• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Ganoderma applanatum

Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Ganodermataceae Genus : Ganoderma

Spesies : Ganoderma applanatum

Hasil pengamatan menunjukkan spesies Ganoderma applanatum memiliki ciri-ciri tubuh tidak bertangkai (sessil), berbentuk kipas, awalnya berwarna putih kemudian ditutupi oleh karat halus kekuningan, kemudian menjadi bewarna coklat kemerahan. Bagian atas berwarna seperti karat, rata dengan panjang sekitar 1-4 cm. Pori berwarna putih, yang akan berubah warna menjadi coklat apabila disentuh, berukuran kecil dan berbentuk bulat atau irregular. Spora berukuran 9-13 x 6-8 mikron, coklat, halus dan elips. Tidak dapat dimakan dan habitatnya pada kayu mati. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat, terdapat pada batang kayu yang telah mati, habitatnya lembab, tertutupi oleh naungan dan sedikit mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia yang terdapat pada Ganoderma applanatum adalah senyawa golongan alkaloid,

flavonoid, glikosida, saponin dan triterpen/steroid.Berikut disajikan gambar Ganoderma applanatum pada Hutan TWA Sicike-cike.

Gambar 9. Ganoderma applanatum 3. Ganoderma sp. 1 Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Spesies : Ganoderma sp. 1

Hasil pengamatan menunjukkan spesies Ganoderma sp. 1 memiliki ciri-ciri tubuh buah berdiameter 10-15 cm, tidak bertangkai (sessil) atau bertangkai, berbentuk kipas, bergaris konsentris saat masih muda, berwarna putih namun segera berubah menjadi kuning karat atau mengkilap, hitam keabu-abuan. Bagian bawah tubuh berwarna putih dan berubah menjadi warna coklat bila digores atau terluka. Spora berukuran 9-13 x 6-9 mikron, coklat dan elips. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu lapuk atau parasit. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat kehitaman, tumbuh pada batang kayu yang telah lapuk, habitatnya lembab, tertutupi oleh naungan dan sedikit mendapatkan

cahaya matahari. Kandungan kimia pada Ganoderma sp. 1adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan triterpen/steroid. Berikut disajikan gambar Ganoderma sp. 1 pada Hutan TWA Sicike-cike.

Gambar 10. Ganoderma sp. 1 4. Ganoderma sp. 2 Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Spesies : Ganoderma sp. 2

Hasil pengamatan menunjukkan spesies Ganoderma sp. 2 memiliki ciri-ciri tubuh buah berdiameter 10-15 cm, tidak bertangkai (sessil) atau bertangkai, berbentuk kipas, bergaris konsentris saat masih muda, berwarna putih namun segera berubah menjadi kuning karat atau mengkilap, hitam keabu-abuan. Bagian tepi tubuh berwarna putih atau abu-abu. Bagian bawah tubuh berwarna putih dan berubah menjadi warna coklat bila digores atau luka. Spora berukuran 9-13 x 6-9 mikron, coklat dan elips. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu lapuk atau bersifat parasit pada pohon. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna kehitaman dengan alur garis membentuk setengah lingkaran,

tumbuh pada batang kayu yang telah roboh, tidak tertutupi oleh naungan dan cukup mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia pada Ganoderma sp. 2 adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan triterpen/steroid. Berikut disajikan gambar Ganoderma sp. 2 pada Hutan TWA Sicike-cike. Gambar 11. Ganoderma sp. 2 5. Trametes versicolor Kingdom :Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas :Hymenomycetes Ordo :Aphylloporales Famili :Polyporaceae Genus :Trametes

