• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

P- Total Tanah

Pemberian Mikoriza + MPF dan bahan organik, serta interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar P-total tanah Andisol.

Selengkapnya disajikan pada Tabel 2 di bawah.

Tabel 2. Rataan Kadar P-total Tanah Setelah Inkubasi Akibat Aplikasi Mikroba Talaromyces pinophilus 0,32gh 0,35ef 0,50a 0,40c 0,39a Burkholderia cepacia 0,39cd 0,40c 0,45b 0,39cd 0,41a

Rataan 0,34c 0,36b 0,42a 0,36bc 0,37

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %

Dari tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian MPF B. cepacia dan T. pinophilus mampu meningkatkan P-total dari 0,35% menjadi 0,41% dan

0,39%, sedangkan Mikoriza justru menurunkan P-total dari 0,35% menjadi 0,34%. Pemberian bahan organik berupa K. Ayam mampu meningkatkan P-total dari 0,34% menjadi 0,42%, sedangkan K. Sapi dan K. TKKS hannya mampu meningkatkan P-total menjadi 0,36%.

Interaksi antara Mikoriza + MPF serta beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata secara statistik, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan M2K2 yang mampu meningkatkan P-total tanah dari 0,33 % menjadi 0,50%.

P Tersedia

Hasil menunjukkan bahwa aplikasi Mikoriza+MPF tidak pengaruh nyata dalam meningkatkan kadar P-tersedia tanah, sedangkan aplikasi beberapa bahan

organik menunjukkan pengaruh yang nyata, tetapi interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Data nilai P-tersedia tanah setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Talaromyces pinophilus 59,95 60,38 27,43 104,12 62,97 Burkholderia cepacia 48,85 59,38 41,65 90,02 59,98 Rataan 50,43bc 55,53b 33,48d 96,24a 58,92 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 3. menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS mampu menaikkan kadar P-tersedia tanah dari 50,43 ppm menjadi 96,24 ppm, sedangkan kotoran sapi hannya menaikkan P-tersedia menjadi 55,53 ppm, sementara kotoran ayam justru menurunkan kadar P-tersedia tanah menjadi 33,48 ppm.

Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun pemberian MPF T. pinophilus cenderung meningkatkan P-tersedia dari 57,39 ppm menjadi 62,97

ppm, sedangkan bakteri B. cepacia hannya mampu meningkatkan P-tersedia menjadi 59,98 ppm. Pemberian Mikoriza justru menurunkan P-tersedia menjadi 55,34 ppm.

Tinggi Tanaman

Ternyata pemberian MPF tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman tetapi cenderung meningkat walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi beberapa bahan organik menunjukkan

pengaruh yang nyata. Dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Nilai Tinggi Tanaman Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan Talaromyces pinophilus 198,00 215,70 203,87 211,93 207,38 Burkholderia cepacia 204,83 205,67 212,87 198,37 205,43 Rataan 192,13c 211,90ab 212,19a 207,70abc 205,98 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Berdasarkan Tabel 4. Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata, namun pemberian T. pinophilus cenderung meningkatkan tinggi tanaman dari 205,41 cm menjadi 207,38 cm, bakteri B. cepacia dan Mikoriza hannya mampu meningkatkan tinggi tanaman menjadi 205,43 cm dan 205,71 cm. Pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata secara statistik dan mampu meningkatkan tinggi tanaman dari 192,13 cm menjadi 212,19 cm pada K. Ayam, 211,90 pada aplikasi K. Sapi dan 207,70 cm pada aplikasi K. TKKS.

Berat Kering Tajuk

Pada parameter berat kering tajuk baik pemberian MPF dan beberapa bahan organik mengalami peningkatan, walaupun pemberian MPF tidak berpengaruh nyata sedangkan pemberian beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata, dan untuk interaksi antara keduanya juga tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan

Talaromyces pinophilus 48,23 75,13 67,53 59,63 62,63 Burkholderia cepacia 56,10 65,40 70,04 55,93 61,87 Rataan 46,75 c 69,89 ab 71,85 a 60,29 b 62,20 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 5. menunjukkan bahwa pemberian K. Ayam mampu meningkatkan berat kering tajuk dari 46,75 g menjadi 71,85 g, selanjutnya K. Sapi dan K. TKKS juga mampu meningkatkan berat kering tajuk menjadi 69,89 g dan 60,29 g.

Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun pemberian Mikoriza mampu meningkatkan berat kering tajuk dari 58,84 g menjadi 65,44 g, sedangkan T. pinophilus dan B. cepacia hannya mampu meningkatkan berat kering tajuk

menjadi 62,63 g dan 61,87 g.

Berat Kering Akar

Pemberian MPF tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering akar tanaman, sedangkan aplikasi beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata namun cenderung meningkat dibanding perlakuan kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Nilai Bobot Kering Akar Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Pada Tabel 6. diketahui bahwa K. Ayam dan K. Sapi mampu meningkatkan berat kering akar dari 7,02 g menjadi 11,89 g dan 10,83 g, sedangkan pemberian K. TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Secara statistik pemberian MPF tidak berpengaruh nyata, namun pemberian jamur T. pinophilus dan bakteri B. cepacia mampu meningkatkan berat kering akar menjadi 9,87 g dan 9,62 g serta aplikasi Mikoriza juga mampu meningkatkan dari 9,27 g menjadi 9,79 g.

