• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : MASDARIAH / AGROTEKNOLOGI. Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : MASDARIAH / AGROTEKNOLOGI. Universitas Sumatera Utara"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA PELARUT FOSFAT DAN BEBERAPA SUMBER BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN P DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA TANAH ANDISOL

SKRIPSI

Oleh :

MASDARIAH / 140301117 AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENGARUH PEMBERIAN MIKROBA PELARUT FOSFAT DAN BEBERAPA SUMBER BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN SERAPAN P DAN

PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L. ) PADA TANAH ANDISOL

SKRIPSI

Oleh :

MASDARIAH / 140301117 AGROTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas SumateraUtara, Medan

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)
(4)

Fosfat, beberapa sumber bahan organik dan interaksi Mikroba Pelarut Fosfat dengan beberapa sumber bahan organik dalam meningkatkan Serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung (Zea mays L.) pada tanah Andisol. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan April – Agustus 2018. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan 3 blok. Faktor pertama adalah Mikroba Pelarut Fosfat (M) dengan 4 taraf, yaitu : (M0) Tanpa aplikasi MPF, (M1) 5 g Mikoriza / tanaman, (M2) 5 g Jamur Talaromyces phinopilus / tanaman, (M3) 5 g Bakteri Burkholderia cepacia / tanaman. Faktor kedua adalah beberapa sumber Bahan Organik (K) dengan 4 taraf, yaitu : (K0) Tanpa aplikasi BO, (K1) 180 g Kotoran Sapi / tanaman, (K2) 180 g Kotoran Ayam / tanaman), (K3) 180 g Kompos TKKS. Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik diinkubasi selama 2 Minggu sebelum tanam. Parameter yang diamati ialah pH tanah H2O, P-tersedia, P-total, populasi MPF, tinggi tanaman, bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan Serapan P tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Aplikasi MPF mampu meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman yaitu bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan tinggi tanaman, serta perlakuan terbaik ditunjukkan oleh Jamur T pinophilus. Aplikasi beberapa sumber bahan organik juga mampu meningkatkan serapan P tanaman ,bobot kering akar, bobot kering tajuk,dan tinggi tanaman, dimana perlakuan terbaik ialah jenis bahan organik Kotoran Ayam. Interaksi antara MPF dan BO berpengaruh nyata pada parameter P-total tanah setelah inkubasi dan perlakuan terbaik ialah jamur T. pinophilus dan kotoran ayam (M2K2).

Kata kunci : Andisol, Bahan Organik, Mikroba Pelarut Fosfat, Serapan P

(5)

Solubilizing Microbes, several sources of organik matter and the interaction of Phosphate Solubilizing Microbes with several sources of organik matter in increasing P-uptake and the growth of Corn (Zea mays L.) at Andisol. This research was conducted in Screen House and Biology Soil Laboratory of Agriculture Faculty, University of Sumatera utara on April-August 2018. It used Randomized Block Design (RBD) with 2 treatment factors and 3 replications. The first factor was Phosphate Solubilizing Microbes (PSM), consist of : (M0) without application, (M1) 5 g Mycorhiza / plant, (M2) 5 g Fungi Talaromyces pinophilus / plant, (M3) 5 g Bacteria Burkholderia cepacia / plant. The second factor was organik matter, consist of : (K0) without application, (K1) 180 g of cow dung / plant, (K2) 180 g of chicken manure / plant, (K3) 180 g OPEFB (Oil Palm Empty Fruit Bunch) compost / plant. Phosphat Solubilizing Microbes and several sources of organik matter were incubated for 2 weeks before planting.The parameters were soil pH, P-available, P-total, population of PSM, plant height, shoot dry weight,root dry weight, and P-uptake of plant. The result showed that application of Phosphate Solubilizing Microbes was able to increase P uptake and plant growth, namely root dry weight, canopy dry weight, and plant height, and the best treatment was shown by T pinophilus fungi. The application of several sources of organik matter ingredients is also able to increase P uptake, root dry weight, canopy dry weight, and plant height, where the best treatment is the type of organik matter of Chicken Manure. The interaction Phosphate Solubilizing Microbes and several sources of organik matter significant effect on P-total soil parameters after incubation and the best treatment was of Fungi T. pinophilus and chicken manure (M2K2).

Keywords: Andisol, Organik Matter, Phosphat Solubilizing Microbes, P uptake .

(6)

ayahanda Mito dan ibunda Siti Raya. Penulis merupakan anak ke-9 dari Sembilan bersaudara.

Tahun 2008 punulis lulus dari SD Negeri 104314 Kampung Bantan, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 2 Dolok Masihul, Kab. Serdang Bedagai, dan lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2011 lulus dari SMA Negeri 1 Dolok Masihul, Kab. Serdang Bedagai dan pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN pada program studi Agroteknologi dan memilih minat studi Ilmu Tanah.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Pengurus Himpunan Mahasiswa Agroekoteknologi Bidang Sosial (HIMAGROTEK priode 2016-2017), anggota di Ikatan Mahasiswa Ilmu Tanah (IMILTA), anggota Keluarga Mahasiswa Bidikmisi (GAMADIKSI) USU, Anggota Forum Mahasiswa Agroteknologi/Agroekoteknologi Indonesia (FORMATANI) Wilayah I, Panitia pelaksana kegiatan Ekspedisi Nasional Gunung Sinabung (EKNAS) tahun 2015, serta sebagai anggota dan panitia pelaksana Forum Komunikasi Himpunan Mahasiswa Ilmu Tanah Indonesia (FOKUSHIMITI) Wilayah I.

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. Asam Jawa, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dari bulan Juli sampai Agustus 2017.

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan lindungan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan Penelitian ini.

Skripsi ini merupakan laporan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Sumber Bahan Organik Untuk Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Tanah Andisol” yang merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Mariani Br Sembiring, SP., MP. selaku ketua komisi pembimbing dan bapak Dr. Ir. Mukhlis, M.Si. Selaku anggota pembimbing yang telah membimbing dan memberikan masukkan kepada penulis dalam pengerjaan penelitian ini. Dan terimakasih kepada kedua orang tua dan keluarga saya yang selalu mendoakan saya, kepada teman-teman Agroteknologi angkatan 2014, Keluarga besar minat Ilmu Tanah, dan kepada Crew TUTU Coffee yang selalu mendukung dan membantu serta memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan penelitian ini.

. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2018

(8)

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Andisol ... 4

Unsur Hara Fosfat ... 5

Mikroba Pelarut Fosfat ... 8

Bahan Organik ... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Pengambilan dan Penanganan Contoh Tanah ... 16

Analisis Awal Tanah ... 16

Persiapan Inokulum Mikroba Pelarut Fosfat ... 16

Perbanyakan MPF dengan Media Carrier Jagung ... 17

Persiapan Media Tanam ... 17

Aplikasi Pupuk Dasar ... 17

Penanaman dan Penjarangan ... 18

Aplikasi MPF dan Bahan Organik ... 18

Pemeliharaan Tanaman ... 18

Penyiraman ... 18

Penyiangan ... 18

Pembumbunan ... 18

Pemanenan ... 19

Sampling Tanah dan Tanaman ... 19

Parameter Pengamatan ... 19

(9)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 32 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

1 Rataan Nilai pH H2O Tanah Setelah Inkubasi……… 20

2 Rataan Kadar P-total Tanah Setelah Inkubasi………... 21

3 Rataan P tersedia Tanah Setelah Inkubasi……… 22

4 Rataan Nilai Tinggi Tanaman………... 23

5 Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk……….. 24

6 Rataan Nilai Bobot Kering Akar……….. 25

7 Rataan Nilai Serapan P Tanaman……….. 26

(11)

