maka setiap individu harus melakukan tahap atau proses pemilihan, pengorganisasian, serta penginterpretasian sebagai stimuli yang diterimanya mengenai suatu hal, yang selanjutnya mengungkapkan pandangan, pendapat, ataupun tanggapan mengenai hal tersebut.
2.3.2 Jenis Persepsi
Mulyana (2007:191), mengemukakan bahwa persepsi manusia terbagi menjadi dua jenis, antara lain :
1. Persepsi terhadap objek lingkungan fisik
Persepsi tiap orang dalam menilai suatu objek atau lingkungan fisik seseorang dapat melakukan kekeliruan, sebab terkadang indera seseorang menipu diri orang tersebut. Hal tersebut disebabkan karena : a. Kondisi yang mempengaruhi pandangan seseorang seperti keadaan cuaca yang membuat fatamorgana, pembiasan cahaya seperti dalam peristiwa ketika seseorang melihat bahwa tongkat yang dimasukkan ke dalam air akan terlihat bengkok padahal tongkat tersebut berposisi lurus. Hal ini yang lazim disebut ilusi. b. Latar belakang pengalaman yang berbeda antara seseorang
dengan orang lain c. Budaya yang berbeda
d. Suasana psikologis yang berbeda juga dapat menimbulkan perbedaan persepsi seseorang dengan orang lain didalam mempersepsikan suatu obyek.
2. Persepsi terhadap manusia atau persepsi sosial
a. Manusia bersikap dinamis oleh karena itu persepsi terhadap manusia dapat berubah dari waktu ke waktu dan lebih cepat dari pada persepsi terhadap objek.
b. Persepsi sosial tidak hanya menanggapi sifat-sifat yang tampak dari luar, namun juga sifat-sifat ataupun alasan-alasan internalnya.
c. Persepsi sosial bersifat interaktif karena pada saat seseorang mempersepsikan orang lain,maka orang lain tersebut tidak diam saja melainkan turut mempersepsikan orang tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis persepsi sosial dikarenakan gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen dalam mempengaruhi persepsi masyarakat di kecamatan kasemen kota serang tahun 2016 merupakan fenomena sosial yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar masyarakat.
2.3.3 Karakter Persepsi
Menurut Busch dan Houston yang dikutip Sumarwan (2000:113), karakteristik persepsi dapat didefinisikan sebagai berikut :
1. Bersifat selektif
Manusia mempunyai keterbatasan dalam hal kapasitas atau kemampuan mereka dalam memperoleh semua informasi dari lingkungan. Seseorang pasti berhadapan dengan sub kumpulan yang terbatas dari objek-objek maupun perisriwa yang banyak sekali dalam lingkungan mereka. Masyarakat cenderung memperhatikan aspek lingkungan yang berhubungan dengan urusan pribadi mereka. Mereka mengesampingkan urusan-urusan lain yang tidak memiliki kaitan dengan urusan pribadi mereka.
2. Terorganisir dan teratur
3. Subyektif
Persepsi merupakan fungsi dari factor pribadi hal-hal yang berasal dari sifat penikmat atau perasa, kebutuhan, nilai-nilai, motif, pengalaman, masa lalu, pola pikir, dan kepribadian seseorang dalam individu dalam memainkan sebuah peran dala persepsi.
2.3.4 Komponen Persepsi
Seperti telah diuraikan pada sub-bab sebelumnya bahwa inti dari komunikasi adalah persepsi, sedangkan inti dari persepsi itu sendiri adalah interpretasi atau penafsiran. Berikut ini penguraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan persepsi selain dari penafsiran itu sendiri. Adapun hal-hal yang berhubungan dengan persepsi atau komponen dari persepsi antara lain :
1. Penginderaan (sensasi)
Penginderaan dapat ditangkap melalui alat-alat indera yang dimiliki oleh manusia yang antara lain :
a. Mata sebagai indera penglihatan dalam menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk kemudian diinterpretasikan. Otak menerima kira-kira dua pertiga pesan melalui rangsangan visual melalui penglihatan sebagai indera yang paling utama.
b. Telinga sebagai indera pendengaran juga dalam menyampaikan pesan nonverbal ke otak untuk kemudian ditafsirkan dan suara ini dapat diterima dari semua arah.
c. Hidung sebagai indera penciuman d. Kulit sebagai indera peraba
e. Lidah sebagai indera pengecap maupun perasa 2. Atensi
Dalam proses persepsi, atensi sangat tidak terhindarkan sebab sebelum seseorang memberikan respon atau menafsirkan kejadian ataupun rangsangan apapun, orang tersebut terlebih dahulu memperhatikan kejadian atau rangsangan tersebut. Dalam hal ini rangsangan yang menarik perhatian seseorang akan dianggap lebih penting oleh orang tersebut, dari pada rangsangan yang tidak menarik perhatiannya. Rangsangan yang tidak menarik perhatian seseorang akan cenderung diabaikan oleh orang tersebut.
