• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 2006 PRAKIRAAN TW I-2007 PROYEKSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA REALISASI 2006 PRAKIRAAN TW I-2007 PROYEKSI"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

NERACA PEMBAYARAN INDONESIA

ƒ

REALISASI 2006

ƒ

PRAKIRAAN TW I-2007

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL dan GRAFIK RINGKASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NPI 2006 ……… 1

TRANSAKSI BERJALAN ……… 3

1. Neraca Perdagangan Nonmigas ……… 3

1.1. Ekspor Nonmigas ……… 4

1.2. Impor Nonmigas ……… 11

2. Neraca Perdagangan Migas ……… 13

2.1. Minyak ……… 13

2.2. Gas ……… 17

3. Transaksi Jasa ……… 17

4. Transaksi Pendapatan ……… 19

5. Current Transfer ……… 19

TRANSAKSI MODAL dan FINANSIAL ……… 21

1. Transaksi Modal ……… 21

2. Transaksi Finansial ……… 22

2.1. Sektor Publik ……… 23

2.2. Sektor Swasta ……… 25

CADANGAN DEVISA ……… 29

INDIKATOR SUSTAINABILITAS EKSTERNAL ……… 31

ASUMSI NPI 2007 ……… 33

PROYEKSI NPI 2007 ……… 35

PRAKIRAAN NPI Tw I-2007 ……… 39

ASUMSI NPI 2008 ……… 41

PROYEKSI NPI 2008 ……… 43

(3)

DAFTAR TABEL dan GRAFIK

TABEL halaman

Tabel 1. Indikator Utama NPI 2005-2006 ... 2

Tabel 2. Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digits ... 5

Tabel 3. Produksi dan Konsumsi Karet Dunia ... 6

Tabel 4. Negara Utama Asal Barang Impor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit ... 12

Tabel 5. Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak ... 14

Tabel 6. Permintaan dan Produksi Minyak Mentah (mbpd) ... 15

Tabel 7. Perkembangan Hibah Non Investasi ... 20

Tabel 8. Perkembangan Hibah Investasi ... 21

Tabel 9. Perkembangan Aliran Masuk Transaksi Finansial ... 22

Tabel 10. Indikator Sustainabilitas Eksternal ... 30

Tabel 11. Asumsi NPI 2006 dan 2007 ... 32

Tabel 12. Asumsi NPI 2006, 2007 dan 2008 ... 39

GRAFIK Grafik 1. Transaksi Berjalan ... 3

Grafik 2. Neraca Perdagangan Nonmigas ... 4

Grafik 3. Ekspor Nonmigas ... 4

Grafik 4. Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan ... 5

Grafik 5. Ekspor Pertanian ... 5

Grafik 6. Harga Karet Dunia ... 6

Grafik 7. Harga Kopi Dunia ... 7

Grafik 8. Harga Udang Dunia ... 8

Grafik 9. Ekspor Pertambangan ... 8

Grafik 10. Harga Tembaga Dunia ... 9

Grafik 11. Harga Batubara Dunia ... 9

Grafik 12. Ekspor Industri ... 9

Grafik 13. Harga CPO Dunia ... 10

Grafik 14. Volume Ekspor Tekstil ... 11

Grafik 15. Volume Ekspor Alat-alat Listrik dan Elektronik ... 11

Grafik 16. Pangsa Impor Nonmigas dari Negara Asal ... 12

Grafik 17. Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku dan Barang Modal ... 13

Grafik 18. Impor Minyak Mentah ... 14

Grafik 19. Perkembangan Harga Minyak SLC dan Beberapa Minyak Dunia ... 15

Grafik 20. Produksi, Kuota OPEC dan Harga Minyak Ekspor Indonesia ... 15

Grafik 21. Konsumsi dan Harga BBM ... 16

Grafik 22. Transaksi Jasa, Pendapatan dan Current Transfer ... 17

Grafik 23. Jasa Transportasi dan Pariwisata ... 17

Grafik 24. Perkembangan Jasa Travel ... 18

Grafik 25. Perkembangan WR-TKI ... 19

Grafik 26. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Jenis Investasi ... 23

Grafik 27. Penyelesaian Transaksi Perdagangan Valas/Rp via Vostro ... 23

Grafik 28. Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor ... 23

Grafik 29. Perkembangan Posisi SBI dan SUN oleh Non Resident ... 24

Grafik 30. Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik ... 25

Grafik 31. Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta ... 25

Grafik 32. Perkembangan Direct Investment di Indonesia ... 26

Grafik 33. Perkembangan Transaksi Asing di BEJ dan Nilai Tukar ... 27

Grafik 34. Posisi Obligasi Korporasi Domestik ... 27

(4)

“NPI 2006 Mencatat Surplus Tertinggi Sepanjang Sejarah”

Kinerja NPI yang terus membaik sampai dengan akhir tw IV mendorong NPI keseluruhan tahun 2006 mencapai surplus sebesar USD15,0 miliar, tertinggi sepanjang sejarah. Surplus yang tinggi tersebut didukung oleh masih berlanjutnya kenaikan pertumbuhan ekonomi dunia, khususnya di negara-negara emerging seperti Cina dan India, kenaikan harga komoditi dunia yang lebih tinggi dari prakiraan semula, dan tingginya likuiditas pasar keuangan internasional. Kondisi tersebut didukung pula oleh terjaganya stabilitas makroekonomi di dalam negeri meskipun permintaan domestik sedikit melemah.

Secara keseluruhan ekspor nonmigas tumbuh 20,7% lebih tinggi dari prakiraan sebelumnya sebesar 19%. Harga minyak yang sempat menyentuh level tertinggi sebesar USD77,0/bl telah mendorong peningkatan ekspor migas sebesar 9,4% meskipun produksi cenderung menurun. Perkembangan tersebut telah mendongkrak kinerja ekspor 2006 hingga menembus level USD100 miliar. Laju kenaikan nilai ekspor migas tidak setajam kenaikan harga minyak karena volume ekspor cenderung turun terkait dengan produksi minyak yang menurun dan pengalihan sebagian produksi gas dari yang semula untuk ekspor menjadi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Lonjakan harga BBM yang terjadi pada Oktober 2005 yang kemudian diikuti oleh kenaikan laju inflasi dan suku bunga telah menyebabkan melemahnya permintaan impor baik migas maupun nonmigas. Selama 2006, impor nonmigas hanya tumbuh 7%, sedikit lebih tinggi daripada prakiraan semula sebesar 4%, namun jauh lebih rendah daripada 36% pada 2005. Kinerja ekspor yang menguat di tengah impor yang melemah mengakibatkan neraca perdagangan meningkat tajam mencapai USD29,7 miliar, lebih tinggi daripada level rata-ratanya setelah krisis keuangan 1997/1998 sebesar USD22 miliar. Tingginya surplus neraca perdagangan dapat menutup kenaikan defisit neraca jasa dan neraca pendapatan sehingga transaksi berjalan mencatat surplus USD9,6 miliar atau 2,6% PDB, jauh meningkat dari surplus tahun sebelumnya sebesar USD0,3 miliar atau 0,1% PDB.

Dalam periode yang sama, likuiditas global yang melimpah mendorong masuknya aliran dana ke negara

emerging, khususnya di kawasan Asia. Perbedaan tingkat suku bunga, stabilitas ekonomi, serta nilai tukar

yang cenderung menguat dan relatif stabil telah memberikan pengaruh positif bagi masuknya aliran dana, khususnya investasi portofolio. Sepanjang 2006, hampir setengah dari total aliran dana berbentuk investasi portofolio mengingat imbal hasil penempatan dalam bentuk rupiah masih relatif menarik. Di tengah berlanjutnya penurunan suku bunga SBI, investasi portofolio dalam bentuk saham meningkat secara signifikan sehingga mendorong IHSG mencapai level tertinggi dalam sejarah sebesar 1.800 pada akhir tahun. Namun, besarnya aliran dana jangka pendek tersebut juga meningkatkan kerentanan NPI terhadap risiko perubahan sentimen pasar. Sementara itu, aliran dana jangka panjang berupa FDI masih tumbuh terbatas dikarenakan perbaikan iklim investasi yang masih bergerak lambat, realisasi infrastruktur summit I dan II yang masih dalam proses, sedangkan investor baru masih menunjukkan sikap ”wait & see”.

Kinerja NPI yang membaik mendorong peningkatan cadangan devisa dan memungkinkan percepatan pelunasan pembayaran utang IMF sebesar USD7,6 miliar. Secara keseluruhan cadangan devisa meningkat dari USD34,7 miliar pada 2005 menjadi USD42,6 miliar pada 2006. Cadangan devisa tersebut mampu membiayai 4,5 bulan impor dan pembayaran ULN pemerintah.

