• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surplus di transaksi finansial meningkat tajam dari USD12 juta di 2005 menjadi USD2,1 miliar, lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD 1,1 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus tersebut lebih banyak didorong oleh aliran masuk dalam bentuk investasi portofolio, di samping terjadi penurunan di sisi aset, yaitu berkurangnya penempatan dana oleh penduduk pada rekening giro dan deposito bank di luar negeri yang cukup signifikan.

Aliran masuk modal jangka panjang (FDI/direct investment in Indonesia) selama 2006 sedikit meningkat sebesar 1,1%, tetapi lebih rendah dari prakiraan semula sebesar 2,3% (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan terjadi pada inflows sektor migas yang naik 6,5%, sedangkan sektor nonmigas menurun 3,2%. Sekalipun aliran masuk sedikit meningkat, secara keseluruhan transaksi FDI mengalami penurunan net surplus karena meningkatnya pembayaran utang FDI di sektor nonmigas. Namun jika transaksi penjualan PT. HM Sampoerna pada tahun 2005 dikeluarkan, transaksi FDI masih mengalami peningkatan.

Dari sisi liabilities, investasi portofolio selama 2006 mengalami surplus sebesar USD5,7 miliar, sedikit lebih tinggi dibanding surplus pada 2005 yang mencapai USD5,3 miliar. Namun demikian, surplus tersebut lebih rendah dari prakiraan semula sebesar USD6,6 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus investasi portofolio terjadi terutama akibat derasnya arus masuk dana ke pasar saham domestik.

Investasi lainnya selama 2006 mengalami penurunan net defisit yang tajam dari USD9,4 miliar menjadi USD5,8 miliar. Net defisit tersebut juga jauh lebih rendah dari prakiraan semula sebesar minus USD10,7 miliar (NPI exe. Nov 2006). Penurunan net defisit tersebut sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya aset bank domestik dalam bentuk rekening giro dan deposito di luar negeri. Di samping itu, di sisi liabilities terjadi peningkatan aliran masuk dalam bentuk bantuan program dan proyek.

Tabel 9

Perkembangan Aliran Masuk di Transaksi Finansial

2005 2006

Inflows, liabilities, o/w 41,580 43,828

Investasi Portfolio, o/w 14,671 16,738

Sektor Publik 6,454 7,550 Bonds (Valas) 2,095 1,930 SUN 2,567 3,097 SBI 1,792 2,523 Sektor Swasta 8,217 9,188 Saham 7,315 8,179

Surat Utang Korporasi (issued domestic) 902 1,009

FDI 15,218 15,389

Nonmigas 8,395 8,125

Saham dan Laba ditahan 6,758 4,485

Pinjaman 1,637 3,640

Migas 6,823 7,264

Saham dan Laba ditahan 6,823 7,264

Investasi Lainnya, o/w 11,691 11,701

Sektor Publik 2,598 3,587 Bantuan Program 1,250 1,501 Bantuan Proyek 1,348 2,086 Sektor Swasta 9,093 8,114 Trade Credit 1,067 953 Banking 2,513 1,289 Corporate 5,513 5,872

Vostro mengalami net

inflows jangka pendek untuk pembelian surat-surat berharga

Penurunan surplus yang tajam di sektor publik terutama karena tidak adanya debt moratorium

Investasi portofolio sektor publik mencatat

surplus walaupun turun

Meningkatnya aliran modal masuk berupa pembelian surat berharga yang dibeli asing tercermin pada aliran dana yang mengalir melalui rekening Rupiah milik nonresiden di bank domestik (Vostro) dimana terjadi net inflows jangka pendek yang sebagian besar ditujukan untuk pembelian SUN dan SBI. Aliran vostro tersebut sebagian besar dilakukan melalui bank asing di domestik.

Grafik 27

Penyelesaian Transaksi Perdagangan Valas/Rp via Vostro

2.1 Sektor Publik

Selama 2006 sektor publik mencatat penurunan surplus yang tajam dari USD4,0 miliar menjadi USD2,0 miliar namun masih lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD1,6 miliar (NPI exe. Nov 2006). Surplus menurun dibanding periode sebelumnya karena pemerintah tidak lagi memperoleh debt moratorium seperti yang didapatkan pada tahun sebelumnya. Di sisi transaksi investasi portfolio, aliran masuk dalam bentuk SUN, dan SBI masih tetap tinggi .