No. Keterangan Hal

1 Bagan Penelitian………... 37

2 Analisis Awal Tanah Andisol Kuta Rakyat………. 38

3 Analisis Bahan Organik………. 38

4 Kriteria Penilaian Sifat-Sifat Tanah……….. 39

5 Data Rataan pH H2O Tanah Setelah Inkubasi………... 40

6 Data Sidik Ragam pH H2O Tanah Setelah Inkubasi……… 40

7 Data Rataan Kadar P-Total (%) Tanah Setelah Inkubasi………. 41

8 Data Sidik Ragam Kadar P-Total (%) Tanah Setelah Inkubasi………. 41

9 Data Rataan P-Tersedia (ppm) Tanah Setelah Inkubasi……… 42

10 Data Sidik Ragam P-Tersedia (ppm) Tanah Setelah Inkubasi………. 42

12 Data Rataan Tinggi Tanaman (cm)……… 43

13 Data Sidik Ragam Tinggi Tanaman (cm)……….. 43

14 Data Rataan Bobot Kering Tajuk (g)……… 44

15 Data Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk (g)………. 44

16 Data Rataan Bobot Kering Akar (g)………. 45

17 Data Sidik Ragam Bobot Kering Akar (g)……… 45

18 Data Rataan Serapan P-Tanaman (mg P/Tan)……… 46

19 Data Sidik Ragam Serapan P-Tanaman (mg P/Tan)……….. 46

20 Gambar Pengambilan Contoh Tanah Andisol Kuta Rakyat…………. 47

21 Gambar Perbanyakan Mikroba Pelarut Fosfat pada Media Carrier….. 47

22 Gambar Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik……….. 48

23 Gambar Dokumentasi Tanaman Penelitian.………... 48

(12)

Tanah Andisol di Indonesia umumnya merupakan daerah pertanian yang subur, dengan kepadatan penduduk relatif tinggi.Andisol merupakan tanah muda yang terbentuk dari bahan vulkanik, dicirikan oleh dua sifat khusus yaitu warna hitam akibat tingginya kandungan bahan organik dan sifat andik yang disebabkan kandungan mineral amorf.Sebagian besar penyebaran tanah Andosol berada pada dataran tinggi dan sedikit di dataran menengah dan rendah.Luas tanah Andosol di Indonesia sekitar 5,4 juta ha (2,9% dari luas daratan Indonesia), menyebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Flores, Maluku Utara dan Sulawesi Utara (Sukarman dan Dariah, 2014).

Tanah Andisol memiliki potensi yang tinggi dalam bidang pertanian, sebagaimana kita ketahui bahwa banyak daerah produktif di dunia berlokasi dekat dengan gunung berapi, seperti halnya di Indonesia. Tanah Andisol di Indonesia menyebar diseluruh kepulauan mulai dari Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Maluku. Beberapa jenis tanaman yang dapat tumbuh pada tanah Andisol yaitu tanaman hortikultura seperti singkong, kacangan, tomat, sayuran berdaun (sawi, selada, kol), tanaman padi, jagung, dan tanaman perkebunan seperti tanaman the (Mukhlis,2011).

Permasalahan yang terdapat pada tanah Andisol adalah tingginya retensi P (>85%) sehingga ketersediaan P bagi tanaman dan efisiensi pemupukan menjadi rendah. Hal ini diperjelas oleh hasil penelitian Ritonga (2015) yang menyatakan bahwa tanah Andisol Sinabung merupakan lahan yang telah jenuh dengan pemupukan yang dicirikan dengan tingginya kandungan P-total tanah namun

(13)

kandungan P-tersedia sangat rendah. Lahan dengan kondisi seperti ini sudah tidak respon atau tanggap lagi pada pemupukan P.

Salah satu cara untuk meningkatkan serapan P pada tanah andisol adalah memanfaatkan kelompok mikroorganisme pelarut fosfat dan penambahan bahan organik yang dapat menghasilkan asam organik yang mengkhelat logam dalam tanah sehingga P menjadi tersedia bagi tanaman. (Sitanggang, 2017;Ritonga, 2015) menyatakan bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat dan berbagai pupuk P dan bahan organik berpengaruh nyata terhadap serapan P tanaman dan P-tersedia tanah. Sembiring et al. (2017) juga menyatakan bahwa aplikasi mikroba pelarut fosfat B. Cepacia dan T. Pinophilus dapat meningkatkan serapan P sebesar 6,37 % dan 9.80 %, dimana perlakuan T. Pinophilus sebesar 9,80 % menyerap P terbaik dibandingkan kontrol yaitu 5,77 %.

Mukhlis (2011) pemanfaatan tanah Andisol bagi pertanaman jagung secara intensif selama 40 tahun mengakibatkan pH tanah lebih rendah, kadar Al dan Fe ekstrak asam oksalat lebih tinggi diseluruh kedalaman profil jika dibandingkan dengan tanah Andisol setempat yang masih hutan. Oleh karena itu untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan pertumbuhan tanaman, maka perlu dikembangkan bioteknologi tanah, yaitu salah satu contohnya pemanfaatan mikroba. Berdasarkan hasil penelitian Wahyudin et al.(2017) di dapat hasil bahwa perlakuan jenis pupuk SP-36 denga dosis 50% dari anjuran dengan pengaplikasian pupuk hayati MPF (Mikroba Pelarut Fosfat) sebanyak 1 kali pada saat tanam, cenderung lebih baik dan lebih efisien terhadap hasil tanaman jagung dibandingkan dengan perlakuan lain.

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian peranan MPF

(14)

dan berbagai sumber bahan organik dalam meningkatkan serapan P dan meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung di tanah Andisol.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengkaji kemampuan Mikroba Pelarut P dalam meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

2. Untuk mengkaji kemampuan beberapa sumber Bahan Organik dalam meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

3. Untuk mengkaji interaksi antara pemberian Mikroba Pelarut P dan beberapa sumber Bahan Organik dalam meningkatkan Serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

Hipotesis Penelitian

- Mikroba Pelarut Fosfat mampu meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

- Pemberian beberapa sumber Bahan Organik mampu meningkatkan serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

- Interaksi antara pemberian Mikroba Pelarut Fosfat dan beberapa sumber Bahan Organik mampu meningkatkan Serapan P dan pertumbuhan tanaman Jagung pada tanah Andisol.

Kegunaan Penulisan

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, serta sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Andisol

Andisol merupakan salah satu jenis tanah di dunia yang memiliki sifat khas yang tidak diimiliki oleh jenis tanah lain dalam hal sifat fisik, kimia dan mineralogi. Tanah Andisol dicirikan oleh warna yang gelap, bobot isi rendah, di dominasi oleh bahan amorf yang bermuatan variabel dan retensi P yang tinggi.

Tanah ini terbentuk dari erupsi volkanik , selain itu Andisol merupakan tanah yang didominasi oleh aluminium silikat amorf dan/atau kompleks Al-humus (Mukhlis, 2011).

Tanah Andisol merupakan tanah yang bekembang dari bahan abu vulkanik, oleh karena itu secara geografis penyebaran tanah Andisol tidak terlepas dengan penyebaran gunung berapi, daerah ini umumnya berada pada ketinggian lebih dari 700 m dpl, sehingga tanaman yang dibudidayakan adalah tanaman khas dataran tinggi. Tanah Andisol merupakan tanah yang subur dan paling produktif dibandingkan dengan tanah-tanah lain. Oleh karena itu kawasan ini memiliki daya tampung manusia yang tinggi. Pada tanah-tanah yang berkembang dari bahan abu vulkanik tersebut banyak dimanfaatkan untuk pertanian tanaman hortikultura

terutama sayur-sayuran dan tanaman perkebunan seperti teh (Sukarman dan Dariah, 2014).

Di provinsi Sumatera Utara, tanah Andisol ditemukan di dataran tinggi Karo yang berasal dari volkano Sibayak dan Sinabung. Volkano Sibayak membentuk tanah Andisol yang asam, allic Fulvudand di Bandar Baru, Allic Melaudand di Kuta Gadung dan Kabanjahe, dan Typic Hapludand di Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh. Volkano Sinabung sebelah utara

(16)

menghasilkan tanah Typic Fulvudand dan Melaudand di Desa Kuta Rakyat Kec.

Naman Terang. Disamping itu Andisol juga ditemukan di dataran rendah seperti di Kabupaten Deli Serdang tepatnya di daerah Sungai Mencirim (Mukhlis, 2011).

Tanah Andisol Sinabung merupakan lahan yang telah jenuh dengan pemupukan yang dicirikan dengan tingginya kandungan P-total tanah namun kandungan P-tersedia sangat rendah. Lahan dengan kondisi seperti ini sudah tidak respon atau tanggap lagi pada pemupukan P. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ritonga (2015) dalam hasil penelitiannya yaitu tingginya kandungan P-total tanah sebagai akibat dari pemupukan yang terus-menerus yang dilakukan secara tidak berimbang. Tanah yang jenuh pemupukan dapat diatasi dengan pemberian pupuk organik dan hayati yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah dan ketersediaan hara di dalam tanah.