(5)

Berbeda dengan tahun 2006, kinerja NPI 2007 diprakirakan akan dihadapkan pada kondisi melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan menurunnya harga-harga komoditi ekspor sehingga pertumbuhan ekspor nonmigas akan melambat menjadi 9%. Di sisi lain, perbaikan ekonomi domestik akan memberi dampak pada kenaikan kebutuhan impor barang, sehingga pertumbuhan impor nonmigas akan meningkat menjadi 14,5%. Dengan gambaran kinerja ekspor impor tersebut, surplus transaksi berjalan diprakirakan akan lebih rendah daripada tahun sebelumnya, yaitu sekitar USD8,1 miliar atau 2% PDB. Beberapa kebijakan pemerintah untuk mengatasi masalah-masalah pokok, seperti korupsi, kendala infrastruktur dan hambatan birokrasi dan regulasi diharapkan dapat memacu masuknya aliran dana dalam bentuk FDI. Namun demikian, proyeksi menurunnya suku bunga BI rate diperkirakan membawa dampak pada penurunan aliran dana jangka pendek. Secara keseluruhan, NPI 2007 diprakirakan akan mengalami surplus sebesar USD8,5 miliar dengan cadangan devisa mencapai USD51,1 miliar atau setara dengan 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Seperti halnya tahun 2007, kinerja NPI 2008 masih diwarnai oleh pengaruh lambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan meningkatnya pertumbuhan ekonomi domestik. Kondisi ini diprakirakan akan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekspor nonmigas menjadi 8,5% dan meningkatnya pertumbuhan impor nonmigas menjadi 15,5%. Perkembangan tersebut mengakibatkan surplus transaksi berjalan diprakirakan menurun menjadi USD4,2 miliar atau 1% PDB. Di sisi lain, seiring dengan semakin membaiknya iklim investasi, aliran dana masuk dalam bentuk FDI maupun investasi portofolio diprakirakan terus meningkat sehingga surplus transaksi keuangan akan naik secara signifikan. Secara keseluruhan, kinerja NPI mengalami surplus USD6,7 miliar dan mendorong kenaikan cadangan devisa menjadi sekitar USD57,8 miliar atau setara dengan 5,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

(6)

Ekspansi ekonomi dunia, harga minyak mendorong ekspor nonmigas tumbuh tinggi

Pertumbuhan ekonomi 2006 melambat akibat daya beli menurun sebagai dampak kenaikan harga BBM

Inflasi yang terkendali dan perbedaan suku bunga menjadi faktor pendorong aliran masuk jangka pendek

Ekspansi ekonomi dunia yang masih meningkat hingga mencapai 5,1% dan

melambungnya harga minyak dunia yang memicu kenaikan harga komoditi di sektor energi dan nonenergi telah menjadi faktor utama yang mendorong lonjakan ekspor Indonesia. Secara rata-rata harga komoditi primer nonmigas di pasar dunia meningkat tajam sebesar 22,1%, sementara harga minyak meningkat hingga sempat menyentuh level USD77,0/bl dan keseluruhan tahun mencapai USD62,3/bl. Rendahnya kegiatan investasi di sektor migas dan pengalihan sebagian produksi gas untuk konsumsi domestik mengakibatkan produksi minyak dan volume ekspor gas menurun.

Sebaliknya, di dalam negeri daya beli masyarakat mengalami penurunan yang signifikan sebagaimana tercermin pada melambatnya pertumbuhan ekonomi dari 5,6% pada 2005 menjadi 5,5% pada 2006. Kondisi ini adalah dampak dari kenaikan harga BBM pada Oktober 2005 yang mengakibatkan tingginya laju inflasi dan meningkatnya suku bunga sejak Tw.IV- 2005 hingga pertengahan 2006. Kenaikan harga BBM dan diversifikasi sumber energi menyebabkan konsumsi BBM menurun 6,8%. Faktor-faktor di atas mengakibatkan pertumbuhan impor menurun tajam. Di sektor pariwisata masalah keamanan, bencana alam dan wabah flu burung masih menjadi faktor yang menurunkan minat wisman (wisatawan mancanegara) berkunjung ke Indonesia.

Keberhasilan dalam menekan inflasi dari 17,1% pada 2005 menjadi 6,6% pada 2006 yang kemudian memungkinkan terjadinya penurunan suku bunga memberi dampak pada peningkatan volume transaksi di pasar saham yang memicu indeks naik ke level tertinggi dalam sejarah. Sekalipun suku bunga domestik terus menurun tetapi perbedaannya dengan suku bunga luar negeri masih menarik. Kondisi tersebut menjadi faktor pendorong derasnya aliran dana jangka pendek dalam bentuk SUN, SBI, dan pembelian obligasi korporasi. Namun iklim investasi yang belum membaik menjadi faktor penghambat masuknya aliran dana jangka panjang dalam bentuk FDI.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN NPI 2006

(7)

Tabel 1

Indikator Utama NPI 2005-2006

2005

Total Q.1 Q.2 Q.3 Q4 Total

Indikator Ekonomi Dunia :

Pertumbuhan Ekonomi Dunia (%) 4.9 - - - - 5.1

Volume Perdagangan Dunia (%) 7.4 - - - - 8.9

Harga Kom.Nonmigas Dunia (%) 10.3 - - - - 22.1

Indikator Ekonomi Domestik :

PDB (y.o.y, %) 5.6 4.7 5.2 5.4 6.1 5.5

Inflasi IHK (%) 17.1 15.7 15.5 14.6 6.1 6.6

Nilai Tukar (Rp/USD) 9,645 9,075 9,300 9,235 9,025 9,025

Harga Minyak (USD/barel) 52.0 60.1 67.6 66.0 55.4 62.3

Produksi Minyak (mbpd) 1.054 1.035 1.023 981 990 1.007

Konsumsi BBM (mb) 339.46 88.09 89.96 98.66 95.66 372.37

BI rate 8.00 12.75 12.50 11.25 9.75 9.75

sumber: BI, WEO dan APBN

(8)

Transaksi berjalan 2006

mencatat surplus

Surplus transaksi berjalan 2006 didukung oleh neraca

perdagangan & current transfer

Neraca Perdagangan Nonmigas 2006 meningkat

sangat signifikan dibanding 2005

Transaksi berjalan pada 2006 mencatat surplus sebesar USD9,6 miliar, melonjak tinggi dibanding 2005 yang hanya mencapai USD278 juta. Angka surplus transaksi berjalan ini sedikit lebih kecil dibanding prakiraan semula (NPI publikasi November 2006) sebesar USD9,7 miliar. Hal ini terkait dengan pertumbuhan impor nonmigas yang mencapai 7%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 4%.

Tingginya surplus transaksi berjalan didukung oleh surplus neraca perdagangan, baik migas maupun nonmigas, yang secara keseluruhan meningkat dari USD17,5 miliar pada 2005 menjadi USD29,7 miliar pada 2006. Kenaikan surplus juga terjadi pada neraca current transfer. Sementara itu, neraca jasa dan neraca pendapatan (income) mengalami kenaikan defisit.

Grafik 1 Transaksi Berjalan -7,000 -5,000 -3,000 -1,000 1,000 3,000 5,000 7,000 9,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006 juta USD -7,000 -5,000 -3,000 -1,000 1,000 3,000 5,000 7,000 9,000

Services Income Trade Balance

Current Trans. Current Account

Juta USD

1. Neraca Perdagangan Nonmigas

Surplus neraca perdagangan non migas 2006 tercatat sebesar USD23,4 miliar, meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2005 yang hanya mencapai surplus USD13,3 miliar, namun lebih rendah sekitar USD529 juta dibandingkan dengan prakiraan sebelumnya. Surplus yang tinggi ini terutama terkait dengan lonjakan ekspor nonmigas yang didorong selain oleh faktor kenaikan harga, juga karena meningkatnya volume ekspor. Di sisi lain, baik nilai maupun volume impor nonmigas mengalami pertumbuhan yang rendah.

(9)

Ekspor nonmigas 2006

meningkat terutama dari sektor pertanian dan

pertambangan

Grafik 2

Neraca Perdagangan Nonmigas

500 3,000 5,500 8,000 10,500 13,000 15,500 18,000 20,500 23,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006 juta USD

Ekspor Impor Neraca Perdagangan Nonmigas

1.1. Ekspor Nonmigas

Pertumbuhan ekspor nonmigas di 2006 mencapai 20,7% sedikit lebih tinggi dibanding perkiraan semula sebesar 19 %. Tingginya angka pertumbuhan tersebut disebabkan oleh pesatnya kenaikan permintaan dunia yang mengakibatkan volume dan harga ekspor berbagai komoditi nonmigas utama, seperti karet, batubara, tembaga, CPO, mesin, elektronik, produk kimia, dan TPT meningkat tajam (8 komoditi ini mencakup 64% dari total ekspor nonmigas). Berdasarkan sektoral, pertumbuhan tersebut terutama bersumber dari sektor pertanian yang tumbuh 30,7% dan mempunyai pangsa sebesar 14,5%, kemudian diikuti oleh sektor pertambangan yang tumbuh 39,3% dengan pangsa sebesar 20,5%. Sementara itu, sektor industri yang mempunyai pangsa paling besar 64,9%, pertumbuhannya hanya sebesar 13,8%. Tingginya pertumbuhan nilai ekspor komoditi pertanian lebih banyak didorong oleh faktor harga, sedangkan untuk sektor pertambangan, peningkatannya didorong baik oleh faktor harga maupun volume.

Grafik 3 Ekspor Nonmigas 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 14,000 16,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2003 2004 2005 2006

Pertanian Pertambangan Industri

(10)

Separuh dari total ekspor nonmigas ditujukan ke 5 negara

Variasi komoditi ekspor

ke lima negara tujuan utama cukup beragam

Nilai Ekspor Pertanian

2006 meningkat terutama karena harga yang naik

Selama 2006, sebesar 50,0% ekspor nonmigas masih ditujukan ke lima negara tujuan utama, yaitu Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Cina, dan Malaysia. Namun pangsa ekspor ke Amerika Serikat dan Singapura cenderung menurun. Sebaliknya pangsa ekspor ke Jepang dan Cina cenderung meningkat.

Grafik 4

Pangsa Ekspor Nonmigas Berdasarkan Negara Tujuan

0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Q 1 -2005 Q 2 -2005 Q 3 -2005 Q 4 -2005 Q 1 -2006 Q 2 -2006 Q 3 -2006 Q 4 -2006 Sg Jpn RRC USA Mal

Selama 2006 ekspor nonmigas ke Amerika Serikat terutama berupa pakaian serta karet mentah dan sintetis, ke Jepang berupa bijih logam dan sisa-sisa logam serta batu bara, kokas dan briket, ke Cina berupa minyak dan lemak nabati, ke Singapura berupa mesin listrik dan peralatan lainnya serta mesin kantor dan pengolah data, sedangkan ke Malaysia terutama berupa logam tidak mengandung besi. Jenis-jenis komoditi tersebut hampir tidak berubah dari periode sebelumnya.