Grafik 28

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor

-6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2* Q.3* Q.4** 2004 2005 2006

Sektor Publik Sektor Sw asta Transaksi Modal Juta

Investasi portofolio sektor publik selama 2006 mencatat net inflows, namun tidak setinggi surplus yang terjadi di 2005 karena net inflows dalam bentuk SUN dan SBI mengalami penurunan dan terjadi pembayaran yankee bond sebesar USD400 juta.

Transaksi investasi lainnya mengalami

lonjakan defisit pasca debt moratorium

Selisih suku bunga domestik dan internasional yang masih menarik disertai dengan kondisi pasar keuangan global yang likuid membuat aliran masuk dalam bentuk SUN dan SBI meningkat signifikan, masing-masing bertumbuh 7,8% dan 40,8%. Namun dalam periode yang sama terjadi pula kenaikan penjualan SUN dan SBI oleh asing masing-masing sebesar 75,9% dan 95,5%. Akibatnya, secara neto arus masuk modal asing dalam bentuk SUN dan SBI menurun masing-masing sebesar 0,6% dan 49,3%. Meskipun demikian, transaksi perdagangan SUN dan SBI oleh asing masih mencatat net beli sehingga ikut mendukung kestabilan Rupiah pada level RP/USD 9,000-an. Dengan perkembangan tersebut posisi SUN dan SBI yang dimiliki oleh asing pada akhir 2006 masing-masing mencapai level Rp54,9 triliun dan Rp18,1 triliun, meningkat dari posisi 2005 yang masing-masing sebesar Rp31,1 triliun dan Rp14,9 triliun.

Grafik 29

Perkembangan Posisi SBI dan SUN oleh Non Resident

-10 20 30 40 50 60 70 Ju l Aug Sep Ok t Nop De s Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Ju l Aug Sep Ok t Nop De s Ja n Fe b Ma r Apr Ma y Juni Ju l Augt Sep t Oc t No v De c 2004 2005 2006 trilyun Rp Rp/USD 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 10.500 Kepemilikan SBI oleh Asing

Kepemilikan SUN oleh Asing Nilai Tukar

Dengan tidak adanya debt moratorium di 2006, transaksi finansial sektor publik dalam bentuk investasi lainnya mengalami lonjakan defisit dari USD848 juta menjadi USD2,5 miliar. Namun demikian, selama 2006 terjadi peningkatan pencairan pinjaman, baik dalam bentuk bantuan program maupun proyek, yaitu masing-masing 20,3% dan 35,2%. Pencairan bantuan program mencapai USD1,5 miliar yang sebagian besar berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia (IBRD). Di samping itu, juga diterima bantuan pinjaman dari JBIC dan Bank Pembangunan Islam (IDB). Sumber bantuan program yang mengalami kenaikan berasal dari IBRD sebesar USD 530 juta dari tahun sebelumnya sebesar USD399 juta. Bantuan program sepanjang 2006 lebih banyak diperuntukan untuk development policy program dan perbaikan good governance. Di sisi lain, pencairan bantuan proyek mengalami kenaikan, terutama dari CGI yang mencapai USD1,5 miliar dari tahun sebelumnya sebesar USD1,1 miliar. Pinjaman tersebut lebih banyak ditujukan untuk proyek infrastruktur dalam rangka perbaikan iklim investasi, termasuk bantuan proyek yang diperuntukan bagi proyek listrik dan pembangunan jalan.

