• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSAKSI EFEK SEMU DI PASAR SEKUNDER PADA PASAR MODAL

A. Tinjauan Umum Tentang Transaksi Efek Semu

Pasal 1 angka 5 UUPM menyatakan bahwa Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang,surat berharga komersial,saham,obligasi,tanda bukti utang.unit penyertaan kontrak investasi kolektif,kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif atas Efek.

Instrumen yang disebut efek merupakan suatu komponen penting dalam memahami konsep penawaran umum dan merupakan instrumen yang diperdagangkan di pasar modal, sehingga pembahasan atas istilah ini merupakan hal yang sangat perlu dalam memahami hukum pasar modal. Bahkan dapat dikatakan bahwa efek merupakan satu-satunya unsur yang dapat menyebut apakah suatu penawaran umum yang dapat dikategorikan menjadi “penawaran umum” dalam pengertian UUPM. Pemahaman atas istilah efek sangat penting bukan

hanya istilah ini akan terus berkembang, sebagaimana dikemukakan di atas.31

Pengertian efek ini juga menjadi sangat penting karena Undang-Undang Pasar Modal dengan tegas mengecualikan beberapa instrumen atau efek/ surat berharga,yang karena sifatnya maka emiten atau perusahaan yang menerbitkan

tidak diwajibkan untuk menyampaikan pernyataan pendaftaran.32

31

Hamud M.Balfas,Op.Cit.,hlm.80.

Dari pengertian efek sebagaimana yang tercantum di dalam Pasal 1 angka 5 UUPM , kiranya perlu

disimak lebih lanjut bahwa efek itu ternyata bukan hanya terdiri atas saham dan obligasi semata sebagai surat berharga, melainkan terdiri surat berharga lainnya sebagaimana telah disebutkan di atas. Hal ini perlu mendapat perhatian karena pemahaman yang berkembang di masyarakat tentang pengertian surat berharga sangatlah terbatas. Pengertian efek tidaklah semata-mata seperti yang telah disebutkan secara limitatif dalam UUPM tersebut, tetapi termasuk di dalamnya

adalah derivatif dari efek.33

Manipulasi pasar atau market manipulation didefinisikan sebagai “a

deliberate attempt to interfere with the free and fair operation of the market and create artificial, false or misleading apperances with the respect to the price of, or market for, a security, commodity or currency

Defenisi yang universal dan tegas tentang istilah transaksi efek semu belum ada. Transaksi efek semu sendiri umumnya dikategorikan sebagai salah satu dari beberapa bentuk manipulasi pasar, maka kebutuhan untuk merumuskan kriteria ataupun ciri spesifik mengenai istilah transaksi efek semu dianggap terjawab dengan adanya penjelasan mengenai manipulasi pasar dan transaksi efek semu bukanlah dua hal yang berbeda, karena transaksi efek semu itu sendiri adalah merupakan salah satu bentuk dari manipulasi pasar.

34

33

Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman,Hukum Investasi dan Pasar Modal (Jakarta: Sinar Grafika,2015),hlm.191.

Artinya upaya sengaja untuk mengganggu pengoperasian yang bebas dan adil dari pasar dan menciptakan

2016)

penampilan buatan, palsu atau menyesatkan dengan sehubungan dengan harga,

atau pasar untuk, keamanan, komoditas atau mata uang.35

Transaksi efek di pasar sekunder merupakan pasar perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder merupakan mekanisme yang mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli saham

diantara para investor atau pemodal melalui para pialang atau broker,sehingga

terjadillah transaksi saham di bursa efek. Antara pasar perdana dengan pasar sekunder ada hubungan timbal balik. Pasar perdana bisa ramai apabila pasar

sekundernya juga ramai, demikian juga sebaliknya.36

Untuk dapat melakukan transaksi, terlebih dahulu investor harus menjadi

nasabah di salah satu perusahaan efek37. Setelah nasabah tercatat di perusahaan

efek, maka nasabah dapat melakukan order jual atau beli di perusahaan efek yang bersangkutan. Biasanya perusahaan efek mewajibkan kepada nasabahnya untuk mendepositkan sejumlah uang tertentu sebagai jaminan bahwa nasabah tersebut

layak melakukan jual beli saham.38

Perusahaan efek membantu mencarikan dana

36

Astungkoro Sudikno, Praktek Cornering Dalam Transaksi Efek Pada Bursa Saham Ditinjau Dari Aspek Hukum (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,2012),hlm.31.