Tabel 2

Negara Utama Tujuan Ekspor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit 2006 (% pangsa thd total ekspor non migas)

Amerika Serikat Jepang Cina Singapura Malaysia

Pakaian 4,30% Bijih Logam dan Sisa-sisa

Logam

4,19% Minyak dan Lemak Nabati

1,19% Mesin Listrik, Aparat dan Alat-Alatnya

1,57% Logam Tidak Mengandung Besi

0,54%

Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran

1,38% Batu Bara, Kokas dan

Briket

1,65% Karet Mentah, Sintetis dan Pugaran

0,83% Logam Tidak Mengandung Besi

0,94% Minyak dan Lemak Nabati

0,51%

Ikan,Kerang-kerangan,Moluska dan

0,84% Barang-Barang Karet 1,13% Kimia Organis 0,74% Mesin Kantor dan

Pengolah Data

0,88% Batu Bara, Kokas dan Briket

0,36%

Perabotan 0,70% Mesin Listrik, Aparat

dan Alat-Alatnya

0,98% Pulp dan Kertas 0,69% Alat Telekomunikasi 0,78%

Kopi,Teh,Coklat,Rempah-Rempah

0,33%

Nilai ekspor pertanian 2006 mencapai USD10,2 miliar atau tumbuh 30,7%. Pertumbuhan nilai ekspor yang tinggi tersebut lebih banyak didorong oleh kenaikan harga karena pada periode yang sama volume ekspor hanya naik 2,5%. Beberapa komoditi utama yang kenaikan nilai ekspornya ditopang oleh faktor harga, antara lain kopi, karet dan udang.

(11)

Ekspor karet meningkat

dibanding periode yang sama di tahun 2005 didorong oleh kenaikan harga

Cina menjadi pasar potensial karet alam asal Indonesia Grafik 5 Ekspor Pertanian 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 1,100 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2002 2003 2004 2005 2006 Karet Udang Kopi Juta USD

Ekspor karet alam meningkat 73,4% sehingga mencapai USD4,3 miliar, dengan

kenaikan volume 17,2%. Pertumbuhan yang tajam tersebut didorong oleh kenaikan harga di pasar internasional sejalan dengan masih tingginya harga minyak dan tingginya permintaan dari industri otomotif dunia.

Grafik 6 Harga Karet Dunia

20 40 60 80 100 120 140 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

Rubber, FOB Maylaysian/Singapore, US cents per pound

Sumber: IFS, IMF

Sepanjang 2006, konsumen karet alam dunia didominasi oleh Cina (22,0%), diikuti AS (16,0%), dan Jepang (10,0%). Produsen karet alam terbesar di dunia tetap dipegang oleh Thailand dengan pangsa lebih dari 33% dari total produksi karet alam dunia, sementara Indonesia dan Malaysia memiliki pangsa masing-masing 26% dan 13%. Ekspor karet alam Indonesia masih ditujukan ke pasar tradisional seperti AS, Jepang, Singapura, Korea Selatan, Jerman, dan Kanada. Namun pangsa ekspor ke Cina terus meningkat sejalan dengan tingginya pertumbuhan industri otomotif di negara tersebut.

Sebagai salah satu komoditi unggulan di sektor perkebunan, pemerintah

memasukkan karet alam ke dalam program revitalisasi dua juta hektar lahan pertanian selama 2006-2010 melalui perluasan lahan sebesar 300 ribu hektar.

(12)

Ekspor kopi

mengalami pertumbuhan positif di sisi nilai

Ekspor udang mengalami

peningkatan karena masih tingginya harga dunia

Tabel 3

Produksi dan Konsumsi Karet Dunia (‘000 Tones)

Karet Alam Karet

Synthetic Total Karet Alam

Karet Synthetic Total 1996 6,440 9,760 16,200 6,110 9,590 15,700 1997 6,470 10,080 16,550 6,470 10,010 16,480 1998 6,850 9,880 16,730 6,570 9,870 16,440 1999 6,872 10,336 17,208 6,646 10,196 16,842 2000 6,739 10,819 17,558 7,315 10,764 18,079 2001 7,261 10,485 17,746 7,223 10,253 17,476 2002 7,345 10,882 18,227 7,546 10,723 18,269 2003 7,992 11,448 19,440 7,967 11,381 19,348 2004 8,645 11,978 20,623 8,319 11,860 20,179 2005 8,682 11,965 20,647 8,742 11,917 20,659 2006 9,192 12,527 21,719 9,074 12,246 21,320 2007 9,762 13,104 22,866 9,419 13,244 22,663

Sumber : International Rubber Study Group (IRSG) vol 60 No. 6-7, March/April 2006 dan BI, diolah

Tahun

Konsumsi Produksi

 Selama 2006 ekspor kopi mencapai USD599 juta atau meningkat 14,5%. Faktor

harga dunia yang meningkat mendorong kenaikan nilai ekspor kopi Indonesia. Berkebalikan dengan perkembangan harga, volume kopi mengalami pertumbuhan negatif 7,4%. Grafik 7 menunjukkan bahwa sepanjang 2006 harga kopi cenderung meningkat baik untuk jenis Arabica maupun Robusta. Harga kopi Arabica cenderung berada di atas Robusta karena permintaan dan tingkat kesulitan produksinya lebih tinggi. Sekitar 93% ekspor kopi Indonesia merupakan jenis Robusta.

Sejak 1984, Indonesia menduduki posisi nomor tiga setelah Brazil dan Kolombia sebagai negara pengekspor kopi terbesar. Bahkan untuk ekspor kopi robusta, Indonesia menduduki peringkat pertama dunia. Namun sejak tahun 1997, posisi Indonesia bergeser menjadi peringkat empat setelah Vietnam. Peningkatan posisi Vietnam didukung oleh produktivitas kopi yang tinggi, yakni 3,5 juta ton per hektar, sementara Indonesia hanya sekitar 900 kilogram per hektar.

Grafik 7 Harga Kopi Dunia

20 40 60 80 100 120 140 160 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

Coffee, Arabicas,ICO, US cents per pound Coffee, Robusta, ICO, US cents per pound

Sumber: IFS,IMF

Nilai ekspor udang sepanjang 2006 mencapai USD925 juta atau tumbuh 10,7%,

didukung baik oleh kenaikan harga maupun volume. Ekspor udang Indonesia banyak ditujukan ke Jepang dan Amerika Serikat. Industri udang Indonesia menghadapi

(13)

Nilai ekspor

pertambangan selama

2006 meningkat terutama berasal dari tembaga dan batubara

Tingginya harga tembaga dunia memicu peningkatan laju pertumbuhan ekspor

tembaga

kompetisi yang sangat kuat dari negara-negara pesaing di kawasan Asia, seperti Cina, Thailand dan Vietnam. Khusus untuk pasar Amerika Serikat, persaingan juga berasal dari negara-negara Amerika Latin, seperti Ekuador, Peru dan Panama.

Pertambakan udang termasuk dalam program revitalisasi di sektor perikanan yang dicanangkan Presiden 11 Juni 2005 yang lalu. Revitalisasi tambak udang yang telah dilakukan sepanjang 2006 antara lain, pemuliaan induk udang melalui breeding

program, pembangunan balai benih ikan pantai, pengendalian distribusi induk dan

benih, pengendalian hama, pengembangan sarana produksi yang meliputi pakan, obat-obatan, dan pestisida.

Grafik 8 Harga Udang Dunia

9 10 10 11 11 12 12 13 13 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

Shrimp, C&F Japan, US$ per kilogram

Sumber: IFS, IMF

Ekspor pertambangan pada 2006 mencapai nilai USD18,4 miliar atau tumbuh 39,3%. Kenaikan nilai ekspor pertambangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan volume sebesar 47,0%, walaupun untuk beberapa komoditi juga didukung oleh kenaikan harga. Komoditi tambang utama yang mengalami pertumbuhan ekspor tinggi antara lain adalah batubara dan tembaga, yaitu masing-masing naik 34,0% dan 42,5%. Pertumbuhan ekspor tembaga lebih banyak didorong faktor harga, sementara pertumbuhan ekspor batubara lebih banyak ditopang oleh kenaikan volume.

Grafik 9 Ekspor Pertambangan 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 1,800 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2002 2003 2004 2005 2006 Tembaga Batu bara

Juta USD

Nilai ekspor tembaga meningkat sepanjang 2006 hingga mencapai USD6,6 miliar terutama didorong oleh faktor harga yang tinggi sedangkan volumenya menurun

(14)

Melonjaknya harga batubara dunia memicu peningkatan laju pertumbuhan ekspor

batubara

Ekspor industri pada 2006

meningkat terutama berasal dari CPO, TPT dan alat-alat listrik & elektronik

sebesar 10,7%. Harga tembaga dunia melonjak tinggi terkait dengan adanya gangguan pasokan dan kuatnya permintaan terutama dari Cina dan India. Gangguan suplai tembaga terjadi sejak awal 2006, antara lain akibat aksi mogok buruh di Codelco (produsen terbesar tembaga dunia di Chile). Di samping itu, kenaikan harga tembaga juga dipicu oleh kenaikan biaya produksi sebagai akibat meningkatnya harga energi.

Grafik 10 Harga Tembaga Dunia

1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 9.000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

Copper, US$ per metric tonne

Sumber: IFS, IMF

Nilai ekspor batubara 2006 meningkat hingga mencapai USD6,2 miliar. Kenaikan tersebut selain di dorong oleh faktor harga juga oleh kenaikan volume sebesar 47,3%. Volume ekspor meningkat terkait dengan produksi batubara yang mengalami kenaikan hampir 10%. Kenaikan produksi tersebut di samping untuk memenuhi permintaan ekspor juga untuk mencukupi konsumsi domestik, terutama pada sektor pembangkit tenaga listrik. Cadangan potensial batubara diprakirakan masih mencukupi hingga 150 tahun.