Surplus transaksi

finansial swasta didorong

oleh berkurangnya

penempatan asset rekening giro dan deposito bank di LN

FDI neto mengalami

penurunan surplus

Grafik 30

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik

-2500 -1500 -500 500 1500 2500 3500 4500 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Port f olio Invest ment Ot her Invest ment Financial Account Jut a USD

2. Sektor Swasta

Transaksi finansial swasta selama 2006 mengalami surplus USD0,2 miliar dibandingkan defisit sebesar USD4,0 miliar pada 2005. Perkembangan transaksi finansial swasta tersebut berbeda dari prakiraan semula sebesar defisit USD2,7 miliar (NPI exe. Nov 2006). Surplus tersebut terutama disumbang oleh peningkatan inflows di sisi

liabilities dan berkurangnya simpanan rekening giro dan deposito milik bank domestik di

luar negeri.

Grafik 31

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta

-6000 -5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Direct Invest ment Port f olio Invest ment Ot her Invest ment Financial Account Jut a USD

Transaksi FDI (direct investment in Indonesia) mencatat penurunan surplus dari

USD8,3 miliar pada 2005 menjadi USD7,5 miliar pada 2006, namun sedikit lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD7,4 miliar (NPI exe. Nov 2006). Akan tetapi, jika transaksi penjualan PT. HM Sampoerna pada tahun 2005 sebesar USD 3,2 miliar

dikeluarkan, transaksi FDI mengalami peningkatan sebesar 47,1%. Dengan

Inflows FDI sektor migas meningkat

Tidak tercatat aliran inflow dari privatisasi dan

banking restructuring

Investasi portfolio sektor swasta mencatat surplus

transaksi direct investment mencapai surplus USD4,1 miliar, turun dibanding USD5,3 miliar pada 2005.

Inflows FDI yang meningkat di sektor migas dari USD6,8 miliar menjadi USD7,3 miliar didorong oleh potensi hidrokarbon Indonesia yang masih cukup besar yang ditunjukkan dengan peningkatan cadangan terbukti dari 4,19 juta barel pada 2005 menjadi 4,37 juta barel pada 2006. Di samping itu, harga minyak dunia yang berada pada keseimbangan baru USD50.0/bl dipandang masih menarik. Kondisi ini mengakibatkan investasi yang dikeluarkan oleh KPS untuk kegiatan eksplorasi meningkat. Tingginya minat investor di sektor migas juga terbukti dengan telah ditandatangani 18 proyek wilayah kerja dari total 21 proyek wilayah kerja langsung yang ditawarkan pada 13 Desember 2006. Ditambah lagi adanya komitmen investasi dari Cina yang telah ditandatangani Oktober 2006 dalam forum Indonesia China Energy Forum II (ICEF) di Shanghai dan komitmen investor Jepang yang ditandatangani November 2006 di Tokyo dalam Indonesia Japan Energy Round Table VII (IJERT). Proyek-proyek yang ditandatangani tersebut membutuhkan 5-10 tahun untuk berproduksi. Di sisi lain, dalam periode laporan tidak tercatat aliran FDI sektor nonmigas melalui privatisasi atau restrukturisasi perbankan. Hal ini disebabkan, dari Rp1,0 triliun nilai privatisasi (yang dikelola oleh PT. PPA) dan Rp2,6 triliun nilai restrukturisasi perbankan yang direalisasikan selama tahun 2006, sebagian dibeli oleh investor asing melalui pasar saham dan sebagian lainnya dibeli oleh investor domestik.

Grafik 32

Perkembangan Direct Investment di Indonesia.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Inf lows Oil & Gas Inf lows Non Oil & Gas Direct Invest ment Liabilit ies, net Jut a USD

Dari sisi liabilities, investasi portofolio neto sektor swasta mengalami peningkatan surplus dari USD444 juta pada 2005 menjadi USD1,3 miliar pada 2006. Namun surplus tersebut lebih rendah dari prakiraan semula sebesar USD2,2 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan tersebut berasal dari derasnya arus masuk ke pasar saham yang bertambah sebesar 11,8%. Dengan memperhitungkan kenaikan aset penduduk di luar negeri

Transaksi saham net

inflows dan IHSG tertinggi sepanjang sejarah

Investasi surat utang

yang diterbitkan oleh

korporasi juga mengalami

peningkatan inflows

Investasi lainnya sektor

swasta mencatat penurunan defisit tajam

dalam bentuk surat berharga, secara neto investasi portofolio sektor swasta mencatat defisit sebesar USD659 juta.