Keberadaan P di dalam tanah dapat berbentuk organik dan anorganik yang merupakan sumber fosfat penting bagi tanaman. Fosfat organik berasal dari bahan organik, sedangkan fosfat anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung fosfat. Pelarutan senyawa P oleh MPF berlangsung secara kimia dan biologis baik untuk bentuk P organik maupun anorganik. MPF membutuhkan

adanya P dalam bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya (Ginting, et al., 2006).

Fosfor

Fosfor (P) merupakan unsur hara penentu pertumbuhan bagi tanaman petanian. P selalu menjadi pembatas pertumbuhan tanaman di Andisol karena suplainya selalu rendah. Unsur P diserap kuat oleh bahan alumunium dan besi non-kristalin menjadi tidak tersedia untuk tanaman. Abu volkanik segar

(17)

mengandung sejumlah P yang dapat larut di dalam larutan asam. Salah satu cara untuk meningkatkan ketersediaan P di tanah yang sangat defisiensi P adalah memberikan dan menggabungkan bahan yang berkompetisi dengan ion Fosfat pada sisi adsorbsi (Mukhlis, 2011).

P merupakan nutrisi tanaman paling penting kedua setelah Nitrogen yang sangat mempengaruhi pertumbuhan keseluruhan tanaman. P mempengaruhi berbagai proses metabolik seperti pembelahan dan pengembangan sel, transportasi energi, transduksi, biosintesis makromolekul, fotosintesis dan respirasi tanaman.

Atmosfer tidak menyediakan P yang terlarut bagi tanaman seperti N, sehingga sumber P sebagian besar adalah mineral primer dan sekunder serta senyawa organik. Dibanding nutrisi lain, konsentrasi P dalam larutan tanah jauh lebih rendah (0,001-1 mg/l). Secara umum senyawa senyawa P dalam tanah dapat ditempatkan dalam 3 kategori : 1) senyawa anorganik 2)senyawa organik dari tanah humus 3) senyawa organik dan anorganik P yang terkait dengan sel-sel makhluk hidup (Saghir et.al.,2014).

P merupakan unsur yang sering menjadi faktor pembatas pertumbuhan tanaman. Di dalam tanah kandungan P-total berkisar 0,02-0,15 % tergantung pada bahan induk penyusun tanah tersebut. Bentuk-bentuk P di dalam tanah yaitu P dalam larutan, P dalam bentuk labil ( organik dan anorganik) dan P dalam bentuk tidak labil (stabil). Tanaman mengambil P dari larutan tanah dalam bentuk ion H2PO4-

yang dominan pada tanah masam dan HPO42-

dominan pada tanah alakaline. Kekahatan unsur P akan menghambat pertumbuhan tanaman berupa akar-akar, batang, pembentukan buah dan biji (Hanafiah et al., 2009).

(18)

Salah satu kendala yang menghambat kesuburan tanah adalah kekurangan P-tersedia di dalam tanah, meskipun P yang tekandung di dalam tanah melimpah akan tetapi apabila pada tanah tersebut tidak terkandung bakteri pelarut P maka hanya sedikit P yang akan bisa diserap oleh tanah maupun tanaman, sehingga mengakibatkan tanah tersebut menjadi tidak subur dan hasil dari pertanian menurun. Ilham et al. (2014) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa bakteri pelarut P merupakan bakteri yang memiliki kemampuan yang sangat besar sebagai biofertilizer dengan cara melarutkan fosfat yang masih terjerat didalam tanah seperti unsur Fe, Al, Ca dan Mg sehingga unsur-unsur tersebut dapat dilarutkan oleh bakteri selanjutnya menjadi unsur yang tersedia bagi tanaman.

Keberadaan P di tanah Andisol melimpah namun konsentrasi P yang dapat diserap oleh tanaman justru sangat rendah. Nur et al. (2016) menyatakan dalam penelitiannya bahwa konsentrasi P-tersedia dalam tanah dipengaruhi oleh pH dan jenis tanah. Pada tanah masam P terikat dengan Aluminium (Al) dan besi (Fe), sedangkan di tanah alkalin P terikat dengan Kalsium (Ca). Adanya pengikatan- pengikatan P tersebut menyebabkan pupuk P yang diberikan menjadi tidak efisien, karena bahkan sesaat setelah diberikan akan terjadi imobilisasi P hingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Masalah kekahatan P pada tanah Andisol dapat diupayakan dengan pemberian pupuk P dan penambahan bahan organik. Hal ini didukung oleh hasil penelitian Widijanto et al. (2008) yang menyatakan bahwa interaksi antara vermikompos dan pupuk P meningkatkan kandungan P-

tersedia dalam tanah. Pupuk SP36 merupakan sumber unsur P bagi tanaman dan tanah karena mengandung kurang lebih 36% P2O5. Vermikompos dapat meny

(19)

umbangkan P dan menghasilkan bahan- bahan terhumifikasi yang berperan untuk memperbesar ketersediaan P dari mineral karena membentuk P humik yang lebih mudah diserap tanaman.

Mikroba Pelarut Fosfat (MPF)

Mikroorganisme pelarut fosfat (MPF) adalah mikroorganisme yang mampu melarutkan ikatan P menjadi bentuk tersedia di dalam tanah. MPF dapat berupa bakteri pelarut fosfat (BPF), jamur pelarut fosfat (JPF). Fatmala (2015) menyatakan bahwa Jamur yang dapat melarutkan P ditandai dengan terbentuknya holozone (zona bening) pada sekitar koloni. Perbandingan antara zona bening dan koloni jamur ini merupakan indeks pelarutan dari masing-masing jamur. Isolat JPF yang diuji mampu melarutkan P terikat pada media pikovskaya padat dengan sumber P Ca3(PO4)2 namun memiliki kemampuan yang berbeda. Ginting et al.

(2006) menyatakan penggunaan MPF dapat mensubstitusi sebagian atau seluruhnya kebutuhan tanaman akan pupuk P, tergantung pada kandungan P tanahnya dan memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

MPF merupakan mikroorganisme yang mempunyai kemampuan mengekstrak P dari bentuk tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman.

Di dalam tanah umumnya dijumpai MPF sekitar 104– 109 sel per gram tanah dan sebagian besar terdapat di rhizosfer (Hanafiah et al.,2009). Berdasarkan hasil penelitian Sembiring dan Fauzi (2017) menyatakan bahwa MPF dapat meningkatkan P tersedia menjadi 47,71%, serapan N menjadi 7,43 %, serapan P menjadi 49,16 %, serapan K menjadi 41,22 %, dan total produksi kentang menjadi

(20)

68 % serta perlakuan terbaik dalam meningkatkan produksi kentang adalah T.pinophilus pada tanah Andisol daerah Sinabung.

Salah satu jenis JPF yang dapat meningkatkan serapan P adalah Talaromyces pinophilus. Dimana berdasarkan hasil penelitian Sembiring et al.

(2017) menunjukkan hasil bahwa aplikasi T.pinophilus (30 ml/ tanaman ) dan kotoran sapi (100 g/ tanaman) dapat meningkatkan serapan P sebesar 62,88 % , pertumbuhan dan produksi tanaman kentang 53,73 % lebih tinggi dari kontrol di tanah Andisol daerah Sinabung.

Selain jamur Talaromyces pinophilus di atas terdapat pula jenis BPF yang dapat meningkatkan serapan P, salah satunya ialah Burkholderia cepacia.

berdasarkan penelitian Sembiring et al (2016) menyatakan bahwa aplikasi B. cepacia dan dosis pupuk P mampu meningkatkan P-tersedia dari 5,04 menjadi

35,42 %, serapan P dari 34,47 menjadi 163,28% dari kontrol pada tanaman kentang di tanah Andisol terdampak erupsi Gunung Sinabung.

Peningkatan efisiensi ketersediaan P bagi tanaman dapat diupayakan dengan cara memanfaatkan kelompok MPF. Pelarutan senyawa P oleh MPF berlangsung secara kimia dan biologis baik untuk bentuk P organik maupun anorganik. MPF membutuhkan adanya P dalam bentuk tersedia dalam tanah untuk pertumbuhannya. Hasil penelitian Ilham et al. (2014) menunjukkan bahwa bakteri Yersinia sp. memiliki enzim fosfotase sehingga mampu melarutkan P dari pada

isolat bakteri yang lain. Ginting et a.l (2006) menyatakan bahwa pelarutan

senyawa P oleh MPF berlangsung secara kimia dan biologis baik untuk bentuk P organik maupun anorganik. Pelarutan P secara biologis terjadi karena

mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim antara lain enzim fosfatase.