Grafik 11 Harga Batubara Dunia

20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

Coal, Australian, US$ per metric tonne

Sumber: IFS, IMF

Ekspor industri 2006 mencatat nilai USD51,1 miliar atau tumbuh sebesar 13,8%. Kenaikan tersebut terutama disumbang oleh kenaikan harga dunia, khususnya CPO dan TPT. Sebaliknya, meskipun volumenya meningkat, nilai ekspor barang-barang listrik dan elektronik turun karena harganya melemah.

(15)

Ekspor CPO pada 2006

meningkat didorong oleh kenaikan harga dunia

Ekspor TPT meningkat baik

nilai maupun volumenya

Grafik 12 Ekspor Industri 0 400 800 1,200 1,600 2,000 2,400 2,800 Q1 2002 Q3 Q1 2003 Q3 Q1 2004 Q3 Q1 2005 Q3 Q1 2006 Q3

Tekstil Alat-Alat Listrik CPO Juta USD

Nilai dan volume ekspor CPO sepanjang 2006 mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 37,2% dan 24,4%. Harga CPO juga meningkat secara signifikan sepanjang 2006 didukung oleh permintaan dunia yang tinggi, terutama terkait dengan penggunaan CPO sebagai energi alternatif biodiesel.

Indonesia dan Malaysia sebagai produsen dan eksportir menguasai 90% pasokan CPO dunia. Negara konsumen terbesar adalah Cina dan India yang masing-masing menyerap 18,0% dan 11,0% dari total konsumsi dunia. Ekspor CPO Indonesia sekitar 58,0% berupa produk turunan dan hanya 42,0% berupa minyak sawit. Pasar terbesar CPO Indonesia adalah India yang secara rata-rata menyerap 2 juta ton per tahun. CPO merupakan salah satu komoditi sektor perkebunan yang termasuk dalam program revitalisasi melalui penambahan luas lahan sebesar 1,5 juta hektar. Revitalisasi tersebut juga diharapkan mampu meningkatkan utilisasi yang saat ini hanya sekitar 53,0% dari total kapasitas terpasang.

Grafik 13 Harga CPO Dunia

300 350 400 450 500 550 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2003 2004 2005 2006

CPO, Malaysia, US$ per metric tonne

Sumber: IFS, IMF

Pertumbuhan ekspor TPT selama 2006 masih tinggi, yaitu 12,2%, walaupun sedikit melambat dibandingkan 14,6% pada 2005. Dengan pertumbuhan tersebut nilai ekspor 2006 mencapai USD9,6 miliar. Dalam periode yang sama volume ekspor TPT mengalami peningkatan sebesar 8,3%.

(16)

Ekspor alat-alat listrik dan elektronik mengalami

penurunan secara nilai maupun secara volume turun

Pembebasan kuota tekstil dan kondisi permesinan yang hampir 75,0% telah berusia tua, 15-20 tahun, menyebabkan industri tekstil mengalami persaingan yang ketat dari produk Cina, baik di pasar domestik maupun ekspor. Di tambah lagi, adanya indikasi praktik transhipment yang dilakukan oleh beberapa eksportir, membuat ekspor ke Amerika dan Uni Eropa mengalami perlambatan. Terkait dengan itu Pemerintah Indonesia diharuskan membuat MOU baru mengenai pemberantasan transhipment, seperti yang telah dilakukan dengan Amerika.

Revitalisasi industri TPT dicanangkan pada akhir 2006 dan akan dimulai pada tahun 2007. Revitalisasi tersebut dilakukan dengan cara memberikan bantuan pinjaman dengan suku bunga murah untuk pembelian mesin dan upgrading teknologi tekstil.

Grafik 14 Volume Ekspor Tekstil

0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

ribu Ton

Ekspor alat-alat listrik dan elektronik pada 2006 secara nilai mengalami penurunan 6,0%, sebaliknya secara volume meningkat tipis 3,5%. Sepanjang 2006, harga produk elektronik, khususnya di kawasan regional mengalami penurunan yang signifikan terkait dengan membanjirnya produk murah dari Cina. Di samping itu, di pasar domestik produk elektronika juga mendapatkan pesaing yang ketat dari produk selundupan, sehingga membuat harga jatuh dan produsen memangkas produksinya hampir sebesar 50,0% sepanjang 2006.

Grafik 15

Volume Ekspor Alat-alat Listrik dan Elektronik

0 50 100 150 200 250

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 ribu Ton

(17)

Nilai Impor Nonmigas 2006 meningkat dibanding 2005

Pangsa lima negara utama asal impor relatif tetap

Komoditi impor dari lima

negara asal utama sangat bervariasi

1.2. Impor Nonmigas

Impor nonmigas (c & f) pada 2006 meningkat sebesar 7,1%, atau rata-rata per bulan mencapai USD5,2 miliar. Angka realisasi pertumbuhan tersebut lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya (4,0%) karena impor kelompok bahan baku dan barang modal yang sangat lambat pada tiga triwulan pertama 2006 mulai meningkat secara signifikan pada triwulan IV-2006. Peningkatan nilai impor terjadi pada semua kelompok barang. Namun di sisi volume, pertumbuhan positif hanya terjadi pada impor bahan baku, sedangkan barang modal dan konsumsi mengalami penurunan.

Pangsa lima negara utama asal impor nonmigas relatif tidak berubah, yaitu Jepang, Cina, Amerika Serikat, Singapura dan Thailand yang sampai dengan 2006 secara bersama-sama mencapai 55,6% dari total impor non migas. Namun demikian, pangsa Singapura cenderung semakin membesar relatif dibanding negara asal impor lainnya.

Grafik 16

Pangsa Impor Nonmigas dari Negara Asal

0 5 10 15 20 25 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006* Pangsa (%)

Singapura Jepang Cina Amerika Serikat Thailand

Beberapa jenis barang utama yang diimpor dari negara asal utama tersebut selama 2006 antara lain, dari Jepang berupa kendaraan bermotor untuk jalan raya dan mesin industri, dari China berupa besi baja dan alat pengangkut, dari Amerika Serikat berupa alat pengangkut dan mesin industri dan perlengkapannya, dari Singapura berupa bahan kimia organis, serta dari Thailand berupa kendaraan bermotor untuk jalan raya.

Tabel 4

Negara Utama Asal Barang Impor Menurut Jenis Komoditi, SITC 2 Digit 2006 (% pangsa thd total ekspor non migas)

Jepang Cina Amerika Serikat Singapura Thailand

Kendaraan Bermotor Untuk Jalan Raya

2,18% Besi dan Baja 1,76% Alat Pengangkutan

Lainnya

0,96% Kimia Organis 1,92% Kendaraan Bermotor

Untuk Jalan Raya 1,89%

Besi dan Baja 1,60% Mesi Industri dan

Perlengkapannya

0,89% Mesi Industri dan Perlengkapannya

0,89% Alat Pengangkutan Lainnya

1,17% Kimia Organis 0,60%

Mesi Industri dan Perlengkapannya

1,50% Mesin Listrik, Aparat dan Alat-Alatnya

0,75% Biji-bijian Mengandung Minyak

0,67% Bahan Plastik 0,66% Mesi Industri dan

Perlengkapannya 0,54%

Mesin Pembangkit Tenaga 1,22% Buah-buahan dan

Sayur-sayuran

0,69% Bahan Kimia Lainnya 0,65% Mesi Industri dan

Perlengkapannya

0,53% Bahan Plastik 0,33%

(18)

Nilai Impor Barang Konsumsi 2006 meningkat

dibanding 2006

Impor Bahan Baku pada

2006 meningkat baik nilai maupun volumenya

Impor Barang Modal pada

2006 mengalami penurunan volume

Neraca Perdagangan migas mencatat surplus

Neraca perdagangan minyak mencatat

penurunan defisit

Impor barang konsumsi mencatat nilai USD4,9 miliar, tumbuh 17,1%, tetapi secara volume turun 0,4%. Pertumbuhan terbesar terjadi pada impor bahan makanan dan minuman.

Impor bahan baku mencatat nilai USD44,7 miliar, naik sebesar 6,8%. Kenaikan terjadi baik dari sisi nilai maupun volume dan terutama berasal dari kelompok bahan baku untuk industri baik primer maupun proses. Kenaikan tersebut termasuk impor suku cadang kendaraan bermotor untuk industri dan telekomunikasi.

Impor barang modal mencatat nilai USD12,1 miliar, tumbuh positif sebesar 6,0%. Sementara itu volume impor turun sebesar 4,2%, kecuali barang modal untuk industri yang mengalami peningkatan sebesar 2,5%, terutama berupa mesin-mesin telekomunikasi dan elektronik. Pertumbuhan volume impor tersebut sejalan dengan pertumbuhan industri domestik khususnya telekomunikasi yang sedang berkembang.

Grafik 17

Impor Barang Konsumsi, Bahan Baku dan Barang Modal

0 3,000 6,000 9,000 12,000 15,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2002 2003 2004 2005 2006

Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal

Juta USD

2. Neraca Perdagangan Migas

Neraca perdagangan migas mencatat surplus sebesar USD6,4 miliar selama 2006, lebih tinggi dibandingkan 2005 yang hanya mencapai USD4,2 miliar. Surplus neraca migas tersebut terutama bersumber dari tingginya surplus neraca perdagangan gas, sementara neraca perdagangan minyak masih mengalami defisit. Realisasi surplus migas tersebut lebih rendah dibandingkan prakiraan sebelumnya yang mencapai sekitar USD8,4 miliar. Hal tersebut terutama disebabkan oleh realisasi volume ekspor LNG sebesar 1,1 juta MMBTU yang lebih rendah daripada kontrak sebesar 1,3 juta MMBTU.