Transaksi saham sepanjang 2006 mengalami net inflows sebesar USD1,9 miliar, dibandingkan net outflow sebesar USD0,2 miliar pada 2005. Sejalan dengan hal tersebut, angka IHSG meningkat tajam ke level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu sebesar 1.805, dan terjadi penguatan nilai tukar Rupiah.

Grafik 33

Perkembangan Transaksi Asing di BEJ dan Nilai Tukar miliar Rp -2,500 -2,000 -1,500 -1,000 -500 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De s 2005 2006 IHSG -200 400 600 800 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 Foreign Buy Foreign Sell Foreign Net IHSG IHSG 800 1,300 1,800 2,300 2,800 Jan Fe b Mar Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Se p Ok t No p De s Jan Fe b Mar Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De s 2005 2006 Nilai Tukar 800 850 900 950 1000 1050 IHSG Nilai Tukar

Sementara itu, transaksi portofolio dalam bentuk surat utang milik korporasi domestik yang diterbitkan di pasar dalam negeri dan luar negeri mencatat net outflows sebesar USD0,65 miliar, menurun dibandingkan net inflows sebesar USD0,61 miliar pada 2005. Terjadinya net outflows tersebut terutama disebabkan oleh cukup besarnya jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo, sedangkan dari sisi inflows sebenarnya terjadi kenaikan arus masuk yang cukup besar. Peningkatan inflows tersebut mengindikasikan semakin besarnya minat perusahaan untuk memanfaatkan pasar obligasi sebagai alternatif sumber pembiayaan di luar perbankan.

Grafik 34

Posisi Obligasi Korporasi Domestik

-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006 Obligasi LN Obligasi DN Jut a USD

Di sisi liabilities, investasi lainnya sektor swasta mencatat kenaikan surplus dari USD

45 juta pada 2005 menjadi USD 320 juta pada 2006 dan berbeda dari prakiraan semula sebesar defisit USD29 juta (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus tersebut terutama

akibat berkurangnya pembayaran utang sektor perbankan dari USD3,8 miliar pada 2005 menjadi USD1,0 miliar pada 2006. Sementara itu, di sektor korporasi terjadi peningkatan pembayaran utang dari USD4,5 miliar menjadi USD6,5 miliar. Di sisi aset, terjadi penarikan simpanan rekening giro dan deposito milik bank domestik di luar negeri dalam jumlah yang cukup besar. Penurunan aset tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kenaikan kebutuhan devisa sehubungan dengan terjadinya pencairan SBI oleh asing pada triwulan kedua dan dampak stabilisasi valas oleh Bank Indonesia untuk meredam kuatnya tekanan apresiasi nilai tukar Rupiah pada triwulan pertama. Dengan perkembangan tersebut, secara neto investasi lainnya sektor swasta mengalami penurunan defisit yang tajam dari USD8,6 miliar menjadi USD3,3 miliar.

30 Realisasi 2006 , Prakiraan Tw I-2007, dan Proyeksi 2007-2008

Posisi cadangan devisa 2006 meningkat mencapai USD42,6 miliar

Surplus NPI dan cadangan devisa yang tinggi mendorong pemerintah melunasi utang ke IMF

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia, pada akhir 2006 cadangan devisa mencapai USD42,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2005 yang mencapai USD34,7 miliar, dan dari prakiraan semula sebesar USD40,4 miliar (NPI exe. Nov 2006). Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,5 bulan. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan penerimaan devisa hasil ekspor migas akibat kenaikan harga minyak yang rata-rata mencapai USD62,7/bl, lebih tinggi dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar USD52/bl. Kenaikan cadangan devisa sebagian juga terkait dengan langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar yang cenderung menguat, terutama pada triwulan pertama, sebagai akibat terus meningkatnya arus masuk dana jangka pendek.