(21)

Selain BPF dan MPF terdapat Mikoriza yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dimana secara umum dinyatakan bahwa tanaman bermikoriza lebih baik pertumbuhan dan lebih tinggi kandungan P nya dibandingkan tanpa mikoriza. Mikoriza juga diketahui berinteraksi sinergis dengan BPF , dimana inokulasi BPF dan mikoriza dapat meningkatkan serapan P oleh tanaman, bakteri bintil akar berinteraksi secara sinergis menghasilkan bintil akar. Pada tanah-tanah yang memiliki kandungan P yang rendah, interaksi ini sangat jelas, terutama dengan tambahan P (Hanafiah et al., 2009).

Bahan Organik

Kandungan bahan organik merupakan salah satu indikator yang dapat menyebabkan nilai plastisitas setiap tanah berbeda-beda dan bahan organik tanah pada lahan berbagai vegetasi juga berbeda- beda. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi indeks plastisitas tanah diantaranya kadar air tanah, bahan organik dan liat. Kadar bahan organik pada tanah Andisol dengan beberapa vegetasi yakni dengan rata-rata kisaran 3,01-5,00 yang termasuk kriteria tinggi. Hal ini karena adanya humus dari vegetasi dan akumulasi bahan organik yang merupakan karakteristik khas Andisol. Di Andisol banyak humus terakumulasi dan sangat tidak mobil dalam waktu ratusan tahun (Setiadi, 2016)

Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya P-tersedia dalam tanah adalah dengan memanfaatkan kelompok MPF dan bahan organik.

Mikroorganisme dan bahan organik, masing-masing dapat menghasilkan asam organik yang mengkhelat logam dalam tanah sehingga P menjadi tersedia bagi tanaman. Penelitian Ritonga (2015) menyatakan bahwa Interaksi bahan organik segar dengan MPF berpengaruh nyata terhadap pH tanah, yaitu pada interaksi

(22)

BPF dengan bahan organik kotoran ayam dengan nilai 4,10, selain itu Pemberian MPF dan bahan organik dapat mengurangi jumlah Fe yang bersenyawa dengan P dan Perlakuan tunggal MPF dan bahan organik segar berpengaruh nyata terhadap Al-P.

Berdasarkan hasil penelitian Dharma et al. (2017) dikatakan bahwa saat ini pemanfaatan pupuk organik belum optimal dilakukan, padahal kadar bahan organik tanah kita semakin menurun akibat intensifnya kegiatan pertanian yang dilakukan. Hal Ini sebagai bahan pertimbangan pemanfaatan secara optimal pupuk organik yang ada untuk peningkatan produksi tanaman pangan serta menunjang pelaksanaan pertanian yang ramah lingkungan. Pupuk organik yang mengandung asam humat dan asam fulvat secara efektif berkompetisi dengan P pada tapak jerapan tanah melalui pembentukan kompleks Al – humus yang berkontribusi positif menurunkan daya retensi P pada tanah ini.

Penambahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan selain menambah bahan organik tanah juga memberikan kontribusi terhadap ketersediaan hara N, P, dan K, serta mengefiensienkan penggunaan pupuk anorganik. Hasil penelitian Rachman et al.(2008) menunjukkan bahwa pada produksi jagung, hasil panen jagung menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi bahan organik dan pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap bobot basah tongkol jagung dengan klobotnya, perlakuan kombinasi bahan organik dan pupuk NPK tidak berpengaruh terhadap kadar P-tanah , namun sebagai faktor tunggal bahan organik berpengaruh nyata terhadap kadar P-tanah. Hasil penelitian Nalita (2013) menunjukkan bahwa perlakuan yang ditambah bahan organik dan

(23)

pupuk P memiliki pH yang lebih tinggi daripada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P. Peningkatan pH tanah pada perlakuan yang ditambah bahan organik dan pupuk P disebabkan karena bahan organik yang ditambahkan mengikat Al dan membentuk senyawa kompleks sehingga Al tidak terhidrolisis lagi.

Penggunaan lahan untuk budidaya di tanah Andisol secara intensif dapat mempengaruhi nilai pH tanah menjadi lebih tinggi sehingga menyebabkan C organik tanah menurun, karena nilai pH tanah dipengaruhi oleh kandungan C organik tanah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan pH adalah dengan meningkatkan kandungan bahan organik dari tanah. Selain itu kegiatan budidaya secara intensif menghasilkan kandungan Al yang tinggi yang terakumulasi di lapisan atas. Pembudidayaan lahan tidak secara signifikan dapat merubah karakteristik alami tanah Andisol seperti retensi P dan rendahnya ketersediaan P. Dimana total P dan P2O5 berkisar dari rendah ke tinggi yaitu 0,023-0,208 (Mukhlis et al., 2014)

(24)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa dan Laboratorium Biologi Tanah, serta Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan April sampai Agustus 2018.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung (Zea mays L.) sebagai tanaman indikator , media pikovskaya sebagai media

tumbuh Mikroba Pelarut Fosfat (MPF), inokulum bakteri Burkholderia cepacia dan jamur Talaromyces pinophilus dan Mikoriza yang merupakan koleksi dari Laboratorium Biologi Tanah FP USU sebagai MPF ,jagung giling sebagai bahan pembuatan media carrier MPF. Beberapa bahan organik (Kotoran sapi, Kotoran ayam dan kompos tandan kosong kelapa sawit ) sebagai sumber P organik, pupuk Urea, SP36 dan KCl sebagai pupuk dasar, bahan tanah Andisol sebagi media tanam, pestisida nabati sebagai bahan untuk mengendalikan serangan hama di lahan, Aquades sebagai bahan mengukur pH, label sebagai penanda setiap perlakuan pada polybag, dan bahan- bahan pendukung lainnya.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah polybag sebagai wadah tanam, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, gembor untuk melakukan penyiraman tanaman, Cangkul untuk alat sanitasi lahan,stick untuk memudahkan pengukuran tinggi tanaman, buku dan pulpen untuk menulis data, Pacak sebagai penyangga tanaman saat musim hujan, timbangan analitik untuk menimbang

(25)

pupuk serta bobot basah dan kering tanaman, spectrophotometer sebagai alat pengukur pH, autoklaf untuk strerilisasi alat dan bahan yang digunakan selama proses pembuatan inokulum MPF, plastik tahan uap panas sebagai wadah media carier MPF, alat pres untuk merekatkan plastik media carier MPF, jarum suntik

sebagai alat untuk menginjeksikan MPF pada media carier, oven untuk mengeringkan tanaman, botol kocok sebagai wadah sampel tanah dalam mengukur pH, Ayakan untuk mengayak tanah, Batu bata untuk meratakan kedudukan polybag, bor sampel untuk mengambil sampel tanah dari polybag, plastik bening sebagai wadah sampel tanah, Amplop coklat untuk wadah hasil panen, pisau untuk kegiatan panen, dan alat – alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor I adalah Mikroba pelarut P dengan 4 taraf perlakuan, dan faktor II adalah Beberapa Bahan Organik dengan 4 taraf perlakuan.

Diperoleh kombinasi perlakuan yaitu 16 unit perlakuan dengan 3 ulangan sehingga diperoleh jumlah keseluruhan perlakuan sebanyak 48 unit percobaan.

Faktor I . Mikroba Pelarut Fosfat M0 : Tanpa aplikasi MPF M1 : 5 g Mikoriza/ tanaman

M2 : 5 g Jamur Pelarut P ( Talaromyces pinophilus )/ tanaman M3 : 5 g Bakteri Pelarut P ( Burkholderia cepacia )/ tanaman Faktor II. Beberapa Sumber Bahan Organik

K0 : Tanpa bahan organik

K1 : 180 g Kotoran Sapi / tanaman

(26)

K2 : 180 g Kotoran Ayam / tanaman

K3 : 180 g Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit / tanaman Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 16 kombinasi yaitu :

M0K0 M0K1 M0K2 M0K3

M1K0 M1K1 M1K2 M1K3 M2K0 M2K1 M2K2 M2K3 M3K0 M3K1 M3K2 M3K3

Jumlah kombinasi perlakuan = 16 Jumlah ulangan = 3

Jumlah Polibag Tanaman = 48

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + φi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana:

Yijk : Hasil pengamatan pada ulangan ke-i yang diberi MPF pada taraf ke- j dan beberapa sumber bahan organik pada taraf ke-k

μ : Nilai tengah φi : Pengaruh blok ke-i

αj : Pengaruh MPF pada taraf ke-j

βk : Pengaruh pemberian bahan organik pada taraf ke-k

(αβ)jk : Pengaruh interaksi taraf ke-j faktor MPF dengan taraf Ke- k BO

εijk : Pengaruh galat pada blok ke-i dalam kombinasi perlakuan MPF ke-j dan bahan organik

Data hasil penelitian pada perlakuan yang berpengaruh nyata dilanjutkan

(27)

dengan uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan dan Penanganan Contoh Tanah

Pengambilan bahan tanah Andisol dilakukan secara zig-zag pada kedalaman 0-20 cm lalu dikompositkan. Contoh bahan tanah yang telah diambil dikering udarakan. Setelah tanah kering selanjutnya diayak menggunakan ayakan sebelum dimasukkan ke polybag. Kemudian dihitung kadar air tanah kering udara.