2.1 Minyak

Defisit neraca perdagangan minyak masih berlanjut namun nilainya menurun dibandingkan 2005. Penurunan defisit ini, selain disebabkan oleh tingginya harga minyak di 2006 yang rata-rata mencapai USD62.3/bl dibandingkan 2005 sebesar USD52,0, juga disebabkan oleh turunnya volume impor minyak baik crude maupun produk kilang. Kenaikan harga tersebut mendorong kenaikan nilai ekspor minyak sebesar 9,4%. Disisi lain, nilai impor minyak dalam bentuk BBM mengalami penurunan

(19)

Harga minyak meningkat

dan sempat menyentuh USD77,0/bbl

Harga minyak yang terus menurun sampai menjelang akhir 2006

cukup signifikan sekitar 21,5% akibat turunnya konsumsi BBM dalam negeri sebesar 6,8% sebagai dampak kenaikan harga BBM di bulan Oktober 2005.

Grafik 18 Impor Minyak 0 500 1000 1500 2000 2500 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t Nov Dec Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t Nov Dec Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t Nov Dec 2004 2005 2006

Oil Freight Oil Import Tabel 5

Perkembangan Ekspor dan Impor Minyak Volume

(jt bbl) Value (jtUSD) (USD/bblPrice )

Volume

(jt bbl) Value (jtUSD) (USD/bblPrice )

Volume

(jt bbl) Value (jtUSD) (USD/bblPrice )

Volume

(jt bbl) Value (jtUSD) (USD/bblPrice )

Volume

(jt bbl) Value (jtUSD) (USD/bblPrice ) Exports, f.o.b 186 9,523 43 2,459 42 2,459 43 2,459 40 2,459 Crude 140 7,259 51.79 32 1,919 60.13 31 2,083 67.60 29 1,908 65.97 29 1,613 55.34 Product 46 2,264 49.23 11 674 60.58 12 778 66.81 14 853 61.31 11 673 61.43 Imports, c&f 285 17,317 49 3,247 65 5,058 66 5,021 64 3,701 Crude 118 6,503 54.97 27 1,705 64.04 30 2,129 70.69 28 1,921 69.23 30 1,681 55.86 Product 166 10,814 65.03 22 1,542 68.83 35 2,929 84.40 39 3,100 80.23 34 2,020 59.36 Net -7,794 -654 -2,197 -2,259 -1,414 Crude 22 756 5 214 1 -46 1 -13 -1 -68 Product -120 -8,550 -11 -868 -23 -2,151 -25 -2,247 -23 -1,347

Total-2005 TW I- 2006 TW II- 2006 TW III- 2006 TW IV- 2006

Pergerakan harga minyak mentah sepanjang 2006 sempat menyentuh level tertinggi sebesar USD77,0/bl (WTI) pada pertengahan Juli untuk kemudian memasuki akhir Agustus harga terus bergerak turun sampai menjelang akhir 2006. Walaupun di akhir 2006 menunjukkan pergerakan yang meningkat tapi hanya berada di bawah USD60,0/bl (WTI). Melonjaknya harga minyak, terutama di Juli dan Agustus, dari sisi permintaan disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi dunia khususnya Cina dan India, sedangkan di sisi penawaran terkait dengan krisis geopolitik di Timur Tengah, kasus nuklir di Iran dan pemogokan buruh di Nigeria yang memicu kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan terjadinya gangguan pasokan minyak mentah dunia. Harga minyak yang menurun drastis sejak akhir Agustus terkait dengan menurunnya ketegangan di Timur Tengah dan amannya stok minyak mentah di beberapa negara maju khususnya AS serta musim dingin yang tidak terlalu dingin di beberapa belahan dunia.

Terus menurunnya harga minyak menjelang akhir 2006 menyebabkan OPEC

melakukan extraordinary meeting ke 143 yang berlangsung di Abuja, Nigeria, 14 Desember 2006. Pada pertemuan itu disepakati untuk kembali menurunkan kuota produksi minyak sebesar 500 ribu barel per hari yang berlaku efektif mulai tanggal 1 Februari 2007.

(20)

Produksi minyak mentah

di 2006 turun menjadi 1,007 .mbpd

Grafik 19

Perkembangan Harga Minyak SLC dan Beberapa Minyak Dunia

0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 Ja n Fe b Mar Ap r May Jun Ju l Au g Se p Oc t No v De c 91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 2005 2006 USD/bbl

SLC Brent WTI OPEC

Produksi minyak mentah menjelang akhir 2006 mencapai 1,007 mbpd, lebih

rendah dibanding rata-rata tahun sebelumnya sebesar 1,054 mbpd. Kecenderungan menurunnya produksi minyak mentah Indonesia sudah dialami sejak tahun 2000-an. Bahkan sebagai anggota OPEC, produksi per hari Indonesia jauh di bawah kuota yang diberikan OPEC. Eksplorasi merupakan faktor penentu untuk meningkatkan cadangan dan produksi minyak dan gas bumi nasional. Cadangan minyak mentah di Indonesia diprakirakan hanya dapat digunakan sampai 18 tahun ke depan. Namun demikian, upaya untuk meningkatkan umur cadangan migas terus dilakukan, seperti kegiatan eksploitasi dalam rangka menemukan lapangan baru.

Dengan terus menurunnya produksi minyak mentah tersebut, momen kenaikan harga minyak yang signifikan pada paruh pertama 2006 tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk mendorong ekspor minyak.

Grafik 20

Produksi, Kuota OPEC dan Harga Minyak Ekspor Indonesia

0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p t Oc t Nov Dec Ja n fe b Ma r apr may jun ju l au g se p oc t no v de c Ja n fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t Nov Dec 2004 2005 2006 Periode ju ta b a rr e l 0 10 20 30 40 50 60 70 80 U S $ /b a rre l

(21)

Selain produksi, konsumsi

BBM juga mengalami

penurunan

Tabel 6

Permintaan dan Produksi Minyak Mentah (mbpd)

World Oil Demand OPEC-Supply NON OPEC- Supply 2005 Total 83.32 29.92 54.61 0.939 1.054 2006 Total 84.21 29.60 55.28 0.898 1.007 Jan 84.60 29.65 56.10 0.920 1.028 Feb 84.50 29.71 56.10 0.920 1.037 Mar 84.50 29.61 56.00 0.920 1.040 Apr 83.20 29.80 54.30 0.920 1.030 May 83.30 29.48 54.30 0.920 1.030 Jun 84.60 29.58 55.70 0.910 1.010 Jul 84.50 29.51 55.40 0.890 1.004 Aug 84.40 29.79 55.40 0.880 0.969 Sep 84.20 29.67 55.50 0.880 0.969 Oct 84.30 29.45 55.40 0.880 0.973 Nov 84.30 28.84 55.30 0.870 0.991 Dec 84.10 30.16 53.80 0.870 1.005 * Include condensate

Oil Supply Indonesia

OPEC Production Indonesia Ditjen Migas Production*

Sepanjang 2006 konsumsi BBM domestik turun sebesar 6,8% dari tahun sebelumnya. Konsumsi BBM yang turun tersebut terkait dengan kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM hampir sebesar 126% di bulan Oktober 2005. Penyesuaian ini merupakan konsekuensi dari penetapan harga BBM dengan mengacu kepada harga pasar BBM di pasar Singapura. Penurunan konsumsi BBM terjadi di beberapa sektor. Di sektor rumah tangga konsumsi minyak tanah menurun terkait dengan konversi penggunaan minyak tanah dengan Elpiji dan adanya substitusi briket batubara. Konsumsi sektor industri juga mengalami penurunan terkait dengan penggunaan energi listrik dan batubara sebagai energi alternatif.

Grafik 21

Konsumsi dan Harga BBM

2.2. Gas

-5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 Ja n Fe b Ma rc h Apr Ma y Ju n Ju l Aug Sep Oc t No v De c Ja n Fe b Ma rc h apr May jun ju l au g se p oc t nov de c 2005 2006 mbpd -500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 Rp/liter Konsumsi BBM Harga Premium Impor BBM

1 March: the average of domestic fuel ptice has been increased by 29%

1 October: the average of domestic fuel ptice has been increased secondly by 126%

(22)

Neraca perdagangan gas

di 2006 mengalami surplus

Volume ekspor gas

menurun, disaat harga gas meningkat

Defist neraca jasa

meningkat di 2006

Jasa transportasi

mengalami peningkatan defisit

Dampak dari naiknya harga minyak dunia berpengaruh terhadap meningkatnya harga gas, baik LNG, LPG maupun gas alam. Selama 2006 harga LNG mencapai USD 8,45/mmbtu sehingga memberikan dampak pada surplus neraca perdagangan gas yang meningkat hingga menjadi USD11,6 miliar, dibanding 2005 sebesar USD10,7 miliar. Berkebalikan dengan perkembangan dari sisi harga, volume ekspor gas justru menurun, terutama untuk LNG dan LPG. Penurunan volume ekspor dimulai tahun 2005 dan terus berlanjut pada tahun 2006. Angka realisasi ekspor sebesar 1,1 juta MMBTU lebih rendah dibanding nilai kontrak yang harus dipenuhi sebesar 1,3 juta MMBTU. Penurunan angka ekspor LNG tersebut disebabkan oleh turunnya pasokan gas alam untuk kilang Arun dan Bontang. Sedangkan penurunan ekspor LPG selain disebabkan pengalihan pemanfaatan gas alam untuk memproduksi LPG menjadi LNG, juga karena kebijakan pemanfaatan LPG untuk konsumsi domestik sebagai energi alternatif menggantikan minyak tanah.