Serapan P

Serapan P mengalami peningkatan dengan diberikannya MPF dan beberapa bahan organik dibanding kontrol, walaupun secara statistik kedua faktor tersebuat tidak berpengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya.

selanjutnya nilai serapan P-tanaman dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Nilai Serapan P Tanaman Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol

Perlakuan Talaromyces pinophilus 676,29 1419,48 1156,15 1065,80 1079,43

Burkholderia cepacia 1002,51 826,35 976,22 919,78 931,22 Rataan 746,05 1026,58 1083,05 1056,50 978,05 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 7. menunjukkan bahwa pemberian T. pinophilus mampu meningkatkan serapan P dari 928,30 mg menjadi 1079,43 mg begitu juga dengan B. cepacia dan Mikoriza mampu meningkatkan serapan P menjadi 931,22 mg dan

973,23 mg. Pemberian bahan organik baik berupa K, Sapi , K, Ayam, dan K. TKKS mampu meningkatkan serapan P dari 746,05 mg menjadi 1026,58 mg,

1083,05 mg, dan 1056,50 mg.

Pembahasan

Pemberian Mikoriza+MPF berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH H2O, dimana hasil menunjukkan bahwa Mikoriza lebih baik dalam meningkatkan pH H2O, dimana menurut Sufardi et al. (2013) mekanisme meningkatnya nilai pH tanah dengan pemberian mikroriza terjadi karena mikoriza mikoriza memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa tertentu (eksudat) yang dapat mengikat fraksi-fraksi tanah bermuatan positif seperti Al- dan Feoksihidrat yang dikenal sebagai penyumbang muatan positif tanah. Sedangkan T. pinophilus dan B.

cepacia juga mampu meningkatkan pH walaupun hasil keduanya tidak berbeda nyata. Peningkatan ini terjadi akibat meningkatnya kadar ion OH- dalam tanah.

Hal ini karena MPF dan BO menghasilkan asam-asam organik yang mampu mengkhelat logam- logam penyebab kemasaman tanah seperti Al dan Fe. Hal ini sesuai dengan literatur Ariyanto (2009) yang menyatakan bahwa proses terjadinya pengkhelatan atau ikatan kompleks antara logam dengan asam-asam organik akan menyebabkan terjadinya reaksi pertukaran ligan antara anion-anion organik terhadap OH- bebas. Pertukaran ini mengakibatkan peningkatan ion OH- dalam larutan tanah sehingga nilai pH H2O meningkat.

P-total adalah jumlah P di dalam tanah baik yang tersedia

maupun yang tidak tersedia atau terikat oleh unsur lain. Pemberian Mikoriza+MPF menunjukkan pengaruh yang nyata pada parameter P-total tanah.

Dimana B. cepacia lebih baik dalam meningkatkan P-total tanah dan tidak berbeda nyata dengan T. pinophilus. Peningkatan ini terjadi karena banyaknya populasi bakteri dan jamur dalam tanah yang merupakan sumber bahan organik

yang dapat terdekomposisi sehingga berpotensi menjadi P organik sehingga P-total tanah meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Ginting et al. (2006) yang

menyatakan bahwa di dalam tanah,P dapat berbentuk organik dan anorganik yang penting bagi tanaman. P organik berasal dari bahan organik, sedangkan P anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung P. Tetapi pada perlakuan Mikoriza P-total mengalami penurunan, hal ini terjadi karena mikoriza belum bekerja dengan baik karena analisis P-total dilakukan setelah inkubasi dan sebelum ada tanaman, sehingga hubungan simbiosis anatara mikoriza dengan akar tanaman tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Masria (2015) yang menyatakan bahwa Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang membentuk simbiosis antara cendawan (myces) dan perakaran (Rhiza) tumbuhan.

Walaupun pada parameter P-total tanah bakteri B. cepacia lebih baik dalam meningkatkan P-total tetapi pada parameter P-tersedia, jamur T. pinophilus menunjukkan hasil yang lebih baik dalam membebaskan P yang terikat dan menyediakannya bagi tanaman dibandingkan dengan bakteri B. cepacia. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri B. cepacia hanya mampu meningkatkan P-total tanah tetapi tidak lebih baik dalam menyediakan P-tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan jamur T. pinophilus. . Hal ini sesuai dengan literatur Fitriatin et al. (2011) yang mengatakan bahwa asam organik yang dihasilkan oleh mikroba pelarut P akan bereaksi dengan FePO4 dan membentuk khelat (kompleks stabil) akibatnya dapat menurunkan reaktivitas ion-ion dan menyebabkan pelarutan yang efektif sehingga P terfiksasi dapat tersedia untuk tanaman. Mikroba selain menghasilkan asam organik juga dapat meningkatkan aktivitas fosfatase dalam tanah sehingga P tersedia bagi tanaman. Selanjutnya Sembiring et al. (2017) menyatakan bahwa MPF mampu melarutkan P di dalam tanah dengan ekskresi asam organik.sedangkan pada pada perlakuan Mikoriza P-tersedia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa Mikoriza belum mampu bekerja mensuplai dan menyediakan P-tersedia dalam tanah setelah inkubasi dan sebelum penanaman dikarenakan hubungan simbiosis antara cendawan dengan akar tanaman tidak terjadi. Perlakuan MPF tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan karena kandungan P-tersedia pada hasil analisis awal tanah Andisol sudah tergolong tinggi.

