Ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi hingga tersusunnya RENSTRA UAD ini, baik dari tingkat pimpinan Universitas, fakultas, maupun lembaga
Halaman 45 TOPIK 9. BIDANG MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA
NO ISU-ISU STRATEGIS KONSEP PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH TOPIK PENELITIAN YANG
DIPERLUKAN
TARGET OUTPUT
1 -Perlunya masyarakat
mendapat bimbingan agama pasca Bencana -pasca bencana, masyarakat semakin taat beragama
Konsep Islam tentang bencana:
Hakikat bimbingan agama adalah merevolusi mental dari kegelapan menuju kemajuan - Model-model bimbingan agama yang menggembirakan umat Masyarakat mendapat bimbingan agama pasca Bencana Tersusunnya modul, kurikulum bimbingan keagamaan dalam penanganan bencana 2 -Pendidikan keagamaan berbasis penanggulangan bencana. -Pendidikan Islam berbasis ekologi
Konsep Islam dalam penanggulangan bencana Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan Kurikulum Pendidikan Islam di daerah pengungsian 3 -banyak anak-anak di
daerah bencana yang mengalami gangunggan dalam perkembangan bahasa dikarenakan adanya perubahan struktur, budaya -gangguan perkembangan bahasa anak pasca bencana -pemanfaatan lagu-lagu terjemahan bahasa Arab sebagai media mitigasi bencana -gangguan perkembangan bahasa pada anak-anak di daerah pengungsian dapat teratasi 4 Masyarakat kurang memahami semiotika bencana perspektif al-quran
Dalam perspektif semiotika tenatang bencana di dalam al-quran yaitu –merujuk kepada pelaksanaan ajaran syariat islam secara menyeluruh dengan melihat kisah-kisah umat terdahulu di dalam
al-Qur’an
Masyarakat memahami kisah-kisah umat terdahalu yang tertimpa musibah
-semiotika bencana alam di dalam al-Qur’an
Masyarakat memahami semiotika bencana perspektif al-quran dengan baik Tersedianya kajian semiotoka tentang bencana pada kisah-kisah umat terdahulu
Halaman 46
5 Program dan Layanan
Bimbingan dan
Konseling dalam setting khusus
Layanan bimbingan dan konseling untuk setting khusus.
Pengembangan program dan layanan bimbingan dan konseling dalam setting khusus
1. Pengembangan program
dan layanan bimbingan dan konseling pada anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif
2. Pengembangan program
dan layanan bimbingan dan konseling pada setting keluarga
3. Pengembangan program
dan layanan bimbingan dan konseling pada setting kebencanaan dan narkoba.
1. Program dan layanan
bimbingan dan konseling pada anak berkebutuhan khusus dan pendidikan inklusif
2. Program dan layanan
bimbingan dan konseling pada setting keluarga
3. Program dan layanan
bimbingan dan konseling pada setting kebencanaan dan narkoba. 6 Pendidikan keagamaan berbasis penanggulangan bencana. Pendidikan Islam berbasis ekologi
Konsep Pendidikan Islam dalam penanggulangan bencana
Konsep Pendidikan Islam berbasis ekologi
Penanaman dan penumbuhan Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan hidup melalui pendidikan Islam
Pendidikan Islam dan ekologi, atau Kelestarian Lingkungan Hidup Kesadaran terhadap lingkungan hidup Terwujudnya komponen pendidikan yang peduli terhadap ekologi
7 Sadar bencana dan
penanggulangannya
Meningkatkan kesadaran bencana dan pemulihan melalui multi level helping
Meningkatkan kesadarbencanaan dan memperbanyak relawan dengan kemampuan maksimal 1. Psikoedukasi kesadarbencanaan 2. Pelatihan meningkatkan ketrampilan relawan bencana. Masyarakat, korban bencana, relawan, mahasiswa Modul kesadarbencanaan