Analisis Awal Tanah

Contoh tanah yang telah dikeringudarakan kemudian diayak dengan ayakan 10 mesh, dilakukan analisis % kadar air, % kapasitas lapang, pH H2O, pH KCl, C-Organik, N-Total, P-total, P-tersedia, dan KTK.

Persiapan Inokulum Cair Mikroba Pelarut Fosfat

Pembuatan inokulum MPF dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Semua alat yang digunakan disterilkan dengan autoklaf. Ditimbang bahan-bahan media pikovskaya dan dilarutkan dengan aquades sebanayk 1 L ke dalam erlenmeyer. Lalu distirer agar media homogen dan diukur pH media sampai 6,8 (jika asam ditambah NaOH dan basa ditambah HCl. Media cair diautoklaf dan setelah itu dibawa ke Laminar Air Flow. Diinokulasi biakan murni bakteri B. cepacia dan jamur T. pinophilus yang merupakan koleksi Laboratorium Biologi Tanah ke dalam media cair pikovskaya dengan jarum ose lalu ditutup mulut erlenmeyer dengan kapas, aluminium foil dan cling wrap agar steril. Untuk bakteri dishaker sampai warna media cair keruh yang menandakan tumbuhnya bakteri sedangkan jamur

(28)

didiamkan sampai muncul hifa-hifa jamur 1 minggu.

Perbanyakan Mikroba Pelarut Fosfat Dengan Media Carrier Jagung

Media carrier jagungyang digunakan mengandung nutrisi untuk pertumbuhan MPF, media carrier dibersihkan dengan air lalu dimasukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak 100 gram dan plastik dipres dengan alat pres.

Media carrier disterilkan dengan autoklaf 1 jam. Setelah dingin, disuntikkan inokulum cair bakteri B. cepacia dan jamur T. pinophilus sebanyak 1 ml ke media carrier, bagian yang disuntik kemudian ditutup dengan solatip agar tidak

kontaminasi kemudian media diaduk sampai merata dengan menggoyangkan plastik. Didiamkan sampai MPF tumbuh pada media carrier.

Persiapan Media Tanam

Bahan tanah Andisol yang telah kering udara dimasukkan kedalam polibag 5 kg sesuai dengan berat tanah yang telah dikonversikan ke dalam berat kering udara.

Aplikasi Pupuk Dasar

Pupuk dasar diaplikasikan pada sekitaran lubang tanam secara tugal setelah tanam. Pupuk dasar yang digunakan yaitu pupuk Urea 300 kg/ha (3,6 g/tanaman), KCl 100 kg/ha (1,2 g/tanaman) sesuai dengan dosis sesuai rekomendasi, dan SP36 75 kg/ha (0,9 g/tanaman) (½ dosis rekomendasi).

Penanaman dan Penjarangan

Benih jagung ditanam kedalam polibag yang telah berisi media tanam yang telah diinkubasi selama 2 minggu,masing-masing 2 benih/polibag. Setelah

(29)

benih tumbuh dilakukan penjarangan, dipilih tanaman yang paling baik pertumbuhannya.

Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat, dan Bahan Organik

Aplikasi MPF diberikan sebanyak 5gr/tanaman/polybag kemudian di inkubasi selama 2 minggu. Cara aplikasi yaitu mengorek tanah disekitar lubang tanam dan menuang media berisi biakan MPF ke tanah yang dikorek kemudian ditutup kembali dengan tanah. Selain itu bahan organik juga diaplikasikan bersamaan sesuai dengan dosis dan perlakuan yang telah ditentukan.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan satu kali sehari yaitu pada sore hari atau sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan alat berupa gembor.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang tumbuh disekitar areal percobaan untuk mencegah terjadinya persaingan unsur hara dan serangan hama dan penyakit

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan dengan menggemburkan tanah dalam polybag kemudian menutup akar yang terlihat dipermukaan tanah agar tanaman tetap kokoh.

Pemanenan

(30)

Pemanenan dilakukan pada akhir masa vegetatif tanaman jagung yaitu setelah ≥60 % tanaman berbunga. Pemanenan dilakukan dengan memotong bagian pangkal batang sebagai bagian dari tajuk dan diambil bagian akar dibawah tanah dan dibersihkan, lalu dipisahkan bagian tajuk dan akar kedalam tempat yang berbeda dan dikering ovenkan pada suhu 70-80 0C selama 48 jam lalu ditimbang sebagai bobot kering tajuk dan akar.

Sampling Tanah dan Tanaman

Pengambilan contoh tanah untuk dianalisis pada saat setelah inkubasi dan keadaan tanah masih lembab pada kedalaman 0-20 cm. Pengambilan contoh tanaman untuk dianalisis pada saat setelah dikering ovenkan lalu bagian tajuk diambil untuk dianalisis. Contoh tanah dan tanaman yang dianalisis adalah seluruh unit percobaan.

Parameter Pengamatan

A. Tanah, dilakukan Setelah Inkubasi

- pH tanah dengan metode Elektrometrik setelah inkubasi - P-tersedia tanah setelah inkubasi (Bray II)

- P-total setelah inkubasi (ekstraktan HCLO4) B. Tanaman, dilakukan pada akhir masa vegetatif

- Tinggi tanaman akhir vegetatif (cm) - Bobot kering akar akhir vegetatif (g) - Bobot kering tajuk akhir vegetatif (g) - Serapan P-tanaman (mg P/tanaman).

(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

pH Tanah Setelah Inkubasi

Aplikasi MPF dan beberapa bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH tanah setelah inkubasi (2 minggu). tetapi interaksi anatara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pH tanah.

Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rataan Nilai pH H2O Tanah Setelah Inkubasi Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol

Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan

Tanpa MPF 4,91 5,39 5,18 5,66 5,29 b

Mikoriza 5,31 5,56 5,73 6,34 5,74 a

Talaromyces pinophilus 4,95 5,34 5,37 5,60 5,31 b Burkholderia cepacia 4,94 5,22 5,16 5,86 5,30 b

Rataan 5,03c 5,38b 5,36b 5,87a 5,41

Keterangan: Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

Pada tabel 1. diketahui bahwa aplikasi Mikoriza yang mampu meningkatkan pH tanah, dari 5,29 menjadi 5,74, sedangkan MPF baik bakteri maupun jamur tidak berpengaruh nyata terhadap pH tanah. Pemberian bahan organik berupa kompos TKKS mampu meningkatkan pH tanah dari 5,03 menjadi 5,87, sementara kotoran sapi dan ayam hannya mampu meningkatkan pH tanah menjadi 5,38 dan 5,36.

(32)

P-Total Tanah

Pemberian Mikoriza + MPF dan bahan organik, serta interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap kadar P-total tanah Andisol.

Selengkapnya disajikan pada Tabel 2 di bawah.

Tabel 2. Rataan Kadar P-total Tanah Setelah Inkubasi Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol

Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan ---(%)---

Tanpa MPF 0,33fgh 0,34fg 0,37de 0,35ef 0,35b Mikoriza 0,33fgh 0,34fg 0,38cd 0,31h 0,34b Talaromyces pinophilus 0,32gh 0,35ef 0,50a 0,40c 0,39a Burkholderia cepacia 0,39cd 0,40c 0,45b 0,39cd 0,41a

Rataan 0,34c 0,36b 0,42a 0,36bc 0,37

Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 %

Dari tabel 2. menunjukkan bahwa pemberian MPF B. cepacia dan T. pinophilus mampu meningkatkan P-total dari 0,35% menjadi 0,41% dan

0,39%, sedangkan Mikoriza justru menurunkan P-total dari 0,35% menjadi 0,34%. Pemberian bahan organik berupa K. Ayam mampu meningkatkan P-total dari 0,34% menjadi 0,42%, sedangkan K. Sapi dan K. TKKS hannya mampu meningkatkan P-total menjadi 0,36%.