Surplus neraca pembayaran, baik yang terjadi di sisi transaksi berjalan maupun transaksi modal & keuangan, serta tingginya posisi cadangan devisa telah mendukung kestabilan nilai tukar rupiah selama periode laporan. Meskipun Bank Sentral Amerika Serikat masih mengadopsi kebijakan moneter ketat sementara Bank Indonesia cenderung memperlonggar kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga BI rate, nilai tukar rupiah tetap stabil, bahkan cenderung menguat, dan inflasi semakin menurun. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mempercepat pelunasan utang pada IMF, tahap pertama pada akhir Juni 2006 sebesar USD3,7 miliar dan tahap kedua pada Oktober 2006 sebesar USD3,0 miliar, sehingga secara total percepatan pelunasan utang IMF mencapai USD7,6 miliar.

Grafik 35

Cadangan Devisa dan Bulan Impor

10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2002 2003 2004 2005 2006

juta USD bln Impor dan

Pembayaran ULN Pemerintah 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Ketergantungan ekonomi pada pembiayaan eksternal berkurang Derajat keterbukaan ekonomi menurun DSR cenderung meningkat

Terkait pelunasan IMF

Potensi beban pembayaran ULN

cenderung menurun

Pada 2006 ketergantungan perekonomian domestik terhadap sumber pembiayaan eksternal dalam membiayai kegiatan investasi di dalam negeri mengalami penurunan, bahkan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menjadi negara pengekspor modal sebagaimana tercermin pada rasio transaksi berjalan terhadap PDB dan rasio net ekspor barang dan jasa terhadap PDB yang mencatat surplus dan cenderung meningkat. Dalam periode yang sama derajat keterbukaan ekonomi Indonesia sebagaimana diukur dengan rasio ekspor plus impor terhadap PDB mengalami penurunan terutama sebagai akibat dari lemahnya permintaan impor.

Sementara itu, beban pembayaran ULN yang tercermin pada DSR cenderung

meningkat sehubungan dengan adanya percepatan pelunasan utang IMF dan kenaikan pembayaran pokok dan bunga ULN sektor swasta.

Namun potensi beban pembayaran ULN ke depan cenderung menurun

sebagaimana tercermin pada rasio eksternal debt terhadap PDB menurun. Di sisi lain, kemampuan untuk membayar ULN di masa datang cenderung meningkat sebagaimana tercermin pada rasio posisi ULN terhadap posisi cadangan devisa yang menurun.

Tabel 10

Indikator Sustainabilitas Eksternal

Rincian 1996 1997 2002 2003 2004 2005 2006*

Transaksi Berjalan/PDB -3.4 -2.3 3.9 3.4 0.6 0.1 2.6

Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB -6.1 -5.5 3.9 2.8 4.4 2.9 5.0

Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB 58.1 65.5 75.8 67.8 60.1 66.1 56.8

DSR 35.9 44.5 33.1 32.0 27.1 17.3 24.5

Posisi ULN/PDB 48.5 60.3 65.7 56.8 53.4 46.1 34.1

Posisi ULN/Cadangan Devisa 574.7 636.9 409.8 373.1 377.3 384.4 296.1

INDIKATOR SUSTAINABILITAS

EKSTERNAL

Perlambatan permintaan

dunia 2007 diprakirakan

akan mewarnai kondisi eksternal Indonesia

Harga komoditi nonmigas Indonesia

diprakirakan masih tinggi , disaat harga dunia

melemah

Pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan

lebih baik dari tahun sebelumnya

Konsumsi BBM

diprakirakan naik, sedangkan produksi

minyak & volume ekspor LNG diprakirakan menurun

Kegiatan pariwisata

diprakirakan masih belum cerah

Berbeda dengan tahun 2006, arah perkembangan NPI 2007 diperkirakan akan

dipengaruhi oleh prakiraan melambatnya pertumbuhan permintaan dunia dan penurunan harga-harga komoditi dunia, serta membaiknya kinerja perekonomian domestik, khususnya dari sisi investasi.

