• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transaksi Finansial

Dalam dokumen LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (Halaman 29-64)

Transaksi finansial pada Tw. IV-2010 mencatat kenaikan surplus, terutama yang bersumber dari sektor swasta. Kenaikan surplus transaksi finansial sektor swasta terjadi pada komponen investasi langsung dan investasi lainnya. Sementara itu, surplus transaksi finansial sektor publik mengalami penyusutan karena kenaikan penarikan utang luar negeri pemerintah tidak dapat mengimbangi penurunan arus masuk investasi portofolio ke instrumen SBI dan SUN.

Grafik 14

Perkembangan Transaksi Modal dan Finansial Per Sektor

-8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya Transaksi Finansial

Juta USD Juta USD

* Angka Sementara

(Juta USD)

Transfer Modal Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III* Tw. IV*

Total 19 29 34 14 18 0 0 14 Pemerintah 2 3 4 2 0 0 0 14 Swasta 17 26 30 13 18 0 0 0 Sumber : Depkeu 2010 2009 -8,000 -6,000 -4,000 -2,000 0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 12,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Sektor Publik Sektor Sw asta Transaksi Modal & Finansial Juta USD

* Angka Sementara

2.1 Sektor Publik

Transaksi finansial sektor publik pada Tw. IV-2010 mencatat surplus sebesar USD2,0 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar USD4,4 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh surplus komponen transaksi investasi portofolio maupun transaksi investasi lainnya.

Grafik 15

Perkembangan Transaksi Finansial Sektor Publik

Investasi Portofolio

Pada triwulan laporan, transaksi investasi portofolio sektor publik mencatat surplus sebesar USD1,2 miliar, lebih rendah dibanding surplus USD4,8 miliar pada periode sebelumnya. Penurunan surplus tersebut didorong oleh arus keluar modal asing dari surat berharga berdenominasi rupiah sektor publik yang dipicu oleh rambatan sentimen negatif investor asing akibat krisis utang di Eropa. Keluarnya arus modal asing terutama terjadi pada transaksi SBI yang mencatat

net outflow sebesar USD1,1 miliar, berkebalikan

dengan periode sebelumnya yang mencatat net inflow sebesar USD2,6 miliar. Sementara itu, transaksi SUN rupiah dan SPN masih mencatat net inflow masing-masing sebesar USD1,5 miliar dan USD20,0 juta, lebih rendah dibanding net inflow pada periode sebelumnya sebesar USD1,8 miliar dan USD0,5 miliar.

Dalam pada itu, untuk membiayai defisit APBN, pada pertengahan triwulan laporan Pemerintah

menerbitkan Samurai Bond sebesar ¥60 miliar dengan kupon yang ditetapkan sebesar 1,6% atau 55bps di atas yen swap.

Di tengah krisis di Eropa, minat investor asing terhadap instrumen surat utang pemerintah masih tinggi, ditopang oleh persepsi internasional yang positif terhadap perekonomian domestik, imbal hasil yang menarik, dan berlimpahnya likuiditas global.

Sejalan dengan optimisme terhadap prospek perekonomian domestik, kepercayaan investor asing terus meningkat sebagaimana tercermin dari membaiknya persepsi risiko Indonesia. Indikator Credit

Default Swap (CDS) Indonesia tetap stabil pada level

rendah (132 bps). Indikator risiko lainnya, yaitu yield

spread antara Government Bond Indonesia dan US T-Notes, juga menurun. Sementara itu, premi swap tetap

bergerak stabil untuk semua tenor (1, 3, 6, dan 12 bulan)

Grafik 16

Perkembangan Yield Global Bond Indonesia dan US T-Notes

Di sisi lain, daya tarik investasi dalam rupiah tetap positif. Indikator imbal hasil rupiah yang ditunjukkan oleh selisih suku bunga dalam negeri dan luar negeri (UIP-Uncovered Interest Parity) tetap berada dalam level tinggi di kawasan regional Asia. Bahkan, jika memperhitungkan membaiknya premi risiko, maka daya tarik investasi dalam rupiah semakin besar. Hal tersebut tercermin dari kecenderungan indikator CIP

-4000 -2000 0 2000 4000 6000 8000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Investasi Portofolio Investasi Lainnya Transaksi Finansial Juta USD * Angka Sementara 0 2 4 6 8 10 12 Ja n Fe b Ma r A p r Me i Ju n Jul A g s Sep Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r A p r Me i Ju n Jul A g s Sep Ok t No v De s 2009 2010

Yield Global Bond Indo'15 US: Treasury Securities Yield: 10 years %

(Covered Interest Parity) yang terus meningkat selama tahun 2010 serta tetap yang tertinggi dibandingkan Korea, Filipina, dan Malaysia.