3. Interpretasi
ditangkap oleh indera seseorang akan diinterpretasikan semuanya oleh orang tersebut, karena berbagai alasan antar lain : tidak sesuai dengan kepentingannya, keterbatasan kemampuan panca indera dalam menangkap rangsangan yang terlampau banyak dalam satu waktu yang sama, dan tidak semua rangsangan memiliki daya tarik yang sama bagi orang tersebut. (Mulyana, 2010:168-170)
Tubbs dan Moss (2003:39-40) mengemukakan komponen persepsi terdiri dari seleksi atau selektif, organisasi dan penafsiran. Persepsi adalah proses aktif dimana setiap orang memperhatikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan semua pengalamannya secara selektif. Pemilihan stimuli tersebut bergantung pada minat, motivasi, keinginan, dan harapan mereka. Umumnya setiap individu cenderung mengorganisasikan stimuli secara efektif, berarti bahwa stimuli diurutkan dan disajikan dalam gambaran yang menyeluruh, lengkap dan dapat diindera. Stimuli dipersepsi dan diorganisasi secara selektif, selanjutnya stimuli ditafsirkan secara selektif oleh penerima (komunikan) sesuai masa lalu, asumsi perilaku, suasana hati, dan harapannya.
2.3.5 Proses terjadinya Persepsi
Pada umumnya proses terjadinya persepsi atas sesuatu hal terbagi dalam empat tahap, antara lain :
1. Perhatian dan Seleksi(Attention and Selection)
Pemilihan secara selektif hanya memberikan kesempatan pada proporsi yang kecil dari seluruh informasi yang ada. Proses seleksi berasal dari proses yang terkontrol, yaitu individu secara sadar memutuskan informasi mana yang diperhatikan dan diabaikan.
2. Organisasi (Organization)
kognitif yang menggambarkan pengetahuan yang diorganisasi dengan pemberian konsep atau stimulus yang dibangun melalui pengalaman. 3. Interpretasi (Interpretation)
Setelah perhatian digambarkan pada stimulus tertentu dan informasi telah diorganisasi maka individu akan mencoba untuk memperoleh jawaban tentang makna dari informasi tersebut. Tahap ini sangat dipengaruhi oleh causal attribution, yaitu sebuah percobaan untuk menjelaskan mengapa sesuatu itu terjadi seperti itu.
4. Pencarian Kembali(Retrieval)
Informasi yang telah disimpan dalam memori harus dicari kembali bila informasi tersebut digunakan. Individu akan lebih mudah mendapatkan kembali informasi yang telah tersimpan bila telah terskema dan terorganisir.
Jadi proses persepsi diawali dengan perhatian dan seleksi terhadap informasi yang ada, kemudian informasi yang telah terseleksi tersebut tersebut diorganisir, setelah itu mulailah tahap interpretasi yaitu individu mencoba memahami makna informasi tersebut. Ketika individu membutuhkan informasi tersebut, maka dilakukan tahap pencarian kembali. (Schermerhorn, 2005:155)
2.3.6 Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
Mulyana (2010:176) menjelaskan bahwa setiap orang memiliki gambaran yang berbeda mengenai realitas disekelilingnya. Berikut ini beberapa prinsip penting mengenai persepsi terutama persepsi sosial, dimana prinsip-prinsip ini mempengaruhi persepsi yang dilakukan manusia antara lain :
1. Persepsi berdasarkan pengalaman
tertentu, sehingga seseorang sering kali gagal mempersepsikan perbedaan yang sama dalam suatu objek lain yang mirip. Manusia cenderung memperlakukan objek tersebut seperti sebelumnya, padahal terdapat rincian lain dalam objek itu.