Di tahun 2007 ekonomi dunia diprakirakan masih akan tumbuh sebesar 4,9%, sedikit melemah dibandingkan 5,1% pada 2006. Seiring dengan melemahnya permintaan dunia, harga rata-rata beberapa komoditi nonmigas di pasar internasional diprakirakan akan menurun. Sekalipun demikian, harga beberapa komoditi unggulan ekspor Indonesia, khususnya karet, kopi, kayu, batubara, nikel, CPO dan beberapa produk manufaktur, diprakirakan masih akan mengalami kenaikan meskipun tidak setinggi tahun sebelumnya. Harga minyak dunia juga diperkirakan sedikit melemah mendekati harga ekuilibrium sehingga menjadi sekitar USD60,0/bl (minas) dibandingkan rata-rata tahun sebelumnya sebesar USD62,3/bl. Penurunan ini terkait dengan meredanya permasalahan geopolitik di Timur Tengah, normalnya pasokan minyak dunia, dan semakin meluasnya penggunaan energi alternatif.

Sebaliknya pertumbuhan ekonomi domestik tahun 2007 diperkirakan mencapai 6,0%, lebih baik dari 5,5% pada 2006. Perbaikan kondisi ekonomi di dalam negeri tersebut diperkirakan didorong oleh membaiknya daya beli masyarakat dan minat investasi seiring dengan terjaganya stabilitas makroekonomi, mulai diimplementasikannya beberapa proyek infrastruktur, serta dikeluarkannya beberapa kebijakan pendukung iklim investasi. Terjaganya stabilitas makroekonomi antara lain tercermin pada laju inflasi yang diprakirakan menurun dari 6,6% pada 2006 menjadi 6% pada 2007.

Sejalan dengan kenaikan permintaan domestik, konsumsi BBM diprakirakan

meningkat 2% setelah pada tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 6,8%. Sementara itu, produksi minyak mentah diprakirakan sedikit menurun dari 1,007 mbpd menjadi 1,000 mbpd pada 2007, karena tambahan produksi yang dihasilkan dari investasi baru di sektor minyak belum mampu menutupi terus berkurangnya produksi dari lapangan minyak lama. Volume ekspor LNG juga diprakirakan akan menurun karena beberapa kontrak ekspor LNG akan berakhir dan adanya pengalihan produksi gas untuk konsumsi domestik.

Kegiatan pariwisata di tahun depan diprakirakan masih belum menunjukkan

perkembangan yang cerah walaupun sedikit lebih baik dari tahun lalu. Beberapa hal

Tabel 11

Asumsi NPI 2006 dan 2007

ITE MS 2007*

Tw.I Tw.II Tw.III Tw.IV

As ums i E konomi Dunia :

P ertumbuhan E konomi Dunia (%) 5.1 - - - - 4.9

Volume P erdagangan Dunia (%) 8.9 - - - - 7.6

Harga Kom.Nonmigas Dunia (%) 22.1 - - - - -4.8

As ums i E konomi Domes tik :

P DB (y.o.y, %) 5.5 - - - - 6.0

Inflas i IHK (%) 6.6 - - - - 6.0

Nilai T ukar (R p/US D) 9,025 - - - - 9,300

Harga Minyak (US D/barel) 62.3 58.0 59.0 62.0 61.0 60.0

P roduks i Minyak (mbpd) 1.007 1,000 1,000 1,000 1,000 1.000 Kons ums i B B M (mb) 372.4 87.4 93.1 102.6 96.9 379.8 B I rate 9.75 - - - - 8.90 s umber: B I, WE O dan AP B N 2006 2007* investasi diprakirakan meningkat seiring

membaiknya iklim investasi dan stabilitas

makroekonomi

masih menjadi kendala kedatangan turis ke Indonesia seperti faktor keamanan, serta minimnya sarana dan prasarana pendukung.

Di sektor finansial, membaiknya iklim investasi serta stabilitas makroekonomi diprakirakan akan menarik investor untuk lebih banyak menanamkan dananya dalam investasi berjangka panjang. Hal ini didukung komitmen beberapa negara, seperti Cina, Jepang dan India, yang akan merealisasikan proyek-proyek di sektor transportasi, jalan tol dan pembangkit listrik di tahun 2007. Beberapa proyek investasi di sektor migas yang sudah disetujui di tahun-tahun sebelumnya diprakirakan akan direalisasikan pada 2007, seperti pembangunan kilang LNG Tangguh dan pengembangan sumur minyak blok Cepu. Perbaikan iklim investasi dan stabilitas makroekonomi diprakirakan juga akan mendorong kenaikan arus masuk modal jangka pendek tetapi untuk beberapa jenis investasi kenaikannya akan sedikit tertahan seiring dengan semakin menyempitnya perbedaan suku bunga. Di sisi publik, seiring dengan meningkatnya defisit fiskal, kebutuhan pembiayaan APBN dalam bentuk ULN dan obligasi pemerintah diprakirakan akan bertambah.