37

Perusahaan efek merupakan bagian dari industri sekuritas yang sangat berperan penting dalam mata rantai kegiatan di pasar modal. Perusahaan efek adalah pihak yang membawa emiten masuk ke pasar modal, memasarkan efek yang dikeluarkan dan setelah dana terkumpul oleh emiten, perusahaan efek akan beralih dan berperan memberikan jasa-jasanya kepada masyarakat investor dengan memberikan perantaranya dalam perdangan efek dalam buku Hamud M. Balfas,hlm.313.

bagi perusahaan, memberikan nasihat tentang pengelolaan dana dan selanjutnya

memberikan jasa perantaraan bagi investor untuk berinvestasi.39

Transaksi efek diawali dengan order (pesanan) untuk harga tertentu. Pesanan tersebut dapat disampaikan baik secara tertulis maupun lewat telepon dan disampaikan kepada perusahaan efek melalui sales/dealer. Pesanan tersebut harus menyebutkan jumlah yang akan dibeli atau dijual dan dengan menyebutkan harga

yang akan diinginkan. 40 Transaksi semu atau sering disebut dengan

“penggorengan” saham bukanlah hal baru dalam dunia pasar modal di Indonesia. Transaksi efek semu tersebut pada prinsipnya adalah suatu transaksi di bursa yang sebenarnya tidak sungguh-sungguh terjadi. Sebab, penjual dan pembeli sebenarnya adalah pihak yang sama. Transaksi semu bertujuan untuk memperoleh

keuntungan dari investor yang terjebak masuk ke dalamnya.41

Perdagangan efek menjadi suatu mata rantai penting, karena tidak semua orang bermaksud untuk memegang efek tersebut untuk selamanya. Seorang yang memegang efek pada saat ini mungkin mempunyai kebutuhan besok hari, dan karena tidak ada sumber dana lain untuk mencukupi kebutuhan tersebut, maka efek yang dipegangnya menjadi alternatif untuk mendapatkan dana guna memenuhi kebutuhan tersebut. Dilain pihak, seorang yang mempunyai efek mungkin sedang tidak membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhannya. Tetapi karena merasa harga efek akan turun, atau menurut perkiraannya harga efek tersebut tidak akan naik lagi, maka ia memutuskan untuk menjualnya sehingga dia

39

Hamud M. Balfas,Op.Cit.,hlm.313. 40

M.Irsan Nasarudin,et.al.Op.Cit.,hlm.135.

Transaksi Semu dan Fungsi Pengawasan,(diakses pada tanggal 20 Februari 2015)

dapat mencari efek lain, atau sarana investasi lain yang dianggapnya mempunyai kemungkinan untuk memberikan keuntungan. Karena kebutuhan untuk menjual dan membeli itulah, maka dibutuhkan sarana atau tempat untuk memperdagangkan efek tersebut. Dengan adanya sarana tersebut aktivitas menjual dan membeli menjadi lebih cepat berlangsung. Pembeli tidak harus dengan susah mencari penjual, demikian juga pembeli tidak harus dengan susah payah mencari

barang yang akan dibelinya.42

Layaknya sebuah pasar, harga efek (saham) di bursa naik dan turun dengan cepat bahkan dalam hitungan detik atau menit. Turun naiknya harga saham di pasar ini memberikan kesempatan bagi pemodal untuk membeli atau menjual efek dengan mengambil kesempatan dari selisih naik turunnya harga

tersebut.43

Transaksi efek semu memiliki perbedaan dengan transaksi short sale di

bursa efek. Transaksi short sale ini dilakukan ketika penjual tersebut melihat

bahwa harga suatu efek akan turun terus. Karena penjual ini memperkirakan bahwa harga efek tersebut akan turun terus maka dia kemudian mengambil kesempatan untuk menjual efek itu sekarang, dan sesaat kemudian membelinya (tentunya pada harga yang lebih rendah) untuk diserahkan. Contoh yang nyata

dari transaksi short sale ini adalah ketika saya, sebagai penjual, menjual 10.000

lembar saham PT Gudang Garam,Tbk. pada harga Rp 9.500,-. Saya menjual saham Gudang Garam tersebut pada harga Rp 9.500,- karena saya beranggapan bahwa harga saham Gudang Garam akan turun ke harga Rp 9.400,-. Sesaat

