• Tidak ada hasil yang ditemukan

TOPIK 9. BIDANG MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

Dalam dokumen restra uad 2016 2020 full 1 1 (Halaman 81-92)

Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga tersusunnya RENSTRA UAD ini, baik dari tingkat pimpinan Universitas, fakultas, maupun lembaga

Halaman 45 TOPIK 9. BIDANG MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

NO ISU-ISU STRATEGIS KONSEP PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH TOPIK PENELITIAN YANG

DIPERLUKAN

TARGET OUTPUT

1 -Perlunya masyarakat

mendapat bimbingan agama pasca Bencana -pasca bencana, masyarakat semakin taat beragama

Konsep Islam tentang bencana:

Hakikat bimbingan agama adalah merevolusi mental dari kegelapan menuju kemajuan - Model-model bimbingan agama yang menggembirakan umat Masyarakat mendapat bimbingan agama pasca Bencana Tersusunnya modul, kurikulum bimbingan keagamaan dalam penanganan bencana 2 -Pendidikan keagamaan berbasis penanggulangan bencana. -Pendidikan Islam berbasis ekologi

Konsep Islam dalam penanggulangan bencana Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan Kurikulum Pendidikan Islam di daerah pengungsian 3 -banyak anak-anak di

daerah bencana yang mengalami gangunggan dalam perkembangan bahasa dikarenakan adanya perubahan struktur, budaya -gangguan perkembangan bahasa anak pasca bencana -pemanfaatan lagu-lagu terjemahan bahasa Arab sebagai media mitigasi bencana -gangguan perkembangan bahasa pada anak-anak di daerah pengungsian dapat teratasi 4 Masyarakat kurang memahami semiotika bencana perspektif al-quran

Dalam perspektif semiotika tenatang bencana di dalam al-quran yaitu –merujuk kepada pelaksanaan ajaran syariat islam secara menyeluruh dengan melihat kisah-kisah umat terdahulu di dalam

al-Qur’an

Masyarakat memahami kisah-kisah umat terdahalu yang tertimpa musibah

-semiotika bencana alam di dalam al-Qur’an

Masyarakat memahami semiotika bencana perspektif al-quran dengan baik Tersedianya kajian semiotoka tentang bencana pada kisah-kisah umat terdahulu

Halaman 46

5 Program dan Layanan

Bimbingan dan

Konseling dalam setting khusus

Layanan bimbingan dan konseling untuk setting khusus.

Pengembangan program dan layanan bimbingan dan konseling dalam setting khusus

1. Pengembangan program

dan layanan bimbingan dan konseling pada anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif

2. Pengembangan program

dan layanan bimbingan dan konseling pada setting keluarga

3. Pengembangan program

dan layanan bimbingan dan konseling pada setting kebencanaan dan narkoba.

1. Program dan layanan

bimbingan dan konseling pada anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif

2. Program dan layanan

bimbingan dan konseling pada setting keluarga

3. Program dan layanan

bimbingan dan konseling pada setting kebencanaan dan narkoba. 6  Pendidikan keagamaan berbasis penanggulangan bencana.   Pendidikan Islam berbasis ekologi

Konsep Pendidikan Islam dalam penanggulangan bencana

Konsep Pendidikan Islam berbasis ekologi

Penanaman dan penumbuhan Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup melalui pendidikan Islam

Pendidikan Islam dan ekologi, atau Kelestarian Lingkungan Hidup Kesadaran terhadap lingkungan hidup Terwujudnya komponen pendidikan yang peduli terhadap ekologi

7 Sadar bencana dan

penanggulangannya

Meningkatkan kesadaran bencana dan pemulihan melalui multi level helping

Meningkatkan kesadarbencanaan dan memperbanyak relawan dengan kemampuan maksimal 1. Psikoedukasi kesadarbencanaan 2. Pelatihan meningkatkan ketrampilan relawan bencana. Masyarakat, korban bencana, relawan, mahasiswa Modul kesadarbencanaan

