• Tidak ada hasil yang ditemukan

Traceability to Plantation for independent

Dalam dokumen Publikasi (Halaman 65-95)

mills by 2020

100

%

reuSe OF SOLID & LIQuID WaSTe

Pada tahun 2016, bersama-sama dengan perusahaan induk kami, Golden Agri-Resources Ltd (“GAR”), SMART terus menerapkan inisiatif untuk mewujudkan komitmen keberlanjutannya pada Kebijakan Sosial dan Lingkungan (“KSLG”) menjadi kenyataan. Kemitraan baru dengan masyarakat, pelanggan, pemasok, dan pemerintah memainkan peran kunci dalam upaya ini. Upaya kami juga sejalan dengan sejumlah Agenda Pembangunan Berkelanjutan yang tercantum dalam dokumen

Sustainable Development Goals (“SDGs”) PBB seperti kebijakan perubahan iklim, menyediakan lapangan kerja yang layak dan mencapai pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan, dan melestarikan ekosistem daratan. Di samping SDGs, kami mematuhi 10 prinsip

United Nations Global Compact (“UNGC”).

KeMajuan DaLaM BIDang KOnSerVaSI

Sebagai pihak yang menerapkan Kebijakan Konservasi Hutan pertama kalinya dalam industri ini sejak tahun 2011, kami menempatkan sebagai prioritas kebijakan dan kegiatan yang dapat memutus kaitan antara produksi minyak sawit dan deforestasi. Kami melaksanakan

penilaian Nilai Konservasi Tinggi (“NKT”)1 dan Stok Karbon

Tinggi (“SKT”)2 sebagai bagian dari prosedur standar

Perusahaan sebelum memulai kegiatan pembangunan kebun baru. Saat ini kami telah mengidentifikasi lahan 1 http://www.smart-tbk.com/berkelanjutan/konservasi-hutan/ber-nilai-

konservasi-tinggi/

2 http://www.smart-tbk.com/berkelanjutan/konservasi-hutan/ber-stok-

karbon-tinggi/

In 2016, SMART together with our holding company, Golden Agri-Resources Ltd (“GAR”), continued to implement initiatives to turn our sustainability commitments in the GAR Social and Environmental Policy (“GSEP”) into practical reality. New partnerships with communities, customers, suppliers and government play a key part in this endeavour. Our efforts are also aligned to several of the United Nations’ Sustainable Development Goals (“SDGs”) such as climate change action, providing decent work and economic growth, reducing inequalities and preserving life on land. Beside SDGs, we adhere to the ten principles of United Nations Global Compact (“UNGC”).

PrOgreSS On PracTIcaL cOnSerVaTIOn

Since we adopted the first Forest Conservation Policy in the industry in 2011, we have made decoupling palm oil production from deforestation a top priority. We carry out High Conservation Value (“HCV”)1 and High Carbon

Stock (“HCS”)2 assessments as part of our standard

procedures before embarking on new development. We have currently identified around 9,500 hectares - of HCV and HCS areas for conservation across our concessions. Defining these areas on paper is only the first step towards conservation; ensuring they are properly protected on the ground requires a workable model of collaboration 1 http://www.smart-tbk.com/en/berkelanjutan/konservasi-hutan/ber-nilai- konservasi-tinggi/

2 http://www.smart-tbk.com/en/berkelanjutan/konservasi-hutan/ber-stok- karbon-tinggi/

seluas kurang lebih 9.500 ha sebagai kawasan NKT dan SKT sebagai areal konservasi di perkebunan kami.

Menetapkan lokasi kawasan tersebut di atas kertas barulah langkah pertama menuju konservasi; memastikan kawasan itu betul-betul dilindungi di lapangan membutuhkan model kerja sama dan kemitraan dengan masyarakat lokal dan pemangku kepentingan utama lainnya seperti pemerintah daerah. Tanpa kerja sama dengan masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya, kawasan yang disisihkan untuk konservasi akan tetap rentan terhadap perambahan oleh pihak luar yang sering menganggap kawasan tersebut sebagai lahan kosong dan boleh dibuka menjadi kebun. Forum Ekonomi Dunia telah menyerukan model baru pembangunan pedesaan yang berkelanjutan di kawasan perbatasan hutan dan khususnya, “kemitraan pelestarian-

produksi” berbasis lokasi3. Bersama GAR, kami telah

mengupayakan kemitraan ini sejak tahun 2015 ketika Perseroan mulai bekerja sama dengan masyarakat lokal untuk secara resmi memetakan batas-batas desa mereka melalui Pemetaan Partisipatif. Kami membantu desa memetakan daerah kritis seperti batas-batas lahan adat, penggunaan lahan saat ini dan lahan yang diperlukan untuk ketahanan pangan di masa depan. Peta ini diajukan ke dan secara resmi diakui oleh pihak berwenang, dan berfungsi antara lain untuk memperjelas hak kepemilikan lahan atau penguasaan lahan sehingga memungkinkan desa untuk mendapatkan akses dana pembangunan desa dari pemerintah.

