• Tidak ada hasil yang ditemukan

123 tonyakng . Tanda ini menunjukkan daerah tersebut sudah ada

Dalam dokumen Industrialisasi Kehutanan final (Halaman 137-143)

yang menguasai dan orang lain tidak boleh mengganggunya. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh laki-laki, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain yang kebetulan akan membuka kawasan perladangan di kawasan tersebut.

Nebas/nokaap/memepes yaitu pekerjaan menebas kayu-kayu kecil, seperti tumbuhan buton, daun lawao, daun parem, perdu, dan tanaman yang berdiameter kira-kira sebesar lengan sampai sebesar betis orang dewasa dengan menggunakan mandau. Tunggul-tunggul anak pohon atau bambu harus dicincang hingga rata dengan tanah, tidak boleh ada yang tersisa. Pekerjaan mencincang juga harus dilakukan dengan sempurna, bagian cabang harus terpisah dari batang pokoknya, sehingga tidak ada cabang yang terlihat berdiri menempel pada batang anak pohon yang rebah. Pekerjaan ini akan mempengaruhi kenyamanan dan kelancaran kerja selanjutnya sehingga harus dilakukan dengan baik. Pangkal batang disisakan dari tanah setinggi lutut orang dewasa. Batang dan ranting harus benar-benar rebah dan rata dengan tanah. Sisa potongan kayu atau belukar ini diusahakan tidak menggunung tetapi rata dengan permukaan tanah. Pekerjaan ini bisa dilakukan oleh kaum laki-laki dan perempuan, meski demikian laki-laki tetap dominan dalam pekerjaan ini. Dalam pekerjaan ini berlaku peliatn96 atau pantang selama empat hari empat malam.

Sewaktu melakukan pekerjaan ini, kalau mau, bisa juga melakukan penanaman biji rotan. Penanaman rotan dilakukan di sekeliling tunggul-tunggul kayu yang akan ditebang. Biji rotan

96 Peliatn adalah semacam pantangan yang tidak boleh dilanggar. Dalam konteks ini peliatn adalah pantangan untuk berhenti bekerja atau dibantu oleh pihak lain dalam kurun waktu tertentu. Lamanya peliatn berbeda-beda menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Peliatn ini bermakna pada semangat penyelesaian tanggung-jawab (pekerjaan) dengan mandiri, tanpa mengharapkan bantuan orang lain.

124

sebanyak 5-6 buah dimasukkan dalam tanah sedalam 7-10 cm dengan menggunakan mandau atau kayu yang diruncingkan, dan kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Satu tunggul kayu dapat ditanami rotan sebanyak 2-5 lubang tergantung pada besar kecilnya diameter kayu. Tunggul kayu ulin tidak dapat ditanami rotan karena kayu ulin sangat lambat lapuk (busuk) sehingga tidak menguntungkan sebagai bahan pupuk organik.

Noang atau menebang. Tahap pekerjaan ini merupakan pekerjaan

paling berat karena pohon yang ditebang berdiameter lebih besar dari 25 cm. Alat yang digunakan tidak lagi mandau tetapi beliung

atau chainsaw (gergaji mesin) bila ada. Kemampuan noang satu orang untuk lahan seluas dua hektare (bibit padi kira-kira enam kaleng) lebih kurang selama 4-5 hari dengan menggunakan gergaji mesin atau sekitar 20-25 hari bila menggunakan beliung. Proses menebang dimulai dari daerah yang lebih rendah terus sampai ke daerah yang lebih tinggi. Bagian kayu yang akan ditebang adalah bagian yang paling lunak. Bila bagian kayu yang paling rendah terlalu keras, dicari bagian lain yang lebih lunak dan seterusnya sampai ke atas. Jatuhnya rebahan disusun agar tidak malang melintang atau tidak beraturan. Pohon-pohon yang lebih kecil direbahkan setelah pohon yang besar. Tujuannya agar tidak ada sisa tebangan yang tidak terbakar sempurna. Ada beberapa teknik penebangan, dari yang paling mudah sampai yang tersulit. Tingkat kesulitan penebangan ini memberikan “nilai” dan “prestise” tersendiri bagi orang yang melakukannya. Pekerjaan ini seluruhnya dilakukan oleh laki dan anak laki-laki yang sudah besar. Seorang laki-laki-laki-laki yang mampu melakukan penebangan dengan teknik yang paling sulit akan menaikkan “prestisenya” dan dengan demikian akan dikagumi banyak

125

perempuan. Peliatn petolos pada pekerjaan ini dilaksanakan selama empat hari empat malam.

