TRANSKRIPSI RITMIS
4.1 Transkripsi Ritmis
Sebelum melakukan kerja analisis, langkah pertama yang dikerjakan ialah mengubah bunyi musik ke dalam lambang melalui sebuah proses kerja yang disebut transkripsi. Netl mengatakan bahwa transkripsi adalah proses menotasikan bunyi, mengalihakan bunyi menjadi simbol visual, atau kegiatan memvisualisasikan bunyi musik masuk ke dalam bentuk notasi dengan cara menuliskannya ke atas kertas.
Walaupun kegiatan mentranskripsikan musik tradisional dalam bentuk notasi visual sejak lama telah dianggap sebagai tugas yang esensial, berat dan sukar bagi para etnomusikolog/musikolog/musisi seniman, namun untuk melihat dan memahami bunyi musik sebagai produksi dari tata tingkah laku masyarakat pemiliknya dalam bentuk visual, maka tidak ada cara lain kecuali melakukan transkripsi terhadap bunyi musik yang akan dideskripsikan itu.
Pada umumnya dalam budaya oral, notasi yang digunakan ialah notasi konvensional Barat, hal ini menjadi alternatif pilihan yang palimg besar kemungkinannya digunakan, terutama jika dalam budaya musikal diteliti tidak tersedia sistem penulisan notasi musik.
68 Dari pengamatan yang dilakukan oleh beberapa ahli, memang terdapat
kelemahan yang serius terhadap hasil transkripsi yang menggunakan notasi musik (Barat) yang konvensional. Hal ini disebabkan:
• Pertama, notasi ini terlalu subyektif, yaitu telinga tidak mampu menerima atau menangkap apa saja yang disajikan (dalam musik yang akan ditranskripsi), sekalipun rekaman itu diulang berkali-kali, dan juga ketajaman persepsi individual dari si pentranskripsi yang berbeda-beda. • Kedua, notasi musik Barat bukan didesain untuk musik tradisi lisan (lihat
Seeger, 1958).
• Ketiga, sejauh ini belum ada satu notasi visual pun yang dirancang, termasuk notasi Barat dengan tanda-tanda khusus untuk nada-nada non-konvensional dan lain-lain yang dapat mewakili, seperti kualitas suara yang asli, cara-cara yang penting dalam memproduksi bunyi vokal atau instrumental, dan sebagainya.6
6
Masalah di atas kemudian dapat dipecahkan dengan diciptakannya oscligraph, sonagraph, dan melograph. Melograph model C yang dibuat oleh Charles Seeger dapat menganalisis suara sangat detail serta dapat menghasilkan gambar dari rekaman nada-nada, amplitudo, dan spektrum bunyi pada saat bersamaan ke dalam bentuk sebuah film grafik. Akan tetapi sekalipun peralatan ini mempunyai sifat obyektif, namun terdapat kelemahan-kelemahan dan informasi yang
diberikannya, dan terdapat pula sejumlah materi yang tidak dapat dianalisis dengan menggunakan alat ini. Di sat sisi alat ini memeberikan informasi lebih banyak dari yang diperluakan (sehingga sulit untuk dipelajari), artinya alat ini mampu menangakap lebih banyak dibanding daya tangkap telinga manuusia, padahal sebuah transkripsi haruslah berdasar kepada apa yang dapat diterima oleh indera pendengaran manusia, dengan kata lain tujuan dari pentranskripsia adalah untuk mencatat hal-hal yang esensial, serta menghindari hal-hal yang dipandang tidak esensial. Untuk itulah kemudian penggunaan notasi (Barat) dalam penstranskripsian suatu musik tetap dipakai sesuai keinginan dan kegunaannya. Ibid., 14-15. Lihat juga Barbara Crader, “Ethnomusicology,” dalam Stanley Sadie, The New Grove Dictionary of Music and Musicians (London, Naew York: Macmillan Publisher Limited, 1980), 117.