Spesies :Trametes versicolor

Hasil pengamatan menunjukkan spesies Trametes versicolor memiliki ciri-ciri tubuh atau sporophore bertangkai (sessil) bentuk semi sirkuler (dimidate) seperti kulit, halus, tipis, melekuk pada bagian pelekatan. Badan buah pendek, permukaan memiliki garis-garis kosentris dan kerutan radial, berwarna putih menjadi kecoklatan ketika dewasa. Daging tipis dan tidak berbau. Spora berwarna putih, silindris, halus, dan berukuran 4,5-8 x 1,5-3 mikron. Tidak bisa dimakandan

habitatnya pada kayu lapuk atau pohon hidup. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat muda, tumbuh pada batang kayu yang telah lapuk, habitatnya pada daerah yang tidak terlalu lembab, tidak tertutupi oleh naungan dan cukup mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia pada Tremetes versicoloradalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, triterpen/steroid.Berikut disajikan gambar Tremetes versicolordi Hutan TWA Sicike-cike.

Gambar 12. Trametes versicolor

6. Trametes sp. 1 Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Polyporaceae Genus : Trametes Spesies : Trametes sp. 1

Hasil pengamatan menunjukkan spesies Trametes sp. 1 memiliki ciri-ciri tubuh atau sporophore tidak bertangkai (sessil) bentuk semi sirkuler (dimidate) seperti kulit atau seperti gabus. Panjang pileus 15-18 cm, lebar 2-7 cm,

permukaan licin, memiliki garis-garis konsentris dan kerutan radial, berwarna coklat kemerahan bagian tepi putih, pucat, krem hingga coklat abu-abu. Permukaan pori berwarna krem gelap. Spora berukuran 9-11 x 3-4 mikron, silindris, elips dan licin. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu lapuk. Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat kehitaman, tumbuh pada kayu yang telah lapuk, habitatnya pada daerah yang tidak terlalu lembab, tidak tertutupi oleh naungan dan cukup mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia pada Trametes sp. 1 adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida dan triterpen/steroid. Berikut disajikan gambar Trametes sp. 1 pada Hutan TWA Sicike-cike.

Gambar 13. Trametes sp. 1 7. Trametes sp. 2 Kingdom : Fungi Divisi : Basidiomycota Kelas : Hymenomycetes Ordo : Aphylloporales Famili : Polyporaceae Genus : Trametes Spesies : Trametes sp. 2

Hasil pengamatan menunjukkan spesiesTrametes sp. 2memiliki ciri-ciri tubuh atau sporophore tidak bertangkai (sessil) bentuk semi sirkular (dimidate)

seperti kulit atau seperti gabus. Panjang pileus 15-18 cm, lebar 2-7 cm, permukaan licin, memiliki garis-garis konsentris dan kerutan radial, berwarna coklat kemerahan bagian tepi putih, pucat, krem hingga coklat abu-abu. Permukaan pori berwarna krem gelap. Spora berukuran 9-11 x 3-4 mikron, silindris, elips dan licin. Tidak bisa dimakan dan habitatnya pada kayu yang lapuk.Keadaan jamur yang didapat ketika berada di lapangan berwarna coklat keputihan, tumbuh pada batang pohon yang telah mati, habitatnya pada daerah yang lembab, tertutupi oleh naungan dan sedikit mendapatkan cahaya matahari. Kandungan kimia Trametes sp. 2 adalah senyawa golongan alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin dan triterpen/steroid. Berikut disajikan gambarTrametes sp. 2 pada Hutan TWA Sicike-cike.

Tingkat Keanekaragaman Jamur Beracun di Hutan TWA Sicike-cike

Jamur beracun yang ditemukan di Hutan TWA Sicike-cike ada tujuh jenis jamur. Data analisis jamur beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3. Analisis JamurBeracun di Hutan TWA Sicike-cike