8 Recovery proses bisnis
pasca bencana
1. Manajemen stres
2. Manajemen stratejik
3. Manajemen konflik
1. Percepatan recovery 1. Strategi percepatan
pemulihan pasca bencana
2. Strategi peningkatan
pendapatan masyarakat
3. Pengelolaan konflik dan
stres dalam masyarakat
1. Peningkatan dan
percepatan proses recovery dan proses bisnis
1.Model 2.Modul pelatihan 3.Buku ajar 4.Jurnal 5.HAKI
Halaman 47
9 Pemberdayaan
masyarakat yang terdampak bencana pada tahap recovery
Memastikan kehidupan sejahtera bagi masyarakat terdampak bencana secara berkelanjutan
1. Analisis Potensi dan aset keluarga pada masyarakat di daerah rawan bencana 2. Analisis Potensi dan aset
keluarga pada masyarakat yang terdampak bencana 3. Analisis Tata Kelola
Kebijakan dan Anggaran Pemerintah Daerah yang rawan Bencana
1. Pemetaan potensi dan aset
ekonomi keluarga pada masyarakat terdampak bencana pada tahap recovery
2. Solusi aplikatif untuk mengatasi permasalahan perekonomian keluarga pada masyarakat
terdampak bencana pada tahap recovery 1. Model pemberdayaan ekonomi keluarga pada masyarakat yang terdampak bencana 2. Model Tatakelola anggaran pada Pemda di daerah bencana 10 1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2.Pemahaman masyarakat terhadap pemulihan pasca bencana Sustainanble livelihood framework 1. Optimalisasi potensi komunitas masyarakat
2. Transformasi dan proses
dari peranan pemerintah, bisnis,perguruan tinggi, dan masyarakat 1. Identifikasi pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Pemetaan potensi masyarakat untuk
pemulihan pasca bencana
1. Teridentifikasiny a pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Terpetakannya potensi masyarakat untuk pemulihan bencana 1. Pola pemahaman masyarakat terhadap penyebab bencana 2. Peta potensi pemahaman masyarakat untuk pemulihan bencana 11 Perubahan lingkungan mengakibatkan peningkatan bencana alam Pencegahan terjadinya bencana alam
Pelestarian lingkungan Diversivikasi jenis-jenis
tanaman untuk konservasi lingkungan
Kelestraian lingkungan
Diversifikasi jenis-jenis tanaan konservasi
12 Pendidikan Ekowisata Lingkungan sebagai sumber
belajar
Penggunaan lingkungan sebagai alternatif sumber belajar
Identifikasi jenis tanaman dan hewan Pengembangan lingkungan untuk ekowisata Adanya ekowisata baru Menambah income masyarakat setempat
Early warning sistem untuk sensor kebencanaan geologis
Sensor bencana geologi (detektor kandungan asap solfatara, detektor
Sensor berbasis optik dan laser
Geophone, mini DOAS dan alat-alat detksi lainnya
Halaman 48
pergerakan tanah) secara real time dan jarak jauh (tele-sensing)
Detektor inframerah dan filter optik dengan teknologi lapisan tipis (thin films)
13 Penyiaran multimedia
berbasis digital
Konten multimedia dalam publikasi informasi
umumnya masih dipisahkan dari konten tekstual, informasi tersebar ke berbagai tempat sehingga tidak dapat langsung diakses oleh pengguna secara bersamaan Teknologi penyiaran multimedia berbasis digital (basis perangkat lunak)
14 IT security Pengamanan pada privasi
pengguna informasi masih lemah, pengguna harus tunduk pada penyedia layanan sepenuhnya agar dapat menggunakan layanannya, konsep pengamanan data pengguna belum praktis
(1) upgrade kepedulian pada keamanan (user maupun pengelola), (2) implementasi standar keamanan
(1) manajemen resiko, (2) network security, (3) computer security, (4) tata kelola security, (5) ISO 27001 Teknologi digital security untuk akses digital, transakasi pembayaran, smart-card (1) dokumen standar keamananan, (2) optimasi captcha untuk otentikasi