8 Recovery proses bisnis

pasca bencana

1. Manajemen stres

2. Manajemen stratejik

3. Manajemen konflik

1. Percepatan recovery 1. Strategi percepatan

pemulihan pasca bencana

2. Strategi peningkatan

pendapatan masyarakat

3. Pengelolaan konflik dan

stres dalam masyarakat

1. Peningkatan dan

percepatan proses recovery dan proses bisnis

1.Model 2.Modul pelatihan 3.Buku ajar 4.Jurnal 5.HAKI

Halaman 47

9 Pemberdayaan

masyarakat yang terdampak bencana pada tahap recovery

Memastikan kehidupan sejahtera bagi masyarakat terdampak bencana secara berkelanjutan

1. Analisis Potensi dan aset keluarga pada masyarakat di daerah rawan bencana 2. Analisis Potensi dan aset

keluarga pada masyarakat yang terdampak bencana 3. Analisis Tata Kelola

Kebijakan dan Anggaran Pemerintah Daerah yang rawan Bencana

1. Pemetaan potensi dan aset

ekonomi keluarga pada masyarakat terdampak bencana pada tahap recovery

2. Solusi aplikatif untuk mengatasi permasalahan perekonomian keluarga pada masyarakat

terdampak bencana pada tahap recovery 1. Model pemberdayaan ekonomi keluarga pada masyarakat yang terdampak bencana 2. Model Tatakelola anggaran pada Pemda di daerah bencana 10 1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2.Pemahaman masyarakat terhadap pemulihan pasca bencana Sustainanble livelihood framework 1. Optimalisasi potensi komunitas masyarakat

2. Transformasi dan proses

dari peranan pemerintah, bisnis,perguruan tinggi, dan masyarakat 1. Identifikasi pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Pemetaan potensi masyarakat untuk

pemulihan pasca bencana

1. Teridentifikasiny a pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Terpetakannya potensi masyarakat untuk pemulihan bencana 1. Pola pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Peta potensi pemahaman masyarakat untuk pemulihan bencana 11 Perubahan lingkungan mengakibatkan peningkatan bencana alam Pencegahan terjadinya bencana alam

Pelestarian lingkungan Diversivikasi jenis-jenis

tanaman untuk konservasi lingkungan

Kelestraian lingkungan

Diversifikasi jenis-jenis tanaan konservasi

12 Pendidikan Ekowisata Lingkungan sebagai sumber

belajar

Penggunaan lingkungan sebagai alternatif sumber belajar

Identifikasi jenis tanaman dan hewan Pengembangan lingkungan untuk ekowisata Adanya ekowisata baru Menambah income masyarakat setempat

Early warning sistem untuk sensor kebencanaan geologis

Sensor bencana geologi (detektor kandungan asap solfatara, detektor

Sensor berbasis optik dan laser

Geophone, mini DOAS dan alat-alat detksi lainnya

Halaman 48

pergerakan tanah) secara real time dan jarak jauh (tele-sensing)

Detektor inframerah dan filter optik dengan teknologi lapisan tipis (thin films)

13 Penyiaran multimedia

berbasis digital

Konten multimedia dalam publikasi informasi

umumnya masih dipisahkan dari konten tekstual, informasi tersebar ke berbagai tempat sehingga tidak dapat langsung diakses oleh pengguna secara bersamaan Teknologi penyiaran multimedia berbasis digital (basis perangkat lunak)

14 IT security Pengamanan pada privasi

pengguna informasi masih lemah, pengguna harus tunduk pada penyedia layanan sepenuhnya agar dapat menggunakan layanannya, konsep pengamanan data pengguna belum praktis

(1) upgrade kepedulian pada keamanan (user maupun pengelola), (2) implementasi standar keamanan

(1) manajemen resiko, (2) network security, (3) computer security, (4) tata kelola security, (5) ISO 27001 Teknologi digital security untuk akses digital, transakasi pembayaran, smart-card (1) dokumen standar keamananan, (2) optimasi captcha untuk otentikasi