Bersamaan dengan noang atau segera setelahnya, bisa dilakukan pekerjaan nutu yaitu membersihkan atau memotong cabang-cabang pohon yang telah direbahkan. Tujuannya adalah agar hasil tebangan tersinari matahari secara merata sehingga pada waktu pembakaran dapat terbakar sempurna. Bila dikerjakan oleh seorang, nutu memerlukan waktu sekitar 4-5 hari untuk lahan enam kaleng bibit (lebih kurang dua hektare). Pekerjaan ini tidak mengenal peliatn dan biasanya dilakukan sendiri. Sisa tebangan yang telah direbahkan dan disusun disebut joa.

Ngoing Joa yaitu mengeringkan sisa tebangan sebelum dibakar. Mengeringkan sisa tebangan sangat tergantung pada sinar matahari. Hal ini bisa berlangsung sekitar 30-45 hari. Setelah penebangan, sebelum dibakar, hasil tebangan harus dijemur hingga kering selama lebih kurang 30-45 hari. Selama waktu menunggu ini dilakukan berbagai kegiatan, seperti membuat rumah ladang, membuat tempat beras, menyiapkan bibit, atau membuat tongkat untuk menugal.

Nyuru Joa yaitu membakar sisa tebangan yang sudah kering. Kegiatan ini harus memperhitungkan waktu dengan cermat, karena subur tidaknya calon lahan padi akan tergantung pada waktu dan hasil pembakaran. Beberapa syarat dikenakan sebelum melakukan kegiatan ini, antara lain orang yang akan melakukan pembakaran -- biasanya laki-laki kepala rumah tangga -- tidak makan/sarapan dan tidak mandi sebelum membakar. Kedua pembakaran dilakukan setelah tengah hari agar pembakaran sempurna. Syarat di atas dimaksudkan agar api membakar sisa tebangan dengan lahap seperti orang yang kelaparan. Sebelum pembakaran, biasanya didahului dengan

97 Proses pembuatan dan pekerjaan di ladang sering dijadikan ajang untuk mencari pasangan (istri atau suami).

126

upacara adat. Bahan-bahan yang harus dipersiapkan pada upacara adat adalah sebuah kemiri, sebuah cangkang siput kosong, dan sebutir biji damar yang digulung dengan rautan rotan. Rautan rotan ini kemudian dibakar. Api yang menyala pada rautan rotan dipakai untuk mengawali pembakaran ladang. Ketika pembakaran dilangsungkan, orang-orang (pembakar)

berteriak-teriak memanggil angin agar membantu

menyempurnakan proses pembakaran. Bila bibit yang ditanam sebanyak enam kaleng diperlukan tenaga sebanyak 5-6 orang untuk membakar. Pekerjaan nyuru hanya memerlukan waktu setengah jam dari awal pembakaran sampai api padam.

Untuk ladang yang letaknya berdekatan, biasanya didahului dengan perundingan atau membuat beberapa kesepakatan. Dengan cara ini, pekerjaan pembakaran dapat dilakukan secara bersama-sama. Hal-hal yang dirundingkan, selain waktu pembakaran, adalah masalah teknis pembakaran. Sebelum mulai membakar, terlebih dahulu dibuat batas antarladang dan tepi ladang yang akan dibakar. Batas ini dapat berupa gunung, sungai, atau pohon. Bila batas yang dipakai adalah pohon, pohon tersebut tidak ditebang, sehingga pada saat pembakaran selesai batas masih tetap terlihat. Selain batas-batas alam, biasanya dibuat juga lubang atau parit di sepanjang ladang yang hendak dibakar sehingga ketika pembakaran selesai dilakukan, tidak akan terjadi perselisihan.98

Cara ini juga berfungsi untuk memberi kesempatan kepada keluarga lain guna mempersiapkan diri, sehingga ketika waktunya tiba, pembakaran bisa dilaksanakan bersama-sama. Untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran, masyarakat Benuaq mempunyai alat pemadam kebakaran yang disebut bedir set. Bedir set sendiri adalah alat pemadam api, terbuat dari kayu jingkau, yang digunakan dengan

98 Cara-cara demikian, selain untuk mencegah perselisihan batas, dapat bermanfaat sebagai sarana pencegah jilatan api keluar dari daerah yang sedang dibakar.