2. Persepsi bersifat selektif
Jika setiap saat seseorang diserbu dengan jutaan rangsangan indrawi dan diharuskan menafsirkan rangsangan tersebut semuanya, pastilah seseorang tersebut tidak mampu melakukannya, sebab adanya keterbatasan kemampuan indrawi setiap orang dalam menangkap rangsangan disekitarnya.
Faktor utama yang mempengaruhi selektifitas adalah atensi, dimana atensi ini sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
a. Faktor internal, seperti tingkat pemahaman individu atas sesuatu, pengalaman masa lalu dan nilai individu.
b. Faktor psikologis seperti motivasi dan harapan.
c. Faktor eksternal adalah atribut-atribut objek yang dipersepsi seperti isi pesan, gerakan atau sikap, penggunaan simbol dan keadaan sosial masyarakat.
3. Persepsi bersifat dugaan
Sama seperti proses seleksi, langkah ini dianggap perlu karena seseorang tidak mungkin memperoleh rincian yang jelas melalui kelima inderanya. Proses persepsi yang bersifat dugaan ini memungkinkan seseorang menafsirkan suatu objek dengan makna yang lebih lengkap dari sudut pandang manapun. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan informasi yang diperoleh melalui alat-alat indera yang dimiliki manusia, menyebabkan terjadinya ruang kosong sehingga perlu menciptakan persepsi yang bersifat dugaan agar dapat menyediakan informasi yang lengkap bagi ruang kosong tersebut.
4. Persepsi bersifat evaluatif
Tidak pernah ada persepsi yang seratus persen objektif, setiap orang perlu melakukan interpretasi berdasarkan masa lalu dan kepentingannya ketika melakukan interpretasi pesan, seseorang harus melakukan evaluasi pesan berdasarkan pengalaman terdahulu yang pernah dialaminya, begitu pula setelah melakukan interpretasi pesan seseorang akan tetap melakukan evaluasi berdasarkan pengalaman yang pernah dialami terdahulu untuk mencocokan apakah kejadiannya sama. Dengan demikian persepsi bersifat pribadi dan subjektif.
5. Persepsi bersifat kontekstual
a. Struktur objek atau kejadian berdasarkan prinsip kemiripan atau kedekatan dan kelengkapan
b. Kecenderungan seseorang dalam mempersepsi suatu rangsangan atau kejadian berdasarkan latar belakangnya
Berdasarkan uraian teori persepsi diatas, peneliti menggunakan teori persepsi sosial yang bersifat selektif. Pemilihan persepsi yang bersifat selektif mengingat persepsi masyarakat atas suatu objek yakni gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan Front Pembela Islam Cabang Kasemen yang diperoleh berdasarkan hasil penafsiran dari atensi atau perhatiannya atas objek tersebut.
2.3.7 Persepsi Masyarakat Mengenai Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Dengan demikian, persepsi masyarakat didefinisikan sebagai proses pengamatan dan identifikasi seseorang terhadap sesuatu obyek baik secara personal maupun struktural yang dilakukan secara terus menerus dan dapat dipengaruhi oleh informasi baru dari lingkungannya. Hal ini menunjukkan bahwasanya persepsi masyarakat dapat terbentuk dan dibentuk dari proses identifikasi dan informasi terbaru mengenai suatu obyek yang dapat berasal dari penilaian diri sendiri dari lingkungan sosial (Rahmat dalam aryanti, 2009).
selektif, mengingat indikator-indikatornya dianggap dapat menguraikan secara mendetail dari gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen Kota Serang tahun 2016.
2.4 Kerangka Berfikir
Aktivitas kemaksiatan semakin tumbuh dan berkembang di setiap lingkungan tempat tinggal masyarakat. Masyarakat mulai terseret kepada berbagai bentuk aktifitas kemaksiatan baik yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Tindakan kemaksiatan tersebut seperti sindikat pemurtadan, pemujaan iblis dalam kedok perdukunan, sindikat perdagangan minuman keras, peredaran narkoba, perjudian, prostitusi berikut dengan komplemen pornografi dan pornoaksi, tempat hiburan malam dan premanisme adalah gejala degrasinya aqidah dan moral Bangsa Indonesia secara menyeluruh (FPI, 2008:11).
