• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transendental Islami

Dalam dokumen Menata mutu madrasah (Halaman 24-33)

Dalam mata rantai pendidikan Islam tidak cukup dengan perencanaan, assesmen kebutuhan, dan pengambilan keputusan saja, akan tetapi pada perlu adanya transenden, sedang taransenden tersebut berada pada dua bagian yaitu pada peenetapan rencana melalui forcas dan pelaksanaan kebijakan senantiasa dibarengi dengan doa.

10 Ibid, 67-71.

1. Forecasting

Dalam menetapkan rencana pendidikan Islam yang sudah dimusyawarahkan dan sudah disepakati, tidak cukup hanya dengan upaya rasional dengan melakukan peramalan usaha dengan melihat kondisi internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar, tetapi perlu dilakukan porececasting dengan mengkonsultasikan langkah pengembangan melalui istikharah. Forecasting adalah suatu peramalan kegiatan kependidikan yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu (tujuan, pen.) di masa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada dan budget yang sesuai. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar pertim-bangan dalam pengambilan bentuk keputusan. Di mana dalam pengambilan keputusan ini melalui berbagai analisis yang rasional dan istikharah.11

Penetapan melalui istikharah ini merupakan ciri khas pengem-bangan mutu pendidikan pesantren dan merupakan sebuah pengamalan dari hadits berikut:

ِْفَِو

"

َدَْ َأ ِااَمِلإاِدَ ْ ُم

"

ِهْيَلَع هدَّللا ىَلَ ِِّبِدَّ لا ِنَع ٍصاَقَو ِْبَِأ ِنْب ِدْعَس ِثْيِدَح ْنِم

َلاَق ُهدَّنَأ دَّلَسَو

:

ِةَواقَس ْنِم َو ُهاَضَقاَِبِ ُهاَضِرَو ِهدَّللا ُةَراَخِتْسِإ َاَدَا ِنْبا ِةَداَعَس ْنِم

ُهدَّللا ىَضَقاَِبِ ُهُ َخَسَو ِهدَّللا ِةَراَخِتْسِإ ُ ْرَ َاَدَا ِنْبا

.

Artinya: “dan di dalam “musnad Imam Ahmad” dari Sa’ad Bin Abi Waqash dari Nabi SAW dia bersabda: “Sebagian dari kebahagiaan manusia adalah melakukan istikharah kepada Allah dan rela dengan keputusanNya. Sedangkan sebagian dari celakanya manusia adalah meningglkan istikharah kepada Allah dan membenci keputusanNya (HR. Ahmad).12

Upaya penetapan rencana melalui istikharah tersebut dengan harapan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, karena

11 Muhith, Pengembangan Mutu Pendidikan Pesantren, 178-180. 12 Ahmad, Musnad,

19

sesan mencapai tujuan apabila senantiasa melibatkan Allah sejak

awal, sebagaimana pendapat Abu Fadl Ahmad bin Muhammad: ْنِم

ِةَياَدِللا ِْفِ ِاا َ ِإ ُ ْوُجُّرلا ِتاَياَ ِّ لا ِْفِ ِ ْ ُّ لا ِتاَم َلاَع13. Artinya, sebagian dari tanda-tanda keberuntungan pada akhir perjuangan (mencapai tujuan yang direncanakan), adalah jika selalu berpasrah kepada Allah sejak awal perjuangan.

2. Doa

Pada saat melaksaksanakan kegiatan baik pada saat assesmen ataupun penetapan keputusan tidak cukup hanya dengan tahapan-tahapan tersebut di atas, akan tetapi perlu meminta pertolongan Allah, hal tersebut disarikan dari firman Allah:

                              

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.14

Pelaksanaan program yang disertai dengan kepsrahaan dan permohonan bimbingan dari Allah akan membantu kemudahan dalam pelaksannaannya dan meningkatnya energi untu melakukan kegiatan tersebut. Demikain itu disampakan oleh Abu Fald Ahmad sebagaimana beriku:

13 Abu Fadl, Tajuddin, Ahmad, al Hikam, Subaya: al hidayah, 25. 14 QS. 3: 159.

ِ َلدَّزلا ِدْوُجُو َدْ ِع ِااَجدَّرلا ُناَ ْقُ ن ِ َمَعلا ىَلَع ِداَمِتْعِْلإا ِتاَمَلاَع ْنِم

15

.