69 Untuk itu keterbatasn notasi musik Barat haruslah disadari apabila kita hendak melakukan suatu transkripsi yang detail, sebagaimana dikemukakan oleh Singer. “The limitations of our Western musical notation must be like taken into consideration, particulary when attempting a deatiled transcription”.7Namun demikian Netl (1975) mengatakan bahwa untuk menemukan ciri-ciri-ciri yang mendasari musik yang diteliti, notasi konvensional Barat dapat digunakan, tetapi dengan membg bembubuhkan tanda-tanda khusus yang berguna untuk memberikan kejelasan pada musik yang ditranskripsikan itu.8Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Pandora Hopkins, bahwa kita menggunakan notasi karena adanya keinginan untuk menunjukkan bahwa notasi itu adalah sebagai fenomena yang telah memberikan arti bagi pemakainya,dan dengan notasi dapat memberikan materi yang bernilai untuk perbandingan.9 Lagipula, “Transcription, therefore, are needed to visualize what we near, to enable us to study musics comparatively and in detail, and to help us communicate to others what we think we heard”.10
7
Roberta L. Singer, “Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in
Ethnomusicology: Essay in Honor of George List (Indiana University Archieve, 1978), 113
8
Bruno Netl, The Study of Ethnomusicology: Twenty-Nine Issues and Concepts (Chicago: University Press, 1983), 16.
9
Pandora Hopkins, “The Purpose of Transcription”, dalam Journal for the Society of
Ethnomusicology (Ann Arbor Michigan, 1966). 316
10
Phylis M. May, ”Philosophical Approaches to Transcription” dalam Discourse in
Ethnomusicology: Essays in Honor of George List (Indiana University Archieve, 1978), 109. Demikianlah Phylis M. May berpendapat bahwa transkripsi diperlukan untuk memvisualisasikan apa yang didengar dengan memungkinkan untuk membantu mempelajari musik secara komparatif dan detail, serta membantu untuk mengkomunikasikannya kepada pihak lain tentang apa yang dipikirkandari apa yang didengar itu. Meskipun sesungguhnya
70 mentranskripsikan bunyi musik ke dalam bentuk visualisasi tidak akan pernah bisa sama persis sebagaimana ketika musik itu disajikan. 11
(Gambar 11. Motif Irama 1)
Beatbox merupakan sajian musikal yang memiliki tingkat kreativitas yang sangat
tinggi, karena gagasan-gagasan yang dimunculkan berdasar dari pemikiran yang kreatif. Pengimitasian musik dengan suara yang dihasilkan oleh mulut sudah termasuk gagasan yang lusr biasa. Terutama gagasan tentang irama, bentuk lagu, dan warna suara. Irama yang dimunculkan memang bukan irama baru, tetapi pengembangan irama-irama yang ada menjadi sebuah inovasi baru dan dimaninkan secara beatbox. Contoh motif irama dalam bentuk beatbox yang tertulis dalam notasi balok adalah:
Irama di atas merupakan irama yang biasanya dilatihkan untuk para beatboxer yang baru ingin belajar beatbox. Ketika dimainkan, irama tersebut hampir mirip dengan irama rock 16 beat. Meskipun penulis menuliskan partitur
11
Transkripsi pada umumnya pasti dipengaruhi oleh interpretasi si transkriptor terhadap karakter-karakter musik itu. Oleh sebab itu tidak akan dihindari atau akan ada muncul perbedaan-perbedaan kana sebuah segmen musikal dari dua orang atau lebih dalam mentranskripsikan suatu musik. Liahat juga Netl, Theory and Method, op.cit., 99.
71 secara terpisah antara cymbal, snare drum, dan bass drum, tetapi dalam
memainkannya tetap dalam satu permainan solo beatbox.
(Gambar 12. Motif Irama 2)
Motif ini adalah motif irama yang sering juga digunakan sebagai media belajar paling efektif bagi beatboxer pemula. Sebab suara untuk cymbal atau
hihat, snaredrum dan bass drum dengan sangat mudah untuk dibedakan dan
ditirukan dengan mulut melalui motif irama di atas. Irama tersebut mirip dengan irama disco yang identik dengan musik-musik yang diperoduksi oleh turntable atau disk jockey (DJ).
Seorang beatboxer yang sudah mahir biasanya dapat memainkan beberapa warna suara dalam satu sajian solo beatbox, dan penulis mencoba menuliskannya ke dalam notasi balok seperti di bawah ini:
72 (Gambar 13. Bagian Kombinasi)
Dengan memainkan beragam warna suara dan kombinasi, melodi dan ritme, sajian solo beatbox menjadi lebih menarik untuk disaksikan.
73 Berikut contoh musik beatbox oleh Gendang Mulut dalam bentuk notasi balok: \