Kegiatan pemetaan tersebut meletakkan dasar untuk dialog lebih lanjut tentang konservasi melalui proses Perencanaan Konservasi Partisipatif. Pendekatan konsultasi intensif yang kami lakukan memperhitungkan kepedulian, kebutuhan, dan aspirasi masyarakat lokal, termasuk ketahanan pangan dan kesinambungan kemampuan untuk memperoleh penghidupan yang layak.

Elemen inti dari pendekatan konservasi yang partisipatif adalah merancang program Penghidupan Alternatif yang memungkinkan masyarakat untuk memperoleh penghidupan tanpa mengganggu hutan dan ekosistem. Program Penghidupan Alternatif saat ini sedang diujicobakan, antara lain dengan menanam sayuran organik menggunakan lahan pekarangan. Proyek ini memberikan sejumlah manfaat termasuk meningkatkan swasembada pangan dan memberikan tambahan penghasilan dari kegiatan pertanian organik. Dengan bantuan dan bimbingan dari Perseroan, masyarakat lokal dapat mempelajari berbagai metode pertanian baru yang berkelanjutan, tanpa penggunaan bahan kimia dan, yang lebih penting, tanpa menggunakan metode bakar untuk menyiapkan lahan.

Pencegahan KeBaKaran MeLengKaPI uPaya KOnSerVaSI

Kami melengkapi upaya kemitraan masyarakat terkait konservasi dengan program pencegahan kebakaran berbasis masyarakat di daerah-daerah yang telah diidentifikasi sebagai area rawan kebakaran. Program pencegahan kebakaran kami dikenal dengan nama Desa Siaga Api telah dirintis sejak tahun 2016 di Jambi.

3 Kunjungi laman ini untuk mengunduh berkas: http://www3.weforum.

org/docs/WEF_GAC15_Better_Growth_with_Forests.pdf

and partnership with local communities and other key stakeholders such as local government. Without this, areas set aside for conservation remain prone to encroachment by external parties who frequently regard the area as unoccupied land.

The World Economic Forum has called for new models of sustainable rural development at the forest frontier and in particular, place-based “protection-production partnerships”3. Together with GAR, we have been working

on these partnerships since 2015, when we began collaborating with local communities to formally map their villages through Participatory Mapping. We help the villages map out critical areas such as customary boundaries, existing land-use, and land necessary for food security. This map is lodged with and formally recognised by the authorities, serving amongst other things to clarify land tenure rights and enabling villages to gain access to government development funds for the first time. The mapping lays the foundation for further dialogue on conservation through our Participatory Conservation Planning process. Our intensive consultative approach takes into account local community concerns, needs and aspirations including food security requirements and continued ability to earn a decent and stable livelihood. A core element of this approach involves designing Alternative Livelihood programmes that allow communities to earn an income without disturbing forests and sensitive ecosystems. Alternative Livelihood programmes currently being piloted include organic vegetable farming using spare communal land. These projects bring several benefits including improving food self-sufficiency and additional income from sustainable farming. With help and guidance from the Company, local communities are exposed to new, sustainable ways of farming without use of chemicals and more importantly, without the use of fire to clear land.

FIre PreVenTIOn cOMPLeMenTS cOnSerVaTIOn We are complementing our community conservation partnerships with community-based fire prevention programmes in areas that have been identified as fire- prone. Our fire prevention programme, Desa Siaga Api was piloted in 2016 in Jambi.

At the end of the first year, the nine participating villages met targets for fire prevention and qualified for community infrastructure support. The pilot will now evolve into an expanded programme called Desa Makmur Peduli Api and will focus on three elements: fire prevention, forest conservation and food security. Alternative Livelihood programmes will also be rolled out.