42

kemudian (ketika harga telah turun) saya kemudian membelinya pada harga Rp 9.400,-. Dengan menjual pada harga Rp 9.500,- dan membelinya pada harga Rp 9.400,-, saya telah memperoleh keuntungan sebesar Rp 1.000.000,-. Dengan sifat

transaksi short sale yang demikian maka terlihat unsur spekulasi menjadi

komponen utama dalam transaksi short sale. Oleh karena itu dalam keadaaan

pasar dengan harga saham yang cenderung turun short sales dapat mendorong

lebih jauh penurunan harga saham, sehingga dapat mengakibatkan kepanikan dan

menyebabkan jatuhnya harga-harga saham ke tingkat yang lebih rendah lagi.44

Transaksi efek semu merupakan perbuatan yang dilarang karena hanya

akan merusak pasar yang dilakukan secara tidak fair. Ada yang berpendapat

bahwa hal tersebut wajar saja terjadi sebab pasar modal sebagai suatu pasar yang bebas dan terbuka, sementara yang lain beralasan bahwa hal tersebut dilakukan semata-mata demi kepentingan sepihak dari perusahaan atau institusi tertentu, pribadi, bahkan pemerintahan. Transaksi perdagangan saham semu dalam Undang-Undang Pasar Modal dikenal dengan tindak manipulasi pasar. Perdagangan saham semu merupakan hasil dari tindak pidana manipulasi pasar dan tindak pidana tersebut merupakan salah satu kejahatan di bidang pasar

modal.45 Beberapa pola manipulasi pasar adalah:46

1. Menyebarluaskan informasi palsu atau menyesatkan mengenai emiten dengan

tujuan untuk memengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, satu pihak menyebarluaskan rumor bahwa

44 Ibid.,hlm.394-395. 45 Tavinayati,Op.Cit.,hlm.75. 46

emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon yang menyebabkan harga efeknya jatuh tajam di bursa.

2. Menyebarluaskan informasi yang menyesatkan atau informasi yang tidak

lengkap. Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten A tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten A termasuk yang diambil alih oleh pemerintah.

Kegiatan transaksi yang bertujuan untuk memberikan kesan bahwa efek

perusahaan aktif diperdagangkan (wash trading). Sebagai contoh, direksi emiten

A memerintah seseorang untuk melakukan pembelian dan penjualan sekaligus, agar efek perusahaannya dianggap likuid. Dalam transaksi itu tidak akan terjadi perubahan kepemilikan secara absolut, karena skenario telah disusun oleh pihak-pihak yang terlibat. Pola seperti ini, dapat lebih jauh lagi dipergunakan sebagai sarana untuk memodifikasi harga efek pada level tertentu yang dikehendaki

pelaku.47

B. Perkembangan Pengaturan Perdagangan Saham di Bursa Efek

Pasar modal sebenarnya sudah ada sejak zaman dahulu sebelum Indonesia merdeka yaitu pada zaman kolonial dengan tujuan untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik kolonial Belanda di Indonesia. Investor yang berkecimpung di pasar modal pada waktu itu adalah orang Belanda

dan Eropa lainnya.48

47

Era pasar modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama, adalah periode zaman Belanda yang dimulai pada tahun 1912, yang merupakan tahun didirikannya pasar modal yang pertama. Periode kedua, adalah periode lama yang dimulai pada tahun 1952. Periode ketiga, adalah periode orde baru dengan diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977. Periode keempat, dimulai pada tahun 1988, merupakan periode bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Periode kelima, adalah periode otomatisasi pasar modal yang dimulai pada tahun 1995, dan periode keenam, adalah periode krisis moneter

yang dimulai pada bukan Agustus 1997.49

1. Periode pertama (1912-1942): periode zaman belanda

Pada tanggal 14 Desember 1912, suatu asosiasi 13 broker dibentuk di Jakarta. Asosiasi ini diberi nama Belandanya sebagai Veriniging voor Effectenchandel yang merupakan cikal bakal pasar modal pertama di Indonesia. Setelah perang dunia pertama, pasar modal di Surabaya mendapat giliran dibuka pada tanggal 1 Januari 1925 dan disusul di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.