15 Sistem & framework software berbasis open source, meliputi e-government, e-business, e-health & industri kreatif

(1) Integrasi data yang digunakan oleh institusi pemerintah belum benar-benar terjadi; (2) akses data antar pelaku bisnis masih sulit dilakukan; (3) tenaga kesehatan yang tidak tersebar merata di seluruh negeri; (4) industri kreatif memberi peluang untuk lahan kerja baru berbasis

(1) implementasi framework IT-govt, (2) pengembangan sistem terdistribusi, (3) pengembangan infrastruktur/aplikasi mobile, (4) banyak desa yang belum terkoneksi

(1) sistem terdistribusi, (2) data warehouse, (3) middlewave, (4) single sign-on, (5) e-gov, IT-gov, (6) mobile technology (1) Sistem TIK untuk logistik, transportasi, dan klimatologi, mitigasi bencana, dan peringatan dini, Paket teknologi e-services (e-Government (1) aplikasi terintegrasi, (2) mobile app

Halaman 49

online melalui teknopreneurship & e-Business) dengan teknologi KTP-elektronik multiguna; (2) Sistem TIK untuk UKMK, supply chain business, dan payment gateway system; (3) Teknologi untuk game, animasi, seni, dan grafis 16 Mengimplementasikan

peran psikologi dalam mitigasi pengurangan risiko bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, regulasi dan budaya sadar bencana

Perlunya pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Penelitian dasar tentang bencana menggunakan kearifan lokal, asesmen dampak bencana dan tritmen untuk penanggulangan bencana Terumuskan adanya model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Artikel Jurnal dan prosiding nasional, nasional terakreditasi, internasional, buku ajar, MODUL, HAKI

17 4. Manajemen stres

5. Manajemen stratejik

6. Manajemen konflik

2. Percepatan recovery 4. Strategi percepatan

pemulihan pasca bencana

5. Strategi peningkatan

pendapatan masyarakat

6. Pengelolaan konflik dan

stres dalam masyarakat

2. Peningkatan dan

percepatan proses recovery dan proses bisnis

1.Model 2.Modul pelatihan 3.Buku ajar 4.Jurnal 5.HAKI

Halaman 50

18 Mengimplementasikan

peran psikologi dalam mitigasi pengurangan risiko bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, regulasi dan budaya sadar bencana

Perlunya pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Penelitian dasar tentang bencana menggunakan kearifan lokal, asesmen dampak bencana dan tritmen untuk penanggulangan bencana Terumuskan adanya model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana

Artikel Jurnal dan prosiding nasional, nasional terakreditasi, internasional, buku ajar, MODUL, HAKI

19 Banyaknya Potensi

Bencana di Indonesia

pentingnya rumah sakit siaga bencana (bangunan, SDM, fasilitas, rencana kesiapsiagaan

menanggulangi bencana)

1. RS dapat berperan dalam menghadapi bencana dalam berbagai situasi, lebih efektif, terencana, dan sesuai kondisi yang dihadapi, 2. Recana yg sinergis dg perencanaan tata kota, propinsi, nasional, dan steakholder terkait (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Muhammadiyah Disaster Management Center,dll) RS siaga bencana (Penguatan SDM, Fasilitas, sarana prasarana, program

Kesiapsiagaan bencana pada: Tahap pra bencana, Tahap bencana (internal dan eksternal), Tahap Pasca bencana, Networking manajemen bencana di RS, Hospital Emergency incident command system 20 Promosi kesehatan kebencanaan Manajemen promosi kesehatan pada masa bencana dan sesudahnya

Need assessment upaya promotif dan preventif pada masa sebelum, saat, dan sesudah bencana termasuk kesiapan komunitas rawan bencana dalam menghadapi bencana