While the weather conditions in 2016 were a welcome reprieve from the extreme drought and El Niño effects of 2015, we continue to be vigilant and prepared to tackle fires. There has been no let up in training staff in fire preparedness and around 3,000 personnel throughout our concessions remain on standby to rapidly suppress fires. Due to strict adherence to our Zero Burning Policy, we had no significant fires on our plantations last year. We post 3 Visit this page to download the file: http://www3.weforum.org/docs/WEF_ GAC15_Better_Growth_with_Forests.pdf

Pada akhir tahun pertama, sembilan desa yang berpartisipasi mencapai target pencegahan kebakaran dan memenuhi syarat untuk memperoleh bantuan infrastruktur. Proyek percontohan tersebut kini akan dikembangkan menjadi program yang disebut Desa Makmur Peduli Api dan akan berfokus pada tiga unsur, yaitu penanggulangan kebakaran, konservasi hutan, dan ketahanan pangan. Program Penghidupan Alternatif juga akan terus dikembangkan dan disebarluaskan ke lokasi lain.

Kendati kondisi cuaca tahun 2016 memberi ruang untuk sedikit bernapas lega dari kekeringan ekstrem dan dampak El Niño 2015, kami tetap waspada dan siap untuk mengatasi kebakaran. Upaya pelatihan staf untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi kebakaran tidak dikendurkan, dan sekitar 3.000 personil Tim Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat (TKTD) di seluruh perkebunan tetap siaga untuk segera melakukan pemadaman bila timbul kebakaran. Karena kepatuhan pada kebijakan Tanpa Bakar, tidak ada peristiwa kebakaran yang signifikan di perkebunan kami selama tahun 2016. Kami memuat

laporan peristiwa kebakaran setiap bulannya melalui GAR

Sustainability Dashboard4.

MeLInDungI SPeSIeS LangKa, TerancaM, Dan haMPIr Punah

Dalam hal kegiatan Perseroan di Indonesia menempatkan kami di dalam atau di dekat kawasan yang memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dan beragam, kami memiliki komitmen untuk melestarikan serta melindungi keanekaragaman hayati tersebut. Hal ini dicapai melalui identifikasi dan perlindungan kawasan NKT dengan

didukung oleh Kebijakan Toleransi Nol (Zero Tolerance)

yang melarang berburu, melukai, memiliki, atau membunuh satwa liar yang tergolong langka, terancam dan hampir punah. Kami mengingatkan karyawan, masyarakat lokal, dan pemangku kepentingan terkait tentang pentingnya melindungi spesies langka, terancam, dan hampir punah.

Pelestarian orangutan tetap menjadi fokus khusus SMART untuk melestarikan spesies langka, terancam dan hampir punah. Sejak tahun 2011, Perseroan telah bermitra dengan Orangutan Foundation International (OFI) untuk merehabilitasi dan melepasliarkan orangutan liar yang pernah ditangkap. Sampai saat ini, kami telah mendukung pelepasliaran 63 orangutan ke habitat alaminya di Hutan Seruyan di Kalimantan, Indonesia, di mana 12 individu di antaranya dilepasliarkan pada tahun 2016.

MenguBah ranTaI PaSOK KaMI MeLaLuI KeBerPeranan

Membawa rantai pasok bersama kami dalam perjalanan keberlanjutan melalui dialog dan keberperanan merupakan 4 http://goldenagri.com.sg/sustainability/sustainability-dashboard/

monthly fire incident reports on the GAR Sustainability Dashboard4.

PrOTecTIng rare, ThreaTeneD anD enDangereD SPecIeS

Operating in Indonesia places us in or near areas of rich and varied biodiversity and we want to preserve and protect this biodiversity. This is achieved through our identification and protection of HCV areas backed up by our Zero Tolerance Policy towards hunting, injuring, possessing and killing of rare, threatened and endangered wildlife. We continuously educate our employees, local communities and related stakeholders on the importance of protecting rare, threatened and endangered species. Protection of orangutans remains a special focus for SMART. Since 2011, we have partnered with Orangutan Foundation International (OFI) to rehabilitate and release wild-born, formerly captive primates. To date, we have supported the release of 63 orangutans into their natural habitat in Seruyan Forest in Kalimantan, Indonesia, with 12 released in 2016. TranSFOrMIng Our SuPPLy chaIn ThrOugh engageMenT

Bringing our supply chain along with us on our sustainability journey through dialogue and engagement is essential if we are to ensure that the palm oil industry increasingly adopts and strengthens responsible practices.

hal penting jika ingin memastikan semakin banyak pemain industri minyak sawit yang menerapkan praktik-praktik berkebun dan mengolah produk sawit yang bertanggung jawab.