Relatif tingginya imbal hasil juga terlihat dari suku bunga yang ditawarkan oleh SBI. Suku bunga SBI bergerak turun namun masih relatif tinggi untuk seluruh tenor. Rata-rata tertimbang suku bunga SBI dengan tenor 3, 6, dan 9 bulan masing-masing sebesar 6,4%, 6,3%, dan 6,6%.

Grafik 17 Perkembangan SBI Rate

Perkembangan beberapa indikator penting dari sisi makroekonomi domestik, seperti nilai tukar yang relatif stabil, prospek pertumbuhan ekonomi, dan ekspektasi pencapaian investment grade dalam waktu dekat, menambah kepercayaan investor asing untuk menempatkan dananya di instrumen surat utang negara. Di samping itu, perkembangan tersebut juga ditopang oleh sustainabilitas fiskal yang relatif terjaga.

Posisi kepemilikan asing atas SUN rupiah pada akhir Tw. IV 2010 mengalami peningkatan dari USD18,9 miliar pada periode sebelumnya menjadi USD20,2 miliar. Sebaliknya, posisi kepemilikan asing atas SBI mengalami penurunan dari USD 7,2 miliar pada periode sebelumnya menjadi USD6,1 miliar.

Grafik 18

Perkembangan Posisi Kepemilikan SUN & SBI Oleh Asing

Investasi Lainnya

Dari sisi transaksi investasi lainnya, transaksi finansial sektor publik dalam triwulan laporan mencatat surplus USD0,9 miliar, berkebalikan dengan periode sebelumnya (defisit USD0,4 miliar). Surplus tersebut didorong oleh kenaikan jumlah penarikan pinjaman luar negeri yang melebihi kenaikan pembayarannya.

Pada periode laporan, pemerintah melakukan penarikan pinjaman luar negeri sebesar USD2,7 miliar, lebih tinggi dibanding penarikan pada periode sebelumnya (USD0,5 miliar). Sesuai dengan pola historis, penarikan pinjaman sebagian besar dilakukan di Tw. IV karena realisasi proyek-proyek pemerintah dan proses pemenuhan semua persyaratan penarikan ULN biasanya baru dapat diselesaikan di triwulan akhir.

Pada periode yang sama, pembayaran pinjaman luar negeri pemerintah yang jatuh tempo tercatat sebesar USD1,9 miliar, lebih tinggi dibanding pembayaran pada periode sebelumnya (USD0,9 miliar). Hal ini juga sesuai dengan pola historis bahwa pembayaran pinjaman luar negeri meningkat pada triwulan kedua dan keempat setiap tahunnya.

6 7 8 9 10 11 Jan Fe b Ma r Ap r Mei Ju n Ju l Ag s Se p Ok t No v De s Jan Fe b Ma r Ap r Mei Ju n Ju l Ag s Se p Ok t No v De s 2009 2010 %

SBI 1 bulan SBI 3 bulan SBI 6 bulan SBI 9 bulan

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s Sep Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s Sep Ok t No v De s Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag s Sep Ok t No v De s 2008 2009 2010 Miliar USD

Grafik 19

Perkembangan Penarikan dan

Pembayaran Pinjaman Luar Negeri Pemerintah

Penarikan pinjaman pada Tw. IV-2010 terjadi baik untuk pinjaman proyek maupun pinjaman program. Penarikan pinjaman proyek tercatat sebesar USD0,9 miliar, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya (USD0,4 miliar).

Sebagian besar pinjaman proyek berasal dari negara-negara yang pernah bergabung dalam

Consultative Group on Indonesia (CGI), yaitu sebesar

USD0,7 miliar. Pinjaman tersebut seluruhnya dilakukan dengan menggunakan skema Official Development

Assistance (ODA), baik secara bilateral (USD0,4 miliar)

maupun multilateral (USD0,2 miliar). Pemerintah juga melakukan penarikan pinjaman dari negara-negara di luar yang pernah bergabung dengan CGI sebesar USD0,2 miliar.