Promosi kesehatan penyiapan komunitas rawan bencana, Promosi kesehatan pengurangan risiko kesehatan akibat bencana, Promosi

kesehatan setelah bencana

Upaya promosi kesehatan yang tepat terkait kebencanaan Pengurangan dampak buruk kesehatan pasca bencana, Upaya Mitigasi dampak pasca bencana yang tepat sasaran, Kegiatan promotif dan preventif yang tepat ketika sebelum, saat, dan sesudah bencana

Halaman 51

21 Pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat Peningkatan kesadaran masyarakat, Penurunan risiko bencana, Pengurangan dampaknya Peningkatan kapasitas masyarakat & PPM Kondisi kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat Target: pemuda & anak sekolah

Ditemukannya model pemberdayaan yang cocok dengan sosial budaya di Yogya

22 Kesehatan reproduksi,

seksualitas, kekerasan, KIA, ISR-PMS pasca bencana

Minimnya fasilitas KIA-KR, ISR-PMS di wilayah pengungsian, Minimnya manajemen lingkungan yang berkiatan dengan ramah anak

Penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas, KIA, ISR-PMS, kekerasan di wilayah pengungsian

Tantangan kesehatan reproduksi dan seksualitas, KIA, ISR-PMS, Kekerasan, pasca bencana, Analisis kebutuhan pelayanan kespro di wilayah pengungsian

Anak, remaja, WUS, PUS, lansia

Tersedianya fasilitas dan pelayanan kespro di wilayah

pengungsian

23 Perubahan iklim

berpotensi memiliki dampak negative dan berpotensi

menimbulkan bencana, Perubahan iklim akan berdampak pada sektor kesehatan

Perubahan iklim yang antara lain menyebabkan perubahan suhu yang ekstrem, intensitas hujan yang tinggi, intensitas kekeringan yang tinggi, kenaikan muka air laut, akan berdampak paba bencana2 seperti banjir, kekeringan, rob di pesisir pantai, dan putting beliung. Kesemua bencana tersebut akan berpotensi

menyebarkan penyakit, yang hal ini akan berdampak pada kesehatan. Sehingga kesiapan sektor kesehatan dan masyarakat untuk menghadapi keadaan tersebut urgent untuk dilakukan

Vulnerability assessment (mapping), Early warning system, KAP improvement

Vulnerability assessment (mapping), Early warning system, KAP improvement

Populasi dan wilayah, Dinas Kesehatan (Kementrian terkait), Populasi secara luas Terciptanya peta kerentanan terhaap perubahan iklim di Indonesia, Terciptanya early warning system terkait penyakit tertentu, Meingkatnya KAP populasi

24 Penyakit menular dan

tidak menular pasca bencana alam

Kesehatan manusia pasca bencana alam

Mengadakan klinik kesehatan dan keperluan MCK untuk korban

Surveilance penyakit menular dan tidak menular

Korban bencana alam

Menekan angka kesakitan penyakit menular dan tidak

Halaman 52

bencana alam menular pasca

bencana alam

25 Early warning system

bencana

Early warning system bencana di daerah-daerah wisata seperti Bali, Yoyakarta, dll, Bencana yang dimaksud seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir dan tanah longsor, Daerah wisata yang dimaksud adalah daerah yang banyak dikunjungi wisatawan asing

26 Surveilans Bencana Pembuatan dan penguatan

sistem surveilans bencana yang praktis dan

representative di daerah-daerah wisata 27 Pengelompokkan daerah-daerah rawan bencana serta penguatan sistem surveilans bencana Pengelompokkan daerah-daerah rawan bencana dan penguatan sistem

surveilansnya, Daerah rawan bencana yang dimaksud adalah daerah rawan bom (contoh bom bunuh diri Bali) dan daerah rawan politik (misal bencana kebakaran karena unsur kesengajaan)

28 Banyaknya kejadian

penyakit pasca bencana akibat tempat

pengungsian yang tidak memiliki fasilitas sanitasi yang baik, Banyaknya vektor

Kondisi sanitasi lingkungan pengungsian yang buruk menjadi area yang baik untuk berkembangnya sejumlah penyakit, Vektor penyakit yang muncul akibt lingkungan pengungsian