Interaksi antara Mikoriza + MPF serta beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata secara statistik, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan M2K2 yang mampu meningkatkan P-total tanah dari 0,33 % menjadi 0,50%.

P Tersedia

Hasil menunjukkan bahwa aplikasi Mikoriza+MPF tidak pengaruh nyata dalam meningkatkan kadar P-tersedia tanah, sedangkan aplikasi beberapa bahan

(33)

organik menunjukkan pengaruh yang nyata, tetapi interaksi antara keduanya tidak memberikan pengaruh yang nyata. Data nilai P-tersedia tanah setelah inkubasi dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rataan P tersedia Tanah Setelah Inkubasi Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol

Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan ---(ppm)---

Tanpa MPF 49,18 52,45 41,70 86,23 57,39

Mikoriza 43,73 49,90 23,13 104,58 55,34

Talaromyces pinophilus 59,95 60,38 27,43 104,12 62,97 Burkholderia cepacia 48,85 59,38 41,65 90,02 59,98 Rataan 50,43bc 55,53b 33,48d 96,24a 58,92 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 3. menunjukkan bahwa pemberian kompos TKKS mampu menaikkan kadar P-tersedia tanah dari 50,43 ppm menjadi 96,24 ppm, sedangkan kotoran sapi hannya menaikkan P-tersedia menjadi 55,53 ppm, sementara kotoran ayam justru menurunkan kadar P-tersedia tanah menjadi 33,48 ppm.

Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun pemberian MPF T. pinophilus cenderung meningkatkan P-tersedia dari 57,39 ppm menjadi 62,97

ppm, sedangkan bakteri B. cepacia hannya mampu meningkatkan P-tersedia menjadi 59,98 ppm. Pemberian Mikoriza justru menurunkan P-tersedia menjadi 55,34 ppm.

Tinggi Tanaman

Ternyata pemberian MPF tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman tetapi cenderung meningkat walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, sedangkan aplikasi beberapa bahan organik menunjukkan

(34)

pengaruh yang nyata. Dan interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata, selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Nilai Tinggi Tanaman Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan ---(cm)---

Tanpa MPF 187,83 218,23 208,03 207,53 205,41 Mikoriza 177,87 208,00 224,00 212,97 205,71 Talaromyces pinophilus 198,00 215,70 203,87 211,93 207,38 Burkholderia cepacia 204,83 205,67 212,87 198,37 205,43 Rataan 192,13c 211,90ab 212,19a 207,70abc 205,98 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Berdasarkan Tabel 4. Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata, namun pemberian T. pinophilus cenderung meningkatkan tinggi tanaman dari 205,41 cm menjadi 207,38 cm, bakteri B. cepacia dan Mikoriza hannya mampu meningkatkan tinggi tanaman menjadi 205,43 cm dan 205,71 cm. Pemberian beberapa bahan organik berpengaruh nyata secara statistik dan mampu meningkatkan tinggi tanaman dari 192,13 cm menjadi 212,19 cm pada K. Ayam, 211,90 pada aplikasi K. Sapi dan 207,70 cm pada aplikasi K. TKKS.

Berat Kering Tajuk

Pada parameter berat kering tajuk baik pemberian MPF dan beberapa bahan organik mengalami peningkatan, walaupun pemberian MPF tidak berpengaruh nyata sedangkan pemberian beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata, dan untuk interaksi antara keduanya juga tidak memberikan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan bobot kering tajuk. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.

(35)

Tabel 5. Rataan Nilai Bobot Kering Tajuk Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan ---(g)---

Tanpa MPF 41,30 68,07 66,67 59,33 58,84

Mikoriza 41,37 70,97 83,17 66,27 65,44

Talaromyces pinophilus 48,23 75,13 67,53 59,63 62,63 Burkholderia cepacia 56,10 65,40 70,04 55,93 61,87 Rataan 46,75 c 69,89 ab 71,85 a 60,29 b 62,20 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 5. menunjukkan bahwa pemberian K. Ayam mampu meningkatkan berat kering tajuk dari 46,75 g menjadi 71,85 g, selanjutnya K. Sapi dan K. TKKS juga mampu meningkatkan berat kering tajuk menjadi 69,89 g dan 60,29 g.

Walaupun secara statistik tidak berpengaruh nyata namun pemberian Mikoriza mampu meningkatkan berat kering tajuk dari 58,84 g menjadi 65,44 g, sedangkan T. pinophilus dan B. cepacia hannya mampu meningkatkan berat kering tajuk

menjadi 62,63 g dan 61,87 g.

Berat Kering Akar

Pemberian MPF tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan bobot kering akar tanaman, sedangkan aplikasi beberapa bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata, tetapi interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata namun cenderung meningkat dibanding perlakuan kontrol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.

(36)

Tabel 6. Rataan Nilai Bobot Kering Akar Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan ---(g)---

Tanpa MPF 7,10 10,27 9,83 9,87 9,27

Mikoriza 6,83 11,83 11,80 8,70 9,79

Talaromyces pinophilus 7,37 11,33 10,87 9,90 9,87 Burkholderia cepacia 6,77 9,90 15,07 6,73 9,62 Rataan 7,02 c 10,83 ab 11,89 a 8,80 bc 9,64 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Pada Tabel 6. diketahui bahwa K. Ayam dan K. Sapi mampu meningkatkan berat kering akar dari 7,02 g menjadi 11,89 g dan 10,83 g, sedangkan pemberian K. TKKS tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering akar. Secara statistik pemberian MPF tidak berpengaruh nyata, namun pemberian jamur T. pinophilus dan bakteri B. cepacia mampu meningkatkan berat kering akar menjadi 9,87 g dan 9,62 g serta aplikasi Mikoriza juga mampu meningkatkan dari 9,27 g menjadi 9,79 g.

Serapan P

Serapan P mengalami peningkatan dengan diberikannya MPF dan beberapa bahan organik dibanding kontrol, walaupun secara statistik kedua faktor tersebuat tidak berpengaruh nyata, begitu juga dengan interaksi antara keduanya.

selanjutnya nilai serapan P-tanaman dapat dilihat pada Tabel 7.

(37)

Tabel 7. Rataan Nilai Serapan P Tanaman Akibat Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Beberapa Bahan Organik Pada Tanaman Jagung di Tanah Andisol

Perlakuan

Tanpa BO

Kotoran Sapi

Kotoran Ayam

Kompos

TKKS Rataan Tanpa MPF

---mg P/tanaman--- 599,62 1094,45 1019,91 999,23 928,30 Mikoriza 705,78 766,04 1179,92 1241,18 973,23 Talaromyces pinophilus 676,29 1419,48 1156,15 1065,80 1079,43

Burkholderia cepacia 1002,51 826,35 976,22 919,78 931,22 Rataan 746,05 1026,58 1083,05 1056,50 978,05 Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada baris yang sama menunjukkan

berbeda tidak nyata menurut Uji jarak Berganda Duncan pada taraf 5 % Tabel 7. menunjukkan bahwa pemberian T. pinophilus mampu meningkatkan serapan P dari 928,30 mg menjadi 1079,43 mg begitu juga dengan B. cepacia dan Mikoriza mampu meningkatkan serapan P menjadi 931,22 mg dan

973,23 mg. Pemberian bahan organik baik berupa K, Sapi , K, Ayam, dan K. TKKS mampu meningkatkan serapan P dari 746,05 mg menjadi 1026,58 mg,

1083,05 mg, dan 1056,50 mg.

Pembahasan

Pemberian Mikoriza+MPF berpengaruh nyata dalam meningkatkan pH H2O, dimana hasil menunjukkan bahwa Mikoriza lebih baik dalam meningkatkan pH H2O, dimana menurut Sufardi et al. (2013) mekanisme meningkatnya nilai pH tanah dengan pemberian mikroriza terjadi karena mikoriza mikoriza memiliki kemampuan untuk menghasilkan senyawa tertentu (eksudat) yang dapat mengikat fraksi-fraksi tanah bermuatan positif seperti Al- dan Feoksihidrat yang dikenal sebagai penyumbang muatan positif tanah. Sedangkan T. pinophilus dan B.

cepacia juga mampu meningkatkan pH walaupun hasil keduanya tidak berbeda nyata. Peningkatan ini terjadi akibat meningkatnya kadar ion OH- dalam tanah.