Jenis Jamur Beracun

K Kr F Fr INP H' Nama Latin Colitricia sp 25500 20.83 0.53 16.73 37.56 Ganoderma applanatum 5780 4.72 0.29 9.18 13.90 Ganoderma sp. 1 10380 8.48 0.46 14.73 23.21 Ganoderma sp. 2 13100 10.70 0.59 18.66 29.36 Trametes versicolor 28800 23.53 0.48 15.42 38.95 Trametes sp. 1 21500 17.56 0.46 14.57 32.13 Trametes sp. 2 17360 14.18 0.34 10.72 24.90 Total 122420 100 3.14 100 200 1.84 Nilai Kerapatan Relatif (KR) tertinggi dari tabel diatas adalah sebesar 23,53% yaitu jenisTrametes versicolor. Nilai KR dari jamurTrametes versicolortinggi dikarenakan jamur Trametes versicolor memiliki tempat tumbuh yang sesuai dengan kondisi lapangan di Hutan TWA Sicike-cike. Nilai KR terendah yaitu sebesar 4,72% dari jenis jamur Ganoderma applanatum. Jamur Ganoderma applanatum memiliki nilai KR rendah karena jenis ini hanya sedikit tumbuh di Hutan TWA Sicike-cike. Beragamnya nilai KR dapat disebabkan oleh kondisi Hutan TWA Sicike-cike yang memiliki beragam kondisi lingkungan sehingga jenis-jenis tertentu yang mampu beradaptasi cenderung banyak tumbuh. Loveless (1989) menyatakan bahwa sebagian tumbuhan dapat berhasil tumbuh dalam kondisi lingkungan yang beraneka ragam sehingga tumbuhan tersebut cenderung tersebar luas.

Nilai Frekuensi Relatif (FR) paling tinggi yang ditunjukkan pada tabel 3 adalah sebesar 18,66% yaitu pada jenis jamur Ganoderma sp. 2. Nilai ini

menunjukan bahwa jenis jamur Ganoderma sp. 2dominan tumbuhan di Hutan TWA Sicike-cike. Sedangkan nilai FR terendah sebesar 9,18% pada jenis jamur Ganoderma applanatum. Nilai ini rendah disebabkan bahwa jenis jamur Ganoderma applanatum tidak tumbuh merata pada Hutan TWA Sicike-cike tetapi hanya tumbuh di tempat tertentu. Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan dengan konstansi. Konstansi atau frekuensi kehadiran organisme dapat dikelompokan atas empat kelompok yaitu jenis aksidental (frekuensi 0-25%), jenis assesori (25-50%), jenis konstan (50,75%) dan jenis absolut (diatas 75%). Berdasarkan data tabel 2, bahwa tumbuhan yang ada di Hutan TWA Sicike-cike termasuk dalam kategori jenis aksidental dengan frekuensi 0-25%. Hal ini menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut daerah penyebarannya terbatas dan hidup pada daerah tertentu saja.

Sesuai dengan pernyataan Soerianegara dan Indrawan (1998) Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR) dan Frekuensi Relatif (FR). Nilai INP tertinggi pada tabel diatas adalah sebesar 38,95 yaitu pada jenis jamur Trametes versicolor. Nilai INP jenis jamur Trametes versicolor tinggi menunjukkan bahwa jenis ini dapat tumbuh pada daerah yang tidak mendapat cahaya dengan baik sehingga tanpa cahaya yang banyak jenis jamur Trametes versicolor dapat tumbuh dengan baik. Sedangkan INP terendah yaitu sebesar 13,90 pada jenisjamur Ganoderma applanatum.Nilai INP pada jenis jamur Ganoderma applanatum rendah dikarenakan jenis jamur Ganoderma applanatum sulit dapat hidup dengan

baik pada daerah Hutan TWA Sicike-cike sehinga jenis ini hanya sedikit penyebarannya pada hutan tersebut.

Indeks Keanekaragaman Shannon-Winner (H’) jamur beracun yang tumbuh di Hutan TWA Sicike-cike yang ditunjukkan melalui tabel 3 adalah sebesar 1,84. Bahwa nilai H’ < 2 menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies pada suatu transek adalah jarang. Data dalam tabel 3 menunjukkan bahwa ketujuh jamur beracun di Hutan TWA Sicike-cike tergolong ke dalam kategori berkeanekaragaman jarang.