Grafik 20

Perkembangan Penarikan Pinjaman Proyek

Sementara itu, penarikan pinjaman program pada periode laporan tercatat sebesar USD1,8 miliar, lebih tinggi dibanding periode sebelumnya (USD0,1 miliar). Penarikan pinjaman tersebut diperoleh dari beberapa kreditur, yaitu Bank Dunia, ADB, dan Jepang masing-masing sebesar USD1,5 miliar, USD0,2 miliar, dan USD0,1 miliar.

Penarikan pinjaman luar negeri dari Bank Dunia ditujukan untuk dua program. Pinjaman program pertama senilai USD0,8 miliar akan digunakan untuk mendanai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Pedesaan (Third National Program

Community Empowerment in Rural Areas). Pinjaman

program kedua senilai USD0,8 miliar termasuk dalam kerangka Pinjaman Kebijakan Pembangunan (Development Policy Loan/DPL). DPL ini akan disalurkan untuk memperbaiki iklim investasi, pengelolaan keuangan publik, pengentasan kemiskinan, pelayanan publik, hingga pembangunan infrastruktur. Sedangkan pinjaman sebesar USD0,2 miliar yang telah disetujui oleh ADB akan digunakan untuk kelanjutan program perencanaan pengurangan kendala dalam bidang investasi infrastruktur (Infrastructure Reform Sector

Development Program/IRSDP).

Grafik 21

Perkembangan Penarikan Pinjaman Program

Sejalan dengan penarikan utang baru tersebut, posisi utang luar negeri pemerintah (termasuk surat berharga negara domestik yang dimiliki bukan

-2,500 -2,000 -1,500 -1,000 -500 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010* Juta USD

Penarikan Pembayaran neto

* data sementara 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010* Juta USD

Bilateral-CGI Multilateral-CGI Non CGI

* data sementara 0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010* Juta USD

ADB IBRD Jepang (JBIC) Other

penduduk) mengalami sedikit peningkatan dari USD103,3 miliar pada akhir September 2010 menjadi USD103,8 miliar pada akhir November 2010.

Grafik 22

Perkembangan Posisi Utang Luar Negeri Pemerintah

2.2. Sektor Swasta

Neraca modal dan finansial sektor swasta pada Tw.IV-2010 mencatat surplus USD7,9 miliar, lebih tinggi dibanding surplus USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya. Kenaikan surplus tersebut ditopang oleh kenaikan investasi langsung (direct investment in

Indonesia) dan investasi lainnya. Sementara itu,

komponen investasi portofolio mencatat penurunan surplus sehubungan dengan menurunnya arus masuk modal asing di bursa saham domestik akibat imbas krisis utang Eropa.

Grafik 23

Perkembangan Neraca Finansial Sektor Swasta

Investasi Langsung

Kondisi perekonomian domestik yang positif dan penerapan berbagai kebijakan pemerintah yang mendukung investasi menjadi faktor utama yang mendorong perbaikan kinerja investasi langsung sektor swasta selama Tw.IV-2010. Hal ini tercermin pada surplus investasi langsung neto yang mencatat kenaikan dari USD1,6 miliar menjadi USD3,4 miliar.

Grafik 24

Perkembangan Investasi Langsung

Kenaikan surplus investasi langsung neto tersebut disumbang oleh menurunnya arus keluar modal investasi penduduk ke luar negeri (direct

investment abroad) neto, dan pada periode yang sama

terdapat peningkatan net arus masuk investasi langsung di Indonesia. Pada triwulan laporan, arus keluar modal investasi penduduk ke luar negeri neto tercatat sebesar USD0,3 miliar, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya (USD1,2 miliar). Dampak krisis fiskal yang masih melanda negara-negara Eropa

(PIIGS-Portugal, Ireland, Italy, Greek, Spain) mendorong

investor domestik untuk mengalihkan aset yang dinilai berisiko di luar negeri dan memilih berinvestasi di dalam negeri. 95,083 97,571 103,250103,835 60,000 65,000 70,000 75,000 80,000 85,000 90,000 95,000 100,000 105,000 110,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* 2008 2009 2010 Juta USD * data sementara sampai  dengan November 2010 -4.000 -3.000 -2.000 -1.000 0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Investasi Langsung Investasi Portofolio Investasi Lainnya Neraca Finansial Sektor Swasta Juta USD * Angka Sementara -2,500 -2,000 -1,500 -1,000 -500 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Investasi Penduduk ke LN Penanaman Modal Asing-PMA Investasi Langsung