2. Periode kedua (1952-1960): periode orde lama

Setelah Jepang meninggalkan Indonesia, pada tanggal 1 September 1951 dikeluarkan Undang-Undang Darurat Nomor 12 yang kemudian dijadikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 tentang Pasar Modal. Juga melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 289737/UU tertanggal 1 November1951, Bursa Efek Jakarta (yang selanjutnya disebut BEJ) akhirnya dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa

49

efek ini untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Tujuan yang lainnya adalah untuk mencegah larinya ke luar negeri saham-saham perusahaan Belanda yang dulunnya diperdagangkan di pasar modal di Jakarta. Kepengurusan bursa efek ini kemudian diserahkan ke Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE) yang terdiri atas 3 bank dengan Bank Indonesia sebagai anggota kehormatan. Bursa efek ini berkembang dengan cukup baik walaupun surat berharga yang diperdagangkan umumnya adalah obligasi oleh perusahaan Belanda dan obligasi pemerintah Indonesia lewat Bank Pembangunan Indonesia. Penjualan obligasi semakin meningkat dengan dikeluarkan obligasi pemerintah melalui Bank Industri Negara di tahun 1954,1955, dan 1956. Sengketa antara pemerintah RI dengan Belanda berakibat dinasionalisasikannya perusahaan Belanda melalui Undang-Undang Nasionalisasi Nomor 86 Tahun 1958. Sengketa ini mengakibatkan larinya modal Belanda dari tanah Indonesia. Akibatnya mulai tahun 1960, sekuritas-sekuritas perusahaan Belanda sudah tidak diperdagangkan lagi di BEJ. Sejak itu aktivitas di BEJ semakin menurun.

3. Periode ketiga (1977-1988): periode orde baru

BEJ dikatakan lahir kembali pada tahun 1977dalam periode Orde Baru sebagai hasil dari Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1976. Keputusan ini menetapkan pendirian pasar modal, pembentukan badan pembina pasar modal, pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM) dan PT Danareksa.Presiden Soeharto meresmikan kembali BEJ pada tanggal 10

Agustus 1977. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Penerbitan saham perdana disetujui pada tanggal 6 Juni 1977, sebanyak 178.750 lembar saham ditawarkan dengan harga Rp 10.000,00 per lembar. Periode ini disebut juga dengan periode tidur yang panjang karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit sedikit sekali perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan saja. Kurang menariknya pasar modal pada periode ini dari segi investor mungkin disebabkan tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, sedang penerima dividen dikarenakan pajak penghasilan sebesar 15%.

4. Periode keempat (1988-1995): periode bangun dari tidur panjang

Sejak diaktifkan kembali pada tahun 1977 sampai pada tahun 1988 BEJ dikatakan dalam keadaan tidur yang panjang selama 11 tahun. Sebelum tahun 1988 hanya terdapat 24 perusahaan yang terdaftar di BEJ. Setelah tahun 1988, selama 3 tahun saja, yaitu sampai tahun 1990, jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 127 perusahaan. Sampai dengan tahun 1996, jumlah perusahaan yang terdaftar menjadi 238 perusahaan.Peningkatan di pasar modal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut.

a. Permintaan dari Investor Asing

Investor asing melihat bahwa pasar modal di Indonesia telah maju dengan pesat pada periode ini dan mempunyai prospek yang baik. Investor asing tertarik dengan pasar Indonesia karena dianggap sebagai pasar yang menguntungkan untuk diversifikasi secara internasional. Investor asing

dibatasi pemilikannya sampai dengan 49% dari sekuritas yang terdapat di bursa. Sampai dengan awal tahun 1995, jumlah kepemilikan oleh investor asing mencapai 7,06% miliar lembar atau sekitar 29,61% dari semua sekuritas yang terdaftar.

b. Pakto 88

Pakto 88 merupakan reformasi tanggal 27 Oktober 1988 untuk merangsang ekspor nonmigas, meningkatkan efisiensi dari pihak bank komersial, membuat kebijakan moneter lebih efektif, meningkatkan simpanan domestik, dan meningkatkan pasar modal. Salah satu hasil dari reformasi

Pakto 88 adalah mengurangi reserve requirement dari bank-bank deposito.