3. Transaksi Jasa

Defisit transaksi jasa pada 2006 sebesar USD11,2 miliar meningkat 23,2 % dibandingkan 2005, namun kenaikan defisit tersebut tidak sebesar prakiraan semula (NPI exe. Nov 2006). Kenaikan defisit tersebut terutama karena meningkatnya impor jasa oleh perusahaan migas akibat kenaikan harga minyak. Di samping itu, defisit tersebut dipengaruhi juga oleh menurunnya jasa pariwisata.

Grafik 22

Transaksi Jasa, Pendapatan dan Current Transfer

-8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006

Services, Net Income, Net

Current Transfer, Net Total Services, Net

Juta USD

Jasa pengangkutan (transportasi) pada 2006 mencatat peningkatan defisit sebesar USD1,4 miliar. Kontribusi terbesar terhadap peningkatan defisit adalah jasa pengangkutan barang (freight) yang meningkat defisitnya dari USD4,3 miliar menjadi USD5,1 miliar, sejalan dengan meningkatnya cost of freight yang didorong oleh kenaikan harga minyak mentah dunia.

(23)

Kondisi domestik yang tidak menguntungkan menyebabkan jasa parawisata turun Kunjungan wisatawan Indonesia ke LN mengalami peningkatan sebaliknya kunjungan wisman menurun Grafik 23

Jasa Transportasi dan Pariwisata

-4,000 -3,500 -3,000 -2,500 -2,000 -1,500 -1,000 -500 0 500 1,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006

Transport asi Travel Jasa Lainnya Jasa, n Jut a USD

Di sektor pariwisata, jasa travel inflows di 2006 mengalami penurunan karena jumlah realisasi kedatangan wisman selama periode yang bersangkutan berkurang 2,6 % menjadi sekitar 4871 ribu orang. Namun penurunan jumlah kedatangan wisman tersebut tidak sebesar prakiraan semula yang turun menjadi 4600 ribu orang (NPI exe. Nov 2006). Penurunan jumlah kedatangan wisman tersebut menyebabkan penurunan inflow devisa turis menjadi sebesar USD4,4 miliar, lebih kecil sekitar USD74 juta dibandingkan 2005. Mayoritas wisman berasal dari Singapura, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Australia dan Amerika Serikat. Pintu masuk turis masih didominasi oleh bandara Ngurah Rai Bali, Soekarno Hatta dan Batam dengan pangsa masing-masing sekitar 27,3 %, 23,6 % dan 20,8 %. Penurunan kedatangan wisman tersebut diduga akibat masih berlanjutnya dampak bom Bali di 2005 lalu dan adanya travel warning dari beberapa negara, serta kondisi domestik yang tidak mendukung, seperti bencana alam gempa bumi dan tsunami, dan wabah endemi flu burung.

Di sisi outflow, kunjungan wisman Indonesia ke LN meningkat selama 2006 menyebabkan pengeluaran devisa turis mencapai USD3,6 miliar atau naik 1,3 % dibanding 2005. Singapura dan Malaysia tetap menjadi negara tujuan utama kunjungan penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 71,1% dari total kunjungan (outbound survey, 2006).

Grafik 24

Perkembangan Jasa Travel

- 500 - 400 - 300 - 200 - 100 0 100 200 300 400 500 600 2003 2004 2005 2006

J uml ah Inbound ( r i bu or ang) J umlah Out bound ( r i bu or ang) ex c l. Haj j Inbound- Out bound ( r ibu or ang)

rib org B o m M ario t A gt 2003 P emilu Legislatif A pril 2004 B o m Kuningan Sept 2004 Tsunami A ceh akhir Des 2004 SA RS M ar 2003 B o m B ali II Okt 2005 Gempa Jo gja Gn. M erapi M ay 2006 Tsunami P angandaran Juli 2006

(24)

Jasa komunikasi transaksi

incoming lebih besar daripada outgoing

Transaksi pendapatan

mencatat peningkatan defisit

Current transfer mencatat

penurunan surplus

Penerimaan devisa net dari jasa komunikasi yang mencakup jasa telekomunikasi dan pos dan kurir tetap dapat dipertahankan positif selama 2006. Kedua jenis jasa komunikasi mencerminkan transaksi incoming lebih besar daripada outgoing, sehingga secara neto memberikan surplus devisa. Demikian juga, pembelanjaan kedutaan/perwakilan negara asing berupa belanja pegawai, barang, pemeliharaan dan belanja perjalanan dibandingkan pembiayaan kedutaan/perwakilan Indonesia di luar negeri masih mencatat penerimaan devisa neto positif.

4. Transaksi Pendapatan

Defisit transaksi pendapatan (income) selama 2006 sebesar USD13,7 miliar

meningkat 6,1%. Namun demikian, defisit tersebut sedikit lebih rendah dari prakiraan semula sebesar USD 14,1 miliar (NPI exe. Nov 2006). Di sisi outflows, kenaikan defisit tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya pembayaran imbal hasil investasi portofolio sebesar 62,5% menjadi USD2,7 miliar seiring dengan derasnya pembelian saham dan meningkatnya stok SUN dan SBI yang dimiliki asing. Penyebab lainnya adalah kenaikan profit transfer FDI dan reinvested earnings (R/E) yang mencapai USD5,3 miliar atau naik sekitar 22,1 % sejalan dengan bertambahnya stok FDI. Sementara itu, profit transfer KPS migas menurun sekitar 14,2% menjadi USD4,1 miliar. Di sisi inflows, pendapatan dari investasi portofolio penduduk Indonesia di luar negeri (aset) mencapai USD1,4 miliar atau naik 9,6%.

5. Current Transfer

Current transfer selama 2006 mencapai surplus USD4,9 miliar, sedikit lebih tinggi

dibandingkan 2005. Penerimaan terbesar masih tetap disumbang oleh workers’

remittances (WR) – TKI dan hibah terkait dengan bencana Tsunami. Inflows WR

mencatat USD5,6 miliar meningkat sekitar 5,3 % dibanding tahun sebelumnya. Arab Saudi bersama dengan Malaysia tetap merupakan negara penyumbang WR-TKI terbesar, yaitu sekitar 73 % dari total penempatan TKI selama 2006 atau sekitar 472 ribu orang. Sementara itu, outflows WR-TKA (Tenaga Kerja Asing) meningkat sekitar 27,1 % dari tahun 2005 menjadi USD1,1 miliar.

(25)

Realisasi penerimaan hibah yang lebih rendah

dari komitmennya

Grafik 25

Perkembangan Workers’ Remittances

- 500 0 500 1,000 1,500 2,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006

TKI Inflow TKA Outflow Worker's Remittance, net

j uta USD

Penerimaan hibah di 2006 masih merupakan kelanjutan dari komitmen bantuan internasional pasca bencana Tsunami di NAD dan Nias 2005. Realisasi hibah non investasi selama 2006 mencapai USD176 juta, seluruhnya untuk korban bencana Tsunami. Realisasi hibah tersebut lebih rendah dari komitmen total 2006 sebesar USD479 juta. Dari total hibah tersebut sebagian besar disalurkan melalui NGO, sementara sisanya melalui pemerintah.

Tabel 7

Perkembangan Hibah Non Investasi

HIBAH NON INVEST.

(Current Trans fer) Aceh Reg. Total Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total

Total 317 26 343 37 46 73 20 176

Government 18 26 44 4 9 4 3 20

Non Government Org. 300 0 300 33 37 69 17 156

A C E H 2006* TOTAL

(26)

HIBAH INVESTASI

(Capital Trans fer) Aceh Reg. Total Q.1. Q.2. Q.3 Q.4 Total

Total 334 0 334 66 48 100 89 303

Public (Govt.) 27 0 27 9 25 25 21 80

Private (NGO) 307 0 307 57 23 75 68 223

Ket. Reg.: reguler (pledge CGI)

Sumber: BRR, UN, Bappenas

2006* TOTAL

Transaksi modal dan finansial selama 2006

mencatat peningkatan surplus dibanding 2005

Transaksi modal

mengalami surplus berupa hibah untuk gempa Yogyakarta

Transaksi modal dan finansial selama 2006 mengalami surplus USD2.451 juta,

meningkat sangat tajam dari surplus yang terjadi di 2005 sebesar USD345 juta. Angka tersebut juga jauh lebih tinggi dari prakiraan semula, yaitu defisit USD 855 juta (NPI exe. Nov 2006). Tingginya surplus tersebut akibat meningkatnya aliran masuk investasi portofolio, terutama dalam bentuk pembelian saham, serta realisasi penarikan program

loan yang lebih besar daripada perkiraan semula. Surplus tersebut juga bersumber dari

berkurangnya aset penduduk di luar negeri berupa rekening giro dan deposito yang cukup signifikan.

Grafik 26

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial per Jenis Investasi

-7000 -6000 -5000 -4000 -3000 -2000 - 1000 0 1000 2000 3000 4000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006 - 700 - 600 - 500 - 400 - 300 - 200 - 100 0 100 200 300 400

Direct Invest ment Port f olio Invest ment Ot her Invest ment Capit al Account Financial Account

Jut a USD Jut a USD

1. Transaksi Modal

Transaksi modal mencatat surplus sebesar USD304 juta terutama didorong oleh meningkatnya bantuan hibah untuk investasi. Surplus tersebut sedikit lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD234 juta (NPI exe. Nov 2006). Dari total hibah tersebut 73,4% merupakan hibah investasi sektor swasta dan sisanya di sektor publik, keduanya terkait dengan bantuan korban bencana tsunami dan gempa Yogyakarta.