Juta USD

Selain itu, semakin membaiknya iklim investasi dalam negeri dan terjaganya kondisi fundamental ekonomi domestik mendorong perusahaan di dalam negeri untuk menerbitkan obligasi melalui anak perusahaannya di luar negeri. Dana yang diperoleh kemudian digunakan untuk membiayai kegiatan investasi perusahaan induk di dalam negeri. Selama Tw.IV-2010 tercatat 1 (satu) korporasi melakukan penerbitan obligasi senilai USD0,2 miliar.

Kinerja investasi langsung juga ditopang oleh investasi langsung asing ke Indonesia (Penanaman Modal Asing–PMA) neto yang mencatat surplus USD3,7 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (USD2,8 miliar). Kinerja PMA yang positif tersebut didorong oleh berbagai faktor, antara lain membaiknya kondisi makroekonomi, meningkatnya kepercayaan dunia usaha akan prospek kondisi ekonomi mendatang, potensi kenaikan rating Indonesia mencapai investment grade, iklim investasi yang membaik, perbaikan birokrasi pemerintahan, serta potensi pasar yang besar di Indonesia.

Sementara itu, seiring dengan kinerja investasi yang diprakirakan terus mengalami akselerasi, kualitas investasi juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat pada realisasi pertumbuhan investasi riil sebesar 8,7% pada Tw.IV-2010 dalam publikasi Produk Domestik Bruto (PDB) oleh BPS. Pada triwulan laporan, terlihat bahwa tujuan investasi lebih didominasi untuk investasi non bangunan, yaitu barang-barang produktif terutama mesin-mesin, alat berat dan alat angkut. Di samping itu, membaiknya kualitas investasi juga terlihat pada publikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang mencatat bahwa kegiatan penanaman modal di luar Jawa mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya.

Grafik 25

Perkembangan Penanaman Modal Asing (PMA)

Berdasarkan negara asal investasi langsung, pada triwulan laporan, investasi dari negara ASEAN, Jepang dan negara emerging markets Asia menjadi pendorong utama meningkatnya arus masuk PMA. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di kawasan Asia menjadi motor penggerak masuknya investasi ke Indonesia. Kondisi tersebut menyebabkan pangsa investasi dari negara-negara kawasan Asia tersebut meningkat mencapai 87,3% dari total investasi pada periode laporan. Sementara itu, investasi dari negara AS dan kawasan Eropa mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut atara lain didorong oleh relatif lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi negara maju dibandingkan pertumbuhan di negara-negara

emerging Asia.

Grafik 26

Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Negara Asal 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

PMA sektor Migas, neto PMA sektor Non Migas, neto PMA, neto

Juta USD * Angka Sementara -500 -250 0 250 500 750 1,000 1,250 1,500 1,750

Jepang AS Eropa Emerging Market Asia (termasuk China) ASEAN Lain-lain Juta USD Q2-10* Q3-10* Q4-10* * Angka Sementara

Ditinjau dari sisi sektoral, sektor manufaktur dan sektor lain-lain (termasuk jasa dan properti) menjadi penyumbang utama arus masuk modal PMA neto selama Tw.IV-2010. Peningkatan arus masuk investasi di sektor lain-lain (diantaranya investasi

di sektor properti) kemungkinan juga dipicu oleh telah diberlakukannya dasar hukum bagi kepemilikan properti oleh asing (UU Perumahan dan Kawasan Permukiman). Kondisi tersebut sejalan dengan Survey Perbankan Tw.IV-2010 yang mencatat peningkatan untuk kredit perumahan dari 46,8% menjadi 60,8%. Di sisi lain arus masuk modal PMA pada sektor pertambangan dan sektor perdagangan menunjukkan penurunan dibanding triwulan sebelumnya.