15 Sistem & framework software berbasis open source, meliputi e-government, e-business, e-health & industri kreatif
(1) Integrasi data yang digunakan oleh institusi pemerintah belum benar-benar terjadi; (2) akses data antar pelaku bisnis masih sulit dilakukan; (3) tenaga kesehatan yang tidak tersebar merata di seluruh negeri; (4) industri kreatif memberi peluang untuk lahan kerja baru berbasis
(1) implementasi framework IT-govt, (2) pengembangan sistem terdistribusi, (3) pengembangan infrastruktur/aplikasi mobile, (4) banyak desa yang belum terkoneksi
(1) sistem terdistribusi, (2) data warehouse, (3) middlewave, (4) single sign-on, (5) e-gov, IT-gov, (6) mobile technology (1) Sistem TIK untuk logistik, transportasi, dan klimatologi, mitigasi bencana, dan peringatan dini, Paket teknologi e-services (e-Government (1) aplikasi terintegrasi, (2) mobile app
Halaman 49
online melalui teknopreneurship & e-Business) dengan teknologi KTP-elektronik multiguna; (2) Sistem TIK untuk UKMK, supply chain business, dan payment gateway system; (3) Teknologi untuk game, animasi, seni, dan grafis 16 Mengimplementasikanperan psikologi dalam mitigasi pengurangan risiko bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, regulasi dan budaya sadar bencana
Perlunya pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Penelitian dasar tentang bencana menggunakan kearifan lokal, asesmen dampak bencana dan tritmen untuk penanggulangan bencana Terumuskan adanya model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Artikel Jurnal dan prosiding nasional, nasional terakreditasi, internasional, buku ajar, MODUL, HAKI
17 4. Manajemen stres
5. Manajemen stratejik
6. Manajemen konflik
2. Percepatan recovery 4. Strategi percepatan
pemulihan pasca bencana
5. Strategi peningkatan
pendapatan masyarakat
6. Pengelolaan konflik dan
stres dalam masyarakat
2. Peningkatan dan
percepatan proses recovery dan proses bisnis
1.Model 2.Modul pelatihan 3.Buku ajar 4.Jurnal 5.HAKI
Halaman 50
18 Mengimplementasikan
peran psikologi dalam mitigasi pengurangan risiko bencana, pencegahan dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi, regulasi dan budaya sadar bencana
Perlunya pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Pembuatan model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Penelitian dasar tentang bencana menggunakan kearifan lokal, asesmen dampak bencana dan tritmen untuk penanggulangan bencana Terumuskan adanya model asesmen dan tritmen dalam penanggulangan bencana
Artikel Jurnal dan prosiding nasional, nasional terakreditasi, internasional, buku ajar, MODUL, HAKI
19 Banyaknya Potensi
Bencana di Indonesia
pentingnya rumah sakit siaga bencana (bangunan, SDM, fasilitas, rencana kesiapsiagaan
menanggulangi bencana)
1. RS dapat berperan dalam menghadapi bencana dalam berbagai situasi, lebih efektif, terencana, dan sesuai kondisi yang dihadapi, 2. Recana yg sinergis dg perencanaan tata kota, propinsi, nasional, dan steakholder terkait (Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Muhammadiyah Disaster Management Center,dll) RS siaga bencana (Penguatan SDM, Fasilitas, sarana prasarana, program
Kesiapsiagaan bencana pada: Tahap pra bencana, Tahap bencana (internal dan eksternal), Tahap Pasca bencana, Networking manajemen bencana di RS, Hospital Emergency incident command system 20 Promosi kesehatan kebencanaan Manajemen promosi kesehatan pada masa bencana dan sesudahnya