Akibat dari reformasi ini adalah pelepasan dana sebesar Rp 4 Triliun dari Bank Indonesia ke sektor keuangan. Akibat lebih lanjut adalah masyarakat mempunyai cukup dana untuk bermain di pasar saham.

c. Perubahan Generasi

Perubahan kultur bisnis terjadi di periode ini, yaitu dari kultur bisnis keluarga tertutup ke kultur bisnis profesional yang terbuka, yang memungkinkan profesional dari luar keluarga untuk duduk di kursi kepemimpinan perusahaan. Pergeseran ini terjadi karena perubahan generasi dari tua kepada yang muda. Generasi yang muda umumnya mendapat pendidikan di Barat yang mengakibatkan mereka mempunyai pandangan berbeda dengan pendahulunya. Perubahan radikal menuju ke perusahaan profesional terbuka ini juga merupakan faktor perkembangan pasar modal

Periode ini juga dicatat sebagai periode kebangkitan dari Bursa Efek Surabaya (yang selanjutnya disebut BES). BES dengan nama asingnya Surabaya Stock Exchange (SSX) dilahirkan kembali pada tanggal 16 Juni 1898. Pada awalnya, BES hanya mempunyai 25 saham dan 23 obligasi yang diperdagangkan. BES hanya membutuhkan waktu 3 bulan untuk meningkatkan indeks gabungan dari nilai 100 pada tanggal 16 Juni 1898 menjadi 340. Mulai tanggal 19 September 1996, BES mengubah nilai dasar indeks gabungannya menjadi nilai dasar 100. Pada akhir tahun 1996, IHSG-BES mencapai nilai 568,585 poin. Sampai kuartal ketiga tahun 1990 jumlah sekuritas yang tercatat di BES meningkat menjadi 116 saham. Jumlah ini meningkat sampai akhir tahun 1996 tercatat 208 emiten saham dengan nilai kapitalisasi sebesar Rp 191,57 triliun. Semua sekuritas yang tercatat di BEJ juga secara otomatis diperdagangkan di BES.

5. Periode kelima (mulai tahun 1995): periode otomatisasi

Karena peningkatan kegiatan transaksi yanng dirasakan sudah melebihi kapasitas manula, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa. Jika sebelumnya di lantai bursa terlihat dua deret antrian (satu untuk antrian beli dan yang lainnya untuk antrian jual) yang cukup panjang untuk masing-masing sekuritas, dan semua kegiatan transaksi dicatat di papan tulis, maka setelah otomatisasi yang terlihat di lantai bursa adalah jaringan komputer-komputer yang digunakan oleh broker.Sistem otomatisasi yang diterapkan di BEJ diberi nama Jakarta Automated Trading System (JATS) dan mulai dioperasikan pada tanggal 22

Mei 1995. Sistem manual hanya mampu menangani sebanyak 3.800 transaksi tiap hariannya. Dengan JATS, sistem ini mampu menangani sebanyak 50.000 transaksi setiap harinya. Sebelum JATS dioperasikan dengan sistem manual, rata-rata volume perdagangan tiap harinya adalah sebesar Rp 14,8 juta lembar dalam 1.606 transaksi dengan nilai Rp 46 miliar untuk transaksi reguler. Untuk transaksi non-reguler rata-rata volume perdagangan setelah JATS adalah sebanyak 24,7 juta lembar dalam 222 transaksi dengan nilai Rp 82 miliar.