Peluncuran program Kemamputelusuran ke Perkebunan (Traceability to the Plantation atau “TTP”) pada tahun 2016 memungkinkan kami untuk menjangkau lebih banyak pemasok, termasuk tengkulak dan petani swadaya. Sementara itu, kami sudah berhasil menelusuri semua pabrik kelapa sawit (“PKS”) yang memasok ke empat lokasi pengolahan hilir kami - 280 PKS pada tahun 2016, yang 16 PKS di antaranya dimiliki SMART. Bekerja sama dengan PKS tersebut, saat ini kami melakukan pemetaan rantai pasok hingga ke sumber kelapa sawit.

Pelaksanaan kemamputelusuran memberi Perseroan informasi penting mengenai asal bahan baku, sehingga meningkatkan transparansi di mata pembeli dan pelanggan. Sebelum pelaksanaan TTP, pabrik SMART sudah mengidentifikasi 90% dari sumber pasokan tandan buah segar (“TBS”) dan Perseroan akan menyelesaikan pemetaan ini pada akhir 2017. PKS pemasok pihak ke-tiga mempunyai waktu sampai tahun 2020 untuk menyelesaikan pemetaan hingga ke kebun. Data hasil

pemetaan terbaru dapat dilihat di GAR Sustainability

Dashboard.

Di luar kemamputelusuran, SMART memanfaatkan peningkatan interaksi dengan pemasok untuk mensosialisasikan praktik produksi kelapa sawit yang bertanggung jawab dan membangun kapasitas pemasok untuk mengadopsi praktik-praktik tersebut.

Perseroan melaksanakan program kunjungan ke PKS pemasok sehingga memungkinkan kami untuk memperoleh gambaran lengkap tentang posisi pemasok dalam kaitannya dengan praktik-praktik yang bertanggung jawab, dan bantuan apa yang dibutuhkan untuk mengatasi kesenjangan. Terhitung sejak tahun 2015, kami telah mengunjungi 23 PKS pemasok. Laporan mengenai kunjungan kami ke rafinasi Belawan yang merupakan lokasi dengan konsentrasi PKS pemasok terbanyak, dapat

diakses melalui GAR Sustainability Dashboard. Laporan

ini merangkum permasalahan umum yang dihadapi para pemasok dan merekomendasikan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan tersebut. Banyak dari permasalahan tersebut berkaitan dengan terbatasnya kesadaran dan pemahaman tentang praktik-praktik produksi minyak sawit yang bertanggung jawab.

Untuk mengatasi sebagian masalah sistemik tersebut,

tahun lalu diadakan dua lokakarya perdana Social

and Environmental Excellence Development (SEED) SMART untuk para pemasok, yang membuka jalan bagi mereka untuk bertemu dengan pemerintah, Organisasi Masyarakat Sipil, dan para ahli lainnya guna membahas isu-isu penting seperti bagaimana mendapatkan sertifikasi

Indonesian Sustainable Palm Oil (“ISPO”). Lokakarya ini dihadiri oleh lebih dari 80 perusahaan di setiap acara. Pertemuan tersebut juga memungkinkan pemasok untuk berbagi pengalaman dan saling belajar dari sesama pemasok dan SMART.

Dalam beberapa bulan ke depan, Perseroan berencana menggelar lokakarya dan pelatihan untuk menangani

The launch of our Traceability to the Plantation (“TTP”) exercise in 2016 is enabling us to reach out to a greater number of our suppliers including middlemen and smallholders. Our Traceability to the Mill process enabled us to map all the mills supplying our four downstream processing locations – 280 mills in 2016, with 16 owned by SMART. Working with these mills we are now mapping the supply chain all the way back to origin.

The traceability exercise offers us crucial information about the provenance of our raw materials, improving our transparency to buyers and customers. Prior to the TTP exercise, SMART mills already knew the source of 90% of their fresh fruit bunch (FFB) and we are on track to complete the mapping exercise for our mills by end 2017. Third-party supplier mills will have till 2020 to complete mapping to the plantation. The latest mapping data can be viewed on the GAR Sustainability Dashboard.

Beyond traceability, SMART is using the increased interaction with suppliers to spread responsible palm oil practices and build supplier capability to adopt these practices.