127

kekuatan-kekuatan supra-natural. Cara lain yang biasa dilakukan dengan membuat parit di sekeliling ladang, atau dengan memercikkan air ke sekeliling ladang, atau kadang dengan menanam nanas di sekeliling ladang. Upaya menghidari kebakaran hutan (serau) ini disebut ngeladakng.

Bongkakng yaitu mengumpulkan sisa-sisa pembakaran yang tidak

habis terbakar dan menumpuknya di tengah ladang. Bongkakng

yang telah tertumpuk ini disebut peruruk. Untuk melakukan hal ini, biasanya banyak pantangan seperti tidak boleh membawa beliung. Di tempat peruruk ini biasanya sangat subur. Pekerjaan selanjutnya adalah nyuru peruruk atau membakar tumpukan

bongkakng. Biasanya di tempat ini tanah sangat subur. Setelah kegiatan ini, calon ladang dibiarkan untuk menunggu hujan sebelum dilakukan kegiatan penanaman atau ngasak. Selama menunggu hujan, berbagai kegiatan dilakukan, seperti menyelesaikan membuat rumah ladang, lumbung padi, atau menyiapkan benih.

Ngasak atau menugal yaitu kegiatan menanam bini (bibit padi) pada lahan yang telah disiapkan. Tiga hari pertama kegiatan ini dilakukan sendiri bersama keluarga, setelah itu bisa memanggil orang lain. Kegiatan ini merupakan kegiatan masal yang melibatkan banyak orang, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan dewasa. Sebelum menugal, terlebih dahulu diadakan acara adat pedilibini atau pelotar. Upacara ini didahului dengan membuat delapan lubang dengan asak (tugal) di tanah sambil membaca mantera. Selanjutnya adalah melakukan nyan pasak99

yang diikuti oleh nagut bini.100

99 Seorang laki-laki membuat lubang tugal pertama.

100 Perempuan yang bertugas mengambil benih padi dan membagikannya kepada para perempuan lain yang akan memasukkan benih ke dalam lubang tugal.

128

Setelah upacara ini, dilanjutkan dengan melakukan ngasak. Jarak antarlubang dibuat antara 1-2 kilan tangan orang dewasa (sekitar 25-50 cm). Benih padi yang dimasukkan berjumlah 8-10 butir. Padi harus benar-benar masuk dalam lubang asak. Kalau tidak tepat terlempar ke dalam lubang, benih harus dimasukkan ke dalam lubang dengan kaki.101

Laki-laki yang membuat lubang disebut nugal, dan perempuan yang memasukkan benih ke dalam lubang disebut moyas. Laki-laki berada di depan dan perempuan di belakangnya. Mereka yang melakukan kegiatan ini bisa jadi suami istri, dan bisa jadi juga sepasang muda-mudi yang berpacaran.102 Urutan tanaman yang ditanam adalah:

jagung; ubi jalar;

terong, kancang panjang, temulawak, labu, jahe; padi dan ketan;

singkong (jabau) setelah padi 20 cm; pisang; dan

buah-buahan.

Setelah ngasak, pekerjaan dibagi menjadi pekerjaan laki-laki dan pekerjaan perempuan. Pekerjaan laki-laki adalah membuat rumah atau belay di ladang yang terdiri dari rumah tinggi untuk mengawasi burung disebut pemuyo; rumah untuk makan dan istirahat disebut bepak; rumah yang dapat ditiduri disebut belay umaq; dan rumah untuk tempat padi/lumbung disebut belay

101 Orang yang pertama kali melihat kegiatan nugal ini, dapat dipastikan akan terheran-heran menyaksikan orang mampu melakukan moyas (memasukkan bibit padi ke dalam lubang tugal berdiameter 2 cm) dengan sangat cermat dan cepat. Moyas biasanya dilakukan oleh kaum perempuan dan ngasak oleh kaum laki-laki.

102 Bila di tengah-tengah pekerjaan sepasang muda-mudi melakukan hal-hal yang tidak pantas seperti berciuman, melakukan hubungan seks, lalu mereka kembali bekerja, biasanya benih yang telah mereka tanam tidak akan tumbuh. Kalau hal ini diketahui, yang bersangkutan akan dikenai denda adat.

129

Dalam dokumen Industrialisasi Kehutanan final (Halaman 137-143)