Need assessment upaya promotif dan preventif pada masa sebelum, saat, dan sesudah bencana termasuk kesiapan komunitas rawan bencana dalam menghadapi bencana
Promosi kesehatan penyiapan komunitas rawan bencana, Promosi kesehatan pengurangan risiko kesehatan akibat bencana, Promosi
kesehatan setelah bencana
Upaya promosi kesehatan yang tepat terkait kebencanaan Pengurangan dampak buruk kesehatan pasca bencana, Upaya Mitigasi dampak pasca bencana yang tepat sasaran, Kegiatan promotif dan preventif yang tepat ketika sebelum, saat, dan sesudah bencana
Halaman 51
21 Pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat Peningkatan kesadaran masyarakat, Penurunan risiko bencana, Pengurangan dampaknya Peningkatan kapasitas masyarakat & PPM Kondisi kesiapsiagaan bencana berbasis masyarakat Target: pemuda & anak sekolahDitemukannya model pemberdayaan yang cocok dengan sosial budaya di Yogya
22 Kesehatan reproduksi,
seksualitas, kekerasan, KIA, ISR-PMS pasca bencana
Minimnya fasilitas KIA-KR, ISR-PMS di wilayah pengungsian, Minimnya manajemen lingkungan yang berkiatan dengan ramah anak
Penyediaan pelayanan kesehatan reproduksi dan seksualitas, KIA, ISR-PMS, kekerasan di wilayah pengungsian
Tantangan kesehatan reproduksi dan seksualitas, KIA, ISR-PMS, Kekerasan, pasca bencana, Analisis kebutuhan pelayanan kespro di wilayah pengungsian
Anak, remaja, WUS, PUS, lansia
Tersedianya fasilitas dan pelayanan kespro di wilayah
pengungsian
23 Perubahan iklim
berpotensi memiliki dampak negative dan berpotensi
menimbulkan bencana, Perubahan iklim akan berdampak pada sektor kesehatan
Perubahan iklim yang antara lain menyebabkan perubahan suhu yang ekstrem, intensitas hujan yang tinggi, intensitas kekeringan yang tinggi, kenaikan muka air laut, akan berdampak paba bencana2 seperti banjir, kekeringan, rob di pesisir pantai, dan putting beliung. Kesemua bencana tersebut akan berpotensi
menyebarkan penyakit, yang hal ini akan berdampak pada kesehatan. Sehingga kesiapan sektor kesehatan dan masyarakat untuk menghadapi keadaan tersebut urgent untuk dilakukan
Vulnerability assessment (mapping), Early warning system, KAP improvement
Vulnerability assessment (mapping), Early warning system, KAP improvement
Populasi dan wilayah, Dinas Kesehatan (Kementrian terkait), Populasi secara luas Terciptanya peta kerentanan terhaap perubahan iklim di Indonesia, Terciptanya early warning system terkait penyakit tertentu, Meingkatnya KAP populasi
24 Penyakit menular dan
tidak menular pasca bencana alam
Kesehatan manusia pasca bencana alam
Mengadakan klinik kesehatan dan keperluan MCK untuk korban
Surveilance penyakit menular dan tidak menular
Korban bencana alam
Menekan angka kesakitan penyakit menular dan tidak
Halaman 52
bencana alam menular pasca
bencana alam
25 Early warning system
bencana
Early warning system bencana di daerah-daerah wisata seperti Bali, Yoyakarta, dll, Bencana yang dimaksud seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir dan tanah longsor, Daerah wisata yang dimaksud adalah daerah yang banyak dikunjungi wisatawan asing
26 Surveilans Bencana Pembuatan dan penguatan
sistem surveilans bencana yang praktis dan
representative di daerah-daerah wisata 27 Pengelompokkan daerah-daerah rawan bencana serta penguatan sistem surveilans bencana Pengelompokkan daerah-daerah rawan bencana dan penguatan sistem