Tindakan penertiban (sweeping) tempat maksiat yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen atas aktifitas prostitusi, perjudian, narkotika dan obat-obatan dan minuman keras yang dilakukan di tempat hiburan malam di Desa Banten Kawasan Dermayon merupakan salah satu dari banyak kasus yang terjadi pada beberapa daerah di Kecamatan Kasemen. Penertiban tersebut tentunya menghasilkan persepsi masyarakat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, baik persepsi yang bersifat positif yakni mendukung tindakan penertiban aktifitas maksiat atau persepsi yang bersifat negatif yakni menolak tindakan penertiban aktifitas maksiat di tempat hiburan malam.
Persepsi masyarakat atas gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen dapat memberikan kesan yang baik dan kesan yang buruk tergantung kepada apa yang dilihatnya. Bila penegakkan amar ma’ruf nahi munkar tersebut dilihat oleh masyarakat sarat dengan nuansa aksi kekerasan, kericuhan, anarkis dan tindakan lain sebagainya yang dianggap tidak patut oleh masyarakat, maka FPI dan aktifitas yang dilakukannya akan mendapatkan persepsi buruk di mata masyarakat.
Analisis Data Analisis data secara Statistik Gerakan Amar Ma’ruf Nahi
Munkar
Persepsi Masyarakat
Untuk mempermudah memahami masalah dalam penelitian ini peneliti membuat kerangka pemikiran yang disajikan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Dugaan masalah berkaitan dengan Gerakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Persepsi Masyarakat antara lain :
1. Gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen dinilai sebagai tindakan main hakim sendiri dan cenderung bersifat anarkis, penggunaan simbol-simbol dan atribut agama, tindakan pengerahan massa dan lain sebagainya.
2. Persepsi masyarakat atas gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen yang cenderung bersifat pragamatis dan cenderung dogmatis atas suatu kegiatan yang dilakukan dengan kegiatan yang ada di lingkungan masyarakat. Sifat pragmatis masyarakat ditunjukkan dari masyarakat yang cenderung membiarkan kegiatan maksiat tanpa adanya pencegahan dan penindakan sedangkan sifat dogma masyarakat ditunjukkan dari masyarakat yang menganggap bahwa tindakan penertiban kegiatan dan tempat maksiat adalah tindakan yang anarkis dan distigmakan terorisme dan pembentukan opini dari media massa dan elektronik yang cenderung menyudutkan organisasi-organisasi keagamaan.
(Survey lapangan oleh Peneliti, 2016)
Hasil Penelitian
Mengetahui Seberapa besar pengaruh gerakan amar ma’ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap persepsi masyarakat
di Kecamatan Kasemen Kota Serang 1. Tertib Aksi Amar Ma’ruf
2. Tertib Aksi Nahi Munkar Sumber : FPI (2008:245)
2.5 Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2013:93), menyatakan hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah telah disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Berdasarkan definisi tersebut, penulis mengartikan bahwa hipotesis adalah jawaban sementara penulis mengenai hal yang sedang diteliti yang harus dibuktikan kembali kebenarannya secara ilmiah. Berdasarkan uraian diatas, penulis membangun hipotesis sebagai berikut :
Hipotesis Nol (H0)
H0 : ρ = 0, artinya tidak terdapat pengaruh dari gerakan amar ma’ruf nahi munkar Front Pembela Islam (FPI) Cabang Kasemen terhadap persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen Kota Serang tahun 2016.
Hipotesis Alternatif (Ha)
2.6 Operasionalisasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua variabel, yaitu variabel bebas (variabel X) dan variabel tetap (variabel Y) yang diuraikan sebagai berikut :
1. Variabel X adalah gerakan amar ma’ruf nahi munkar yang dilakukan oleh FPI Cabang Kasemen sebagai variabel bebas.
2. Variabel Y adalah persepsi masyarakat di Kecamatan Kasemen sebagai variabel tetap.
Kemudian peneliti membuat operasionalisasi variabel dalam penelitian ini yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Operasional Variabel
Variabel Konsep Variabel Sub Variabel Indikator Skala
Gerakan
1. Faktor Internal 1. Tingkat Pemahaman 2. Pengalaman
masa lalu
menafsirkan rangsangan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh peneliti lain dapat digunakan sebagai masukan serta bahan pengkajian yang berkaitan dengan penelitian ini yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Item Peneliti A Peneliti B Peneliti C
(mhs ybs) 1 Nama
Peneliti
Ardian Ayub Sani Dianah Najiullah
2 Judul Persepsi masyarakat
No Item Peneliti A Peneliti B Peneliti C