(38)

Hal ini karena MPF dan BO menghasilkan asam-asam organik yang mampu mengkhelat logam- logam penyebab kemasaman tanah seperti Al dan Fe. Hal ini sesuai dengan literatur Ariyanto (2009) yang menyatakan bahwa proses terjadinya pengkhelatan atau ikatan kompleks antara logam dengan asam-asam organik akan menyebabkan terjadinya reaksi pertukaran ligan antara anion-anion organik terhadap OH- bebas. Pertukaran ini mengakibatkan peningkatan ion OH- dalam larutan tanah sehingga nilai pH H2O meningkat.

P-total adalah jumlah P di dalam tanah baik yang tersedia

maupun yang tidak tersedia atau terikat oleh unsur lain. Pemberian Mikoriza+MPF menunjukkan pengaruh yang nyata pada parameter P-total tanah.

Dimana B. cepacia lebih baik dalam meningkatkan P-total tanah dan tidak berbeda nyata dengan T. pinophilus. Peningkatan ini terjadi karena banyaknya populasi bakteri dan jamur dalam tanah yang merupakan sumber bahan organik

yang dapat terdekomposisi sehingga berpotensi menjadi P organik sehingga P-total tanah meningkat. Hal ini sesuai dengan literatur Ginting et al. (2006) yang

menyatakan bahwa di dalam tanah,P dapat berbentuk organik dan anorganik yang penting bagi tanaman. P organik berasal dari bahan organik, sedangkan P anorganik berasal dari mineral-mineral yang mengandung P. Tetapi pada perlakuan Mikoriza P-total mengalami penurunan, hal ini terjadi karena mikoriza belum bekerja dengan baik karena analisis P-total dilakukan setelah inkubasi dan sebelum ada tanaman, sehingga hubungan simbiosis anatara mikoriza dengan akar tanaman tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan literatur Masria (2015) yang menyatakan bahwa Mikoriza adalah suatu struktur sistem perakaran yang membentuk simbiosis antara cendawan (myces) dan perakaran (Rhiza) tumbuhan.

(39)

Walaupun pada parameter P-total tanah bakteri B. cepacia lebih baik dalam meningkatkan P-total tetapi pada parameter P-tersedia, jamur T. pinophilus menunjukkan hasil yang lebih baik dalam membebaskan P yang terikat dan menyediakannya bagi tanaman dibandingkan dengan bakteri B. cepacia. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri B. cepacia hanya mampu meningkatkan P-total tanah tetapi tidak lebih baik dalam menyediakan P-tersedia bagi tanaman dibandingkan dengan jamur T. pinophilus. . Hal ini sesuai dengan literatur Fitriatin et al. (2011) yang mengatakan bahwa asam organik yang dihasilkan oleh mikroba pelarut P akan bereaksi dengan FePO4 dan membentuk khelat (kompleks stabil) akibatnya dapat menurunkan reaktivitas ion-ion dan menyebabkan pelarutan yang efektif sehingga P terfiksasi dapat tersedia untuk tanaman. Mikroba selain menghasilkan asam organik juga dapat meningkatkan aktivitas fosfatase dalam tanah sehingga P tersedia bagi tanaman. Selanjutnya Sembiring et al. (2017) menyatakan bahwa MPF mampu melarutkan P di dalam tanah dengan ekskresi asam organik.sedangkan pada pada perlakuan Mikoriza P-tersedia mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa Mikoriza belum mampu bekerja mensuplai dan menyediakan P-tersedia dalam tanah setelah inkubasi dan sebelum penanaman dikarenakan hubungan simbiosis antara cendawan dengan akar tanaman tidak terjadi. Perlakuan MPF tidak menunjukkan pengaruh yang nyata disebabkan karena kandungan P-tersedia pada hasil analisis awal tanah Andisol sudah tergolong tinggi.

Kemampuan T. pinophilus dalam meningkatkan kandungan P-tersedia sejalan dengan meningkatnya serapan P-tanaman yang juga menunjukkan hasil yang lebih baik akibat pemberian T. pinophilus yaitu sebesar 16,28 %, diikuti

(40)

dengan perlakuan Mikoriza dan B. cepacia. Meningkatnya serapan P-tanaman juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dimana jamur T. pinophilus juga lebih baik dalam meningkatkan tinggi tanaman sebesar 0,95 %, bobot kering akar 6,47

%, juga meningkatkan bobot kering tajuk 6,44 % walaupun tidak sebaik pemberian Mikoriza yaitu sebesar 11,21 %. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Sembiring dan Fauzi (2017) yang menunjukkan bahwa aplikasi T. pinophilus dapat meningkatkan P-total tanah sebesar 8,43 %. Selanjutnya Ginting et al.

(2006) menyatakan bahwa pada tanah Andisol Sinabung pelarutan P secara biologis terjadi karena mikroorganisme tersebut menghasilkan enzim fosfatase yang pada proses mineralisasi bahan organik, senyawa P organik diuraikan menjadi bentuk P anorganik yang tersedia bagi tanaman dengan bantuan enzim fosfatase. fosfatase dapat memutuskan P yang terikat oleh senyawa-senyawa organik menjadi bentuk yang tersedia.

Pemberian BO menunjukkan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan pH tanah, dimana hasil menunjukkan bahwa K. Sapid an Ayam mampu meningkatkan pH walaupun hasil keduanya tidak berbeda nyata, sedangkan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian K. TKKS. Peningkatan ini terjadi karena proses dekomposisis bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang mampu mengkhelat logam-logam penyebab kemasaman tanah seperti Al dan Fe. Hal ini sesuai dengan literatur Wongso (2003) yang menyatakan bahwa bahan organik yang diberikan pada tanah yang masam dengan kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena asam-asam organik hasil dekom-posisi akan mengikat Al membentuk senyawa komplek (khelat), sehingga Al-tidak terhidrolisis lagi sehingga pH mengalami peningkatan.

(41)

Secara statistik pemberian bahan organik berpengaruh nyata dalam meningkatkan P-total tanah, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh perlakuan K. Ayam, sedangkan K. Sapi dan K. TKKS mampu meningkatkan tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. Peningkatan P-total terjadi karena bahan organik yang diaplikasikan telah mengandung unsur P sehingga dapat meningkatkan P-total yang telah terkandung dalam tanah Andisol. Hal ini sesuai dengan hasil analisis awal bahan organik yang dapat dilihat pada lampiran 3.

Pemberian bahan organik berpengaruh nyata secara statistik dalam meningkatkan P-tersedia tanah, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh pemberian kompos TKKS yang mampu meningkatkan P-tersedia sebesar 90,83%

dibandingkan dengan kontrol dan terendah pada perlakuan kotoran ayam.

Peningkatan ini terjadi karena bahan organik menghasilkan asam-asam organik yang mampu membebaskan unsur P yang terjerap pada tanah Andisol yang masam dan mengubah unsur P dalam tanah dari bentuk yang tidak tersedia menjadi tersedia sehingga dapat diserap oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Rachman et., al. (2008) yang menyatakan bahwa penambahan bahan organik yang berasal dari sisa tanaman dan kotoran hewan selain menambah bahan organik tanah juga memberikan kontribusi terhadap ketersediaan hara N, P, dan K.

Pemberian bahan organik tidak menunjukkan pengaruh yang nyata dalam meningkatkan serapan P-tanaman, tetapi cenderung meningkatkan dibanding kontrol, dimana serapan P tertinggi ditunjukkan oleh pemberian jenis bahan organik K. Ayam, walaupun pada parameter sebelumnya yaitu P-tersedia tanah setelah inkubasi K. Ayam menunjukkan hasil terendah bahkan mengalami

(42)

penurunan dibanding kontrol, tetapi K.Ayam menunjukkan hasil terbaik dalam meningkatkan serapan P-tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa K. Ayam membutuhkan waktu yang lama dalam menyediakan P bagi tanaman. Hal ini dibuktikan dengan hasil yang menunjukkan bahwa kotoran ayam lebih baik dalam meningkatkan serapan P-tanaman sebesar 45,17 % dan pertumbuhan tanaman yaitu : tinggi tanaman 10,44 %, bobot kering tajuk 53,68 % serta bobot kering akar 69,37 % yang diukur saat akhir masa vegetatif yaitu pada saat tanaman berumur 8 MST.