surveilansnya, Daerah rawan bencana yang dimaksud adalah daerah rawan bom (contoh bom bunuh diri Bali) dan daerah rawan politik (misal bencana kebakaran karena unsur kesengajaan)
28 Banyaknya kejadian
penyakit pasca bencana akibat tempat
pengungsian yang tidak memiliki fasilitas sanitasi yang baik, Banyaknya vektor
Kondisi sanitasi lingkungan pengungsian yang buruk menjadi area yang baik untuk berkembangnya sejumlah penyakit, Vektor penyakit yang muncul akibt lingkungan pengungsian
Kajian dan action research
mengenai hygiene sanitasi lingkungan pengungsian, Pengendalian vektor penyakit berbasis lingkungan di loaksi pengungsian, Kajian dan
Jurnal, HKI, prosiding,
Halaman 53
penyakit yang ada di lingkungan
pengungsian, Makanan yang tidak layak konsumsi di lokasi pengungsian akibat cemaran, Sampah dan limbah pasca bencana yang melimpah
yang tidak layak membutuhkan suatu penanganan yang ramah terhadap lingkungan juga, Makanan yang tidak layak makan karena cemaran dari lingkungan atau
penyimpanan dan
pengolahan yang tidak baik akibat dari fasilitas yang minim di pengungsian, Fasilitas yang minim dan efek dari bencana dapat menimbulkan sampah limbah yang harus ditangani
action research tentang hygiene dan sanitasi makanan di lokasi pengungsian, Kajian dan action research dalam penanganan sampah dan limbah pasca bencana
29 Terlambatnya penanganan apabila bencana Pembuatan tanggap darurat Pelatihan PPGD,
bekerjasama dengan PMI serta pemadam
Emergency response Masyarakat
daerah bencana
Menurunnya jumlah korban apabila ada bencana, korban dapat di pisahkan berdasarkan penangannya 30 Tingginya risiko kecelakaan tim penyelamat/ SAR/ Tagana/ rescue saat menyelamatkan menangani korban bencana
Perlu adanya prosedur / SOP dalam melakukan pekerjaan
analisis kebutuhan dan ketersediaan prosedur dan peralatan, training pada petugas penyelamat (responder safety), Training responder safety
Penelitian mengenai responder safety diketahuinya tingkat risiko kecelakaan pada responder safety, diketahui peralatan apa saja yang diperlukan, diketahui prosedur / SOP pada petugas responder safety Adanya perlindungan keselamatan bagi responder safety berupa prosedur / SOP dan terbentuknya training yang
berkelanjutan
31 Keselamatan
penolong (responder
Penolong (responder) baik itu damkar, SAR,
Perlu ada nya upaya keselamatan dan
keselamatan dan kesehatan kerja penolong (responder
Penolong (responder)
analisis risiko keselamatan dan
Halaman 54
safety) dalam penanggulangan bencana
tenaga medis memiliki risiko yang tinggi ketika melakukan pekerjaannya menolong ketika terjadi bencana. Responder menghadapi berbagai bahaya seperti bahaya fisik, kimia, biologi.
kesehatan kerja bagi penolong (responder)
safety) kesehatan kerja pada
pertolongan bencana, prosedur /panduan keselamatan dan kesehatan bagi penolong /responder , dalam situasi bencana.
32 Manajemen Tanggap
Darurat bencana di Hotel
Hotel memiliki risiko tinggi ketka terjadi kebakaran dan bencana karena ada banyak tamu yang berada di hotel
Diperlukan upaya membentuk sistem manajemen tanggap darurat kejadian bencana di Hotel
keselamatan dan kesehatan kerja perhotelan, sistem manajemen tanggap darurat bencana di hotel
manajemen hotel, karyawan hotel, tamu hotel
analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja di hotel, analisis risiko bencana di hotel, sistem manajemen k3 hotel, sistem manajemen tanggap darurat bencana di hotel, prosedur tanggap darurat bencana di hotel.