Kajian dan action research

mengenai hygiene sanitasi lingkungan pengungsian, Pengendalian vektor penyakit berbasis lingkungan di loaksi pengungsian, Kajian dan

Jurnal, HKI, prosiding,

Halaman 53

penyakit yang ada di lingkungan

pengungsian, Makanan yang tidak layak konsumsi di lokasi pengungsian akibat cemaran, Sampah dan limbah pasca bencana yang melimpah

yang tidak layak membutuhkan suatu penanganan yang ramah terhadap lingkungan juga, Makanan yang tidak layak makan karena cemaran dari lingkungan atau

penyimpanan dan

pengolahan yang tidak baik akibat dari fasilitas yang minim di pengungsian, Fasilitas yang minim dan efek dari bencana dapat menimbulkan sampah limbah yang harus ditangani

action research tentang hygiene dan sanitasi makanan di lokasi pengungsian, Kajian dan action research dalam penanganan sampah dan limbah pasca bencana

29 Terlambatnya penanganan apabila bencana Pembuatan tanggap darurat Pelatihan PPGD,

bekerjasama dengan PMI serta pemadam

Emergency response Masyarakat

daerah bencana

Menurunnya jumlah korban apabila ada bencana, korban dapat di pisahkan berdasarkan penangannya 30 Tingginya risiko kecelakaan tim penyelamat/ SAR/ Tagana/ rescue saat menyelamatkan menangani korban bencana

Perlu adanya prosedur / SOP dalam melakukan pekerjaan

analisis kebutuhan dan ketersediaan prosedur dan peralatan, training pada petugas penyelamat (responder safety), Training responder safety

Penelitian mengenai responder safety diketahuinya tingkat risiko kecelakaan pada responder safety, diketahui peralatan apa saja yang diperlukan, diketahui prosedur / SOP pada petugas responder safety Adanya perlindungan keselamatan bagi responder safety berupa prosedur / SOP dan terbentuknya training yang

berkelanjutan

31 Keselamatan

penolong (responder

Penolong (responder) baik itu damkar, SAR,

Perlu ada nya upaya keselamatan dan

keselamatan dan kesehatan kerja penolong (responder

Penolong (responder)

analisis risiko keselamatan dan

Halaman 54

safety) dalam penanggulangan bencana

tenaga medis memiliki risiko yang tinggi ketika melakukan pekerjaannya menolong ketika terjadi bencana. Responder menghadapi berbagai bahaya seperti bahaya fisik, kimia, biologi.

kesehatan kerja bagi penolong (responder)

safety) kesehatan kerja pada

pertolongan bencana, prosedur /panduan keselamatan dan kesehatan bagi penolong /responder , dalam situasi bencana.

32 Manajemen Tanggap

Darurat bencana di Hotel

Hotel memiliki risiko tinggi ketka terjadi kebakaran dan bencana karena ada banyak tamu yang berada di hotel

Diperlukan upaya membentuk sistem manajemen tanggap darurat kejadian bencana di Hotel

keselamatan dan kesehatan kerja perhotelan, sistem manajemen tanggap darurat bencana di hotel

manajemen hotel, karyawan hotel, tamu hotel

analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja di hotel, analisis risiko bencana di hotel, sistem manajemen k3 hotel, sistem manajemen tanggap darurat bencana di hotel, prosedur tanggap darurat bencana di hotel.