Tabel 8

Perkembangan Hibah Investasi

(27)

Surplus yang tajam di

transaksi finansial

bersumber dari aliran masuk investasi portfolio

Inflow FDI mencatat

peningkatan dibanding 2005

Aliran Investasi Portofolio masih tinggi sepanjang 2006

Investasi Lain mengalami

penurunan net defisit yang cukup tajam

2. Transaksi Finansial

Surplus di transaksi finansial meningkat tajam dari USD12 juta di 2005 menjadi USD2,1 miliar, lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD 1,1 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus tersebut lebih banyak didorong oleh aliran masuk dalam bentuk investasi portofolio, di samping terjadi penurunan di sisi aset, yaitu berkurangnya penempatan dana oleh penduduk pada rekening giro dan deposito bank di luar negeri yang cukup signifikan.

Aliran masuk modal jangka panjang (FDI/direct investment in Indonesia) selama 2006 sedikit meningkat sebesar 1,1%, tetapi lebih rendah dari prakiraan semula sebesar 2,3% (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan terjadi pada inflows sektor migas yang naik 6,5%, sedangkan sektor nonmigas menurun 3,2%. Sekalipun aliran masuk sedikit meningkat, secara keseluruhan transaksi FDI mengalami penurunan net surplus karena meningkatnya pembayaran utang FDI di sektor nonmigas. Namun jika transaksi penjualan PT. HM Sampoerna pada tahun 2005 dikeluarkan, transaksi FDI masih mengalami peningkatan.

Dari sisi liabilities, investasi portofolio selama 2006 mengalami surplus sebesar USD5,7 miliar, sedikit lebih tinggi dibanding surplus pada 2005 yang mencapai USD5,3 miliar. Namun demikian, surplus tersebut lebih rendah dari prakiraan semula sebesar USD6,6 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus investasi portofolio terjadi terutama akibat derasnya arus masuk dana ke pasar saham domestik.

Investasi lainnya selama 2006 mengalami penurunan net defisit yang tajam dari USD9,4 miliar menjadi USD5,8 miliar. Net defisit tersebut juga jauh lebih rendah dari prakiraan semula sebesar minus USD10,7 miliar (NPI exe. Nov 2006). Penurunan net defisit tersebut sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya aset bank domestik dalam bentuk rekening giro dan deposito di luar negeri. Di samping itu, di sisi liabilities terjadi peningkatan aliran masuk dalam bentuk bantuan program dan proyek.

Tabel 9

Perkembangan Aliran Masuk di Transaksi Finansial

2005 2006

Inflows, liabilities, o/w 41,580 43,828

Investasi Portfolio, o/w 14,671 16,738

Sektor Publik 6,454 7,550 Bonds (Valas) 2,095 1,930 SUN 2,567 3,097 SBI 1,792 2,523 Sektor Swasta 8,217 9,188 Saham 7,315 8,179

Surat Utang Korporasi (issued domestic) 902 1,009

FDI 15,218 15,389

Nonmigas 8,395 8,125

Saham dan Laba ditahan 6,758 4,485

Pinjaman 1,637 3,640

Migas 6,823 7,264

Saham dan Laba ditahan 6,823 7,264

Investasi Lainnya, o/w 11,691 11,701

Sektor Publik 2,598 3,587 Bantuan Program 1,250 1,501 Bantuan Proyek 1,348 2,086 Sektor Swasta 9,093 8,114 Trade Credit 1,067 953 Banking 2,513 1,289 Corporate 5,513 5,872

(28)

Vostro mengalami net

inflows jangka pendek untuk pembelian surat-surat berharga

Penurunan surplus yang tajam di sektor publik terutama karena tidak adanya debt moratorium

Investasi portofolio sektor publik mencatat

surplus walaupun turun

Meningkatnya aliran modal masuk berupa pembelian surat berharga yang dibeli asing tercermin pada aliran dana yang mengalir melalui rekening Rupiah milik nonresiden di bank domestik (Vostro) dimana terjadi net inflows jangka pendek yang sebagian besar ditujukan untuk pembelian SUN dan SBI. Aliran vostro tersebut sebagian besar dilakukan melalui bank asing di domestik.

Grafik 27

Penyelesaian Transaksi Perdagangan Valas/Rp via Vostro

2.1 Sektor Publik

Selama 2006 sektor publik mencatat penurunan surplus yang tajam dari USD4,0 miliar menjadi USD2,0 miliar namun masih lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD1,6 miliar (NPI exe. Nov 2006). Surplus menurun dibanding periode sebelumnya karena pemerintah tidak lagi memperoleh debt moratorium seperti yang didapatkan pada tahun sebelumnya. Di sisi transaksi investasi portfolio, aliran masuk dalam bentuk SUN, dan SBI masih tetap tinggi .

Grafik 28

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor

-6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1* Q.2* Q.3* Q.4** 2004 2005 2006

Sektor Publik Sektor Sw asta Transaksi Modal Juta

Investasi portofolio sektor publik selama 2006 mencatat net inflows, namun tidak setinggi surplus yang terjadi di 2005 karena net inflows dalam bentuk SUN dan SBI mengalami penurunan dan terjadi pembayaran yankee bond sebesar USD400 juta.

(29)

Transaksi investasi lainnya mengalami

lonjakan defisit pasca debt moratorium

Selisih suku bunga domestik dan internasional yang masih menarik disertai dengan kondisi pasar keuangan global yang likuid membuat aliran masuk dalam bentuk SUN dan SBI meningkat signifikan, masing-masing bertumbuh 7,8% dan 40,8%. Namun dalam periode yang sama terjadi pula kenaikan penjualan SUN dan SBI oleh asing masing-masing sebesar 75,9% dan 95,5%. Akibatnya, secara neto arus masuk modal asing dalam bentuk SUN dan SBI menurun masing-masing sebesar 0,6% dan 49,3%. Meskipun demikian, transaksi perdagangan SUN dan SBI oleh asing masih mencatat net beli sehingga ikut mendukung kestabilan Rupiah pada level RP/USD 9,000-an. Dengan perkembangan tersebut posisi SUN dan SBI yang dimiliki oleh asing pada akhir 2006 masing-masing mencapai level Rp54,9 triliun dan Rp18,1 triliun, meningkat dari posisi 2005 yang masing-masing sebesar Rp31,1 triliun dan Rp14,9 triliun.

Grafik 29

Perkembangan Posisi SBI dan SUN oleh Non Resident

-10 20 30 40 50 60 70 Ju l Aug Sep Ok t Nop De s Ja n Fe b Ma r Apr Me i Ju n Ju l Aug Sep Ok t Nop De s Ja n Fe b Ma r Apr Ma y Juni Ju l Augt Sep t Oc t No v De c 2004 2005 2006 trilyun Rp Rp/USD 8.000 8.500 9.000 9.500 10.000 10.500 Kepemilikan SBI oleh Asing

Kepemilikan SUN oleh Asing Nilai Tukar

Dengan tidak adanya debt moratorium di 2006, transaksi finansial sektor publik dalam bentuk investasi lainnya mengalami lonjakan defisit dari USD848 juta menjadi USD2,5 miliar. Namun demikian, selama 2006 terjadi peningkatan pencairan pinjaman, baik dalam bentuk bantuan program maupun proyek, yaitu masing-masing 20,3% dan 35,2%. Pencairan bantuan program mencapai USD1,5 miliar yang sebagian besar berasal dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Dunia (IBRD). Di samping itu, juga diterima bantuan pinjaman dari JBIC dan Bank Pembangunan Islam (IDB). Sumber bantuan program yang mengalami kenaikan berasal dari IBRD sebesar USD 530 juta dari tahun sebelumnya sebesar USD399 juta. Bantuan program sepanjang 2006 lebih banyak diperuntukan untuk development policy program dan perbaikan good governance. Di sisi lain, pencairan bantuan proyek mengalami kenaikan, terutama dari CGI yang mencapai USD1,5 miliar dari tahun sebelumnya sebesar USD1,1 miliar. Pinjaman tersebut lebih banyak ditujukan untuk proyek infrastruktur dalam rangka perbaikan iklim investasi, termasuk bantuan proyek yang diperuntukan bagi proyek listrik dan pembangunan jalan.

(30)

Surplus transaksi

finansial swasta didorong

oleh berkurangnya

penempatan asset rekening giro dan deposito bank di LN

FDI neto mengalami

penurunan surplus

Grafik 30

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik

-2500 -1500 -500 500 1500 2500 3500 4500 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Port f olio Invest ment Ot her Invest ment Financial Account Jut a USD

2. Sektor Swasta

Transaksi finansial swasta selama 2006 mengalami surplus USD0,2 miliar dibandingkan defisit sebesar USD4,0 miliar pada 2005. Perkembangan transaksi finansial swasta tersebut berbeda dari prakiraan semula sebesar defisit USD2,7 miliar (NPI exe. Nov 2006). Surplus tersebut terutama disumbang oleh peningkatan inflows di sisi

liabilities dan berkurangnya simpanan rekening giro dan deposito milik bank domestik di

luar negeri.

Grafik 31

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Swasta

-6000 -5000 -4000 -3000 -2000 -1000 0 1000 2000 3000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Direct Invest ment Port f olio Invest ment Ot her Invest ment Financial Account Jut a USD

Transaksi FDI (direct investment in Indonesia) mencatat penurunan surplus dari

USD8,3 miliar pada 2005 menjadi USD7,5 miliar pada 2006, namun sedikit lebih tinggi dari prakiraan semula sebesar USD7,4 miliar (NPI exe. Nov 2006). Akan tetapi, jika transaksi penjualan PT. HM Sampoerna pada tahun 2005 sebesar USD 3,2 miliar

dikeluarkan, transaksi FDI mengalami peningkatan sebesar 47,1%. Dengan

(31)

Inflows FDI sektor migas meningkat

Tidak tercatat aliran inflow dari privatisasi dan

banking restructuring

Investasi portfolio sektor swasta mencatat surplus

transaksi direct investment mencapai surplus USD4,1 miliar, turun dibanding USD5,3 miliar pada 2005.