6. Periode keenam (mulai Agustus 1997): periode krisis moneter

Periode bulan Agustus 1997, krisis moneter melanda negara-negara Asia, termasuk Indonesia, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, dan Singapura. Krisis moneter yang terjadi ini dimulai dari penurunan nilai mata uang negara-negara Asia tersebut terhadap dolar Amerika. Penurunan nilai mata uang ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valuta asing, kurang percayanya masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri, dan tidak kalah penting adalah kurang kuatnya pondasi perekonomian.Untuk mencegah permintaan dolar Amerika berlebihan yang mengakibatkan nialinya meningkat dan menurunnya niali Rupiah, Bank Indonesia menaikkan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Diharapkan dengan suku bunga deposito yang tinggi (beberapa bank swasta menawarkan suku bunga deposito dari 25% hingga 50%), pemilik modal akan menanamkan modalnya di deposito untuk mengurangi permintaan terhadap dolar.Tingginya suku bunga deposito berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak lagi tertarik untuk

menanamkan dananya di pasar modal, karena total return yang diterima lebih kecil dibanding dengan pendapatan dari bunga deposito. Akibat lebih lanjut, harga-harga saham di pasar modal mengalami perununan yang drastis. Indeks harga saham gabungan (yang selanjutnya disebut IHSG) sejak bulan Agustus sampai akhir tahun 1997 selalu menurun. Periode ini dapat juga dikaitkan sebagai periode ujian terberat yang dialami oleh pasar modal Indonesia.Untuk mengurangi lesunya permintaan sekuritas di pasar modal Indonesia, pemerintah berusaha meningkatkan aktivitas perdagangannya lewat transaksi investor asing. Pada tanggal 3 September 1997 pemerintah tidak memberlakukan lagi pembatasan 49% pemilikan asing. Ini berarti bahwa mulai tanggal tersebut, investor asing boleh memiliki saham-saham yang jumlahnya tidak terbatas. Peraturan pemerintah ini kelihatannya belum membawa hasil, karena jumlah kepemilikan asing hanya mencapai 27%. Kemerosotan pasar saham ditunjukkan oleh IHSG yang turun dengan tajam. Untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang bergejolak ini, pemerintah pada tanggal 1 November 1997 mengumumkan melikuidasi 16 bank swasta nasional. Pengumuman yang cukup mengejutkan ini tidak banyak membantu memperbaiki lesunya pasar saham. Bahkan IHSG tetap merosot dengan tajam.

Perkembangan suatu pasar modal dipengaruhi oleh partisipasi yang aktif,

baik dari perusahaan yang akan menjual sahamnya (go public) maupun investor

serta pihak-pihak lain yang terlibat dalam kegiatan pasar modal. Ini berarti bahwa tanpa adanya partisipasi yang aktif dari perusahaan-perusahaan yang potensial

dananya dalam surat berharga, dan kurang aktifnya lembaga-lembaga penunjang pasar modal , maka suatu pasar modal tidak akan berkembang dengan baik. Tapi dengan adanya partisipasi yang aktif dari masing-masing pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal, tanpa disertai dengan kualitas yang memadai dan perilaku yang baik dan rasa tanggung jawab sosial uang besar, akan mengakibatkan perkembangan yang kurang baik bagi pasar modal.

Globalisasi ekonomi, selain memberikan tantangan berat, membuka kesempatan yang luas dalam rangka pengembangan kemampuan perekonomian suatu negara. Akan tetapi, di cermati dengan seksama, dapat dilihat bahwa untuk saat ini hanyalah negara yang memiliki kemampuan ekonomi dan sumber daya manusia yang kuat yang dapat menerima proses globalisasi ini. Dengan kata lain, globalisasi akan memberikan dampak yang buruk apabila suatu negara tidak memiliki kesiapan, baik dari segi ekonomi, sumber daya manusia, maupun dari segi ketersediaan kebijakan dan peraturan perundang-undangan sebagai

pendukung pertumbuhan ekonomi itu sendiri.50

Kondisi perekonomian Indonesia mutakhir mengarahkan pengembangan pasar modal Indonesia untuk “difokuskan pada pemulihan dan pengembangan pelaku pasar.” Hal itu dimaksudkan untuk “menghasilkan pelaku pasar modal yang kuat, sehingga menjadi penggerak yang tangguh bagi perekonomian nasional.” Pengembangan diarahkan “pada peningkatan berbagai aspek yang memiliki nilai strategis dalam meningkatkan daya saing global, yaitu keterbukaan informasi, efisiensi pelaksanaan transaksi di pasar sekunder, sumber daya

manusia, regulasi, dan penegakan hukum.51 Dalam merespon globalisasi ekonomi

Dokumen terkait