We are carrying out a programme of supplier mill visits which enables us to build a complete picture of where our suppliers stand with regards to responsible practices, and what help they need to address the gaps. Since 2015, we have visited 23 suppliers. A report on our visits to the Belawan refinery area where the largest concentration of supplier mills are located, can be found on the GAR Sustainability Dashboard. The report compiles common issues faced by our suppliers and recommends steps to address these. Many of the issues are related to poor awareness and understanding of responsible practices. To address some of these systemic issues we kicked off two inaugural SMART SEED (Social and Environmental Excellence Development) workshops for our suppliers last year, offering them an avenue to meet government, Civil Society Organisations and other experts on critical issues such as how to obtain Indonesian Sustainable Palm Oil (“ISPO”) certification. The workshops were well-attended with over 80 companies turning up for each event. These gatherings also allow suppliers to share experiences and learn from each other and SMART.

berbagai persoalan lain seperti konservasi Kawasan Ekosistem Leuser, yang merupakan rumah bagi beberapa spesies terancam punah di Aceh dan Sumatera Utara. Dalam kasus-kasus yang sifatnya mendesak, kami telah membantu pemasok dengan rencana aksi guna mengatasi berbagai masalah dari konservasi orangutan sampai isu kepemilikan lahan dan program pencegahan kebakaran berbasis masyarakat. Studi kasus yang berhasil dapat dilihat di situs web GAR: http://goldenagri.com.sg/. Sebuah Tim Dukungan Pemasok khusus dari SMART disiagakan untuk menanggapi berbagai pertanyaan dari pemasok. Anggota tim ini memiliki latar belakang yang beragam dan keahlian di berbagai bidang seperti pengelolaan lingkungan, hukum, dan kemamputelusuran serta merupakan sumber daya yang dapat diandalkan oleh pemasok dalam upaya mereka untuk mematuhi komitmen yang ditetapkan dalam KSLG.

Upaya keberperanan dan dukungan ini pada akhirnya akan membantu membangun rantai pasok dan industri yang lebih tangguh.

MenIngKaTKan PenghIDuPan PeTanI

Diperkirakan sekitar 44% dari perkebunan kelapa sawit di Indonesia dimiliki oleh kurang lebih dua juta petani kecil. Petani plasma SMART menikmati manfaat dari benih berkualitas dan praktik agronomi serta pengelolaan kebun yang modern. Hal ini membuat produktivitas mereka sebanding dengan kebun inti.

Sebaliknya, petani swadaya, yang sebagian memiliki plot lahan sekecil dua hektar, cenderung mencatat produktivitas yang rendah, yaitu sekitar 2-3 ton minyak sawit (“CPO”) per hektar. Angka ini kira-kira separuh dari hasil kebun inti SMART yang mencapai lebih dari lima ton CPO per hektar (dengan kondisi cuaca normal).

Produksi yang tidak efisien merupakan hal yang menjadi perhatian karena berdampak negatif pada mata pencaharian petani, yang dapat meningkatkan tekanan untuk membuka lebih banyak kawasan hutan untuk lahan pertanian dengan harapan meningkatkan pendapatan. SMART percaya solusi masalah produktivitas kebun petani swadaya yang rendah terletak pada kemampuan untuk meyakinkan petani swadaya untuk melakukan penanaman kembali dengan bibit bermutu tinggi, yang dapat melipatgandakan atau bahkan memberikan produktivitas tiga kali lipat pada lahan yang ada. Namun, petani menghadapi beberapa kendala, terutama ketidakmampuan untuk mendapatkan akses pendanaan talangan untuk

penanaman kembali (replanting). Pembiayaan diperlukan

juga untuk memenuhi nafkah mereka selama masa empat tahun sebelum pohon sawit mulai menghasilkan. Konsep Pembiayaan Inovatif diperkenalkan sebagai solusi

In the coming months, we are planning further workshops and training to address other concerns such as the conservation of the Leuser Ecosystem, home to several endangered species in Aceh and North Sumatra.

In urgent cases, we have assisted suppliers with remedial action plans to tackle issues ranging from orangutan conservation to land tenure issues and community- based fire prevention programmes. Successful case studies can be viewed on the GAR website at http:// goldenagri.com.sg/.

A dedicated SMART Supplier Support Team is available to respond to queries from suppliers. The members of the team have different backgrounds and expertise in areas such environmental assurance, law and traceability and are a great resource for our suppliers as they seek to comply with the commitments laid out in the GSEP. These engagement and support efforts will ultimately help build a more resilient supply chain and industry. IMPrOVIng FarMer LIVeLIhOODS

An estimated two million small farmers control around 44% of palm oil estates in Indonesia. SMART’s plasma smallholders enjoy the benefits of quality seeds and advanced agronomic practices and estate management. This makes their yield comparable to the main nucleus estates.

In contrast, independent smallholders, some of whom own plots as small as two hectares, tend towards low crude palm oil (“CPO”) yields of two to three tonnes per hectare. This is roughly half the yield in SMART’s prime estates of over five tonnes per hectare (under normal weather conditions).

Inefficient production is a concern because of its negative impact on a farmer’s livelihood which can lead

Dalam dokumen Publikasi (Halaman 65-95)