33 Keselamatan Pariwisata Pariwisata juga memliki
ancaman dari sisi
keselamatan dan kesehatan kerja, sebagai contoh ada tempat wisata yang memiliki risiko kecelakaan, seperti misalnya flying fox di atas laut pantai timang Yogyakarta, arena
permainaan seperti dufan, transtudio, tempat wisata seperti pantai juga memiliki ancaman seperti tsunami
perlu adanya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di bidang pariwisata, perlu adanya manajemen bencana di tempat wisata yang rawan bencana
keselamatan dan kesehatan kerja pengunjung/
wisatawan, keselamatan dan kesehatan kerja di tempat wisata, manajemen bencana di tempat/arena wisata dinas pariwisata, pengelola tempat wisata, wisatawan terbentuknya sistem manajemen k3 di pariwisata, prosedur k3 bagi wisatawan, prosedur tanggap darurat bencana di tempat wisata
Halaman 55
TOPIK 10. BIDANG SOSIAL, HUMANIORA, DAN PENDIDIKAN
No ISU-ISU STRATEGIS KONSEP PEMIKIRAN PEMECAHAN MASALAH TOPIK PENELITIAN
YANG DIPERLUKAN TARGET OUTPUT
1
Pengembangan pengolahan bahan pangan lokal untuk meningkatkan status gizi pada balita, remaja, ibu hamil, ibu
menyusui, lansia
Masih tingginya angka gizi buruk balita, BBLR, anemia, Asi eksklusif, gizi pada lansia
Pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai sumber pangan yang bergizi tinggi
Pemanfaatan bahan pangan untuk
meningkatkan zat gizi pada balita, remaja, ibu hamil, ibu menyusui, lansia
Balita, Remaja, Ibu Hamil, Ibu
menyusui, Lansia
Menurunnya angka gizi buruk balita,
Menurunnya BBLR, Menurunkan anemia, Meningkat cakupan Asi eksklusif,
Meningkatkan gizi pada lansia
2
Tingkat kecukupan protein sangat kurang dan kurang banyak terjadi pada remaja (86,2%), Perilaku konsumsi makan masyarakat Yogyakarta (efek dari touris domestic maupun mancanega rame nyumbang asupan lemak, penyedap makanan, asupan makanan dengan cita rasa manis) melebihi dari nasional karena meningkatnya industry fast food (western food), Makanan local dengan syarat gizi seimbang masih belum sepenuhnya dilakukan mengingat
menjamurnya industry
Industri fast food tersebar sudut-sudut kota, penjual makanan jajanan gorengan ditiap sekolah, aktivitas fisik siswa terbatas serta sudah mulai menurunnya kebiasaan suka
mengonsumsi ikan pada masyarakat. Kejadian obes disebabkan oleh
overnourhished (kelebihan zat gizi), namun bukan karena peningkatan aktivitas adrenocortiroid tetapi karena sangat rendah protein, Industri fast food berdampak pola makan sangat rendah asupan serat, padahal serat merupakan salah satu komponan zat gizi (polisakarida yang
bermanfaat mengatasi obesitas untuk risiko penyakit degenerative),
School Health Report suatu program yang akan dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling serta bekerjasama dengan petugas kesehatan sebagai bentuk upaya perbaikan dalam mengatasi masalah gizi ganda pada remaja dengan
pemberian konseling bagi remaja dan
pemberian pengetahuan bagi orangtua/pengasuh, serta akan diberikan rapor kesehatan sekolah di setiap akhir bulan sebagai bentuk evaluasi. Melihat situasi dan kondisi saat ini, program ini merupakan cara yang efektif bagi remaja yang memiliki masalah gizi
Pengembangan model School Health Report, Daya terima
produkmakanan local terhadap status gizi remaja disekolah binaan, Efektifitas produk makanan local dalam mengatasi masalah gizi ganda (kurang dan lebih) dan penyakit degeneratif
Sekolah, dan siswa, orang tua, guru bimbingan, petugas PKPR/ahli gizi
puskesmas,orang tua, Para pelaku usaha dan industry rumah tangga untuk meningkatkan kualitas makanan bersandar internasional berbasis makanan lokal Adanya kerjasama antara Sekolah, dan siswa, orang tua, guru bimbingan, petugas PKPR/ahli gizi puskesmas,orang tua, Status gizi remaja baik/normal, Para pelaku usaha IRT dapat menghasilkan produk makanan local gizi seimbang