Pengujian Metabolit Sekunder Jamur Beracun di Hutan TWA Sicike-cike Kandungan senyawa metabolit sekunder yang diuji pada jamur sebagai indikator adanya racun di dalam tubuh jamur ada 4 golongan yang umum diuji yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tanin dan triterpen/steroid. Data hasil pengujian metabolit sekunder jamur beracun dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini.dssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss

Tabel 4. Hasil Pengujian Metabolit Sekunder

Keterangan:

(+) : Mengandung senyawa metabolit sekunder Dimana: (+) lemah

(++) sedang (+++) kuat

(-) : Tidak mengandung senyawa metabolit sekunder Jenis Jamur

Hasil Pengujian Metabolit Sekunder Alkaloid

Flavonoid Glikosida Saponin Tanin Triterpen/ Steroid Meyer Boucahdart Dragendroff

Trametes versicolor ++ ++ ++ + ++ ++ - ++ Ganoderma applanatum +++ +++ +++ ++ +++ + - ++ Ganoderma sp. 1 +++ +++ +++ ++ +++ +++ - +++ Ganoderma sp. 2 +++ +++ +++ + +++ + - +++ Trametes sp. 1 + + + + ++ + - + Colitricia sp ++ ++ ++ + + - - +++ Trametes sp. 2 + + + + ++ + - +++

Kandungan Metabolit Sekunder pada JamurBeracun diHutan TWA Sicike-cike melalui Uji Metabolit Sekunder

Berdasarkan hasil uji metabolit sekunder diperoleh bahwa jamurberacun pada kawasan Hutan TWA Sicike-cike mengandung berbagai senyawa metabolit sekunder.

1. Alkaloid

Alkaloid sering beracun bagi manusia dan banyak mempunyai kegiatan fisiologis yang menonjol, sehingga banyak digunakan dalam pengobatan. Kandungan senyawa Alkaloida berperan sebagai penurun aktivitas makan pada organisme (antifeedant). Menurut Taofik (2010) yang menyatakan bahwa salah satu alkaloid yang mempunyai struktur tersederhana adalah nikotina, tetapi nikotina ini dampak fisiologinya cukupbesar. Nikotina bersifat racun (toksik) pada dosis yang tinggi, dan pernah juga digunakan sebagai insektisida, sedangkan nikotina dalam dosis rendah dapat berfungsi sebagai stimulan terhadap sistem syaraf otonom.

Setiap tumbuhan mengandung senyawa fitokimia, namun tidak semua tumbuhan mengandung alkaloid. Uji positif alkaloid (mengandung alkaloid) ditandai dengan adanya endapan putih (Restuati, 2004). Untuk pengujian alkaloid menggunakan pereaksi Bouchardat, Wagner, Meyer dan Dragendorff. Perubahan warna larutan yang ditunjukkan oleh pereaksi Bouchardat adalah coklat, sedangkan dengan pereaksi Wagner ditunjukkan dengan adanya endapan warna coklat. Untuk pereaksi Meyer, perubahan warna larutan menjadi putih kekuningan, dan dengan pereaksi Dragendorff ditunjukkan dengan adanya endapan berwarna jingga.

Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil uji alkaloid (Tabel 4) menunjukkan bahwa semua jenis jamur beracunyaituColitricia sp, Ganoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2, Trametes versicolor, Trametes sp. 1danTrametes sp. 2 mengandung alkaloid. Hal ini membuktikan bahwa ke-tujuh jenis jamur yang mengandung alkaloid dapat dijadikan sebagai pengobatan dan juga sebagai pestisida atau anti hama.

Hasil pengujian alkaloid yang dilakukan bahwa ke-tujuh jamur berpotensi sebagai jamur beracun baik untuk memberikan efek kepada manusia ataupun hewan .Peran kandungan senyawa alkaloida yang dapat memberikan efek kepada organisme menjadikan ke-tujuhjamur yangmengandung senyawa alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan biopestisida.