Grafik 27

Perkembangan PMA (net) Berdasarkan Sektor Ekonomi

Seiring dengan tren meningkatnya harga minyak dunia yang dipicu oleh peningkatan permintaan minyak akibat musim dingin di negara-negara maju, minat investor untuk melakukan kegiatan investasi perusahaan di sektor migas tercatat meningkat secara signifikan. Pada Tw.IV-2010, arus masuk PMA migas

berupa penerimaan dana untuk kegiatan operasional dan investasi perusahaan migas asing di Indonesia

(inflows) mengalami peningkatan dari USD1,8 miliar menjadi USD2,3 miliar. Di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia juga telah memberikan insentif terhadap meningkatnya kegiatan eksplorasi migas. Hal ini terlihat dari arus keluar PMA yang berupa pengembalian biaya

operasional dan biaya investasi atas lapangan-lapangan migas yang telah berproduksi (outflows) yang meningkat dari USD1,5 miliar menjadi USD1,8 miliar. Dengan demikian, PMA sektor migas secara neto mencatat surplus USD0,4 miliar, relatif sama dengan triwulan sebelumnya.

Grafik 28

Perkembangan PMA Sektor Migas

Sementara itu, kinerja PMA di sektor nonmigas secara neto meningkat dengan mencatat surplus USD3,3 miliar, lebih tinggi dibanding surplus USD2,4 miliar pada triwulan sebelumnya.

Grafik 29

Perkembangan PMA Sektor Non Migas

Investasi Portofolio

Selama kurun waktu Tw.IV-2010, kinerja investasi portofolio sektor swasta sempat beberapa kali mengalami tekanan dari sisi eksternal. Kondisi tersebut menyebabkan kinerja investasi portofolio

-400 -200 0 200 400 600 800 1.000 1.200 1.400 Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Pertambangan Manufaktur Konstruksi Keuangan (termasuk asuransi) Perdagangan Lain-lain (tmsk Jasa, Properti) Juta USD Q2-10* Q3-10* Q4-10* * Angka Sementara -3.500 -2.500 -1.500 -500 500 1.500 2.500 3.500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Arus Masuk PMA Arus Keluar PMA PMA, neto

Juta USD * Angka Sementara -6.000 -4.000 -2.000 0 2.000 4.000 6.000 8.000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010*

Arus Masuk PMA Arus Keluar PMA PMA, neto

Juta USD

sektor swasta neto tercatat menurun, menjadi surplus USD0,8 miliar, dibandingkan surplus USD1,2 miliar periode sebelumnya. Perkembangan ini terutama bersumber dari menurunnya arus masuk modal jangka pendek pada instrumen saham.

Sementara itu, transaksi investor asing pada instrumen surat utang menunjukkan kenaikan surplus menjadi USD0,6 miliar dibanding periode sebelumnya (surplus USD3,0 juta). Peningkatan surplus surat utang sektor swasta tersebut lebih besar dari penurunan surplus pada instrumen surat berharga, sehingga secara keseluruhan investasi portofolio sektor swasta neto masih mencatat surplus.

Grafik 30

Perkembangan Transaksi Asing di BEI dan IHSG

Bauran dari dampak krisis utang di Eropa yang dipicu oleh krisis fiskal di Irlandia serta ketegangan politik di Semenanjung Korea memberikan tekanan pada pasar keuangan dunia selama Tw.IV-2010. Dampak dari kondisi eksternal tersebut merambat kepada bursa saham regional, termasuk bursa saham domestik. Transaksi saham oleh asing tercatat mengalami penurunan menjadi net intflows USD46,0 juta, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (net inflows USD1,3 miliar). Meskipun demikian, perkembangan tersebut tidak mampu menghambat laju kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang

ditutup menguat pada level 3.703,5 atau meningkat sebesar 5,8% (q.t.q).

Grafik 31

Perkembangan Indeks Bursa di Beberapa Negara ASEAN

Dari sisi sektoral, indeks secara umum mengalami pertumbuhan yang positif. Pada Tw.IV-2010, sektor perdagangan & jasa dan pertambangan mengalami pertumbuhan indeks tertinggi, yaitu masing-masing 25,7% dan 24,4%.

Semakin bergairahnya pasar bursa juga terlihat dari melonjaknya penawaran saham baru oleh beberapa emiten. Selama Tw.IV-2010, tercatat 11

(sebelas) emiten melakukan penawaran saham baru, meningkat dibanding triwulan sebelumnya (tujuh emiten). Sementara itu, pada periode laporan tidak ada emiten yang tercatat melakukan delisting.