َ ِّبَرِب ُهُلِلاَ َ ْنَأ ٌبَلْ َم َ دَّقَوَ اَم

,

َ ِ ْ َ ِب ُهُلِلاَ َ ْنَأ ٌبَلْ َم َردَّ َيَ اَم َو

16 .

Artinya: sebagian dari tanda-tanda mengandalkan kinerja, adalah berkurangnya harapan pada saat terjadi kegagalan. Tidak akan berhenti suatu permohonan yang engkau sandarkan kepada Allah, dan tak akan mudah mencapai keinginan yang engkau sandarkan pada dirimu.

E. Kesimpulan

Dari keseluruhan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Perencanaan merupakan proses pemikiran yang sistematis, ana-lisis yang rasional, mengenai apa yang akan dilakukan, bagai-mana melakukannya, siapa pelaksananya, dan kapan kegiatan akan dilaksanakan dalam rangka meningkatkan mutu yang lebih efektif dan efisien, sehingga proses pelaksanaannya dapat me-menuhi tuntutan/kebutuhan.

2. Assesmen kebutuhan adalah suatu pengukuran kesenjangan antara yang terjadi dan apa yang diinginkan dalam suatu orga-nisasi

3. Pengambilan keputusan merupakan fungsi kepemimpinan yang turut menentukan proses dan tingkat keberhasilan kepemim-pinan pendidikan

4. Transendental Islami, dalam mata rantai pendidikan Islam tidak cukup dengan perencanaan, assesmen kebutuhan, dan pengam-bilan keputusan saja, akan tetapi pada perlu adanya transenden, sedang taransenden tersebut berada pada dua bagian yaitu pada peenetapan rencana melalui forcas dan pelaksanaan kebijakan senantiasa dibarengi dengan doa.

15 Abu Fadl, 3.

21

Keempat mata rantai tersebut harus diterapakan dalam mana-jemen pendidikan Islam, agar kualitas pendidikan Islam memiliki karakteristik keunggulan.

MADRASAH ibtidaiyah dalam sistem pendidikan nasional

republik Indonesia, merupakan pendidikan formal pada jenjang

pendidikan dasar.1 Madrasah Ibtidaiyah (MI) di bawah binaan

kementerian agama adalah pendidikan dasar yang berciri khas agama Islam, bukan hanya dituntut responship terhadap tantangan besar di bidang pendidikan dan fokus pada kualitas, tetapi harus senantiasa memberikan kontribusi dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan bertanggung jawab, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sitem Pendidikan Nasional bahwa pendidikan nasional bertujuan sebaigai berikut:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.2

Tujuan pendidikan nasional tersebut harus menjadi tolok ukur institusi pendidikan di seluruh wilayah negara kesatuan republik

1 Sisdiknas, pasal 1, ayat 11.

Indonesia dalam menentukan tujuan pendidikannya termasuk madrasah ibtidayah yang memiliki tugas melaksanakan pendidikan umum yang bercirikhas agama Islam pada Jenjang pendidikan formal di tingkat dasar, sehingga tidak hanya melakukan aksinya untuk mencapai mutu, akan tetapi dituntut untuk menjadi agen budaya pengembangan budaya agama Islam, karena madrasah ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan yang harus menyeleng-garakan suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan dan pengembangan teori dan aplikasi ajaran Islam kepada peserta didik yang berlangsung selama menjadi peserta didik di madrasah

tersebut3, mi merupakan kawah candra dimuka untuk mencipakan

generasi yang shalih sebagai pelopor proses pembudayaan dan pemberdayaan tersebut di muka bumi, sebagaimana dipahami dari firman Allah sebagiaman berikut:

َنوُِلِاَّصلا َيِداَبِع اَهُ ثِرَي َضْرَْلْا َّنَأ ِرْكِّذلا ِدْعَ ب ْنِم ِروُبَّزلا ِفِ اَنْ بَتَك ْدَقَلَو

( 105 )

ِفِ َّنِإ

َنيِدِباَع ٍمْوَقِل اًغ َلََبَل اَذَى

) 106 (

Artinya: dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh. Sesungguhnya (apa yang disebutkan) dalam (Surat) ini, benar-benar menjadi peringatan bagi kaum yang menyembah (Allah).4

Ayat tersebut merupakan tuntunan bagi umat Islam untuk senantiasi berkontribusi menjadi pengembang amal shaleh, ter-masuk di dalamnya pengembangan budaya agama.

Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu model pendidikan Islam hasil perpaduan antara pendidikan model sekolah dan pesantren di Indonesia, keberadaannya sudah banyak dirasakan oleh bangsa ini, memiliki tanggung jawab untuk memberikan bekal

3 Ibid.

25

untuk menumbuhkan generasi yang shalih dimulai dari mengajar- kan baca tulis yang dikenal dengan CALISTUNG (baca Tulis dan berhitung) kemudian membekali dasar-dasar penyucian diri berupa pelajaran akidah, syariat, dan akhlak, al-qur’an, hadits, dan ilmu yang menjadikan terampil untuk menghadapi persoalan di dunia sebagai bekal dalam kehidupan selanjutnya, baik sebagai dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi ataupun dasar menjalani kehidupan akhirat, sebagaimana tuntunan Allah dalam al-Qur’an:

ْمِهْيَلَع وُلْ تَ ي ْمِهِسُفْ نَأ ْنِم ًلًوُسَر ْمِهيِف َثَعَ ب ْذِإ َينِنِمْؤُمْلا ىَلَع ُوَّللا َّنَم ْدَقَل

ٍل َلََض يِفَل ُلْبَ ق ْنِم اوُناَك ْنِإَو َةَمْكِْلِاَو َباَتِكْلا ُمُهُمِّلَعُ يَو ْمِهيِّكَزُ يَو ِوِتاَيآ

ٍينِبُم

( 164 )

Artinya: sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.5

Kegiatan tersebut bukan sekedar rutinitas, akan tetapi memi-liki nilai investasi ibadah yang terus mengalir untuk melakukan pengembangan budaya agama Islam yang pahalanya akan terus dipetik selama dilestarikan oleh genasi berikutnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.:

َلًَو اَِبِ َلِمَع ْنَم ِرْجَأ ُلْثِم ُوَل َبِتُك ُهَدْعَ ب اَِبِ َلِمُعَ ف ًةَنَسَح ًةَّنُس ِم َلَْسِْلْا ِفِ َّنَس ْنَم

ِوْيَلَع َبِتُك ُهَدْعَ ب اَِبِ َلِمُعَ ف ًةَئِّيَس ًةَّنُس ِم َلَْسِْلْا ِفِ َّنَس ْنَمَو ٌءْيَش ْمِىِروُجُأ ْنِم ُصُقْ نَ ي

ٌءْيَش ْمِىِراَزْوَأ ْنِم ُصُقْ نَ ي َلًَو اَِبِ َلِمَع ْنَم ِرْزِو ُلْثِم

6

.

Artinya: “Barangsiapa yang melestarikan jejak yang baik dalam Islam, lalu diikuti setelahnya, maka ia memperoleh pahala orang yang melakukannya tanpa mengurangi pahala sedikitpun dari pelakunya, dan barangsiapa yang melestarikan jejak yang jelek dalam Islam, lalu dilakukan oleh orang lain setelahnya, maka ia akan mendapatkan dosa orang yang melakukannya tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa mereka7. Budaya mutu merupakan salah satu tujuan dilaksa-nakannya penjaminan mutu pendidikan di wilayah negera kesatuan republik Indonesia, yaitu terbangunnya budaya mutu pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.

Realitasnya tidak sedikit madrasah ibtidaiyah yang melupakan visi misi tersebut, sehingga melupakan tugas utama sebagai lem-baga penyiapan dasar pendalaman ilmu agama dan pengembangan budaya disamping sebagai sekolah dasar, sehingga tanpa terasa menyisakan peradaban yang kadang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman, baik terencana ataupun tidak. Keadaan demikian itu dapat kita buktikan pada penyelengaraan pendidikan di madrasah ibtidaiyah yang outpunya tidak dapat membaca tulis al-Qur’an, bacaan shalat, hafalan surat pendek dan pengambangan budaya agama Islam.

A. Konsep pengembangan budaya agama di Madrasah

Dalam dokumen Menata mutu madrasah (Halaman 24-33)