33 Keselamatan Pariwisata Pariwisata juga memliki

ancaman dari sisi

keselamatan dan kesehatan kerja, sebagai contoh ada tempat wisata yang memiliki risiko kecelakaan, seperti misalnya flying fox di atas laut pantai timang Yogyakarta, arena

permainaan seperti dufan, transtudio, tempat wisata seperti pantai juga memiliki ancaman seperti tsunami

perlu adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pariwisata, perlu adanya manajemen bencana di tempat wisata yang rawan bencana

keselamatan dan kesehatan kerja pengunjung/

wisatawan, keselamatan dan kesehatan kerja di tempat wisata, manajemen bencana di tempat/arena wisata dinas pariwisata, pengelola tempat wisata, wisatawan terbentuknya sistem manajemen k3 di pariwisata, prosedur k3 bagi wisatawan, prosedur tanggap darurat bencana di tempat wisata

Halaman 55

TOPIK 10. BIDANG SOSIAL, HUMANIORA, DAN PENDIDIKAN

No ISU-ISU STRATEGIS KONSEP PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH TOPIK PENELITIAN

YANG DIPERLUKAN TARGET OUTPUT

1

Pengembangan pengolahan bahan pangan lokal untuk meningkatkan status gizi pada balita, remaja, ibu hamil, ibu

menyusui, lansia

Masih tingginya angka gizi buruk balita, BBLR, anemia, Asi eksklusif, gizi pada lansia

Pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai sumber pangan yang bergizi tinggi

Pemanfaatan bahan pangan untuk

meningkatkan zat gizi pada balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, lansia

Balita, Remaja, Ibu Hamil, Ibu

menyusui, Lansia

Menurunnya angka gizi buruk balita,

Menurunnya BBLR, Menurunkan anemia, Meningkat cakupan Asi eksklusif,

Meningkatkan gizi pada lansia

2

Tingkat kecukupan protein sangat kurang dan kurang banyak terjadi pada remaja (86,2%), Perilaku konsumsi makan masyarakat Yogyakarta (efek dari touris domestic maupun mancanega rame nyumbang asupan lemak, penyedap makanan, asupan makanan dengan cita rasa manis) melebihi dari nasional karena meningkatnya industry fast food (western food), Makanan local dengan syarat gizi seimbang masih belum sepenuhnya dilakukan mengingat

menjamurnya industry

Industri fast food tersebar sudut-sudut kota, penjual makanan jajanan gorengan ditiap sekolah, aktivitas fisik siswa terbatas serta sudah mulai menurunnya kebiasaan suka

mengonsumsi ikan pada masyarakat. Kejadian obes disebabkan oleh

overnourhished (kelebihan zat gizi), namun bukan karena peningkatan aktivitas adrenocortiroid tetapi karena sangat rendah protein, Industri fast food berdampak pola makan sangat rendah asupan serat, padahal serat merupakan salah satu komponan zat gizi (polisakarida yang

bermanfaat mengatasi obesitas untuk risiko penyakit degenerative),

School Health Report suatu program yang akan dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling serta bekerjasama dengan petugas kesehatan sebagai bentuk upaya perbaikan dalam mengatasi masalah gizi ganda pada remaja dengan

pemberian konseling bagi remaja dan

pemberian pengetahuan bagi orangtua/pengasuh, serta akan diberikan rapor kesehatan sekolah di setiap akhir bulan sebagai bentuk evaluasi. Melihat situasi dan kondisi saat ini, program ini merupakan cara yang efektif bagi remaja yang memiliki masalah gizi

Pengembangan model School Health Report, Daya terima

produkmakanan local terhadap status gizi remaja disekolah binaan, Efektifitas produk makanan local dalam mengatasi masalah gizi ganda (kurang dan lebih) dan penyakit degeneratif

Sekolah, dan siswa, orang tua, guru bimbingan, petugas PKPR/ahli gizi

puskesmas,orang tua, Para pelaku usaha dan industry rumah tangga untuk meningkatkan kualitas makanan bersandar internasional berbasis makanan lokal Adanya kerjasama antara Sekolah, dan siswa, orang tua, guru bimbingan, petugas PKPR/ahli gizi puskesmas,orang tua, Status gizi remaja baik/normal, Para pelaku usaha IRT dapat menghasilkan produk makanan local gizi seimbang

Halaman 56

Dalam dokumen restra uad 2016 2020 full 1 1 (Halaman 81-92)

Dokumen terkait