Investasi Lainnya

Kinerja investasi lainnya sektor swasta neto pada Tw.IV-2010 menunjukkan perbaikan dengan mencatat surplus USD3,6 miliar, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (defisit USD0,6 miliar).

Kenaikan surplus tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya penempatan dana milik residen pada perbankan di luar negeri (sisi assets). Berkurangnya simpanan bank-bank domestik di perbankan luar negeri tersebut merupakan implikasi dari meningkatnya

800 1,200 1,600 2,000 2,400 2,800 3,200 3,600 4,000 -500 -400 -300 -200 -100 0 100 200 300 400 500 600 Ju n Ju l Au g Se p Oc t No v De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Se p Ok t No p De c Ja n Fe b Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Se p Ok t No p De s 2008 2009 2010 IHSG Juta USD

Neto Asing IHSG (RHS)

Sumber : BEI 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Ja n Feb Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Se p Ok t No p Des Ja n Feb Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Ag u st Se p Ok t No p Des 2009 2010 Index STI Singapore IHSG SET Thailand Phillipines Index (PCOMP) Malaysia Index (KLCI)

kewajiban pembayaran luar negeri dan menyusutnyak etersediaan valas di dalam negeri seiring berkurangnya arus masuk modal investasi portofolio selama periode laporan.

Sementara itu, di sisi liabilities, penarikan utang luar negeri (ULN) sektor swasta pada Tw.IV-2010 mencapai USD2,9 miliar, lebih rendah dibandingkan USD3,6 miliar pada triwulan sebelumnya. Menurunnya penarikan ULN tersebut terjadi baik di sektor perbankan maupun korporasi. Di sisi lain, pembayaran ULN sektor swasta pada Tw.IV-2010 meningkat mencapai USD3,4 miliar, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya (USD2,6 miliar).

Grafik 32

Perkembangan Pembayaran dan Penarikan Utang Luar Negeri Sektor Swasta.

0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010* Juta USD Pembayaran Penarikan * data sementara

Sejalan dengan kenaikan surplus neraca pembayaran Indonesia selama Tw.IV-2010, cadangan devisa pada akhir triwulan tersebut meningkat menjadi USD96,2 miliar, dari posisi pada akhir triwulan sebelumnya sebesar USD86,1 miliar. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor dan pembayaran utang luar negeri selama 7,0 bulan.

Adapun komponen cadangan devisa terdiri dari securities (surat-surat berharga) sebesar USD83,0 miliar (86,3% dari total cadangan devisa),

currency & deposits sebesar USD6,8 miliar (7.0%),

monetary gold sebesar USD3,3 miliar (3,4%),

dan special drawing rights (SDR) sebesar USD2,7 miliar (2,8%)

Grafik 33

Perkembangan Cadangan Devisa

0 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2008 2009 2010* Juta USD Bln Impor

Cadangan Devisa (RHS) Bulan Impor

Kendatipun surplus transaksi berjalan pada Tw.IV-2010 menyusut, kondisi keseimbangan eksternal (tercermin pada rasio transaksi berjalan terhadap PDB) dan kontribusi sektor eksternal terhadap PDB (tercermin pada rasio ekspor dikurangi impor terhadap PDB) masih tetap baik. Di sisi lain, besarnya transaksi perdagangan menyebabkan derajat keterbukaan perekonomian Indonesia semakin meningkat (tercermin pada rasio ekspor ditambah impor terhadap PDB).

Dari sisi finansial, indikator pada Tw.IV-2010 menunjukkan perbaikan (tercermin dari penurunan

beberapa posisi ULN total, baik terhadap cadangan devisa maupun PDB) dari periode

sebelumnya. Hal ini juga ditopang oleh semakin

besarnya posisi cadangan devisa yang dikelola oleh Bank Indonesia pada akhir Desember 2010.

Sementara itu debt service ratio (rasio beban pembayaran utang terhadap ekspor) meningkat, disebabkan oleh pola musiman terkait

dengan meningkatnya pembayaran utang pada Tw.IV-2010.