Arah NPI 2007

diprakirakan akan dipengaruhi melambatnya kondisi eksternal dan membaiknya ekonomi domestik Surplus transaksi berjalan diprakirakan sedikit menurun Pertumbuhan ekspor nonmigas diprakirakan lebih rendah Pertumbuhan impor nonmigas diprakirakan lebih tinggi

Ekspor migas, harga minyak, produksi & ekspor minyak diprakirakan

turun

Transaksi jasa diprakirakan

naik

Defisit transaksi pendapatan diprakirakan

meningkat

Surplus current transfer

Berbeda dengan tahun 2006, arah perkembangan NPI 2007 diprakirakan akan dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan permintaan dunia dan menurunnya harga komoditi ekspor di pasar internasional serta membaiknya kinerja perekonomian domestik, khususnya dari sisi investasi.

Surplus transaksi berjalan diperkirakan sedikit menurun dari USD9,6 miliar (2,6% PDB) pada 2006 menjadi sekitar USD8,1 miliar (2,0% PDB) pada 2007. Penurunan surplus ini diperkirakan karena:

x Laju pertumbuhan ekonomi dunia dan volume perdagangan dunia yang diprakirakan melambat dan harga komoditi primer yang diprakirakan menurun pada 2007 akan memberi dampak pada menurunnya laju pertumbuhan ekspor nonmigas menjadi sekitar 9,0%, jauh lebih rendah daripada 20,7% pada 2006.

x Meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik membawa konsekuensi pada tingginya permintaan impor sehingga nilai impor nonmigas diperkirakan meningkat sekitar 14,5%, lebih tinggi daripada 7,1% pada 2006.

x Ekspor migas diperkirakan turun sekitar 2,4% akibat turunnya harga minyak dunia dari USD62,3/bl pada 2006 menjadi sekitar USD60/bl pada 2007 dan kembali menurunnya produksi dan volume ekspor minyak mentah dan LNG.

x Defisit transaksi jasa diprakirakan mengalami kenaikan dari USD11,2 miliar menjadi USD12,4 miliar pada 2007, antara lain karena meningkatnya pengeluaran jasa angkut barang impor dan menurunnya penerimaan devisa neto dari jasa pariwisata. Meskipun jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia diprakirakan meningkat dari 4,9 juta orang pada 2006 menjadi 5,3 juta orang pada 2007, penerimaan devisa bersih yang diperoleh dari jasa pariwisata diprakirakan menurun karena kenaikan devisa yang dibelanjakan oleh wisatawan domestik di LN lebih besar daripada kenaikan devisa yang diperoleh dari wisatawan mancanegara.yang berkunjung ke Indonesia.

x Defisit transaksi pendapatan diprakirakan mengalami peningkatan dari USD13,7 miliar menjadi USD13,8 miliar pada 2007. Beberapa komponen yang mengalami kenaikan defisit, antara lain profit transfer perusahaan FDI dan kompensasi tenaga kerja asing (TKA) terkait hibah bantuan teknis untuk Aceh.

diprakirakan sedikit menurun

Nilai impor migas

diprakirakan menurun

Surplus transaksi berjalan sedikti lebih besar

dibandingkan prakiran semula

Surplus transaksi

keuangan dari sisi liabilities

diprakirakan akan meningkat

Arus masuk modal asing diprakirakan akan didominasi oleh FDI

x Surplus current transfer diprakirakan sedikit menurun dari USD4,9 miliar menjadi USD4,8 miliar pada 2007, terutama karena remitansi gaji TKA ke luar negeri

Dokumen terkait