2. Flavonoid

Setiap tumbuhan mengandung senyawa fitokimia namun tidak semua tumbuhan mengandung flavonoid sehingga manfaatnya berbeda-beda. Uji positif flavonoid (mengandung flavonoid) ditandai dengan terjadinya warna kuning, orange, hingga merah (Soetarno dalam Hasarin, 2004). Pengujian flavonoid yang dilakukan menggunakan pereaksi filtrat, serbuk magnesium, asam klorida pekat dan amil alkohol. Tumbuhan yang mengandung flavonoid akan berubah warna menjadi merah, kuning atau jingga.

Hasil pengujian metabolit sekunder menunjukkan bahwa semua jenis jamur beracun yaitu Colitricia sp, Ganoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2, Trametes versicolor, Trametes sp. 1 danTrametes sp. 2mengandung flavonoid (Tabel 4). Jamur yang mengandung flavonoid dapat dijadikan sebagai insektisida nabati.

3. Glikosida

Glikosida merupakan senyawa yang mengandung komponen gula dan bukangula. Komponen gula dikenal dengan nama glikon dan komponen bukan gula dikenalsebagai aglikon. Dari segi biologi, glikosida memiliki peranan penting di dalamkehidupan tumbuhan dan terlibat di dalam pertumbuhan dan perlindungan tumbuhantersebut. Beberapa glikosida mengandung lebih dari satu jenis gula dalam bentuk disakarida atau trisakarida

Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa semua jenis jamurberacun yaitu Colitricia sp, Ganoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2,Trametes versicolor, Trametes sp. 1, danTrametes sp. 2mengandung glikosida (Tabel 4). Fungsiglikosida bagi jamur yaitu sebagai perlindungan jamur. Oleh karna ituglikosidamerupakan senyawa yang tidak disukai oleh hewan.

4. Saponin

Uji positif saponin (mengandung saponin) ditandai dengan terbentuknya busa selama ± 10 menit dan tidak hilang setelah ditambah 1 tetes HCl(Depkes, 1995). Sampel yang sudah diteteskan bersama HClke dalam tabung reaksi dikocok untuk melihat adanya senyawa saponin atau tidak pada tumbuhan yang diuji.

Saponin mempunyai aktivitas farmakologi yang cukup luas di antaranya meliputi: immunomodulator, anti tumor, anti inflamasi, antivirus, anti jamur, dapat membunuh kerang-kerangan, hipoglikemik, dan efek hypokholesterol.

Fungsi aktivitas senyawa saponin menurut Hostettmann dan Marston (1995) adalah sebagai antimikroba, fungisida, antibakteri, antivirus, pestisida, molluscisida dan insektisida. Dalam pemakaiannya saponin bisa dipakai untuk

banyak keperluan, misalnya dipakai untuk membuat minuman beralkohol, dalam industri pakaian, kosmetik, membuat obat-obatan, dan dipakai sebagai obat tradisional.

Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil uji saponin (Tabel 4) menunjukkan bahwa ada 6 jenis jamur beracun yang memiliki busa di antaranya adalahGanoderma applanatum, Ganoderma sp. 1, Ganoderma sp. 2, Trametes versicolor, Trametes sp. 1 danTrametes sp. 2, sedangkan jenis jamur beracun yang tidak memiliki busa adalah Colitricia sp. Hasil uji saponin pada jamurberacun tersebut dapat dijadikan sebagai obat-obatan dan pestisida.

5. Tanin

Tanin adalah suatu senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dan menggumpalkan protein atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Senyawa-senyawa tanin ditemukan pada banyak jenis tumbuhan, berperan penting untuk melindungi tumbuhan dari pemangsaan oleh herbivora dan hama, serta dalam pengaturan pertumbuhan.

Fungsi aktivitas senyawa tanin menurut Goldstein dan Swain (1965) adalah sebagai penghambat enzim hama. Uji skrining menunjukkan adanya kandungan tanin ditandai dengan munculnya perubahan warna menjadi hitam kehijauan kehitaman saat sampel tanaman direaksikan dengan senyawa pereaksi. Berdasarkan dari data hasil pengujian pada Tabel 4, tidak ada satupun jenis jamur beracun yang mengandung tanin.

Dokumen terkait