Tabel 21

Indikator Sustainabilitas Eksternal

Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV

Transaksi Berjalan/PDB (%) 1) 2.3 2.0 1.0 2.3 1.3 0.9 0.7 0.7 Ekspor - Impor Barang dan Jasa / PDB (%) 1) 3.7 3.9 3.0 4.4 3.0 2.7 3.0 3.5 Ekspor + Impor Barang dan Jasa / PDB (%)1) 44.1 43.4 44.7 47.3 44.6 44.7 44.2 50.3 Debt Service Ratio (DSR) (%)2) 23.3 25.0 19.8 24.6 21.2 23.2 20.3 21.3 Posisi ULN Total/PDB (%)3) 29.7 30.3 33.0 31.8 30.4 28.7 28.6 27.9 Posisi ULN Jangka Pendek/PDB (%)3) 5.3 5.6 6.2 5.8 5.6 5.3 5.7 5.6 Posisi ULN Total/Cadangan Devisa (%) 275.3 267.0 269.7 261.5 251.8 240.2 224.5 207.2 Posisi ULN Jangka Pendek/Cadangan Devisa (%) 49.4 49.0 50.3 47.9 46.1 44.1 44.3 41.5

Memorandum:

PDB Harga Berlaku (kuartalan, juta USD) 113,327 131,771 146,047 153,205 163,767 174,988 186,669 188,058 PDB Harga Berlaku (annualized, juta USD) 508,432 507,550 508,658 544,350 594,790 638,007 678,629 713,483 Ekspor Barang & Jasa (juta USD) 29,563 33,527 37,402 41,925 38,954 41,465 44,043 50,527 Impor Barang & Jasa (juta USD) -22,898 -26,044 -30,514 -32,874 -34,038 -36,811 -38,522 -44,017 Debt Service Payments (juta USD) -6,858 -8,356 -7,387 -10,300 -8,722 -10,134 -9,426 -11,279

- Pemerintah -1,786 -3,353 -1,962 -3,558 -2,053 -3,153 -2,249 -3,264

- Swasta (termasuk BUMN) -5,072 -5,004 -5,425 -6,742 -6,669 -6,981 -7,177 -8,014 Posisi ULN Total (juta USD) 4) 150,965 153,741 167,989 172,871 180,834 183,329 194,349 199,344 Posisi ULN Jangka Pendek (juta USD) 4) 27,079 28,230 31,356 31,673 33,102 33,672 38,363 39,884 Posisi Cadangan Devisa (juta USD) 54,840 57,576 62,287 66,105 71,823 76,321 86,551 96,207

Keterangan:

1) Menggunakan PDB harga berlaku kuartalan

2) Debt Service Payments dibagi ekspor barang & Jasa

3)

Menggunakan PDB harga berlaku annualized (penjumlahan PDB empat kuartal ke belakang)

4)

Menggunakan angka sementara posisi utang luar negeri (bulan Des 2010-sementara) * Angka sementara

2010* 2009

INDIKATOR

BOKS 1

Kebijakan Manajemen Arus Modal

Perekonomian Indonesia relatif berdaya tahan tinggi di saat terjadi krisis keuangan global 2008/09 dan tumbuh tinggi di saat negara-negara lain dalam proses pemulihan dari krisis global tersebut. Berbagai pencapaian positif tersebut meningkatkan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Di tengah melimpahnya likuiditas global (sebagai implikasi kebijakan quantitative easing di Negara-negara maju selama krisis), terus membaiknya kepercayaan internasional, serta lebarnya selisih suku bunga dalam dan luar negeri, mendorong arus masuk modal ke pasar keuangan domestik, terutama yang berjangka pendek (investasi portfolio). Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam manajemen kebijakan moneter, mengingat karakteristik arus modal jangka pendek yang volatile dan mudah berbalik arah. Guna menjaga stabilitas moneter dan sistem keuangan, Bank Indonesia mengeluarkan serangkaian kebijakan terkait dengan manajemen arus modal di tahun 2010 yang berdampak pada komponen neraca transaksi keuangan dalam neraca pembayaran Indonesia.

Paket Kebijakan Juni 2010

Dinamika perekonomian selama tahun 2010 masih dihadapkan pada sejumlah tantangan, baik dari sisi eksternal maupun domestik. Pemulihan ekonomi dan pasar keuangan global menghadapi berbagai ketidakpastian, misalnya, krisis fiskal yang

Dalam dokumen LAPORAN NERACA PEMBAYARAN INDONESIA (Halaman 29-64)

Dokumen terkait