Kemampuan T. pinophilus dalam meningkatkan kandungan P-tersedia sejalan dengan meningkatnya serapan P-tanaman yang juga menunjukkan hasil yang lebih baik akibat pemberian T. pinophilus yaitu sebesar 16,28 %, diikuti

dengan perlakuan Mikoriza dan B. cepacia. Meningkatnya serapan P-tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dimana jamur T. pinophilus juga lebih baik dalam meningkatkan tinggi tanaman sebesar 0,95 %, bobot kering akar 6,47

%, juga meningkatkan bobot kering tajuk 6,44 % walaupun tidak sebaik pemberian Mikoriza yaitu sebesar 11,21 %. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sembiring dan Fauzi (2017) yang menunjukkan bahwa aplikasi T. pinophilus dapat meningkatkan P-total tanah sebesar 8,43 %. Selanjutnya Ginting et al.

(2006) menyatakan bahwa pada tanah Andisol Sinabung pelarutan P secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim fosfatase yang pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa P organik diuraikan menjadi bentuk P anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. fosfatase dapat memutuskan P yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia.

Pemberian BO menunjukkan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pH tanah, dimana hasil menunjukkan bahwa K. Sapid an Ayam mampu meningkatkan pH walaupun hasil keduanya tidak berbeda nyata, sedangkan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian K. TKKS. Peningkatan ini terjadi karena proses dekomposisis bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang mampu mengkhelat logam-logam penyebab kemasaman tanah seperti Al dan Fe. Hal ini sesuai dengan literatur Wongso (2003) yang menyatakan bahwa bahan organik yang diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekom-posisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi sehingga pH mengalami peningkatan.

Secara statistik pemberian bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-total tanah, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan K. Ayam, sedangkan K. Sapi dan K. TKKS mampu meningkatkan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Peningkatan P-total terjadi karena bahan organik yang diaplikasikan telah mengandung unsur P sehingga dapat meningkatkan P-total yang telah terkandung dalam tanah Andisol. Hal ini sesuai dengan hasil analisis awal bahan organik yang dapat dilihat pada lampiran 3.

Pemberian bahan organik berpengaruh nyata secara statistik dalam meningkatkan P-tersedia tanah, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian kompos TKKS yang mampu meningkatkan P-tersedia sebesar 90,83%

dibandingkan dengan kontrol dan terendah pada perlakuan kotoran ayam.

Peningkatan ini terjadi karena bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang mampu membebaskan unsur P yang terjerap pada tanah Andisol yang masam dan mengubah unsur P dalam tanah dari bentuk yang tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Rachman et., al. (2008) yang menyatakan bahwa penambahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan selain menambah bahan organik tanah juga memberikan kontribusi terhadap ketersediaan hara N, P, dan K.

Pemberian bahan organik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan serapan P-tanaman, tetapi cenderung meningkatkan dibanding kontrol, dimana serapan P tertinggi ditunjukkan oleh pemberian jenis bahan organik K. Ayam, walaupun pada parameter sebelumnya yaitu P-tersedia tanah setelah inkubasi K. Ayam menunjukkan hasil terendah bahkan mengalami

penurunan dibanding kontrol, tetapi K.Ayam menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan serapan P-tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa K. Ayam membutuhkan waktu yang lama dalam menyediakan P bagi tanaman. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang menunjukkan bahwa kotoran ayam lebih baik dalam meningkatkan serapan P-tanaman sebesar 45,17 % dan pertumbuhan tanaman yaitu : tinggi tanaman 10,44 %, bobot kering tajuk 53,68 % serta bobot kering akar 69,37 % yang diukur saat akhir masa vegetatif yaitu pada saat tanaman berumur 8 MST.

Interaksi antara Mikoriza+MPF dan bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata tetapi hannya pada parameter P-total tanah, dimana hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan T. pinophilus dan K. Ayam (M2K2) yang mampu meningkatkan P-total tanah sebesar 51,51% dibanding kontrol, sedangkan pada parameter lain meskipun interaksi antara Mikoriza+MPF dan bahan organik tidak berpengaruh nyata secara statistik tetapi tetap cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan Mikoriza+MPF dan bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa tercukupinya kebutuhan hara P bagi tanaman sehingga memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hanafiah et al. (2009) mengatakan bahwa P berperan dalam pembelahan sel, merangsang pertumbuhan awal pada akar, pemasakan tanaman, pembentukan buah dan produksi biji. Begitu pula dengan K. Ayam menyumbangkan unsur hara N,P,K. interaksi antara MPF dengan kotoran ayam menyediakan unsur hara yang dapat digunakan untuk proses metabolisme tanaman, salah satunya fostosintesis.

Dokumen terkait