Inflows FDI yang meningkat di sektor migas dari USD6,8 miliar menjadi USD7,3 miliar didorong oleh potensi hidrokarbon Indonesia yang masih cukup besar yang ditunjukkan dengan peningkatan cadangan terbukti dari 4,19 juta barel pada 2005 menjadi 4,37 juta barel pada 2006. Di samping itu, harga minyak dunia yang berada pada keseimbangan baru USD50.0/bl dipandang masih menarik. Kondisi ini mengakibatkan investasi yang dikeluarkan oleh KPS untuk kegiatan eksplorasi meningkat. Tingginya minat investor di sektor migas juga terbukti dengan telah ditandatangani 18 proyek wilayah kerja dari total 21 proyek wilayah kerja langsung yang ditawarkan pada 13 Desember 2006. Ditambah lagi adanya komitmen investasi dari Cina yang telah ditandatangani Oktober 2006 dalam forum Indonesia China Energy Forum II (ICEF) di Shanghai dan komitmen investor Jepang yang ditandatangani November 2006 di Tokyo dalam Indonesia Japan Energy Round Table VII (IJERT). Proyek-proyek yang ditandatangani tersebut membutuhkan 5-10 tahun untuk berproduksi. Di sisi lain, dalam periode laporan tidak tercatat aliran FDI sektor nonmigas melalui privatisasi atau restrukturisasi perbankan. Hal ini disebabkan, dari Rp1,0 triliun nilai privatisasi (yang dikelola oleh PT. PPA) dan Rp2,6 triliun nilai restrukturisasi perbankan yang direalisasikan selama tahun 2006, sebagian dibeli oleh investor asing melalui pasar saham dan sebagian lainnya dibeli oleh investor domestik.

Grafik 32

Perkembangan Direct Investment di Indonesia.

0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006

Inf lows Oil & Gas Inf lows Non Oil & Gas Direct Invest ment Liabilit ies, net Jut a USD

Dari sisi liabilities, investasi portofolio neto sektor swasta mengalami peningkatan surplus dari USD444 juta pada 2005 menjadi USD1,3 miliar pada 2006. Namun surplus tersebut lebih rendah dari prakiraan semula sebesar USD2,2 miliar (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan tersebut berasal dari derasnya arus masuk ke pasar saham yang bertambah sebesar 11,8%. Dengan memperhitungkan kenaikan aset penduduk di luar negeri

(32)

Transaksi saham net

inflows dan IHSG tertinggi sepanjang sejarah

Investasi surat utang

yang diterbitkan oleh

korporasi juga mengalami

peningkatan inflows

Investasi lainnya sektor

swasta mencatat penurunan defisit tajam

dalam bentuk surat berharga, secara neto investasi portofolio sektor swasta mencatat defisit sebesar USD659 juta.

Transaksi saham sepanjang 2006 mengalami net inflows sebesar USD1,9 miliar, dibandingkan net outflow sebesar USD0,2 miliar pada 2005. Sejalan dengan hal tersebut, angka IHSG meningkat tajam ke level tertinggi sepanjang sejarah, yaitu sebesar 1.805, dan terjadi penguatan nilai tukar Rupiah.

Grafik 33

Perkembangan Transaksi Asing di BEJ dan Nilai Tukar miliar Rp -2,500 -2,000 -1,500 -1,000 -500 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Sep Ok t No p De s Ja n Fe b Ma r Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De s 2005 2006 IHSG -200 400 600 800 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 Foreign Buy Foreign Sell Foreign Net IHSG IHSG 800 1,300 1,800 2,300 2,800 Jan Fe b Mar Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Se p Ok t No p De s Jan Fe b Mar Ap r Ma y Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De s 2005 2006 Nilai Tukar 800 850 900 950 1000 1050 IHSG Nilai Tukar

Sementara itu, transaksi portofolio dalam bentuk surat utang milik korporasi domestik yang diterbitkan di pasar dalam negeri dan luar negeri mencatat net outflows sebesar USD0,65 miliar, menurun dibandingkan net inflows sebesar USD0,61 miliar pada 2005. Terjadinya net outflows tersebut terutama disebabkan oleh cukup besarnya jumlah obligasi korporasi yang jatuh tempo, sedangkan dari sisi inflows sebenarnya terjadi kenaikan arus masuk yang cukup besar. Peningkatan inflows tersebut mengindikasikan semakin besarnya minat perusahaan untuk memanfaatkan pasar obligasi sebagai alternatif sumber pembiayaan di luar perbankan.

Grafik 34

Posisi Obligasi Korporasi Domestik

-800 -600 -400 -200 0 200 400 600 800 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 2004 2005 2006 Obligasi LN Obligasi DN Jut a USD

Di sisi liabilities, investasi lainnya sektor swasta mencatat kenaikan surplus dari USD

45 juta pada 2005 menjadi USD 320 juta pada 2006 dan berbeda dari prakiraan semula sebesar defisit USD29 juta (NPI exe. Nov 2006). Peningkatan surplus tersebut terutama

(33)

akibat berkurangnya pembayaran utang sektor perbankan dari USD3,8 miliar pada 2005 menjadi USD1,0 miliar pada 2006. Sementara itu, di sektor korporasi terjadi peningkatan pembayaran utang dari USD4,5 miliar menjadi USD6,5 miliar. Di sisi aset, terjadi penarikan simpanan rekening giro dan deposito milik bank domestik di luar negeri dalam jumlah yang cukup besar. Penurunan aset tersebut antara lain disebabkan oleh adanya kenaikan kebutuhan devisa sehubungan dengan terjadinya pencairan SBI oleh asing pada triwulan kedua dan dampak stabilisasi valas oleh Bank Indonesia untuk meredam kuatnya tekanan apresiasi nilai tukar Rupiah pada triwulan pertama. Dengan perkembangan tersebut, secara neto investasi lainnya sektor swasta mengalami penurunan defisit yang tajam dari USD8,6 miliar menjadi USD3,3 miliar.

(34)
(35)

30 Realisasi 2006 , Prakiraan Tw I-2007, dan Proyeksi 2007-2008

Posisi cadangan devisa 2006 meningkat mencapai USD42,6 miliar

Surplus NPI dan cadangan devisa yang tinggi mendorong pemerintah melunasi utang ke IMF

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia, pada akhir 2006 cadangan devisa mencapai USD42,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan posisi akhir tahun 2005 yang mencapai USD34,7 miliar, dan dari prakiraan semula sebesar USD40,4 miliar (NPI exe. Nov 2006). Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah selama 4,5 bulan. Peningkatan tersebut terutama berasal dari kenaikan penerimaan devisa hasil ekspor migas akibat kenaikan harga minyak yang rata-rata mencapai USD62,7/bl, lebih tinggi dari rata-rata tahun sebelumnya sebesar USD52/bl. Kenaikan cadangan devisa sebagian juga terkait dengan langkah Bank Indonesia dalam menstabilkan nilai tukar yang cenderung menguat, terutama pada triwulan pertama, sebagai akibat terus meningkatnya arus masuk dana jangka pendek.

Surplus neraca pembayaran, baik yang terjadi di sisi transaksi berjalan maupun transaksi modal & keuangan, serta tingginya posisi cadangan devisa telah mendukung kestabilan nilai tukar rupiah selama periode laporan. Meskipun Bank Sentral Amerika Serikat masih mengadopsi kebijakan moneter ketat sementara Bank Indonesia cenderung memperlonggar kebijakan moneternya dengan menurunkan suku bunga BI rate, nilai tukar rupiah tetap stabil, bahkan cenderung menguat, dan inflasi semakin menurun. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mempercepat pelunasan utang pada IMF, tahap pertama pada akhir Juni 2006 sebesar USD3,7 miliar dan tahap kedua pada Oktober 2006 sebesar USD3,0 miliar, sehingga secara total percepatan pelunasan utang IMF mencapai USD7,6 miliar.

Grafik 35

Cadangan Devisa dan Bulan Impor

10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 45,000 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2002 2003 2004 2005 2006

juta USD bln Impor dan

Pembayaran ULN Pemerintah 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5 6.0 6.5 7.0 7.5

Gambar

Grafik 1  Transaksi Berjalan  -7,000-5,000-3,000-1,0001,0003,0005,0007,0009,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2004 2005 2006juta USD -7,000-5,000-3,000-1,0001,0003,0005,0007,0009,000
Grafik 3  Ekspor Nonmigas  02,0004,0006,0008,00010,00012,00014,00016,000 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4* 2003 2004 2005 2006
Grafik 6  Harga Karet Dunia
Grafik 7  Harga Kopi Dunia
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Perdirjen Perbendaharaan Nomor PER-14/PB/2013 tentang Pelaksanaan Konfirmasi Surat Setoran Penerimaan Negara Menggunakan Aplikasi Konfirmasi.. KPPN Semarang I M M M

Jika akan menggunakan tipe data yang sama untuk beberapa identifier maka dapata dituliskan dengan menggunakan tanda koma, contoh :.. int a,

[r]

Key words : Local Wisdom, Inoterance, Religion, Indonesia. Abstrak: Masalah intoleransi beragama adalah masalah yang selalu hangat didalam kehidupan bermasyarakat,

 Menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.  Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif dengan menganalisis dan mendeskripsikan persediaan bahan baku,

Senada dengan hasil tersebut, penelitian yang dilakukan oleh The Saiful Mujani Re- search & Consulting (SMRC) pada tanggal 5 dan 16 September 2012, menemukan bahwa PKS, PKB,

Berkenaan dengan hal tersebut, agar Saudara dapat membawa dokumen asli atau rekaman yang sudah dilegalisir oleh pihak yang berwenang dan jaminan penawaran asli untuk setiap data