Interaksi antara Mikoriza+MPF dan bahan organik menunjukkan pengaruh yang nyata tetapi hannya pada parameter P-total tanah, dimana hasil terbaik ditunjukkan oleh perlakuan T. pinophilus dan K. Ayam (M2K2) yang mampu meningkatkan P-total tanah sebesar 51,51% dibanding kontrol, sedangkan pada parameter lain meskipun interaksi antara Mikoriza+MPF dan bahan organik tidak berpengaruh nyata secara statistik tetapi tetap cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tanpa perlakuan Mikoriza+MPF dan bahan organik. Hal ini menunjukkan bahwa tercukupinya kebutuhan hara P bagi tanaman sehingga memberikan hasil yang positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Hanafiah et al. (2009) mengatakan bahwa P berperan dalam pembelahan sel, merangsang pertumbuhan awal pada akar, pemasakan tanaman, pembentukan buah dan produksi biji. Begitu pula dengan K. Ayam menyumbangkan unsur hara N,P,K. interaksi antara MPF dengan kotoran ayam menyediakan unsur hara yang dapat digunakan untuk proses metabolisme tanaman, salah satunya fostosintesis.

(43)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Pemberian Mikoriza+MPF mampu meningkatkan serapan P-tanaman dan pertumbuhan tanaman yaitu bobot kering akar, bobot kering tajuk, dan tinggi tanaman, serta perlakuan terbaik ditunjukkan oleh Jamur T pinophilus.

2. Pemberian beberapa bahan organik mampu meningkatkan serapan P-tanaman dan pertumbuhan tanaman yaitu bobot kering akar, bobot kering tajuk , dan tinggi tanaman, dimana perlakuan terbaik ditunjukkan oleh jenis bahan organik kotoran ayam.

3. Interaksi antara pemberian Mikoriza+MPF dan beberapa bahan organik berpengaruh nyata tetapi hanya pada parameter P-total tanah, dan perlakuan terbaik ditunjukkan oleh kombinasi perlakuan T. pinophilus dan K. ayam (M2K2).

Saran

Untuk meningkatkan ketersediaan P tanah dan serapan P tanaman pada tanah Andisol sebaiknya menggunakan jenis MPF yaitu jamur T. pinophilus dan untuk penambahan bahan organik sebaiknya menggunakan jenis bahan organik kotoran ayam agar memperoleh pertumbuhan tanaman yang optimal terutama tanaman Jagung.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D. P. 2009. Ikatan Antara Organik Tanah dengan Logam. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Dharma K. S., N. Soniari dan T. B. Kusmiyarti. 2017. Retensi Dan Ketersediaan Fosfor Tanah Serta Pertumbuhan Jagung Akibat Perlakuan Bakteri Pelarut Fosfat Dan Pupuk Organik. Program Studi Agroekoteknologi Fak. Pertanian Universitas Udayana. Seminar Nasional Sains dan Teknologi IV (SENASTEK-2017), Kuta, Bali, Indonesia, 14–15 Desember 2017.

Fatmala. V. 2015.Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo . ISSN No. 2337- 6597 Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol.3, No.3 : 1164 - 1168, Juni 2015. Medan.

Fitriatin, B. N., A. Yuniarti dan O. Mulyani. 2011. Pengaruh Mikroba Pelarut Fosfat Terhadap P Tersedia, Aktivitas Fosfat dan Hasil Tanaman Padi Gogo pada Tanah Ultisol. Jurnal Agricultura. Vol 20(3) : 2010-2015.

Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Terjemahan : Herawati Susilo. UI Press. Jakarta.

Ginting. R. C. B., Rasti Saraswati, dan Edi Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor.

Hanafiah A.S., T. Sabrina., dan Hardy Guchi.2009. Biologi dan Ekologi Tanah.

Program Studi Agroekoteknologi FP USU. Medan.

Ilham, Ida B. G. D., I Gusti M. O. N., dan Retno K. 2014. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pelarut Fosfat Potensial Pada Tanah Konvensional Dan Tanah

Organik.ISSN: 2337-7224 JURNAL SIMBIOSIS II (1): 173- 183 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana . Bali.

Khairuna, Syafruddin, dan Marlina. 2015. Pengaruh Fungi Mikoriza Arbuskular Dan Kompos Pada Tanaman Kedelai Terhadap Sifat Kimia Tanah. J.

Floratek 10: 1 - 9

Marbun, S., M. Sembiring dan B. Sitorus. 2015. Aplikasi Mikroba Pelarut Fosfat dan Bahan Organik Untuk Meningkatkan Serapan P dan Pertumbuhan Kentang Pada Andisol Terdampak Erupsi Gunung Sinabung. Jurnal Agroekoteknologi FP USU. Vol.4 (1) : 1651-1658.

Masria. 2015. Peranan Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Untuk

(45)

Ketersediaan P Pada Lahan Kering. Jurusan Manajemen Pertanian Lahan Kering Politeknik Pertanian Negeri Kupang Jl. Adisucipto Penfui, P. O. Box. 1152, Kupang 85011

Mukhlis. 2011.Tanah Andisol Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis . USU Press. Medan.

Mukhlis. Zulkifli ,N. Dan Budi , M. 2014.Effects of Land Use on the Physico Chemical Properties of Andisols in Mt. Sinabung, North Sumatera, Indonesia. ISSN: 1394-7990. Malaysian Journal of Soil Science Vol. 18:

51-60 (2014)

Nalita, M. S. 2013. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Ketersediaan Fosfor Pada Tanah-Tanah Kaya Al Dan Fe. Departemen Ilmu Tanah Dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB.Bogor.

Nur. L.A., Delita Zul, Nelvia.2016.Pengaruh Inokulasi Campuran Isolat Bakteri Pelarut Fosfat Indigenus Riau Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Kedelai (Glycine Max L. Merr). Jurnal Agroteknologi, Vol. 7 No. 1, Agustus 2016 : 7 – 14. Riau.

Rachman, I.A., S. Djuniwati dan K. Idris.2008.Pengaruh Bahan Organik Dan Pupuk NPK Terhadap Serapan Hara Dan Produksi Jagung Di Inceptisol Ternate . ISSN 1410-7333 Jurnal Tanah dan Lingkungan, Vol.10 No.1, April 2008:7-13 . Bogor.

Ritonga. M. 2015.Perubahan Bentuk P Oleh Mikroba Pelarut Fosfat Dan Bahan Organik Terhadap P-Tersedia Dan Produksi Kentang (Solanum Tuberosum L.) Pada Tanah Andisol Terdampak Erupsi Gunung Sinabung. E-ISSN No. 2337- 6597 Jurnal Agroekoteknologi . Vol.4.

No.1, Desember 2015. (551) :1641- 1650. Medan.

Saghir M.K., Almast Z., Javed M. 2014. Phosphate Solubilizing Microorganisms, DOI 10.1007/978-3-319-08216-5_2, Springer International Publishing.

Switzerland.

Sembiring, M., D. Elfiati, E. S. Sutarta and T. Sabrina. 2015. Effect of Talaromyces pinophilus and SP36 on Phosphate Available and Potato (Solanum tuberosum L.) Production on Andisol Impacted by Mount Sinabung Eruption, North Sumatera, Indonesia. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). Vol. 24 (7) : 382-388.

Sembiring, M., D. Elfiati, E. S. Sutarta and T. Sabrina. 2016. Effect Burkholderia

cepacia and SP36 on Available Phosphate and Potato (Solanum tuberosum L.) Production on Andisol Impacted by Mount

Sinabung Eruption, North Sumatera, Indonesia. Journal of Applied Horticulture. Vol. 18 (3) : 223-235.

Referensi

Dokumen terkait

Keluaran Jumlah Pelaksanaan Survey dan Pendataan Organisasi Masyarakat dan LNL.

Keluaran Jumlah Verifikasi Dokumen Permintaan Bantuan Keuangan.

Experimental results show that various clusters not only discriminate building roofs from other image parts but also distinguish different roof types (e.g., pitched, flat)..

 Pengertian populasi dan sampel  Macam-macam data matematika, menanya (berfikir divergen), menalar, mencoba dan membuktikan dan menyimpulka n o Pengertian statistik dan

The main contribution of this paper is the use of point feature attributes to better segment MLS data into components that have a one-to-one relationship with objects. The

Penemuan interferon hasil dari bioteknologi modern untuk mengobati penyakit kanker sangatlah bermanfaat bagi para penderita, karena jaringan yang terkena kanker

As the conclusion, this research proved that Teaching vocabulary by using English comic as media could improve the ability in mastery vocabulary furthermore,

Mikrokontroler ini kompitabel dengan keluarga yang diproduksi oleh In- tel Inc USA. Untuk tipe 89C51 merupakan versi dengan EEP- ROM. Kode C menyatakan mikrokontroler dibuat